125
7. Jika keputusan daerah bertentangan dengan kepentingan
umum, UU, PP atau Perda dari Daerah yang lebih tinggi tingkatannya, keputusan tersebut dapat ditangguhkan
atau dibatalkan oleh penguasa yang berwenang. Selain urusan rumah tangga yang termasuk otonomi daerah,
kepada Daerah menurut Pasal 42 juga diberi tugas kewajiban untuk melaksanakan peraturan perundangan dari pemerintah Pusat atau
pemerintah Daerah yang lebih tinggi tingkatnya. Ini merupakan hak medebewind.
e. Materi Muatan Menurut UU No. 5 Tahun 1974
Dalam Undang-undang ini pemberian otonomi kepada daerah didasarkan kepada otonomi yang nyata dan bertanggung
jawab. Dikatakan nyata dalam arti pemnerian otonomi kepada
daerah haruslah didasrkan pada faktor-faktor, perhitungan- perhitungan dan tindakan-tindakan atau kebijaksanaan yang benar-
benar dapat menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata mampu mengurus rumah tangganya sendiri.
Dikatakan bertanggung jawab dalam arti bahwa pemberian otonomi itu benar-benar sejalan dengan tujuannya, yaitu
melancarkan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok Negara dan serasi dengan pembinaan politik dan Kesatuan bangsa,
126
menjamin hubungan yang serasi antara pemerntah pusat dan pembangunan daerah.
Menurut UU No. 5 Tahun 1974 Pasal 13, Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD. Berbeda dengan UU
No. 18 Tahun 1965, Kepala Daerah tidak didampingi lagi oleh suatu Badan Pemerintah Harian sebagai badan penasihat dalam
bidang eksekutif, akan tetapi BPH ini diganti dengan Badan Pertimbangan Daerah yang terdiri dari Ketua DPRD dan unsur-
unsur dari fraksi-fraksi yang belum terwakili dalam pimpinan DPRD.
Menurut Pasal 13 Pemerintah daerah adalah Kepala Daerah dan DPRD. Dalam penjelasan umum dijelaskan bahwa konstruksi
yang demikian diharapkan dapat menjamin adanya kerjasama yang serasi antar keduanya untuk mencapai tertib pemerintahan di
daerah. Meskipun demikian, DPRD tidak boleh mencampuri bidang eksekutif. Bidang eksekutif ini adalah wewenang dan
tanggungjawab Kepala Daerah sepenuhnya. Kepala Daerah Tingkat I karena jabatannya adalah Kepala
Wilayah Propinsi atau Ibukota Negara, sedang Kepala Daerah Tingkat II karena jabatannya adalah Kepala Wilayah Kabupaten
atau Kotamadya. Dalam diri Kepala Daerah terdapat dua fungsi, yaitu : 1 sebagai Kepala Daerah Otonom yang memimpin
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dan 2 sebagai Kepala
127
Wilayah yang memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan umum yang menjadi tugas pemerintah Pusat di daerah.
Sejalan dengan konstruksi tersebut, maka dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajiban Pemerintahan Daerah,
Kepala Daerah menurut hierarki bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Ditinjau dari prinsip-
prinsip organisasi dan ketatalaksanaan, adalah tepat sekali jika Kepala Daerah hanya mengenal satu garis pertanggungjawaban.
Oleh karena itu, Kepala Daerah tidak bertanggungjawab kepada DPRD. Namun demikian, Kepala Daerah berkewajiban
memberikan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD. Adapun sebagai wakil pemerintah Pusat, Kepala Wilayah
dalam semua tingkat adalah Penguasa Tunggal di bidang pemerintahan di daerah, kecuali bidang pertahanan dan keamanan,
peradilan, luar negeri dan moneter dalam arti mencetak uang, menentukan nilai mata uang, dan sebagainya.ia berkewajiban untuk
memimpin penyelenggaraan pemerintahan, mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta membina
kehidupan masyarakat dalam segala bidang. Dengan kata lain, Penguasa Tunggal adalah administrator
pemerintahan, administrator pembangunan, dan administrator kemasyarakatan.
128
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wewenang, tugas dan kewajiban Kepala Wilayah adalah sebagai berikut :
a. Pembinaan ketenteraman dan ketertiban wilayah.
b. Pembinaan ideologi Negara, politik dalam negeri dan
Kesatuan bangsa. c.
Penyelenggaraan koordinasi terhadap instansi vertikal. d.
Bimbingan dan pengawasan terhadap pemerintah daerah. e.
Pembinaan tertib pemerintahan. f.
Pelaksanaan tugas-tugas lain. Elite Pemerintahan Lokal hanyalah sekadar kepanjangan
tangan pemerintah pusat di daerah yang diberi kekuasaan besar untuk melakukan manuver politik untuk menunjukkan
pengabdiannya ke pusat. Kepala daerah dipersatukan dengan figur kepala wilayah, yang proses pemilihannya banyak dikendalikan
pusat.
128
Dalam hal pembagian daerah, dapat dilihat dalam Pasal 2, 3, dan 72 yang menentukan bahwa wilayah Indonesia dibagi
kedalam : 1. Daerah Otonom
a. Daerah Tingkat I b. Daerah Tingkat II
128
Lihat Penjelasan Pasal 15 dan 16 UU No. 5 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa Presiden dalam mengangkat kepala daerah tingkat I dan Menteri Dalam Negeri bertindak atas nama
Presiden untuk kepala daerah tingkat II dari calon-calon yang diajukan DPRD tidak terikat pada jumlah suara yang diperoleh masing-masing calon karena Hal. itu merupakan hak prerogatif
Presiden.
129
2. Wilayah Administratif. a. Wilayah Propinsi dan Ibukota Negara
b. Wilayah Kabupaten dan Kotamadya c. Wilayah Kecamatan
d. Kota Administratif bila diperlukan. Peranan pemerintah pusat selama berjalannya pemerintahan
orde baru terasa sangat dominan. DPRD dalam UU No. 5 Tahun 1974 hanya diberi kewenangan memilih bakal calon, selanjutnya
hasil pemilihan tersebut diajukan oleh DPRD kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Untuk Daerah Tingkat I, diajukan
sedikit-dikitnya dua orang untuk diangkat salah satu diantaranya. Sementara itu, untuk Daerah Tingkat II, diajukan sedikit-dikitnya
dua orang calon terpilih kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Kepala Daerah untuk dipilih salah satu diantaranya.
Presiden dalam mengangkat kepala daerah dari antra calon-calon yang diajukan oleh DPRD, tidak terikat pada jumlah suara yang
diperoleh masing-masing calon, karena hal itu adalah hak prerogatif Presiden. Demikian pula bahwa dengan Menteri Dalam
Negeri yang dalam hal ini bertindak atas nama Presiden dalam mengangkat Kepala Daerah Tingkat II tidak terikat pada jumlah
suara yang diperoleh masing-masing calon.
f. Materi Muatan Menurut UU No. 22 Tahun 1999