Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2010 yang mengontrak mata kuliah Imaginative writing di semester 2 pada program
studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan, Bandung. Pada perkuliahan itu, mereka diingatkan kembali terhadap
pembelajaran menulis di SMA dengan sejumlah tugas sebagai berikut: 1 menulis paragraf ekspositoris, deskripsi, argumentasi, dan narasi; 2 mengkritisi tulisan
yang pernah dimuat di media massa, dan 3 menulis cerpen secara mandiri. Mahasiswa yang terlibat dalam studi kasus ini berjumlah 38 orang, yakni seluruh
mahasiswa pada angkatan itu. Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa mereka masih lemah dalam
pembuatan alur cerita, penciptaan tema, penciptaan tokoh imajiner, mereka-reka tempat dan waktu kejadian dalam cerita. Mereka juga lemah dalam menggunakan
gaya bahasa. Berdasarkan kelemahan itu, instruktur menggunakan empat strategi pembelajaran menulis sebagaimana dilaporkan di atas.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Seperti lazimnya dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen utama. Di samping itu ada sejumlah instrumen lain sebagai pendukung, yaitu,
catatan lapangan, tugas, kuesioner, penulisan jurnal, dan wawancara. Instrumen tersebut dijelaskan satu persatu sebagai berikut:
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
1. Peneliti sebagai instrumen kunci
Instrumen kunci dari penelitian ini adalah peneliti sendiri. Lincoln dan Guba 1986 menyebutkan kelebihan peneliti sebagai instrumen utama
dalam penelitian kalitatif sebagai berikut. “The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We
shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing
mainstay”. 1986
Menurut Nasution dalam Sugiono 2009: 97 seorang peneliti disebut sebagai instrumen penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala strategi
pembelajaran dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak dalam penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3.
Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya dan menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
menentukan arah pengamatan dan mengetes hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau
perbaikan. 7.
Dalam penelitian dengan menggunakan angket atau tes yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar
dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh dan
yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat
kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti. 2.
Catatan Lapangan Catatan lapangan atau disebut juga sebagai buku harian penelitian adalah
instrumen yang berisikan semua catatan tentang hal-hal yang terjadi di lapangan pada proses penelitian. Selain catatan proses pengajaran,
interaksi dosen-mahasiswa, mahasiswa-mahasiswa, juga termasuk di dalamnya analisis dari kejadian-kejadian selama proses penelitian seperti
diutarakan oleh Silverman, “obviously in making field notes, one is not
simply recording data but also analyzing it ” 2005. Lihat Lampiran
Sampel catatan lapangan. 3.
Tugas
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tugas yang diberikan kepada subjek penelitian adalah penulisan cerita pendek. Masing-masing subjek penelitian melakukan sekurang-kurangnya
empat kali penulisan cerita pendek dengan judul yang berbeda-beda. Walaupun subjek penelitian adalah mahasiswa jurusan sastra Inggris, tugas
yang diberikan menggunakan Bahasa Indonesia mengingat penulisan karya fiksi dalam bahasa asing akan berdampak pada hasil yang kurang memuaskan
dilihat dari berbagai aspek, di antaranya kemampuan subjek penelitian terhadap akurasi tata bahasa Inggris, rasa bahasa, dan juga aspek kultural yang
berbeda.
Dalam hasil penelitian tentang menulis kreatif menggunakan bahasa asing, James 2005: 49 mengatakan sebagai berikut.
When we write in another language, no matter how fluent we are in that laguage, unless we are actually bilingual, we tend to write much
more simply. We have fewer words at our disposal and are not so confident with the more complex structures in that language. So we
have to make more use of a smaller amount. Ketika subjek penelitian menulis dalam bahasa Inggris mereka akan
cenderung menggunakan bahasa yang sederhana. James mengatakan bahwa seandainya pun bahasa itu ditulis dalam bahasa pertama kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa asing, tetap ada sesuatu yang hilang sebagus apapun terjemahannya. Rasa bahasa, penggunaaan istilah dalam bahasa pertama, idiom-
idiom, dan serta aspek kultural akan sangat mewarnai hasil tulisannya.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
James 2005: 47 yang berpengalaman mengajar mahasiswa jurusan bahasa Jerman yang menulis kreatif dalam bahasa Inggris menjelaskan sebagai
berikut:
German students so quite good in English, however, they are not native speakers of English, and although what they write and say
makes absolute sense, it does not sound quite like any of the version of English we are used to. 2005: 47
Bahasa tulis tidak bisa dijelaskan dengan intonasi suara, gerak tangan dan bibir, ataupun isyarat, maka dari itu penggunaaan bahasanya harus benar-benar
akurat dan satu bahasa tidak bisa diterjemahkan secara persis kepada bahasa lain. Seperti yang diungkapkan James 2005: 52 bahwa:
One area of using another language which I have not yet explored fully, but which is interesting, is the actual existence of some
concepts in one language which do not exist in another. It can lead to an economy of language and expressing something which we
cannot in our native tongue.
Dalam penelitian ini, tugas yang diberikan memperlihatkan kemajuan yang berbeda pada setiap subjek penelitian. Namun dari tugas itu tampak ada
kemajuan pada aspek 1 sisi imajinasi, 2 penambahan kosa kata, 3 penambahan penggunaan majas dan gaya bahasa, dan 4 kebaruan gagasan.
4. Kuesioner
Kuesioner disebarkan kepada semua subjek penelitian untuk mendapatkan data tentang pengajaran menulis di SMA, novel yang telah dibaca, pengalaman
belajar di dalam kelas, imajinasi setelah menonton film, dan pengalaman outdoor learning. Data yang diperoleh menyangkut perasaan, pengetahuan, dan tingkah
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
laku dari para subjek penelitian. Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah adanya discovery penemuan bukan membuktikan hipotesis.
Kuesioner disebarkan guna mendapatkan insight. Sejumlah pertanyaan disiapkan untuk menggali potensi yang ada pada setiap subjek penelitian. Angket
bisa bersifat tertutup atau terbuka. Angket tertutup berisi pertanyaan yang yang jawabannya lebih spesifik. Angket tertutup ini lebih memudahkan proses analisis.
Sementara angket terbuka memberikan keleluasaan kepada subjek penelitian untuk menjawab secara luar dan lebar. Kuesioner ini diberikan sebanyak empat
kali, yaitu pada akhir kegiatan di setiap pembelajaran dengan strategi pembelajaran yang berbeda.
5. Jurnal
Selain mendapat tugas berupa penulisan cerita pendek, subjek penelitian juga diharuskan menulis jurnal. Jurnal mereka pada umumnya terdiri atas 1- 2
halaman. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa merasakan kemajuan dalam pembuatan karyanya. Berikut adalah contoh jurnal
yang ditulis seorang mahasiswa:
Berdasarkan beberapa metoda yang pernah saya lakukan untuk perkembangan imajinasi saya, saya lebih nyaman dan merasa imajinasinya lebih berkembang saat saya
melakukan metoda yang membaca cerpen karya orang terlebih dahulu, karena dengan membaca terlebih dahulu saya merasa lebih terpancing imajinasi menulisnya serta cara
penulisannya baik gaya bahasa, setting, atau imajinasinya. Dengan membaca, saya menemukan kosa kata baru yang lebih cocok saat digunakan dalam beberapa kegiatan
yang bisa dilakukan seseorang atau benda yang bergerak atau bahkan gerakan hewan yang saya tidak tahu. Selain kosa kata, dengan membaca saya jadi lebih tahu karakter-
karakter yang harus digunakan saat menulis sebuah karya tulis seperti contoh “Si Kabayan yang lucu”. Selain itu ada banyak hal yang saya temukan saat membaca
terlebih dahulu. Selain metoda membaca, saya juga suka saat menggunakan metoda outdoor, karena dengan outdoor saya bisa survey langsung kejadian real yang biasa
mahluk lakukan. Untuk segi imajinasi, ourdoor juga sangat cocok untuk saya karena
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
dengan outdoor banyak sekali hal baru yang jika diimajinasikan akan menjadi imajinasi yang liar.
6. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk melengkapi data observasi. Sejumlah subjek penelitian dipilih secara purposif
untuk mengetahui hal-hal penting langsung dari subjek penelitian yang akan ditanyakan secara mendalam.
Fokus pertanyaan menyangkut jumlah buku yang pernah dibaca, kebiasaan membaca dan menulis, lingkungan literasi di rumah, dan persepsi mereka tentang
multi-strategi pembelajaran menulis. Stainback 1988: 66 menyatakan bahwa, “interviewing provides the reseacher a means to gain a deeper understanding of
how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alone”. Jadi betapa pentingnya wawancara untuk penelitian
kualitatif karena peneliti bisa lebih mengetahui hal-hal penting secara mendalam. Ada tiga jenis wawancara Esterberg: 2002: 41, yaitu wawancara
terstruktur, wawancara semistruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur structured interview adalah wawancara yang di mana
setiap subjek penelitian mendapat pertanyaan yang sama. Wawancara semistruktur semistructured interview adalah wawancara
yang dimasukan dalam kategori in-depth interview, yaitu seorang peneliti secara bebas memberikan pertanyaan yang berbeda namun dirasa perlu pada setiap
subjek penelitiannya.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Dalam wawancara ini seorang peneliti dan subjek penelitian berbicara secara terbuka. Subjek penelitian memberikan masukan, pendapat atau
gagasannya dan seorang peneliti langsung mencatatnya secara teliti dan komprehensif.
Wawancara tidak terstruktur unstructured interview yaitu wawancara yang bebas. Pada wawancara ini seorang peneliti tidak mengunakan pedoman
wawancara seperti pada jenis wawancara yang telah disebutkan terdahulu namun menggunakan garis besar permasalahan yang akan ditanyakan kepada subjek
penelitian. Pada penelitian ini digunakan wawancara semistruktur supaya data yang
diperoleh lebih mendalam karena subjek penelitian akan memberikan jawaban yang bervariasi. Subjek penelitian memberikan masukan, pendapat atau
gagasannya dan dicatat secara teliti dan komprehensif. Metodologi yang ditempuh dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 3. 1 Metodologi Penelitian
Problem
Metode
Hasil
D. Data Analisis