besaran. Akibatnya, pemerintah melakukan operasi penumpasan, namun tentara dan polisi sering mendapat kegagalan.
68
Kematian pemimpin BNPP, Tengku Abdul Jalal Ibn Al-Marhum Tengku Abdul Mutallib, Raja Teluban nama suatu kabupaten yang terakhir di pasir putih,
Kelantan pada 1977 M seiring dengan kekalahan Partai Islam Se-Malaysia PAS pada tahun yang sama membuat organisasi ini merosot.
69
Kehilangan pemimpin ini, kemudian diserahkan kepada 15 orang anggota kepengurusan pusat sehingga
melantik Badri Hamdan seorang mahasiswa Universitas Timur Tengah sebagai ketua dan Syamsuddin Abdul Saleh sebagai wakil ketua, ia adalah mahasiswa lulusan
Mesir, dan merupakan adik mantan wakil parlemen propinsi Narathiwat, dari Partai Demokrat. Sesuai dengan perkembangan pada saat itu, akhirnya muncul kesepakatan
untuk mengantikan Barisan Nasional Pembebasan Patani menjadi Barisan Islam Pembebasan Patani BIPP.
B. Barisan Revolusi Nasional BRN
Pada 13 Maret 1960 M didirikan sebuah organisasi perjuangan yang diberi nama Barisan Revolusi Nasional oleh pemimpin masyarakat Islam yang terdiri dari
kalangan ahli politik, para ulama dan golongan bangsawan. Pendiri organisasi ini adalah Mohammad A, Ustadz Abd. Karim Hassan. Tuan guru H. Yusuf Chapakia dan
68
W.K Che Man, The Malay-Muslim of Southenrn Thailand, Jurnal, Institute of Muslim Minority Affairs,1998, h. 23
69
Riza Sihbudi, ed, Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, Jakarta: PPW-LIPI, 2000, h. 131
Tengku Abd. Jalal bin Tengku Abd. Mutallib Adun Na’ Saiburi. Organisasi ini lebih dikenal dengan singkatan BRN atau disingkat dengan kumpulan atau “Puak B”
merupakan organisasi pertama yang mengambil pendekatan menuntut kemerdekaan penuh. Motif pembentukan BRN adalah berbeda dengan GAMPAR, yang didirikan
pada tahun 1948 M yang mengambil pendekatan berlandasan perjuangan menuntut otonomi. Sementara BRN adalah organisasi politik yang berjuang menuntut
kemerdekaan dengan cara revolusi bersenjata. Lebih jauh lagi, BRN didirikan sebagai organisasi yang berideologi nasionalis dan mendukung revolusi menentang
kapitalisme dan kolonialisme.
70
Ideologi perjuangan BRN adalah berlandasan pada kebangsaan Melayu dan sosialis Islam. Ideologi dirumuskan dengan NASOSI yaitu Nasional, Sosialis dan
Islam. Pengambilan NASOSI sebagai ideologi dipengaruhi oleh para pejuang nasionalis pada saat itu, khususnya para tokoh Melayu yang memperjuang
kebangsaan Melayu yang berlandasan Islam seperti Dr. Burhanuddi EI-Hilmi. Langkah perjuangan digaris pada awalnya dapat dibagi menjadi dua tahapan berikut:
1. Menuntut kemerdekaan penuh bagi 4 wilayah di Selatan Thailand,
termasuk daerah di bagian barat wilayah Songkhla dalam rangka membangun kembali kemerdekaan negeri Patani
2. Menggabung negeri Patani yang merdeka di bawah satu kepemimpinan
Melayu Raya.
71
70 Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani, h. 323
71 Chapakia, Politik Thai dan Reaksi Masyarakat di Selatan Thai, h. 148
Kedua langkah perjuangan di atas, mengambarkan bahwa organisasi ini mempunyai hubungan dengan luar negeri, khususnya dengan kepemimpinan Sukarno
di Indonesia yang memperjuangakan konsep Melayu Raya. Dalam perjuangan menegakkan konsep tersebut, BRN sebagai organisasi pergerakan di Selatan Thai
yang geografi perjuangannya mencakup seluruh wilayah Selatan sebanyak 14 wilayah yang terletak antara Sungai Kolok dan Segenting Kera. Berdasarkan konsep dan
strategi bersama ini, menbuat BRN mempunyai hubungan dengan pergerakan radikal atau pergerakan kiri di Tanah Melayu dan dengan negara-negara blok sosialis.
72
Organisasi BRN dikatakan berjuang berasaskan ideologi Nasionalisme, dan Islamisme-Sosiolisme
yang konsepnya sama dengan Parti Rakyat Malaysia disingkat dengan PRM, dulunya Partai Sosialis Rakyat Malaya atau RSRM. Tujuannya
menuntut kemerdekaan yang meliputi propinsi Pattani, Yala, Narathiwat, Setul dan sebagian dari Songkhla, yang didiami penduduk keturunan Melayu-Muslim
merupakan bekas empayar Islam Patani. Markas BRN bertempat di daerah Bendang Setar, Propinsi Yala, daerah Sebayoi, propinsi Songkhla dan di daerah pedalaman
propinsi Narathiwat.
73
BRN merupakan
sebuah organisasi yang mempunyai susunan kepengurusan
yang cukup rapi. Peralatan senjata dan tempat latihan ketentaraannya terletak berdekatan dengan kawasan yang menjadi tempat persembunyian partai komunis dari
72 Undang-undang Dasar Barisan Revolusi Nasional Melayu Patani, 1984, pasal 10
73 Mc Beth, J., Separatism is the Goal and Religion the Weapon. FEER, Jilid 108 No. 26 20
Juni 1980, h. 16-22
Malaya atau PKM. Bagi BRN pergerakan komunis lebih menguntungkan, karena banyak mendapatkan persenjataan dan strategi perang gerilya. Namun dalam
perkembangannya, pengaruh komunis semakin mengkhawatirkan BRN sendiri karena belakangan ini, terdapat laporan yang mengatakan bahwa BRN bekerjasama dengan
PKM yang dianggotai oleh Muslim Melayu Patani. Tetapi laporan tersebut dibantahkan oleh juru bicara angkatan bersenjata BRN, Lukman Iskandar yang
menegaskan bahwa para pejuangnya lebih rela mati sebagai pejuang Muslim Patani— tidak seperti apa yang dituduh itu.
74
Kesempatan tersebut juga disampaikan kepada pemerintah Thailand, supaya mengadakan perundingan secara diplomatik kearah penyelesaian. Perundingan ini
dapat dilakukan di Libya atau Australia agar membawa suasana damai bagi kedua pihak. Jika peluang perdamaian ini ditolak begitu saja oleh pihak Bangkok, maka
kekacauan akan terus berlangsung di selatan Thailand. Dengan demikian akan menyuburkan lagi persengketaan di Asia Tenggara dan pihak komunis juga akan
mengambil keuntungan dan kesempatan itu. Juru bicara BRN juga menyatakan bahwa masalah komunis di perbatasan Malaysia-Thailand tidak mudah dibendung
tanpa kerjasama antara pejuangan Muslim Patani yang sedang menuntut haknya. Pemerintah Thailand telah melakukan penangkapan dan pembunuhan atas orang-
orang Melayu dengan alasan sebagai anggota komunis. Keganasan tentara Thai dalam bertindak menangkap guru agama dan menutup sekolah agama di sekitar Pekan
74 Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani h. 323-325
Merah Betong, propinsi Yala, yang tidak jauh dari perbatasan. Pihak BRN menolak bahwa masyarakat yang ditangkap bukan anggota komunis, mereka adalah penduduk
Melayu Patani yang sedang memikul senjata membebaskan tanah air dari penguasa. BRN juga menghimbau kepada pemerintah supaya membedakan antara pejuang
Muslim dengan anggota komunis. Jika pihak Bangkok masih tidak mau tahu, kemungkinan usaha-usaha pihak Malaysia dalam menghapuskan kesepakatan
komunis mencapai kegagalan. Pemerintah Malaysia berupaya untuk memberi penjelasan bahwa konsep dan ideologi komunis itu amat bertentangan dengan prinsip
ajaran Islam dan akan membawa kekeliruan bila pihak Thai terus-menerus menuduh Melayu Muslim Patani yang berjuang di hutan sebagai komunis.
75
Dalam perkembangannya, terdapat sumber yang mengatakan BRN mengalami masalah internal. Akibatnya muncul beberapa kelompok kecil, namun
induknya terus memberikan semangat dan potensi, sehingga organisasi ini diganti namanya menjadi B.R.N. Kongres. Beberapa perubahan dibuat untuk membaharui
kegiatan dan tujuan tanpa mengubah landasan dasar organisasi. Akibatnya terjadi konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia pada tahun 1963 M sehingga di kalangan
pemimpin BRN, ada yang bersimpati dengan Malaysia khususnya golongan konservatif dan aristokrat yang bertempat di Malaysia. Keadaan ini membuat BRN
mengalami perpecahan.
76
75 Lukman Iskandar, Patani Cabar Thailand, Suara Merdeka 26 Desember 1976
76 Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani, h. 324-325
Pada akhir tahun 1960-an, BRN mengambil langkah dengan membuat susunan Angkatan Bersenjata yang dikenal dengan ABRIP Angkatan Bersenjata
Islam Patani. Pengaruh BRN berkembang pesat di propinsi Pattani, Yala, Narathiwat dan 3 daerah di propinsi Songkhla yaitu Tepha Tiba, Cenak dan Sebayoi. BRN tidak
berkembang di propinsi Setul karena masyarakat Setul lebih terkesan dengan kepimpinannya, Che Abdullah Langputih yang mengambil langkah perjuangannya
dalam parlemen di Bangkok.
77
C. Patani United Liberation Organization PULO