Latar Belakang Penelitian Simpulan, Implikasi dan Saran 287

Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini dibahas pendahuluan penelitian yang di dalamnya termasuk latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian baik secara teoretis maupun praktis.

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah lemahnya kemampuan para ilmuwan dalam menulis karya ilmiah, baik artikel jurnal maupun buku teks. Ini bisa jadi karena sewaktu kuliah di perguruan tinggi, para calon ilmuwan itu pada umumnya tidak dibekali keterampilan menulis akademik dan menulis kreatif pada khususnya. Padahal Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2012 tentang pendidikan tinggi Pasal 5, secara eksplisit menjelaskan bahwa perguruan tinggi PT mempunyai tujuan: 1. Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa; 2. Menghasilkan lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan danatau teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa; 3. Menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan 4. Mewujudkan pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Dalam Pasal 5 itu tercantum empat frase kunci yang sangat relevan dengan kajian disertasi ini, yaitu: 1 manusia kreatif, 2 meningkatkan daya saing bangsa, 3 menerapkan nilai humaniora, dan 4 mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa ini menginginkan lahirnya lulusan PT yang kreatif, berdaya saing, menghormati dan mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan, serta berperan aktif dalam pencerdasan bangsa. Keinginan ini harus diupayakan agar tercapai melalui proses pembelajaran yang pada hakikatnya adalah proses perubahan dalam kemampuan dan tingkah laku. Perubahan ini tidak semata-mata karena ada pertumbuhan, tetapi juga ada intervensi yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Kurikulum diberlakukan agar siswa memiliki kecintaan pada pengetahuan supaya mampu mengambil keputusan yang bijaksana. Dan seperti disebut dalam Undang-undang di atas, mereka adalah yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. Pembelajaran sangat penting dalam mengimplentasikan kurikulum sebagai tindak lanjut dari kebijakan atau keputusan politik seperti undang-undang di atas. Sesungguhnya tanpa pembelajaran instruction kurikulum dan undang-undang itu hanyalah sekadar dokumen yang tidak memiliki nilai praktis bagi kehidupan. Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar dan belajar, dan lebih berfokus pada penumbuhan aktivitas anak didik. Sebagai aktivitas yang melibatkan sejumlah anak didik, maka pembelajaran mesti dianggap sebagai teaching system yang terdiri dari berbagai komponen yang terkait, yaitu: 1 persiapan preparation, 2 penyampaian presentation, 3 pelatihan practice, dan 4 penampilan hasil performance. Dalam tingkat pendidikan apa pun, dan pembelajaran apa pun pembelajaran yang baik akan mengikuti keempat urutan di atas. Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Disertasi ini meneliti ihwal pembelajaran menulis kreatif dalam bentuk cerita pendek di tingkat PT. Teori-teori ihwal kurikukum dan pembelajaran relevan untuk dijadikan rujukan dalam pembahasannya. Sementara itu pada tingkat SMA selama ini, pembelajaran menulis mendapat porsi paling kecil dibandingkan dengan pembelajaran kemampuan bahasa lainnya seperti menyimak, membaca, dan bicara Alwasilah: 2005. Hal ini dikarenakan pembelajaran menulis adalah pembelajaran yang paling sulit diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Guru lebih sering mengajarkan sejumlah teori menulis daripada mengajarkan proses menulis. Pada umumnya, guru lebih percaya diri mengajarkan teori karena mereka pada umumnya tidak mempunyai kemampuan menulis. Sesungguhnya belajar menulis tidak bisa hanya dengan mempelajari teori, namun harus disertai sejumlah latihan. Sementara itu Ismail 1998:13 juga menganggap bahwa pengajaran sastra Indonesia mengalami kemunduran sejak 47 tahun silam dibandingkan dengan masa Hindia Belanda. Penyebabnya adalah 1 pengajaran sastra hanya ditumpangkan pada pelajaran tata bahasa; 2 sastra diajarkan sangat sedikit; 3 tidak ada buku sastra yang diwajibkan dibaca oleh siswa sampai tamat dan dibahas tuntas; dan 4 bimbingan mengarang sastra sangat terlantar. Di tingkat SMA memang secara spesifik tidak ada mata pelajaran menulis kreatif, yang ada adalah Pelajaran Bahasa Indonesia dan menulis merupakan bagian kecil dari pembelajaran ini. Sementara itu, menulis kreatif tercantum dalam kurikulum Program Studi Sastra Inggris UNPAS, seperti halnya pada prodi-prodi sejenis di PT lain di Indonesia. Mahasiswa prodi ini diharapkan menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan prodi, yaitu mampu menulis kreatif. Untuk mencapai standar ini, telah diupayakan berbagai strategi mengajar, namun, hasilnya belum memuaskan. Dibandingkan dengan menulis esai, menulis kreatif jauh lebih mudah. Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Menulis kreatif adalah menulis dengan menggunakan imajinasi. Menulis kreatif lahir dari kesenangan pribadi dalam menciptakan suatu karya tulis yang menggunakan keindahan perasaan untuk menyenangkan hati pembaca. Ia adalah sebuah ekspresi jiwa yang diterjemahkan dalam bentuk kata-kata yang dituangkan dalam tulisan. Ekspresi yang lahir adalah ungkapan perasaan, pengalaman pribadi, atau murni hasil rekaan daya imajinasi. Berbeda dengan penulisan esai, menulis kreatif dimulai dari ketertarikan pribadi pada penciptaan sebuah karya baik itu berupa puisi, fiksi, atau drama. Harapan para pembaca terhadap tulisan kreatif berbeda dari harapan mereka saat membaca buku teks atau teks lain, karena pada tulisan kreatif pembaca hanya mencari kesenangan semata. Tulisan kreatif menawarkan pengalaman batin yang indah, mengajak berimajinasi, dan melibatkan emosi pembaca untuk masuk ke dalam cerita. Menulis kreatif adalah bagian dari ungkapan pikiran, emosi, dan perasaan seseorang ketika terlibat dalam proses kegiatan menulis kreatif. Opini pribadi dari seorang dosen tentang menulis kreatif akan sangat mempengaruhi bagaimana cara dosen itu mengajarkannya dan bagaimana dia melibatkan siswa dalam kegiatan itu. Jadi sangatlah penting bagaimana persepsi dosen tentang menulis kreatif terhadap keberhasilan mahasiswa dalam mempelajarinya. Dosen yang dirinya sendiri sebagai penulis fiksi akan berbeda strategi mengajarnya dari dosen yang bukan seorang penulis fiksi. Walaupun pembaca tidak mencari informasi pada fiksi, penulis seyogianya mempunyai pengetahuan yang mumpuni untuk dicurahkan pada tulisannya. Pengetahuan itu bisa didapatkan dengan membaca berbagai sumber bacaan seperti buku, majalah, koran, atau berselancar di internet. Krashen 1984: 4 menyatakan bahwa ada keterkaitan yang sangat kuat antara menulis dan membaca. Menurutnya mahasiswa S-1 di A.S. yang baik tulisannya Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu itu memiliki banyak buku di rumahnya, gemar membaca sejak kecil, dan memiliki ketergantungan terhadap buku. Tak dapat dipungkiri, apa yang dikatakan Krashen adalah benar adanya, karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses berpikir kreatif. Literacy environment atau lingkungan literasi dengan bacaan yang bervariasi memberikan wawasan dan sedikit banyak mengubah mindset, bahwa buku adalah jendela untuk membuka dunia. Seorang penulis kreatif tidak menerima hidup apa adanya, tapi memahami dan meresponnya. Ia menggalinya sehingga menemukan sesuatu yang berharga dan menjadikannya sebagai sumber ilham. Seorang penulis adalah seorang yang menjalani hidupnya dengan kreatif. Menulis kreatif dimulai dari rasa. Tanpa rasa seorang tidak akan bisa menciptakan sebuah karya imajinasi yang bisa membuat pembaca mendengar, merasakan, dan melihat apa yang ditulisnya. Gagasan penulisan fiksi dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti berjalan-jalan ke gunung, ke pasar, ke pantai; menemukan sesuatu yang baru dalam kehidupan sosial masyarakat dengan mengunjungi panti asuhan, penjara, mengobrol dengan pemulung, atau menjadi bagian dari sebuah kampanye; mereka ulang pengalaman masa lalu, membayangkan sesuatu yang menjadi harapan dan angan-angan, membayangkan pengalaman orang lain, atau betul-betul mencari gagasan lewat imajinasi murni. Pengembangan kreativitas menulis menempati tempat istimewa dalam pembelajaran bahasa, khususnya dengan pendekatan language arts di A.S. karena menulis membuat pola berpikir jadi sistematis dan menulis secara konsisten akan mengubah paradigma hidup, belajar memahami diri sendiri dan menghargai hidup secara lebih dewasa. Dengan kata lain, orang yang banyak menulis pola pikirnya akan sistematis, dan paradigma hidupnya akan berubah menjadi lebih berkualitas Sebranek: 2001. Jadi pembelajaran menulis merupakan media pendidikan yang paling mendasar untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia. Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Menulis kreatif tidak hanya melatih proses berpikir secara sistematis tetapi juga memberi pemahaman bahwa bahasa tulis itu —berbeda dari bahasa lisan--harus tertuang dengan jelas, yang pada hakikatnya memberi informasi yang bermanfaat kepada pembacanya. Seorang penulis kreatif akan memahami hidup secara lebih dewasa karena seorang penulis tidak hanya memaknai dan mengapresiasi bacaan berbentuk teks tapi juga membaca visualisasi kehidupan yang tampak di depan matanya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis kreatif harus dititikberatkan pada proses penulisannya--bukan kepada hasil akhir--di mana pada pembelajaran itu pembelajar melewati sejumlah tahapan, yakni free writing, prewriting, drafting, revising, editing, dan publishing. Dalam proses pembelajaran menulis kreatif, guru atau dosen harus memahami betul bagaimana proses kreatif itu muncul sehingga melahirkan sebuah karya. Setiap individu akan memberikan respon yang berbeda pada satu strategi pembelajaran Seyogianya mereka dibiarkan mencurahkan respon sebebas-bebasnya tanpa mendapat gangguan dari pengajar. Ada saatnya mereka membaca ulang tulisan mereka, di situlah mereka beroleh masukan feedback lewat diskusi dengan guru atau sejawatnya. Lewat feedback mahasiswa akan mendapat pencerahan bagaimana kriteria tulisan yang baik yang berterima di masyarakat. Menurut Charlie 2006, tulisan yang bagus memenuhi kriteria standar sebagai berikut.  Gagasan Orisinal Tulisan yang bagus biasanya merupakan pendapat orisinal penulisnya. Tulisan yang tidak berisi ide baru tak dapat dikatakan bagus, walaupun penyajiannya memikat.  Isi Menggugah Isi tulisan yang bagus menggugah pembacanya untuk berbuat hal positif, memperbaiki karakter dan moral masyarakat, atau memberi inspirasi yang Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu mencerahkan. Agar tulisannya menggugah, penulis harus mampu mengidentifikasi persoalan yang ditulisnya dengan menggunakan kata- kata yang tepat menggambarkan persoalan itu.  Tema Istimewa Tema yang tidak biasa dapat menyulap sebuah tulisan menjadi bernilai tinggi dan bagus. Ketika orang ramai menulis tentang pentingnya menghentikan pengeluaran izin baru bagi penebangan hutan, misalnya, seseorang dapat menulis soal kelangkaan bahan baku kayu yang mungkin dialami pabrik kayu lapis dan industri mebel kayu. Hasil karya ini bisa dianggap tulisan bagus karena temanya berbeda dengan pandangan umum.  Mengandung Kejutan Novel-novel detektif, suspense atau thriller mengandalkan ketegangan dan kejutan untuk menjadi karya terpopuler dan terbaik. Suatu peristiwa akan mengejutkan pembaca tatkala kejadian itu terjadi di luar dugaan pembaca. Artinya, penulis fiksi harus memahami psikologi pembaca. Empat kriteria di atas orisinal, menggugah, istimewa, dan mengejutkan harus diajarkan dan dilatihkan kepada para mahasiswa, antara lain dengan membaca karya sastra yang sudah diterbitkan published work. Mereka bisa belajar melalui modeling dari karya tersebut. Dengan demikian, penyediaan karya sastra di perpustakaan merupakan prasyarat bagi terjadinya pembelajaran melalui modeling. Karena empat kriteria di atas itulah, maka mengapresiasi sebuah karya sastra berbeda dengan menilai karya ilmiah atau expository texts karena ada beberapa prinsip dalam penilaian sebuah karya sastra Alwasilah, 2005: 64, antara lain: Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu  Karya sastra pada umumnya tidak berpura-pura untuk membuktikan sesuatu. Tema perwatakan, alur cerita, gaya bahasa bercampur menjadi satu kebulatan.  Karya sastra yang baik tidak menggurui. Dari mana alur cerita dimulai, terserah keperluan pengarangnya tanpa menyimak dulu kaidah-kaidah menulis.  Karya sastra bersifat imajinatif maka tidak bisa divalidasi maknanya secara objektif dengan hanya melihat detail-detail faktualnya saja.  Karya sastra itu pengalaman pribadi. Karena itu analisis sastra harus berangkat dari respon pengalaman sendiri.  Membaca karya sastra seyogyanya tidak sekadar memahami tapi mengapresiasi yaitu pemahaman isi dan makna serta pengalaman bathin yang memberi nilai sejujur-jujurnya kepada karya sastra.  Analisis karya sastra adalah mencermati tiga komponen terpenting yaitu makna, struktur, dan gaya penulisan. Sementara itu, dalam penulisan kreatif, kreativitas ditularkan dengan cara mengajarkannya. Dosen yang kreatif akan memberi pemahaman kepada mahasiswa bagaimana menjadi manusia yang kreatif. Dengan kata lain, dosen yang kreatif mampu membuat hal biasa menjadi luar biasa, dan pengalaman rutin di kelas menjadi pengalaman luar biasa yang tak terlupakan oleh mahasiswa. Dia tentu saja harus terbuka dan tidak alergi terhadap kritik. Dosen yang kreatif harus berupaya agar semua mahasiswa merasa diperlakukan sama dan mendapat porsi perhatian yang sama. Dosen yang kreatif menggiring mahasiswa menciptakan karya secara kreatif, dan mengapresiasi hasil karyanya tersebut. Tanpa kreativitas, kelas tidak akan mempunyai ruh. Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Dosen yang tidak kreatif berdampak buruk bagi kreativitas mahasiswa. Kreativitas dibentuk oleh jiwa yang kreatif, yang selalu ingin menggali sesuatu yang baru untuk keberhasilan anak didiknya. Disertasi ini melaporkan sebuah penelitian ihwal pembelajaran menulis kreatif pada mahasiswa Program studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan, Bandung. Sejak berdirinya pada 1999 sampai sekarang, dalam kurikulum program studi ini terdapat enam mata kuliah menulis yang tersebar dari semester 1 sampai 6. Keenam mata kuliah menulis itu bertajuk Reading-Writing Connections, Imaginative Writing, Esay writing, Investigative Writing, Writing for Publication, dan Popular Writing. Pada pembelajaran Imaginative Writing, mahasiswa mempelajari bagaimana menulis kreatif, mengasah afektif, menajamkan imajinasi, dan mencurahkan imajinasinya ke dalam sebuah karya fiksi. Dari pengamatan selama ini, tidak banyak yang mampu meningkatkan daya imajinasinya. Antusiasme mahasiswa yang kurang dalam mengikuti kuliah menulis kreatif terlihat dari absensi mereka. Berdasarkan catatan kehadiran perkuliahan imaginative writing pada periode 2010-2011 hanya tiga subjek penelitian yang mencapai kehadiran 100, enam subjek penelitian mencapai 92 kehadiran, dua subjek penelitian mencapai 84 kehadiran, lima subjek penelitian hanya mencapai 76 kehadiran, empat subjek penelitian mencapai 69 kehadiran, lima subjek penelitian mencapai 61 kehadiran, dan sisanya tidak mencapai kehadiran sampai 50. Dari hasil pengamatan ini, terditeksi bahwa pada pembelajaran menulis kreatif subjek penelitian tidak mampu meramu dan mengelola kosa kata, tidak memahami cara mendapatkan gagasan untuk menuliskan sebuah cerita, tidak mampu menampilkan sosok karakter imajiner dalam karyanya, sulit untuk mereka-reka adegan dan membuat alur yang mengalir, dan tidak mendalami bagaimana tempat dan waktu berkaitan dengan cerita secara keseluruhan. Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Ketika tiba pada waktunya menyelesaikan tugas menulis, mahasiswa merasa tertekan dan memilih tidak masuk kuliah karena tidak mampu menyelesaikan tugas pada waktu yang sudah ditentukan. Masalah ini muncul akibat dari rendahnya kebiasaan membaca mereka, khususnya dalam membaca karya sastra. Kondisi seperti ini menyulitkan mereka untuk mengembangkan imajinasi. Berdasarkan pengamatan di atas, penelitian ini difokuskan pada penulisan cerita pendek oleh subjek penelitian selama kurun waktu satu semester. Pada penelitian ini, ada empat strategi pembelajaran menulis cerita pendek. Strategi pembelajaran pertama adalah pengayaan teknik-teknik menulis narasi, deskripsi, eksposisi, dan, argumentasi. Strategi pembelajaran kedua adalah memperkenalkan hubungan yang erat antara membaca dan menulis reading-writing connections, di mana subjek penelitian diajari bagaimana cara mengapresiasi sebuah karya sastra yang sudah dipublikasikan. Strategi pembelajaran ketiga adalah mengajarkan menulis lewat audio visual. Subjek penelitian diajak untuk menonton dan mengapresiasi film sebelum menulis. Strategi pembelajaran keempat adalah menghadirkan suasana alam pada proses pembelajaran sebelum subjek penelitian menulis.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah