Jumlah Penduduk Menurut Agama Karakteristik Usahatani

27-40 76 16 41-56 790 26 57 421 14 Total 3.042 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014 Dari Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang mempunyai jumlah paling besar adalah kelompok umur 41-56 tahun ke atas yaitu 790 26 dari total 3042 jiwa penduduk usia kerja. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebesar 409 jiwa 12.

c. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat dari Tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Pegajahan Tahun 2013 Agama Jumlah Jiwa Persentase Islam 4086 96 Kristen 151 3,5 Hindu 22 0,5 Total 4.259 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014 Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Pegajahan, agama yang paling banyak dianut adalah agama Islam yaitu sebanyak 4.086 jiwa 96.

d. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas penduduk di Desa Pegajahan ini hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar SD yakni 1.512 orang 44,48. Namun demikian, tidak sedikit pula penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikannya hingga SLTA, yakni 654 orang 28,71. Sebagian lagi melanjutkan hingga tingkat diploma, yakni 115 orang 3,38 dan tingkat sarjana, yakni 38 orang 1,2. Secara keseluruhan perhatian penduduk setempat terhadap tingkat pendidikan sudah cukup baik dilihat dari telah banyaknya penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun. Berikut distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Pegajahan: Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Pegajahan Tahun 2013 Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase PAUD 65 1,9 Taman Kanak-Kanak 48 1,4 SD 1.512 44,48 SLTP 976 28,71 SLTA 654 19,24 Diploma 115 3,38 Sarjana 38 1,2 Total 3399 100.00 Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di suatu desa sangat dibutuhkan demi perkembangan desa tersebut. Di Desa Pegajahan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan penduduk, seperti sarana ibadah, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lain-lain telah tersedia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana No Sarana dan Prasarana Jumlah Unit 1 Sekolah a. PAUD b. TK c. SD d. SMP e. SMA 2 1 2 2 2 2 Kesehatan a. Puskesmas 1 3 Tempat Peribadahan a. Mesjid b. Musholla c. Gereja d. Pura 1 7 1 1 4 Transportasi a. Jalan Dapat dilalui roda empat Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014

4.1.4. Keadaan Sosial Ekonomi Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Di Desa Pegajahan, mata pencaharian penduduk mayoritas adalah petani. Sebagian lagi masyarakat di desa ini adalah swasta dan PNS. Adapun jumlah kepala keluarga KK menurut kelompok mata pencaharian di Desa Pegajahan dapat dilihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Pegajahan 2013 No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk 1. Petani 2.069 2. PNS 42 3. TNIPolri 5 4. Karyawan 104 5. Buruh Tani 653 6. Wiraswasta 430 Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014

4.2. Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel menggambarkan kondisi atau keadaan serta status petani tersebut. Pembahasan tentang karakteristik petani ubi kayu sampel pada penelitian ini, meliputi beberapa hal yaitu umur petani sampel, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut: Tabel 4.7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai 2014 No Uraian Range Rataan 1 Umur Petani Sampel Tahun 25-69 45,4 2 Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 8,3 3 Pengalaman bertani Tahun 1-49 20 4 Jumlah Tanggungan Jiwa 2-8 4,5 5 Luas Lahan Ha 1-10 2,4 Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014

4.2.1. Umur

Umur petani ubi kayu di Desa Pegajahan berkisar antara 25-69 tahun dengan rata- rata umur 45,4 tahun. Tingkat umur mempunyai pengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahatani yang dikerjakannya. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat jasmaninya memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat sedangkan semakin tua umur petani ubi kayu maka kemampuan kerjanya relatif menurun. Umur petani sampel bervariasi antara petani yang satu dengan petani yang lainnya.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang pembangunan pertanian. Kemampuan petani dalam mengelola usahataninya sebagian besar ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik pendidikan bersifat formal maupun non formal. Pendidikan petani yang lebih baik akan memungkinkan petani untuk mengambil langkah yang bijaksana dalam bertindak atau mengambil keputusan serta memungkinkan petani untuk mempelajari dan menerapkan teknologi baru dalam pengembangan usahataninya. Untuk mengetahui lebih rinci tingkat pendidikan dari petani ubi kayu responden dapat dilihat pada Tabel 4.8 Tabel 4.8. Tingkat Pendidikan Petani Ubi Kayu Responden di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai 2014 No Tingkat Pendidikan Jumlah orang Persentase 1 SD Sekolah Dasar 2 9 2 SMP Sekolah Menengah Pertama 8 36,36 3 SMA Sekolah Menengah Atas 12 54,5 Total 22 100,00 Sumber: Diolah dari Data Primer, 2015 Berdasarkan Tabel 4.7, terlihat bahwa tingkat pendidikan petani responden tergolong tinggi yaitu pada tingkat SD dengan jumlah 2 orang 9 yang melanjutkan sampai SMP sebanyak 8 orang 36,36 dan yang menamatkan sampai SMA sebanyak 12 orang 54,5. Pendidikan petani responden tidak dilanjutkan hingga ke perguruan tinggi ketingkat yang lebih tinggi karena adanya tuntutan keluarga untuk ikut membantu dalam berusahatani.

4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan adalah anak dan istri petani keluarga. Dimana jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rata-rata jumlah tanggungan petani di Desa Pegajahan adalah 5 jiwa dengan range 1-10 jiwa.

4.2.4 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani akan berpengaruh terhadap pola pengelolaan usahataninya. Pada umumnya petani yang berpengalaman dalam usahatani ubi kayu lebih terampil dalam melakukan aktivitas usahataninya. Adapun pengalaman berusahatani ubi kayu responden di dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9. Pengalaman Berusahatani Ubi kayu di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014 No Pengalaman Berusahatani tahun Jumlah orang Persentase 1 1 – 10 6 27,2 2 11 – 20 11 50 3 21 – 30 9 40,9 4 30 4 18,18 Total 22 100,00 Sumber: Diolah dari Data Primer, 2015 Pengalaman berusahatani ubi kayu para petani berkisar antara 1-49 tahun dengan rata-rata 20 tahun. Lamanya bertani yang cukup lama dapat menjadi modal awal bagi petani dalam membudidayakan ubi kayu. Hal ini dikarenakan petani sudah memahami teknik-teknik usahatani dari pengalamannya selama bertahun-tahun.

4.3. Karakteristik Usahatani

Ubi kayu merupakan komoditi unggulan di Desa Pegajahan. Usahatani ubi kayu merupakan usaha turun temurun. Kegiatan budidaya yang dilakukan petani ubi kayu meliputi penanaman hingga panen. Jarak tanaman yang dilakukan oleh petani tidak beraturan. Semua petani yang diwawancarai mendapat bibit ubi kayu secara gratis. Ubi kayu dapat dipanen pada umur 11-13 bulan. Namun ada beberapa petani yang terpaksa memanen lebih awal, ubi kayu yang berumur 8-9 bulan sudah dipanen karena terdesak kebutuhan ekonomi. Ini tetap dilakukan petani yang terdesak walau mereka mengetahui bahwa panen lebih awal tidak menghasilkan jumlah produksi yang besar. Petani ubi kayu tidak perlu mengeluarkan tenaga atau membayar tenaga kerja untuk pemanenan, karena semua pedagang pengumpul yang membeli dari petani sudah memanenkannya sendiri. Beberapa petani, malah sudah dipesan dari jauh hari agar hasil panennya hanya dibeli oleh pedagang pengumpul tertentu. Umumnya pedagang pengumpul dan petani memiliki hubungan yang baik, dan sering menjadi langganan tetap. Kegiatan pemasaran ubi kayu terjadi setiap hari. Petani menjual ubi kayu kepada pedagang pengumpul di kecamatan. Pedagang besar di kecamatan kemudian menjualnya ke berbagai daerah seperti Padang, Pekanbaru, Medan, Prapat dan Tanjung Balai. Penentuan harga ubi kayu ditentukan oleh pedagang besar yang ada di provinsi atau di kabupaten. Sehingga petani di daerah penelitian tidak bisa menentukan harga ubi kayunya tersebut.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Ubi Kayu di Desa Pegajahan

Berdasarkan hasil kajian peneliti, biaya produksi, penerimaan dan pendapatan rata rata hasil usahatani ubi kayu per petani dan dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Analisis Usahatani Ubi kayu per Petani di Desa Pegajahan, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai 2015 No Uraian Per Petani 1 Produksi 48,95 Ton 2 Produktivitas 60,5 TonHektar 3 Harga Jual Rp 1.023 4 Penerimaan Rp 49.848.409 5 Biaya - Biaya Tetap • Sewa Lahan Rp 2.800.000 • Cangkul Rp 15.864 • Parang Rp 15.727 • Alat Semprot Rp 55.000 Total Biaya Tetap Rp 2.886.591 - Biaya Variabel • Pupuk Rp 885.752 • Tenaga Kerja • Pestisida Rp 2.022.727 Rp. 1.031.085 Total Biaya Variabel Rp 3.053.813 6 Pendapatan Rp 46.526.188 Sumber: Analisis Data Primer, 2015

5.1.1. Produktivitas Lahan

Berdasarkan hasil analisis data primer, produktivitas ubi kayu di daerah penelitian sebesar 60,5 Ton Ha. Untuk menjelaskan posisi produktivitas ubi kayu dalam konstalasi wilayah yang lebih luas, maka dilakukan perbandingan dengan produktivitas kabupaten dan institusi lain. Bila dibandingkan dengan produktivitas rata – rata ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 34,2 Ton Ha, maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas ubi kayu di daerah penelitian lebih tinggi. Menurut pengakuan para petani, produktivitas di daerah penelitian lebih tinggi karena serangan hama yang menyerang relatif kecil.

5.1.2. Penerimaan Usahatani Ubi Kayu

Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi ubi kayu dengan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah. Harga jual produksi ubi kayu di daerah penelitian cenderung stabil dalam 2-3 tahun terakhir. Di daerah penelitian terdapat perbedaan harga ubi kayu yang diterima oleh petani. Karena ada 2 jenis ubi kayu yang ditanam petani di Desa Pegajahan, yakni ubi kayu Malaysia dan ubi kayu Lampung. Berdasarkan informasi dari petani ubi kayu di daerah penelitian harga ubi kayu berkisar antara Rp 1.000 Kg – Rp1.200 Kg. Ubi kayu Malaysia dihargai Rp 1.000 Kg dan ubi kayu Lampung dihargai Rp 1.100-1.200 Kg oleh pedagang pengumpul. Dari hasil yang diperoleh total produksi usahatani ubi kayu adalah sebesar 1076,96 Ton Tahun, dengan rata-rata produksi sebesar 48,95 Ton Petani Tahun.

5.1.3. Biaya Produksi Usahatani Ubi Kayu

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi penggunaanya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah penyusutan alat dalam usahatani ubi kayu. Selain biaya tetap terdapat juga biaya tidak tetap Variable Cost dimana penggunaanya habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk kedalam biaya tidak tetap adalah pupuk, dan tenaga kerja. Berikut ini merupakan komponen biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahatani ubi kayu :

1. Biaya Tetap

Biaya tetap yang dianalisis oleh peneliti diantaranya adalah biaya penyusutan alat yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Lahan

Dari seluruh responden petani ubi kayu di daerah penelitian yang berjumlah 22 orang, hanya 5 responden yang mengeluarkan biaya untuk lahan, yakni biaya sewa lahan. Sisanya memakai lahan warisan orang tua, atau pinjaman sanak- saudara. Seluruh responden tidak ada yang membayar biaya pajak lahan. Menurut pengakuan petani, tidak membayar pajak sudah menjadi hal biasa dan belum pernah ada sanksi tegas dari pihak berwenang bagi petani yang tidak membayar pajak lahan.

b. Penyusutan Peralatan

Penyusutan biaya peralatan yang dihitung meliputi penyusutan peralatan diantaranya terdiri atas cangkul, parang dan sprayer. Biaya penyusutan cangkul sebesar Rp 15.864 Tahun atau sebesar 0,4 dari total biaya usahatani. Biaya penyusutan parang sebesar Rp 15.727 Tahun atau sebesar 0,47 dari total biaya usahatani. Biaya penyusutan sprayer sebesar Rp 55.000 Tahun atau sebesar 1,65 dari total biaya usaha tani. Dimana, untuk rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran .

c. Biaya Variabel

Biaya variabel yang digunakan dalam kegiatan usahatani ubi kayu di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai terdiri atas biaya