Masa Pemberlakuan UUD Tahun 1945 Periode III:

151

e. Masa Pemberlakuan UUD Tahun 1945 Periode III:

Amandemen UUD 1945 Pemberlakuan UUD NRI Tahun 1945 ini merupakan pemberlakuan periode ketiga UUD 1945 setelah mengalami amandemen empat tahap. Pada Tahun 1999, perjalanan NKRI kembali mengalami dinamika ketataNegaraan, dengan dilakukannya amandemen mengenai UUD 1945 yang secara langsung turut mempengaruhi landasan pelaksanaan pemerintahan, khususnya pelaksanaan pemerintahan di daerah. Kaidah Konstitusi sebagai dasar dari pelaksanaan pemerintahan di daerah berubah, pokok pikiran yang menjiwai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berbeda pemaknaannya dengan pemberlakuan UUD 1945 periode sebelumnya saat proklamasi dan saat keluarnya Dekrit Presiden Perubahan dapat dilihat dalam beberapa hal, antara lain : pertama, pada UUD 1945 hasil proklamasi dan dekrit presiden 5 juli 1959 menegaskan mengenai representasi kedaulatan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR serta tidak menegaskan secara tersurat dalam Pasalnya mengenai Negara hukum makna Negara hukum dicantumkan dalam penjelasannya. 175 Sementara, menurut UUD 1945 hasil amandemen menegaskan mengenai kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD serta 175 Lihat dalam UUD RI Tahun 1945 periode I dan II Pasal 1 ayat 2 152 menambah satu Pasal yang secara tekstual menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara hukum. 176 Kedua,. mengenai Hak dan kekuasaan presiden dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mengalami perubahan, seperti dalam kata “memegang kekuasaan” dan kata “persetujuan DPR”, 177 yang berubah menjadi kata“ berhak mengajukan” dan kata “kepada Dewan Perwakilan Rakyat”. 178 Ketiga, pemerintah daerah yang diatur dalam Kaidah Pasal 18 UUD RI 1945 masih abstrak karena hanya secara tersurat dalam kata “daerah besar dan kecil” dan kata “bentuk susunan pemerintahannya”. Sementara, dalam UUD NRI 1945 amandemen mengenai Pemerintahan Daerah, dalam Pasal 18 lebih jelas tersurat dengan kata “daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota”, dan kata “mengatur dan mengurus sendirimenurut asas otonomi dan tugas pembantuan“, “memiliki dewan perwakilan rakyat daerah”, “Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya”, serta “menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain”. Keempat, UUD NRI 1945 amandemen mengubah menambah Pasal 18 sebelumnya menjadi 3 Pasal, yaitu dalam Pasal 18A mengenai hubungan wewenang dan hubungan 176 Lihat dalam UUD NRI Tahun 1945 amandemen dalam bab I mengenai Bentuk dan Kedaulatan, khususnya dalam Pasal 1 ayat 1-3. 177 Lihat dalam UUD RI Tahun 1945 periode I dan II Pasal 5 178 Lihat dalam UUD NRI Tahun 1945 amandemen Pasal 5 153 keuangan, dan Pasal 18B mengenai pengakuan kekhususan dan keistimewaan daerah. Realisasi dari amanat amandemen UUD ini secara langsung membawa konsekuensi terhadap landasan hukum Pemerintahan Daerah. Kaidah Pasal 18 UUD 1945 sebelumnya diamandemen diperluas ditambah dengan 2 Pasal, yang tentunya kaidah yang terkandung di dalamnya turut berubah. Untuk itu, diterbitkanlah UU No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah. Yang waktu itu pemerintah di bawah Presiden Megawati yang sebelumnya wakil dari Presiden Abdurrahman Wahid. Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa pelaksanaan otonomi daerah di masa amandemen ini lebih menitikberatkan pada perubahan secara signifikan terhadap pembatasan kekuasaan pusat dimana pada era sebelumnya era orde baru bahwa otonomi daerah tidak diatur secara jelas bahkan ada tekanan terhadap daerah. Pemerintahan Pusat begitu dominan terhadap semua kebijakan Negara, karen peran eksekutif yang begitu besar bahkan pada tataran fungsi legislasi. MPR dan DPR dsini tidak berperan scara optimal. Namun memang hal tersebut bukan tanpa dasar karena pemerintah saat itu memang menafsirkan berjalannya pemerintahan beranjak dari penafsiran terhadap ketentuan UUD 1945. 154

2. Materi Muatan Otonomi Daerah Menurut Perkembangan