4. Untuk terjaminnya stabilitas dan kontinuitas tercapainnya kepentingan
dasar yang berkenaan dengan keagamaan. Maksudnya untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan hakiki mengenai isi dan penerapannya
dari waktu ke waktu.
41
5. Wahana untuk membahas dan menyelesaikan masalah-masalah yang
menyangkut keagamaan. 6.
Mewakili umat dalam berdialog dan mengembangkan sikap saling menghormati serta kerjasama dengan umat beragama lain.
7. Menyalurkan aspirasi umat kepada pemerintah dan menyebarluaskan
kebijakan pemerintah kapada umat.
42
B. Definisi Peranan
Istilah peranan berasal dari kata “peran” yang berarti seperangkat tingkat yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Kata
peran mendapat awalan pe dan akhiran an menjadi “peranan” yang mempunyai arti bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.
43
Para sarjana sosiologi berpandangan tentang manusia di dalam masyarakat diungkapkan dalam konsep peranan. Bagi sarjana sosiologi manusia dilihat
sebagai pelaku dari peranan-peranan sosial. Misalnya peranan seseorang sebagai suami, ayah, pemimpin masyarakat dan pendeta, atau sebagai tukang, pekerja toko
dan sebagainya.
41
Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h. 116.
42
Httpwww.e-dukasi.netmolmo.
43
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 667
Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan
peranan yang dipegangnya. Gross, Mason dan Mc. Eechern mengatakan bahwa peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu.
44
Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
peranan-peranan itu ditentukakn oleh norma-norma di dalam masyarakat. Maksudnya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkakan
oleh masyarakat di dalam peranan-peranan lainnya. Di dalam peranan terdapat 2 dua macam harapan, yaitu; Pertama,
harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban- kewajiban dari pemegang peran. Kedua, harapan yang dimiliki oleh si pemegang
peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajibannya.
Dalam teori peran dikatakan bahwa harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berprilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan
agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya
adalah dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya.
45
44
Fuad Nashori dan Bactiar Diana Mucharam, Membangun Kreatifitas Dalam Perspektif Psikologo Islam,
h. 71.
45
http:www.google.co.idsearchteori peran
Kemudian tentang peranan sebagai seperangkat harapan yang ditentukan oleh masyarakat terhadap si pemegang peran, misalnya peranan sebagai kepala
sekolah ditentukan oleh guru-guru, orang tua-orang tua wali murid, murid- murid, petugas pemerintah lokal dan perwakilan-perwakilan rakyat setempat,
artinya; harapan-harapan dari semua orang ini harus diperhitungkan oleh para kepala sekolah dalam menjalankakn tugas-tugasnya.
46
C. Muallaf