76
dan individual beschikking atau perbuatan material berupa pelayanan dan pembangunan obyek tertentu.
Dengan merujuk pada uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah berhubungan dengan Pemerintahan Daerah
otonom Self Local Government. Pemerintahan Daerah otonom adalah Pemerintahan Daerah yang badan pemerintahannya dipilih penduduk
setempat dan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusannya sendiri berdasarkan peraturan perundangan dan tetap
mengakui supremasi dan kedaulatan nasional. Namun perlu dipahami bahwa dari segi organ, fungsi, kewenangan dalam otonomi daerah di
Indonesia pun sebenarya tetap terdapat pembatasan karena adanya status sebagai perwujudan Local Government tersebut. Dari segi organ
dan fungsi hanya merujuk kepala daerah dan DPRD sedangkan organ yudikatif seperti lembaga peradilan merupakan lembaga otonom. Peran
legislasi disini digantikan hanya dengan kewenangan membentuk kebijakan dan melaksanakan kebijakan itupun hanya mencakup urusan
rumahtangga yang telah di tentukan undang-undang. Sehingga sebenanrnya jelas disini bahwa kedudukan dan keberadaan otonomi
daerah merupakan subordinat dan dependent terhadap pemerintah pusat.
d. Otonomi Daerah : Penerapan Konsep Federalisme Di Indonesia
Indonesia menganut bentuk Negara Kesatuan seperti yang telah tercantum dalam Konstitusi. Maka sebenarnya ketika otonomi daerah
77
diterapkan di Indonesia berarti telah mengakomodir sebagian konsep pemerintahan di dalam Negara yang berbentuk Federal. Maka Jimly
Asshiddiqie mengatakannya sebagai “Federal arrangement” dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan Daerah Otonom dalam konsep Negara Kesatuan bisa diartikan sebagai pemerintahan yang dipilih penduduk setempat
dan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusannya sendiri berdasarkan peraturan perundangan dan tetap mengakui
supremasi dan kedaulatan nasional. Dengan demikian otonomi dalam Negara Kesatuan
mempunyai batas-batas tertentu dan terikat pada prinsip utama, yaitu tidak sampai mengancam keutuhan Negara Kesatuan itu sendiri.
Kendatipun pemerintah daerah sebagai bagian pemerintahan nasional yang diberikan hak otonomi untuk mengatur dan mengurus
kepentingan-kepentingan masyarakatnya di dalam daerahnya sendiri, namun otonomi itu tetap terikat pada batas-batas wewenang yang telah
diterimanya berdasarkan peraturan-peraturan dan perundang- undangan yang ditetapkan pemerintah pusat.
Jika kita lihat dalam Konstitusi UUD amandemen dan undang-undang yang telah ada utamanya paska reformasi dalam UU
No. 22 Tahun 1999 sampai dengan Undang-undang sekarang yang berlaku UU No.32 Tahun 2004 sampai perubahannya UU no 12
Tahun 2004, Terdapat penerapan prinsip-prinsip Federalism Meskipun ditegaskan bahwa organisasi pemerintahan Republik Indonesia
78
berbentuk Negara Kesatuan unitary, tetapi konsep dasar sistem pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah diatur menurut prinsip-
prinsip Federalisme. Dalam ketentuan Undang-undang tersebut yang ditentukan hanyalah kewenangan pusat yang mencakup urusan
hubungan luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, yustisia dan urusan agama, sedangkan kewenangan berkenaan
dengan urusan sisanya lainnya justru ditentukan berada di daerah kabupatenkota. Bahkan, dalam naskah Perubahan Kedua UUD 1945,
yaitu Pasal 18 ayat 5 dinyatakan: “Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluasluasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undangundang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Jika di tafsirkan hal ini bisa di katakan sebagai bentuk penerapan prinsip-
prinsip Federalism. Karena pada umumnya dipahami bahwa dalam sistem Federal, konsep kekuasaan asli atau kekuasaan sisa residual
power berada di daerah atau bagian, sedangkan dalam sistem Negara Kesatuan unitary, kekuasaan asli atau kekuasaan sisa itu berada di
pusat. Dari uraian yang telah di sebutkan diatas dapat disimpulkan
bahawa Indonesia telah menerapkan sebagian konsep pemerintahan yang terdapat di Negara Federal karena nyatanya dalam aspek formal
yang melandasi jalannya pemerintahan utamanaya paska reformasi terdapat ketentuan yang mengatur pembagian kekuasaan asli dengan
kekuasaan sisa dimana secara teoritis seharusnya di Negara Kesatuan seperti Indonesia baik kekuasaan asli dan kekuasaan sisa berada di
79
pusat namun dengan adanya otonomi daerah berarti sedikit mengurangi atau membatasi kekuasaan pusat karena didaerahpun di beri kekuasaan
sepanjang yang tidak termasuk urusan pemerintah pusat. Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap kedaulatan Negara Kesatuan karena daerah
disini berada pada posisi tetap menghormati dan berada pada kedaulatan Negara Kesatuan bukan atas dasar kedaulatan sendiri.
Sehingga dapat dikatakan Bahwa di Indonesia pemerintahan berjalan dengan tetap menjalankan 2 kutub yakni antara kutub
sentralisasi dan desentralisasi. Disatu sisi bahwa daerah diberi otonomi dalam mengembangkan rumah tangganya disisi lain keberadaan
otonomi daerah tetap merupakan subordinat dan dependent terhadap pemerintah pusat. Daerah tidak dapat terlepas dari pusat atau Negara.
Ini adalah sebuah konsekwensi ketika Indonesia menganut bentuk Negara Kesatuan yang bentuk pemerintahannya Republik dan berasas
demokrasi. Dalam tataran bentuk Negara Indonesia tetap mempertahan kan bentuk Negara Kesatuan namun dalam tataran berjalannya
Pemerintahan Daerah sebagai toleransi pemerintah pusat Indonesia menerapkan sebagian bentuk-bentuk pemerintahan yang di terapkan di
Negara yang berbentuk Federal.
80
B. Kebijakan Otonomi Daerah dalam Pemerintahan Daerah Berdasarkan