B. Masyarakat Patani Pra Islam
Patani merupakan salah satu negara di Semenanjung Melayu, namun tidak berarti bangsa Melayu itu menjadi satu-satunya bangsa yang menempati di daerah
tersebut. Karena sebelumnya daerah itu telah didiami oleh beberapa bangsa lain seperti; bangsa liar sakai, Hindu yang datang dari India, Siam asli dan bangsa
Melayu. Sejak beberapa ratus tahun sebelum kelahiran Nabi Isa as. tanah Melayu belum didiami oleh bangsa yang berperadaban. Buminya penuh dengan hutan dan
rimba serta banyak dihuni oleh binatang. Kedatangan orang Hindu ke Patani bertujuan untuk meluaskan mata pencarian mereka di luar dari India, khususnya di
sebelah Timur Asia, karena kemasyhuran serta kemakmuran daerah tersebut membuat mereka tertarik. Kedatangan mereka melalui dua jalur yaitu: melalui darat
dan laut. Jalur darat mulai dari India melewati Birma, kemudian meneruskan perjalanan menuju Siam serta Annam. Sementara di jalur laut, mereka menggunakan
perahu menyeberangi laut India, kemudian masuk ke tanah Melayu serta menuju kepulauan di bagian selatan, seperti: Sumatera, Jawa, Bali, Brunai dan lain
sebagainya.
27
Sebelum kedatangan Islam, masyarakat di daerah tersebut menganut agama Hindu-Budha dan animisme. Ketiga konsep kepercayaan ini tidak berhasil
memainkan peranan dalam mengaturkan penganutnya, meskipun agama Hindu dan Budha telah bercampur aduk antara satu dengan yang lainnya dalam ritual
27 Ibrahim Syukri, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, Malaysia: Majlis Ugama Islam
Kelantan, 1985, h. 1-8
keagamaannya. Tetapi senantiasa menjadi kontroversi bagi penganutnya masing- masing, sehingga tidak melahirkan sifat kasih sayang dan kerja sama yang baik.
Sebagai contoh, seperti terjadinya perselisihan antara Majapahit dan Sriwijaya, walaupun keduanya menganut kepercayaan yang sama.
28
Munculnya konsep ini disebabkan doktrin Hindu-Budha tentang penitisan incarnation dimana raja-raja
merupakan golongan yang terpilih. Konsep “Dewa raja” dianggap sebagai keturunan atau titisan Dewa Wisnu. Oleh karena itu, raja dianggap sebagai wakil Tuhan di muka
bumi, dan rakyat tidak terlepas dari pengawasannya.
29
Apabila dirujukan kepada sejarah kerajaan Melayu lama pengaruh India Langlasuka. Seny Madakakul, seorang ilmuan Islam Patani berpendapat bahwa
Langkasuka terletak di Patani sekarang. Pendapat ini didukung oleh beberapa sejarawan lainnya seperti: Zainal Abidin Wahid, Mubin Shepard, Prof. Hall dan Prof
Paul Wheatly. Mereka menegaskan bahwa bangsa pertama yang menempati di tanah Melayu berasal dari suku Jawanes-Malay, yang kemudian melahirkan keturunan
Melayu Patani di Selatan Thai sekarang.
30
Pada tahun 450 M. seorang pengembara China menemukan penganut Brahmana dari India yang tinggal di dalam istana. Hal ini membuktikan bahwa agama
Hindu telah dianut oleh penduduk Patani lebih dahulu dari tahun tersebut. Mengutip
28 H. Abdullah Islah, Islam di Nusantara; khususnya di tanah Melayu, Malaysia: al-
Rahmaniah, Badan Dakwah dan kebajikan, 1989, h. 87 29
Ibid, h. 14-16 30
Ahmad Fathy al-Fatani, Pengantar Sejarah Patani, Malaysia: Pustaka Darussalam, Alor Setar, 1994, h. 3
dari Hall, ia mengatakan bahwa pada tahun 515 M Raja Langkasuka dikenal dengan nama Bhaga Datta, yakni sebuah nama dalam bahasa sansakerta yang berarti
“pembawa kekuasaan”. Nama ini menggambarkan pengaruh Hindu di Langkasuka.
31
Peralihan kerajaan Patani Hindu-Budha menjadi kerajaan Islam tentunya tidak terlepas dari proses islamisasi ke dalam lingkungan istana. Pada saat Patani diperintah
oleh Raja Sri Wangsa, pendapat lain mengatakan Raja bernama Paya Tu Intira. Setelah dinobatkan, namanya Phaya Tu Nakpa dan setelah memeluk agama Islam
diganti menjadi Sultan Isma’il Syah Zillullah 1500-1530 M.
32
Pada akhirnya Islam menjadi sebuah agama bagi masyarakat Melayu Patani melalui proses islamisasi yang sangat penting. Namun, dalam kehidupan beragama
masih ada unsur animisme dan kebudayaan Melayu lama masih melekat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai contoh seperti menyembah pohon,
menyembah arwah nenek moyang dan lain sebagainya. Proses islamisasi pada saat itu berjalan dengan damai dan evolutif
33
dimana ajaran Islam secara perlahan-lahan masuk, menyerap dan menyatu ke dalam kebudayaan Melayu sehingga terbentuk
suatu kebudayaan Melayu yang Islam. Misalnya, kata sembahyang dan memohon
34
31 Ibid, h. 7
32 Anand Wattananikorn, Prawat Muang Langkasuka Muang Patani:, Sejarah negeri
Langkasuka dan Patani Bangkok: Mitsin, 1988, h. 64
33 A. Teew D.K Wyatt, Hikayat Patani: The Story of Patani, Martinus: The Hasgue,
1970, h. 72-74
34
Asal kata sembahyang adalah sembah nenek moyang=sembah Hyang. Sang Hyang Widi adalah Tuhan dalam kepercayaan Melayu lama. Dan kata memohon berasal dari kata pohon yang
bergeser arti asalnya dan sama dengan kata sholat lima kali sehari semalam menurut ajaran Islam. Sedangkan kata memohon sama artinya dengan kata berdo’a. Masih
banyak istilah lain yang berasal dari kebudayaan animisme yang kemudian dirubah arti dan maknanya setelah islamisasi itu.
Proses pengislaman juga terjadi terhadap lembaga-lembaga sosial lainnya seperti perguruan-perguruan silat-warisan tradisi agama Budha. Sebagai contoh,
model perguruan yang berasal dari tradisi agama Budha dirubah menjadi pondok yang kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan dan pengajaran di kawasan
Asia Tenggara, khususnya di Patani.
35
C. Kedatangan Islam di Patani