Likuiditas adalah kemampuan pertanian untuk memenuhi komitmen keuangannya ketika jatuh tempo dalam kegiatan usaha normal.
2. Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan pertanian untuk membayar semua kewajiban melalui asetnya.
3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah sumber daya yang cukup akan dihasilkan untuk pembayaran biaya dan utang yang telah dikeluarkan
Viabilitas finansial ditentukan oleh tingkat pendapatan pertanian. Pendapatan
sektor pertanian menunjukkan fluktuasi yang kuat dari waktu ke waktu karena fluktuasi harga dan hasil. Tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh jumlah
subsidi pertanian. Baik subsidi pupuk maupun subsidi di bidang pertanian Wiebe F, 2007.
2.3. Penelitian Terdahulu
Jufrianto 2014 dalam penelitian berjudul tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Viabilitas Finansial Petani Salak
Padangsidimpuan di Kabupaten Tapanuli Selatan” menyimpulkan bahwa keberlanjutan keuangan petani viabilitas finansial di daerah penelitian tidak
viabel . Dimana rata-rata pendapatan petani salak di daerah penelitian sebesar Rp 17.468.459,35Thn dan rata-rata pengeluaran petani sebesar Rp 18.544.371Thn.
Sehingga petani didaerah penelitian memiliki kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pirdon 2012 dalam penelitian berjudul “Analisis Usahatani Ubi Kayu di Desa Puluh Hali Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai” diperoleh produksi
sebesar 3852.3 Kg petani dan 6695.2 Kg Hektar. Ini telah melampaui masing- masing titik impas BEP volume produksi yaitu sebesar 1328.7 Kgpetani dan
2669.8hektar. Harga ubi kayu di Desa Puluh Hali adalah sebesar Rp.1.450Kg telah melampaui masing-masing BEP harga produksi yaitu sebesar Rp. 413
petani dan Rp. 418 Hektar. Nilai RC ratio pada usahtani ubi kayu di Desa Puluh Hali sebesar 3.89, dimana RC 1 dan BC ratio sebesar 2.8 dimana BC 1 dan
ROI adalah 2.89. Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani ubi kayu di Desa Puluh Hali layak untuk
dikembangkan.
Rani 2010 dalam penelitian berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani dan Pengolahan Ubi Kasus : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan
Kabupaten Serdang Bedagai”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum usahatani layak untuk diusahakan, hanya saja keuntungan yang diperoleh tidak
terlalu tinggi karena besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan.
2.4. Kerangka Pemikiran
Usahatani adalah mengorganisasikan mengelola aset dan cara dalam pertanian atau lebih tepatnya adalah kegiatan mengorganisasikan sarana produksi pertanian
untuk memperoleh hasil atau keuntungan. Petani dalam usahataninya menggunakan beberapa faktor produksi seperti lahan, sarana produksi dan tenaga
kerja untuk memperoleh hasil keuntungan.
Dalam usahatani ubi kayu di Kecamtan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, diperlukan biaya usahatani input untuk menghasilkan output. Output produksi
yang dikalikan dengan harga jual ubi kayu akan menghasilkan penerimaan usahatani ubi kayu. Selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya input
disebut dengan pendapatan bersih petani. Pendapatan yang dihasilkan, berhubungan dengan modal dan konsumsi pangan, papan, sandang, pendidikan,
kesehatan. Ketika modal dan konsumsi diketahui, maka viabilitas dapat diketahui. Suatu usahatani dikatakan viabel apabila pendapatan lebih besar
daripada modal dan konsumsi. Suatu usahatani dikatakan tidak viabel apabila pendapatan lebih kecil dari biaya produksi atau konsumsi.
Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:
: Menyatakan Hubungan
Harga Usahatani Ubi Kayu
Output
Penerimaan Biaya Usahatani
Input K
Pendapatan I I
≥ K+ C
I K+ C
Viabel
Tidak Viabel
Konsumsi C Pangan, Sandang,
Papan, Pendidikan, Kesehatan, Kesenangan
Viabilitas
I = Income Pendapatan C = Konsumsi
K = Kapital Modal
2.5. Hipotesis Penelitian