utamanya sebesar 25 dari total kebutuhan kalori seharinya sehingga dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai status gizi tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dan
pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dan sekaligus untuk membandingkan
hasil terhadap hasil penelitian yang telah ada sebelumnya sehingga hasilnya dapat digunakan oleh pemilik perusahaan dalam memberikan keputusan pemberian
makanan selingan sebagai asupan gizi tambahan kepada tenaga kerja.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan penelitian adalah apakah terdapat pengaruh pemberian makanan selingan terhadap
peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : Menganalisis apakah ada pengaruh pemberian makanan selingan terhadap
peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika.
1.4 Hipotesis Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja di PT Canggih Lestari Plastika
Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi tenaga kerja, diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tenaga kerja khususnya yang ada di PT Canggih Lestari Plastika mengenai status gizi para pekerja sendiri dan pengaruh pemberian
makanan selingan terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja. 2.
Bagi manajemen PT Canggih Lestari Plastika, diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukkan dalam membuat perencanaan
mengenai pengadaan makanan selingan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gizi Kerja
2.1.1 Definisi Gizi Kerja
Menurut Irianto 2007, istilah gizi berasal dari bahasa arab “Giza” yang berarti zat makanan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang
berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Lebih luas, gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. Sedangkan kerja adalah suatu aktivitaskegiatan yang
dilakukan oleh manusia untuk melangsungkan hidup agar lebih baik. Pengertian gizi kerja adalah suatu proses organisme dalam menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga agar dapat melakukan suatu aktivitaskegiatan yang
dilakukan oleh manusia untuk melangsungkan hidup agar lebih baik Irianto, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Status Gizi
Menurut Robinson dan Weighley dalam buku “Pengantar Gizi Masyarakat” 2012, status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan
dengan penggunaan makanan oleh tubuh dan kebutuhan gizi adalah banyaknya zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
adekuat. Menurut Standar Baku Nasional, status gizi dibedakan menjadi :
1. Status gizi gemuk dengan BBTB 2SD dari z score.
2. Status gizi normal dengan BBTB di antara -2SD hingga 2SD dari z
score. 3.
Status gizi kurus wasted dengan BBTB -2SD dari z score. 4.
Status gizi kurus sekali dengan BBTB -2SD dari z score. Status gizi juga dapat dihitung berdasarkan berat badan ideal dan indeks
massa tubuh. Penentuan berat badan menggunakan standar Brocca yaitu : Berat badan Ideal kg = {Tinggi badan cm – 100 – 10 TB – 100
Penentuan Indeks Massa Tubuh dengan menggunakan rumus : IMT =
����� ����� �� ������ �����
2
Pembagian kategorinya di Indonesia sebagai berikut : 1.
Kurus : a.
Kekurangan berat badan tingkat berat dengan IMT 17
Universitas Sumatera Utara
b. Kekurangan berat badan tingkat ringan dengan IMT 17,0 – 18,5
2. Normal dengan IMT 18,5 – 25,0
3. Gemuk :
a. Kelebihan berat badan tingkat ringan dengan IMT 25,0 – 27,0
b. Kelebihan berat badan tingkat berat dengan IMT 27,0 Indrawani,
2007
Gizi salah malnutrition dapat didefinisikan sebagai keadaan sakit atau penyakit yang disebabkan oleh kekurangan relatif atau mutlak dam kelebihan satu
atau lebih zat makanan esensial yang berguna dalam tubuh manusia Oppusunggu, 2008. Menurut bentuknya, gizi salah diklasifikasikan oleh Barba dkk 1991
sebagai berikut : 1.
Gizi kurang undernutrition, keadaan ini sebagai akibat dari konsumsi makanan yang tidak memadai jumlahnya pada kurun waktu cukup lama.
Contoh : kekurangan energi protein KEP dapat menyebabkan penyakit marasmus dan kwashiorkor.
2. Gizi lebih overnutrition, keadaan ini diakibatkan oleh konsumsi makanan
yang berlebihan untuk jangka waktu yang cukup lama. Contoh : kegemukan. 3.
Kurang gizi spesifik specific deficiency, keadaan ini disebabkan oleh kekurangan relatif atau mutlak pada zat-zat makanan tertentu. Contohnya :
kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan penyakit xeropthalmia dan
Universitas Sumatera Utara
gangguan akibat kekurangan yodium GAKY yang dapat menyebabkan penyakit gondok.
4. Gizi tak seimbang inbalance, kondisi yang merupakan akibat dari tidak
seimbangnya jumlah antara zat makanan esensial dengan atau tanpa kekurangan zat makanan tertentu. Contoh : gangguan keseimbangan tubuh,
sering loyo, dan lain-lain. Menurut Adriani 2012, kadar zat makanan gizi pada setiap bahan
makanan memang tidak sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu dengan memperhatikan “Empat Sehat, Lima Sempurna” yang selalu
dianjurkan pemerintah, setiap bahan makanan akan saling melengkapi zat makanangizinya yang selalu dibutuhkan tubuh manusia guna menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Zat makanan gizi yang diperlukan tubuh manusia ada
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan pangan nabati dan ada pula yang berasal dari hewan pangan hewani.
Setiap orang selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan, dalam kehidupan sehari-hari. Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari
bahan makanan yang dikonsumsi tersebut, mempunyai nilai yang sangat penting tergantung dari macam-macam bahan makanannya yang berguna untuk :
a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama
bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan, misalnya : penggantian sel-sel
Universitas Sumatera Utara
yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh.
b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari Irianto, 2007.
Namun demikian, beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan, terhadap penyediaan bahan-bahan makanannya, tetap masih
merupakan kendala-kendala. Kemauan setiap rumah tangga untuk memperbaiki pola pemberian makanan kepada anggota keluarga dengan makanan yang bergizi
memang telah ada, akan tetapi keadaan dan kemampuan kepala rumah tangganya terutama berkaitan dengan pendapatanpenghasilan yang diperoleh sering
menjadikan kemauan yang telah ada hanya sebagai rencana saja tanpa unsur-unsur pendukungnya Irianto, 2007.
Menurut Harper et. al. 1985 dalam Pangan Gizi dan Pertanian, di Negara-negara yang sedang berkembang ada 4 faktor yang sangat berpengaruh
terhadap konsumsi pangan sehari-hari bagi sebagian besar penduduknya, yaitu : a.
Produksi pangan untuk keperluan rumah tangga. b.
Pengeluaran uang untuk keperluan pangan rumah tangga. c.
Pengetahuan tentang gizi. d.
Tersedianya pangan, yang dipengaruhi oleh point a dan b. Menurut Kartasapoetra 2010, manusia demi kehidupannya sangat
ditentukan oleh berlangsungnya atau bergeraknya proses-proses dalam tubuhnya, seperti berlangsungnya proses peredaransirkulasi darah, denyut jantung,
pernafasan, pencernaan, proses-proses fisiologis lainnya, selanjutnya bergerak
Universitas Sumatera Utara
melakukan berbagai kegiatan atau melakukan pekerjaan fisik, untuk itu semua diperlukan energi. Dalam masyarakat yang diet sehari-harinya sebagian berasal
dari sumber nabati, adanya penyakit infeksi maupun investasi parasit sangat berperan dalam penentuan tingkat status gizi.
Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak, dengan demikian agar manusia
selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukkan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia yang kurang makan akan lemah baik
kekuatannya, fisiknya, maupun daya ingatannya serta daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan
energi Kartasapoetra, 2010. Menurut Suhardjo 1988 dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi seseorang tidak
dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan energi cadangan dalam tubuh, namun
kebiasaaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kurang gizi khususnya energi.
Seorang anak dipacu oleh orang tuanya agar rajin bekerja, rajin belajar agar kelak menjadi orang yang berguna, akan tetapi kurang diperhatikannya
makanan yang bergizi, maka harapan orang tua tersebut besar kemungkinannya tidak akan tercapai, bahkan anak tersebut selain pertumbuhan dan perkembangan
tubuhnya akan terganggu juga akan menjadi anak yang lemah, tidak periang, dan tidak bergairah. Demikian pula orang dewasa yang telah bekerja, ia bekerja keras
Universitas Sumatera Utara
tanpa diimbangi dengan makanan yang bergizi yang dimakannya setiap hari maka dalam waktu dekat ia akan menderita kekurangan tenaga, lemas, dan tidak
bergairah untuk melakukan pekerjaannya. Contoh-contoh tersebut hendaknya diperhatikan oleh orang tua dan oleh pengusaha dimana orang dewasa tadi bekerja
Suhardjo, 1988. Mengapa anak dan orang dewasa tadi menjadi lesu, lemah, kurang berdaya
untuk melakukan segala sesuatu kegiatan?. masalahnya hanya terletak pada kekurangan gizi, khususnya energi. Bagi orang dewasa yang bekerja dengan
energi yang melebihi kewajaran membanting tulang demi untuk memperoleh pendapatan yang lebih umumnya ia menggunakan cadangan energi dalam
tubuhnya, akibat penggunaan tersebut dan tidak adanya penggantian energi dan energi cadangan sehubungan dengan kurangnya pemasukan zat makanan ke dalam
tubuhnya, tentulah dari pekerjaorang dewasa yang bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya produktivitas kerja yang dikehendaki Suhardjo, 1988.
Menurut Irianto 2007, pada masa sekarang, para pengusaha telah memikirkan akan masalah yang dihadapi oleh para karyawannya yang bekerja
melebihi ketentuan waktu kerja atau menjalankan pekerjaan yang dianggap berat, selalu disediakan jaminan makan biasanya berupa makanan yang bergizi dan
makanan tambahan Extra Voeding. Pembatasan waktu kerja, pemberian jaminan makan setiap hari kerja, merupakan suatu kebijaksanaan pengusaha untuk
mempertahankan produktivitas kerja yang dikehendaki perusahaan dari para karyawannya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Irianto 2007, dalam pengertian makanan sebagai sumber energi ternyata energi makanan dalam proses-proses yang terjadi dalam tubuh hanya
sebagian saja yang diubah menjadi tenaga, sedang lainnya diubah menjadi panas. Tentang hal ini perhatikan saja pada tubuh, setelah melakukan pekerjaan fisik
yang cukup berat atau cukup lama akan terasa badan menjadi panas. Dalam keadaan hanya sedikit melakukan kerja fisik, sebagian besar energi diubah
menjadi panas, dan dalam keadaan tidak melakukan pekerjaan fisik maka relatif seluruh energi diubah menjadi panas dan selanjutnya panas akan ke luar dari
tubuh. Energi yang dihasilkan oleh berbagai jenis makanan tidaklah sama,
padahal manusia harus mendapatkan sejumlah makanan tertentu setiap harinya yang menghasilkan energi, terutama untuk mempertahankan proses kerja
tubuhnya dan menjalankan kegiatan-kegiatan fisik, maka manusia sendiri harus dapat mengetahui atau menentukan banyaknya energi yang dari makanan yang
dimakan itu mencukupi energi minimal untuk keperluan menjalankan proses kerja tubuh Basal Metabolism Rate. Jika masih kurang, haruslah segera dipenuhi
karena kalau tidak dipenuhi, akibatnya akan buruk terhadap kesehatan tubuh Irianto, 2007.
Sebagian ahli telah mengemukakan bahwa energi minimal yang digunakan untuk menjalankan proses kerja tubuh atau dapat pula dikatakan energi minimal
yang diperlukan untuk mempertahankan proses-proses hidup yang utama disebut
Universitas Sumatera Utara
energi metabolisme dasar. Apabila energi itu dinyatakan per satuan berat badan atau persatuan permukaan badan disebut nilai dasar metabolisme Irianto, 2007.
Menurut Kartasapoetra 2010, proses kerja tubuh yang merupakan proses hidup utama atau yang pokok yaitu meliputi pekerjaan yang secara terus menerus
tiada henti-hentinya dari organ-organ dalam tubuh, yang aktif menjalankan proses hidup bersamaan dengan gerakan sel-sel dan jaringan-jaringan dalam
tubuh. Dalam hal ini tenaga atau energi yang minimal itu ternyata sebagian digunakan organ-organ tubuh untuk melangsungkan gerakankegiatannya, seperti
gerakan mendenyutkan otot-otot jantung secara terus menerus dan teratur, gerakan pernafasan dengan mengembangkan dan mengempiskan paru-paru, gerakan
peristaltik usus, aktivitas yang dilakukan oleh hati, ginjal, dan sekresi kelenjar- kelenjar.
Sebagian lagi tenaga atau energi yang merupakan bagian yang lebih besar digunakan untuk melakukan proses oksidasi dalam jaringan untuk
mempertahankan tonus otot. Jadi proses hidup utama atau yang pokok yang memerlukan energi minimal secara garis besarnya akan meliputi kerja-kerja :
1. Untuk mempertahankan tonus otot.
2. Untuk mengerakkan sistem sirkulasi.
3. Untuk mengaktifkan sistem pernafasan.
4. Untuk mengfungsikan kelenjar-kelenjar serta aktivitas selular.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kartasapoetra 2010, faktor-faktor yang mempengaruhi energi metabolisme dasar sebagai berikut :
a. Faktor jaringan aktif di dalam tubuh
Adanya kontraksi otot dan kelenjar yang aktif merupakan alat-alat gerak aktif yang menandakan adanya jaringan aktif. Mekanisme
pergerakan tulang sendiri merupakan gerakan aktif yang memerlukan tonus dan kontraksi otot. Otot dan kelenjar sebagai jaringan aktif
tentunya akan lebih banyak memerlukan energi agar masing-masing dapat berfungsi dengan baik dibandingkan dengan tulang dan lemak
yang merupakan jaringan tidak aktif. b.
Besar dan luas bidang permukaan tubuh. Seseorang yang bertubuh besar, bidang permukaan tubuhnya akan
lebih luas daripada seseorang yang bertubuh lebih kecil. Tubuh yang besar dengan bidang permukaan luas juga akan mempunyai jaringan
aktif yang lebih banyak dengan demikian energi metabolisme dasar orang yang bertubuh besar akan lebih besar daripada orang yang
bertubuh lebih kecil dalam melakukan gerakan-gerakan fisik yang sama.
c. Komposisi tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Dua orang yang sama berat tubuhnya akan tetapi yang seorang bertubuh gemuk banyak lemak tampak tubuhnya tidak padat dan
tidak kekar dan seorang lagi bertubuh olahragawan, padat, dan kekar menandakan banyak kegiatangerakan fisik yang dilakukannya
dibandingkan yang bertubuh gemuk, maka energi minimal yang diperlukan oleh orang yang banyak melakukan gerakankegiatan
fisiknya akan lebih besar dibandingkan dengan orang yang gemuk yang kurang melakukan gerakankegiatan fisiknya
d. Jenis kelamin.
Seorang laki-laki dan seorang wanita dengan berat badan yang sama, biasanya dalam kesamaan berat ini, wanita lebih banyak mengandung
lemak di dalam tubuhnya, yang berarti pula bahwa jaringan tidak aktif dalam tubuh wanita lebih banyak. Dengan demikian, energi
metabolisme dasar pada tubuh wanita lebih rendah daripada energi metabolisme dasar pada tubuh laki-laki. Biasanya energi minimal yang
diperlukan wanita sepuluh persen lebih rendah daripada yang diperlukan laki-laki.
e. Usia.
Seorang pemuda mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, bergerak lincah. Giat berkegiatan, kesemuanya itu karena didorong
oleh intensitas kerja organ-organ di dalam tubuhnya yang masih besar dan cepat. Lain halnya dengan orang yang telah berusia setengah abad
Universitas Sumatera Utara
ke atas, yang dikarenakan kehebatan kerja organ-organ dalam tubunya telah menurun maka pekerjaan berat biasanya tidak sanggup lagi
dikerjakannya, gerakan-gerakan dan kegiatan-kegiatannya telah banyak menurun. Keadaan demikian juga berlaku untuk pemudi dan
ibunya. Denyut jantung, pengembangan paru-paru, berlangsungnya proses oksidasi di dalam jaringan tubuh pemudapemudi masih
berlangsung cepat jika dibandingkan dengan berfungsinya organ-organ tubuh tersebut pada orang tua bapakibu.
Menurunnya intensitas kerja organ-organ dalam tubuh orang tua dikarenakan mengendornya tonus otot jaringan aktif. Nilai energi
dasar pada tubuh seseorang memang pada permulaannya akan selalu meningkat. Ketika masih bayi akan berlangsung peningkatan dan pada
usia 1 sampai 2 tahun mencapai titik optimum, setelah itu mulai terjadi penurunan. Namun demikian nilai energi dasar tersebut sampai pada
kurun waktu akil balig periode puber masih dapat dikatakan cukup tinggi dan selanjutnya penurunan-penurunan akan makin tampak
dalam perjalanannya menuju hari tua. Sejak umur dewasa dengan bertambahnya umur 1 tahun, pada laki-laki akan terjadi penurunan
energy minimal sekitar 7 sampai 15 kalori, dan demikian seterusnya, sedangkan pada perempuan dengan bertambahnya umur 1 tahun terjadi
penurunan sekitar 2 sampai 3 kalori Harris, Benedict. f.
Sekresi hormon.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam tubuh terdapat kelenjar-kelenjar hormon, seperti kelenjar hipofise, epifise, tiroid gondok, paratiroid, adrenalin ginjal,
lambung, usus, pancreas, kelenjar kelamin, dan sebagainya. Hormon merupakan zat kimiawi yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang
mengatur homeostatis, reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku. Hormon tiroksin thyroxin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid
thyroid yang fungsinya mengatur metabolisme karbohidrat, mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan differensiasi jaringan
tubuh, sekresi hormon ini yang berlebihan ditandai dengan meningkatnya metabolisme tubuh, denyut jantung, emosional, dan
lain-lain tentunya mengakibatkan nilai energi dasar metabolisme meningkat. Peningkatan ini dapat berlangsung sampai 75.
Sebaliknya apabila sekresi hormon ini terlalu sedikit maka nilai energi dasar metabolisme menurun. Penurunan ini dapat berlangsung sampai
30. Selanjutnya perhatikan pula hormon adrenalin yang dihasilkan bagian
medula kelenjar adrenalin ginjal, dalam hal sekresinya yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan pemacuan aktivitas
jantung, pengerutan otot polos pada arteri, peningkatan tekanan darah, pernafasan, pengubahan glikogen menjadi glukosa, yang tentunya
sangat berpengaruh pada peningkatan pemakaian energi minimal. Sekresi hormon ini biasanya dirangsang oleh adanya perasaan tegang,
Universitas Sumatera Utara
kemarahanemosi, keterkejutan, kegembiraan, dan lain-lain yang tentunya kalau perasaan-perasaan tersebut berlebihan maka sekresinya
pun akan berlebihan. g.
Tonus pada waktu tidur. Keadaan tonus pada waktu seseorang dewasa tidur dan berbaring
terdapat perbedaan, di mana waktu tidur keadaannya lebih rendah. Hal ini disebabkan atau dikaitkan dengan kerja-kerja internal dalam tubuh
orang yang bersangkutan, di mana dalam keadaan tidur kerja-kerja organ internal dalam tubuh akan berlangsung lebih lambat
dibandingkan dengan dalam keadaan berbaring. Berdasarkan penelitian para pakar, pada waktu orang dewasa tidur energi minimmetabolisme
dasar yang diperlukan berada 10 lebih rendah dibandingkan dengan dalam keadaan orang itu berbaring.
h. Tonus otot.
Otot akan bekerja terus secara teratur selama manusia itu masih hidup dan untuk gerakannya itu selalu diperlukan energi. Proses gerak otot
berlangsung sebagai berikut : 1.
Pertama-tama urat saraf menyampaikan rangsang. 2.
Rangsang diterima oleh asetilkolin yang menyebabkan protein dalam otot aktin-miosin mengerut.
3. Pada proses pengerutan tersebut diperlukan energi yang diambil
dari penguraian senyawa : Adenosin Trifosfat menjadi Adenosin
Universitas Sumatera Utara
Difosfat dan kemudian menjadi Adenosin Monofosfat yang terjadi secara anaerob.
4. Pembentukan Adenosin Trifosfat ATP dari Adenosin Difosfat
ADP dan Adenosin Difosfat ADP menjadi Adenosin Monofosfat AMP diperlukan asam fosfor dan energi.
5. Energi tersebut diambil dari penguraian glikogen-glikogen gula
otot yang dilarutkan terlebih dahulu menjadi laktasidogen pembentukan asam susuasam laktat
Jumlah energi yang diperlukan tergantung dari tinggi rendahnya tonus, yang dalam hal ini tentunya jelas akan lebih banyak dibandingkan
dengan yang diperlukan untuk mengerakkan otot jantung, otot-otot pernafasan, dan alat-alat tubuh lainnya, mengingat jumlah otot jauh
lebih banyak daripada jaringan alat-alat tubuh tadi. i.
Kondisi emosi dan mental. Keperluan terhadap energi minimal atau energi metabolisme dasar
akan terpengaruh pula oleh kondisi emosi dan mental manusia. Pada waktu manusia berada dalam keadaan emosi akan berlangsung sekresi
adrenalin sehingga terjadi pemacuan aktivitas jantung, peningkatan tekanan darah, dan lain-lain, dan tentunya keadaan demikian lebih
banyak energi yang diperlukan. Demikian pula keadaan mental pada suatu waktu, seperti perasaan takut, kaget, malu, marah, gembira, dan
lain-lain, keadaan mental demikian dapat menyebabkan tonus lebih
Universitas Sumatera Utara
tinggi dan tentunya memerlukan energi lebih tinggi dari biasanya. Pengaruh keadaan mental terhadap energi metabolisme dasar biasanya
dapat menaikkan energi tersebut sebesar 4 Benedict. j.
Gerakan tubuh yang berat. Proses oksidasi dalam sel akan berlangsung dengan aktif selama
seseorang aktif pula melakukan gerak fisiknya. Pada waktu orang tersebut melakukan gerak fisik yang lebih berat maka proses oksidasi
berlangsung lebih aktif, yang tentunya memerlukan tambahanpeningkatan sejumlah energi metabolisme dasar energy
minimal. Keadaan sebaliknya penurunan keperluan energi metabolisme dasar akan terjadi pada waktu orang tersebut bersemedi,
mengurangi gerak fisiknya selama beberapa dari dalam hal ini akan berlangsung penyesuaian gerakan dalam tubuh dengan keterbatasan
energi yang dihasilkan sehubungan dengan pengurangan pemasukan makanan ke dalam tubunya
k. Kehamilan.
Energi metabolisme dasar yang dibutuhkan seorang ibu yang sedang hamil akan menjadi lebih tinggi daripada apa yang diperlukannya
ketika tidak hamil. Menjadikannya keperluan ini lebih tinggi adalah sejalan dengan kenaikan berat tubuhnya, rata-rata biasanya sekitar 4.
l. Kondisi tubuh yang tidak sehat.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi tubuh yang tidak sehat menjadikan atau diikuti dengan kenaikan suhu di dalam tubuh banyak berpengaruh pula terhadap
keperluan energi dasarenergi minimal di dalam tubuh. Menurut penelitian para pakar, setiap terjadi kenaikan suhu tubuh 1
Dalam penelitian ini, status gizi adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dengan p
enentuan Indeks Massa Tubuh dengan menggunakan rumus :
C diperlukan peningkatan energi dasar sekitar 13.
IMT =
���� � ����� �� ������ �����
2
Pembagian kategorinya di Indonesia sebagai berikut : 1.
Kurus : a.
Kekurangan berat badan tingkat berat dengan IMT 17 b.
Kekurangan berat badan tingkat ringan dengan IMT 17,0 – 18,5 2.
Normal dengan IMT 18,5 – 25,0 3.
Gemuk : a.
Kelebihan berat badan tingkat ringan dengan IMT 25,0 – 27,0 b.
Kelebihan berat badan tingkat berat dengan IMT 27,0 Indrawani, 2007
2.1.3 Pengukuran dan Perhitungan Energi Metabolisme Dasar
Badan pangan dan pertanian PBB FAO dan badan kesehatan dunia WHO dalam terbitannya yang berjudul Energy and Protein Requirements
Universitas Sumatera Utara
Genewa, 1973 telah menyusun pedoman untuk mengukur atau menentukan kecukupan energi bagi orang dewasa, yaitu dengan menggunakan standar
kecukupan energi bagi orang laki-laki dewasa Reference Man dan standar kecukupan energi bagi wanita dewasa Reference Woman Kartasapoetra, 2010.
Yang dimaksud dengan Reference Man yaitu laki-laki dewasa berumur sekitar 20 sampai 39 tahun, berat tubuhnya sekitar 65 kg, berkemampuan
melakukan pekerjaan berat. Pada hari-hari kerja yang bersangkutan melakukan pekerjaan yang sedang selama 8 jam, pda waktu tidak bekerja digunakannya
untuk duduk-duduk atau berjalan-jalan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya selama 4 sampai 6 jam, melakukan jalan kaki selama 2 jam, menangani pekerjaan
rumah tangga, rekreasi aktif, dan waktu untuk tidur selama 8 jam. Laki-laki dewasa dengan batasan-batasan di atas menggunakan energi setiap harinya
sejumlah 3000 kalori yang dianggap sebagai jumlah kecukupan energi baku standar Kartasapoetra, 2010.
Yang dimaksud dengan Reference Woman, yaitu wanita dewasa berumur sekitar 20 sampai 39 tahun, berat tubuhnya sekitar 55 kg. Setiap harinya yang
bersangkutan melakukan pekerjaan sedang atau ringan selama 8 jam meliputi pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Waktu untuk tidur
disediakannya selama 8 jam, waktu untuk duduk-duduk, berjalan-jalan di sekitar rumah digunakan sekitar 4 sampai 6 jam, sedangkan waktu untuk berjalan kaki,
rekreasi aktif digunakan sekitar 2 jam. Wanita dewasa dengan batasan-batasan
Universitas Sumatera Utara
tersebut menggunakan energi sejumlah 2200 kalori setiap harinya yang dianggap sebagai jumlah kecukupan energi baku standar Kartasapoetra, 2010.
Mengenai angka atau jumlah kecukupan energi baku bagi laki-laki dan wanita dewasa Indonesia menurut hasil penyesuaian dan pertimbangan dengan
situasi dan kondisi di Indonesia terhadap patokanbatasan yang dikemukakan FAOWHO oleh para pakar kita dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
yang diselenggarakan di Bogor Juli, 1987, adalah sebagai berikut : 1.
Reference Man, berumur antara 20 sampai 39 tahun, berat tubuh sekitar 55 kg, melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sedang, setiap harinya
menggunakan energi 2530 kalori, angka atau jumlah ini dianggap mencukupi kebutuhan energi yang baku standar.
2. Reference Woman, berumur antara 20 sampai 39 tahun, berat tubuh 47 kg,
melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sedang, setiap harinya menggunakan energi 1880, angka atau jumlah ini dianggap mencukupi
kebutuhan energi yang baku standar. Suhardjo 1988 dalam Neraca Bahan Makanan menyatakan bahwa untuk
penyesuaian jenis kegiatan yang tidak termasuk kategori sedang yang digunakan dalam perhitungan kecukupan energi, perlu dilakukan koreksi sebagai berikut :
a. Untuk kegiatan ringan dikalikan dengan 0,90.
b. Untuk kegiatan berat dikalikan dengan 1,17.
c. Untuk kegiatan sangat berat dikalikan 1,34.
Universitas Sumatera Utara
Bagi wanita hamil dan menyusui untuk kebutuhan tambahan perlu dipertimbangkan berat badan serta fase-fase kehamilan dan menyusui, dianjurkan
tambahan per hari rata-rata 300 kalori untuk wanita hamil dan 470 kalori untuk wanita menyusui.
Dengan adanya energi baku standar energi bagi Reference Man dan Reference Woman Indonesia, maka pengukuranpenentuan energi yang digunakan
seseorang dewasa yang berumur antara 20 sampai 39 tahun dapat dilakukan dengan cara langsung dan cara tidak langsung dengan berpedoman pada standar
energi tersebut. Standar energi yang digunakan seorang laki-laki atau wanita menurut penggolongan umur lainnya dicantumkan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Standar Energi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Jenis
Kelamin Golonganumur
tahun Berat tubuh
kg Energi yang digunakan
kalori Laki-laki
0,5 - 1 8,0
900 1 – 3
11,5 1160
4 – 6 16,5
1450 7 – 9
23,0 1790
10 – 12 30,0
2130 13 – 15
40,0 2280
16 – 19 53,0
2600 20 – 39
55,0 2530
40 – 50 55,0
2470 60
55,0 2020
Wanita 10 – 12
32,0 1980
13 – 15 42,0
2100 16 – 19
45,0 1940
20 – 39 47,0
1880 40 – 50
47,0 1740
60 47,0
1500
Universitas Sumatera Utara
Dalam menghitung kebutuhan energi total seseorang kebutuhan energi untuk kepentingan kerja internal dan eksternal, harus diperhatikan 2 hal yang
pokok. Kedua hal tersebut menurut Suhardjo et. al. 1988 yaitu : a.
Hukum Konservasi Energi, yang berbunyi sebagai berikut : “produksi energi total dalam tubuh seseorang sama dengan energi dalam makanan yang
dikonsumsi orang tersebut dikurangi dalam ekskreta pengeluaran dan energi bagi petumbuhan”.
b. Produksi energi total dalam tubuh seseorang, energi mana berfungsi untuk :
1. Melakukan kerja internal, jelasnya yaitu untuk melangsungkan proses
kerja tubuh yang minimal. 2.
Melakukan kerja eksternal, yaitu yang sehari-hari merupakan kegiatan fisik orang yang bersangkutan.
3. Menutup pengaruh makanan yang disebut Specific Dynamic Action
SDA dari makanan. Mengenai SDA di atas yang penting yang harus diperhatikan yaitu
pengaruhnya mengingat tidak setiap makanan yang dikonsumsi, oksidasi, atau pembakarannya dalam tubuh memberikan pengaruh yang sama terhadap
metabolisme energi, dalam hal ini misalnya : a.
Lemak akan memberikan pengaruh meningkatnya metabolisme energi meskipun hal ini hanya kecil saja, sehubungan dengan banyaknya bahan
bakar yang dapat disampaikan kepada jaringan.
Universitas Sumatera Utara
b. Karbohidrat, naiknya metabolisme energi sekitar 6 sehubungan dengan
panas yang dihasilkam dalam proses kimiawi untuk melangsungkan metabolisme.
c. Protein, pengaruh meningkatnya metabolisme energi dapat dikatakan sangat
besar, yaitu sekitar 30 - 40, hal ini sehubungan dengan bagian dari hasil pencernaan berfungsi sebagai perangsang langsung terhadap proses
metabolisme. Kartasapoetra 2010 menyatakan bahwa setelah BMR ditemukan,
selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah energi yang diperlukan atau digunakan untuk melangsungkan kerja eksternal, seperti utnuk :
a. Berbaring diamrelax ………..….…berapa jam = ………. kalori
b. Duduk ……………………………..berapa jam = ………. kalori
c. Berdiri santai ………………………berapa jam = ………. kalori
d. Duduk menulis, bekerja ……………berapa jam = ………. kalori
e. Berdandan, berpakaian ………….…berapa jam = ………. Kalori
f. Berdiri tegak bergerak-gerak ………berapa jam = ………. kalori
g. Berolahraga ringan …………………berapa jam = ………. kalori
h. Berjalan ………………………….…berapa jam = ………. kalori
i. Menari-nari …………………………berapa jam = ………. kalori
j. Tidur ……………………………..…berapa jam = ………. kalori
Menurut Kartasapoetra 2010, sewaktu dalam tidur yang normal dan dalam keadaaan badan tidak menderita sesuatu gangguan, umumnya fisik
Universitas Sumatera Utara
terlentang tanpa melakukan gerakan-gerakan eksternal, biasanya dalam perhitungan jumlah energi menjadi pengurang dari jumlah energi kerja eksternal.
Menurut Kartasapoetra 2010, untuk memudahkan perhitungan kebutuhan energi total itu pihak FAOWHO 1973 telah mengemukakan suatu daftar tabel
mengenai pengeluaran-pengeluaran energi bagi berbagai macam kerja eksternal laki-laki dan wanita serta anak-anak yang dapat dijadikan penelitian-penelitian
yang matang sehingga mendekati keadaan-keadaan yang sebenarnya bagi keperluan perhitungan yang umum.
Menurut Kartasapoetra 2010, pihak FAOWHO telah mengemukakan pula beberapa tabel yang menunjukkan tentang distribusi energi bagi Reference
Man dan Reference Woman selama 24 jam menurut jenis kegiatannya, serta menurut golongan umurnya, rata-rata kecukupan energi pada anak-anak dan
remaja menurut golongan umurnya. Menurut Kartasapoetra 2010, panitia kebutuhan kalori FAO telah
menganjurkan suatu penurunan sebesar 5 untuk tiap sepuluh tahun pertambahan umur antara 40 – 59 tahun, dan sebesar 10 antara 60 – 69 tahun. Selain
kebutuhan-kebutuhan orang akan energi bagi jenis-jenis kegiatan dalam lingkup kerja internal dan eksternalnya, pihak FAOWHO mengemukakan pula hasil-hasil
penelitiannya mengenai rata-rata kecukupan energi pada orang dewasa yang menangani pekerjaan-pekerjaan sedang menurut golongan umur, demikian pula
mengenai kebutuhan energi anak-anak dan remaja menurut golongan umurnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kartasapoetra 2010, kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondsi ekonomi di suatu daerah yang artinya lingkungan sosial yang terdiri dari
proporsi penduduk, keadaan lingkungan tempat tinggal, dan perilaku sosial ini tentu sangat menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang dilakukan anggota
masyarakatnya, misalnya : antara daerah perkotaan dan pedesaan, daerah perumahan dan daerah kumuh, tentu pola konsumsi pangan dan gizinya akan
berbeda-beda. Protein merupakan bahan penyusun tubuh yang mengandung nitrogen
dengan unit dasarnya yaitu asam amino dan dapat menghasilkan energi 4,1 kalori setiap gramnya. Selain nitrogen, unsur pembentuk lainnya adalah karbon,
hidrogen, oksigen, dan kadang dapat dijumpai fosfor, belerang, dan besi. Terdapat 20 macam asam amino yang saling berhubungan melalui ikatan peptida CONH.
Kebutuhan protein untuk dewasa dengan kisaran umur 20 hingga 60 tahun adalah sebesar 0,6 g proteinkg BB setiap harinya dengan rata-rata berat badan sekitar 65
kg, maka total kebutuhan protein adalah sekitar 39 g protein. Berdasarkan kecukupan energi baku bagi orang Indonesia Kartasapoetra,
2010, dengan rentang umur 20 tahun hingga 60 tahun dengan berat badan 65 kg diperlukan sekitar 2600 kal yang dibagi menjadi 3 jadwal makan utama yaitu
jadwal makan pagi sebesar 25 dari total kebutuhan kalori, jadwal makan siang sebesar 30 dari total kebutuhan kalori, dan jadwal makan malam sebesar 25
dari toal kebutuhan kalori serta 2 jadwal makan selingan yaitu jadwal selingan
Universitas Sumatera Utara
sekitar jam 10 pagi sebesar 10 dari total kebutuhan kalori dan jadwal selingan sekitar jam 3 sore sekitar 10 dari total kebutuhan kalori.
Menurut pedoman pesan dasar gizi seimbang, diperlukan penyampaian pesan-pesan untuk mencegah masalah gizi ganda dan mencapai gizi seimbang
guna menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang andal. Garis besar pesan- pesan tersebut seperti dijelaskan oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI tahun 1997,
antara lain : 1.
Makanlah makanan yang beraneka ragam. Makanan yang beraneka ragam harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan
bahkan serat makanan dalam jumlah dan proporsi yang seimbang menurut kebutuhan masing-masing kelompok bayi, balita, anak, remaja, ibu hamil
dan menyusui, orang dewasa, serta lansia. 2.
Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi. Energi dan tenaga dapat diperoleh dari makanan sumber karbohidrat, lemak, serta protein.
Energi yang dibutuhkan untuk metabolisme dasar seperti untuk menghasilkan panas tubuh serta kerja organ-organ tubuh dan untuk
aktivitas sehari-hari seperti belajar, bekerja serta olahraga. Kelebihan energi akan menghasilkan obesitas, sementara keekurangan energi dapat
menyebabkan kekurangan gizi seperti marasmus. 3.
Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Karbohidrat sederhana, seperti gula dan makanan manis sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
dikonsumsi dengan memerhatikan asa tepat waktu, tepat indikasi, dan tepat jumlah. Makanan ini sebaiknya dimakan pada siang hari ketika kita
akan atau sedang melakukan aktivitas, dan jumlahnya tidak melebihi 3 – 4 sendok makan gulahari. Karbohidrat kompleks sebaiknya dikonsumsi
bersama makanan yang merupakan sumber unsur gizi lain seperti protein, lemak atau minyak, vitamin, dan mineral. Seyogianya 50-60 dari
kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks. 4.
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi. Konsumsi lemak dan minyak berlebihan, khususnya lemak atau
minyak jenuh dari hewan, dapat beresiko kegemukan atau dislipidemia pada orang-orang yang mempunyai kecenderungan kearah tersebut.
Dislipidemia atau kenaikan kadar lemak kolesterol dan trigliserida dalam darah merupakan faktor terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.
Konsumsi lemak atau minyak dianjurkan tidak melebihi 20 dari total kalori, dan perlu diingat bahwa unsur gizi ini juga memiliki peran
tersendiri sebagai sumber asam lemak setelah usia bayi lebih dari empat bulan dan pemberiannya harus bertahap menurut umur, pertumbuhan
badan, serta perkembangan kecerdasan. 5.
Biasakan makan pagi. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh
dan meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan
Universitas Sumatera Utara
pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan.
6. Minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya. Air minum harus bersih
dan bebas kuman. Minumlah air bersih sampai dua liter per hari, sehingga metabolisme tubuh kita bisa berjalan lancar mengingat air sangat
dibutuhkan sebagai pelarut unsur gizi bagi keperluan metabolisme tersebut. Konsumsi air yang cukup dapat menghindari dehidrasi.
7. Lakukan kegiatan fisik atau olahraga yang teratur. Kegiatan itu akan
membantu mempertahankan berat badan normal di samping meningkatkan kesegaran tubuh, memperlancar aliran darah, dan mencegah osteoporosis
khususnya pada lansia. 8.
Hindari minuman beralkohol. Alkohol bersama-sama rokok dan obat- obatan terlarang lainnya harus dihindari, karena dapat membawa resiko
terjadinya berbagai penyakit degeneratif, penyakit vaskular, dan kanker. 9.
Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung kuman atau parasit lain, tidak mengandung
bahan kimia berbahaya, dan makanan yang diolah dengan baik, sehingga unsur gizi serta cita rasanya tidak rusak, merupakan makanan yang aman
bagi kesehatan. 10.
Bacalah label makanan yang dikemas. Label makanan kemasan harus berisikan tanggal kadarluwarsa. Kandungan gizi dan bahan aktif yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan. Konsumen yang berhati-hati dan memerhatikan label tersebut akan terhindar dari makanan rusak, tidak bergizi, dan makanan berbahaya.
Selain itu, konsumen dapat menilai halal tidaknya makanan tersebut.
Gambar 2.1 Piramida dari Pedoman Pesan Dasar Gizi Seimbang
Menurut pedoman pesan dasar gizi seimbang, berdasarkan gambaran naratif pikiran, ide, gagasan di atas, maka dapat direpresentasikan bahwa
persoalan budaya dan makanan menjadi suatu fenomena masyarakat yang cukup kompleks, maka sebagai upaya strategis yang ditempuh harus memerhatikan
secara cermat tentang faktor budaya yang ada dalam komunitas etnis masyarakat akan pentingnya makanan dan gizi bagi tubuh manusia. Upaya yang bersifat
preventif dan promotif perlu dilakukan secara sadar oleh masyarakat itu sendiri secara cermat tentang faktor budaya yang ada dalam komunitas etnis masyarakat
akan pentingnya makanan dan gizi bagi tubuh manusia. Upaya yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
preventif dan promotif perlu dilakukan secara sadar oleh masyarakat itu sendiri dengan dukungan tenaga penyuluh gizi, sehingga muncul perilaku manusia yang
bermartabat serta paham akan pentingnya gizi dari makanan Andriani, 2012. Menurut Andriani 2012, saran konkret yang perlu digagas ke depannya
adalah perlu dilakukan upaya perbaikan perilaku budaya dan makanan lewat pelayanan gizi dan kesehatan. Peran serta masyarakat dengan mengorganisasi
kader gizi masyarakat, serta adanya dukungan lintas sector untuk mengadvokasi masyarakat tentang budaya yang bias dan tidak memerhatikan faktor gizi dalam
karakter fisik makanan menu, pola, dan bahan dasar. Adapun pelajaran yang dapat dipetik dari beragam jenis kuliner makanan akan menjadi daya tarik
tersendiri dalam pesona budaya itu sebagai ciri khas masyarakat etnis tertentu, atau sebagai objek wisata kuliner yang dapat dijual kepada pihak luar atau bangsa
lain dalam industri pariwisata yang berprospek ekonomis dan dapat berguna untuk masa depan.
Dari survei awal diperoleh kebutuhan energi oleh tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dengan tingkat pekerjaan sangat berat dengan rentang
usia 20 – 60 tahun dengan berat badan rata-rata 65 kg dan faktor pengali 1,34 adalah 3340 kal sedangkan total energi yang diperoleh dari konsumsi sehari-hari
oleh tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika adalah sekitar 3375 kal, sehingga jumlah kalori makanan selingan yang diberikan sekitar 334 kal.
2.2 Makanan Selingan
Universitas Sumatera Utara
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan seperti penganan, lauk-pauk, kue
ataupun segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang nantinya akan digunakan untuk membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan
tenaga, atau mengatur semua proses di dalam tubuh sedangkan selingan adalah sesuatu yang dipakai untuk menyelingi atau untuk menyelang perbuatan atau
pertunjukan yang berturut-turut. Pengertian makanan selingan adalah sesuatu bahan yang dapat dimakan ketika istirahat atau ketika pertengahan waktu kerja.
Dalam penelitian ini, makanan selingan yang dimaksud adalah bahanzat gizi yang dapat dimakan yang diberikan kepada tenaga kerja dengan sengaja
dengan jumlah kalori sebesar 10 dari kebutuhan kalori total yang mengandung 10 kebutuhan protein dari kebutuhan protein per harinya yang diberikan
diantara 2 waktu makan utama, sebanyak 1 kali yang dilakukan pada waktu di antara makan pagi dan makan siang yaitu sekitar pukul 10.00 WIB pagi selama 12
hari. Jenis-jenis makanan selingan dapat berupa gorengan, roti isi, es cendol, ataupun makanan ringan lain yang jumlah kalorinya sebesar 10 dari kebutuhan
kalori total yang mengandung 10 kebutuhan protein dari kebutuhan protein per harinya menu makanan selingan terlampir. Untuk menghindari bias, peneliti
akan memberikan makan pagi, makan siang, dan makan malam kepada sampel selama penelitian intervensi dilakukan sehingga jumlah kalori yang diberikan
sama.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kapasitas Kerja