Analisis tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah PD.BPRS Bekasi berdasarkan peraturan Bank

(1)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH PD. BPRS KOTA BEKASI BERDASARKAN PERATURAN BANK

INDONESIA NOMOR : 9/17/PBI/2007

Oleh : ANITA NIM : 104046101574

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430H / 2009


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Februari 2009


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan hidayah-Nya maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW. Pembawa pesan suci Al-Qur’an, sang cahaya pelita dalam gelapnya dunia.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis sangat terbantu oleh partisipasi banyak pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

3. Bapak H.M. Dawud Arif Khan, SE., M.Si., Ak., CPA dan Drs. H. Zaenul Arifin Yusuf, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa meluangkan waktu dan memberikan arahan, koreksi, dan saran hingga penulisan skripsi ini terselesaikan.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

5. Pimpinan dan seluruh staff perpustakaan utama dan perpustakaan Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk penulis mengadakan studi kepustakaan.

6. PD. BPRS Kota Bekasi, khususnya Bapak Nur S Buchori, SE., M.Si dan seluruh karyawan yang telah banyak membantu penulis untuk memperoleh data penelitian. 7. Ayahanda M. Tani dan Ibunda Aisyiah yang selalu membimbingku dengan segala

kasih sayangnya dan penuh kesabaran selama ini, kupersembahkan skripsi ini untuk kalian berdua.


(4)

8. Untuk Kakakku Amalia, dan adik-adikku ; Nurhasanah, Abdul Ghofur dan Mia Aulia Nurdini. Terima kasih atas segala dukungannya.

9. Untuk sahabat tercinta Ahmad Kailani, yang selalu menemani dan membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih.

10. Seluruh sahabatku di PS A 2004 khususnya Alina, Santi, Lala, Fajar, Erik dan Faiz terima kasih untuk indahnya persahabatan selama ini.

11. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan semangat hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca khususnya Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta.

Jakarta, Februari 2009


(5)

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...vi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Review Studi Terdahulu... 8

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan... 11

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A...Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ... 15

1...Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ... 15

2...Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ... 16

3...Kegiatan Usaha. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ... 16


(6)

1. Penilaian Permodalan (Capital)... 28

2. Penilaian Kualitas Aset (Asset Quality) ... 38

3. Penilaian Rentabilitas (Earning)... 47

4. Penilaian Likuiditas (Liquidity) ... 51

5. Penilaian Manajemen (Management). ... 54

BAB III GAMBARAN UMUM PD. BPRS KOTA BEKASI A...Sejarah Berdiri PD. BPRS Kota Bekasi... 56

B...Visi dan Misi PD. BPRS Kota Bekasi... 58

C. ...Produk-produk PD. BPRS Kota Bekasi... 60

D...Susunan Pengurus PD. BPRS Kota Bekasi ... 62

BAB IV ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH PD. BPRS KOTA BEKASI BERDASARKAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/17/PBI/2007 A. Penilaian Faktor Permodalan, Kualitas aset, Rentabilitas, Likuiditas dan Manajemen... 63

1...Penilaian Faktor Permodalan (Capital) ... 64

2...Penilaian Faktor Kualitas Aset (Asset Quality)... 71


(7)

3...Penilaian Faktor Rentabilitas (Earning) ... 80 4...Penilaian

Faktor Likuiditas (Liquidity)……... 90 5...Penilaian

Faktor Manajemen (Management) ... 94 B. Penetapan Peringkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

Syariah PD. BPRS Kota Bekasi... 104 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 106 B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Permodalan ... 69

Tabel 4.2 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Permodalan... 71

Tabel 4.3 Data kualitas Aktiva... 72

Tabel 4.4 Data Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA ... 73

Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Kualitas Aset... 78

Tabel 4.6 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Kualitas Aset ... 80

Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Rentabilitas ... 88

Tabel 4.8 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Rentabilitas... 90

Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Likuiditas ... 92

Tabel 4.10 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Likuiditas ... 94

Tabel 4.11 Penetapan Peringkat Faktor Manajemen ... 103

Tabel 4.12 Penetapan Peringkat Faktor Keuangan ... 104


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri perbankan merupakan salah satu komponen penting dalam menjaga keseimbangan serta kemajuan perekonomian nasional. Stabilitas industri perbankan ini sangat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997, memberikan pengaruh dan dampak yang paling nyata terhadap perkembangan ekonomi, banyak perusahaan besar tidak cukup kuat fondasinya untuk bertahan dari terpaan badai krisis yang terjadi. Mereka mengalami kebangkrutan karena memang selama ini mereka menggantungkan sumber pendanaan pada faktor eksternal, yaitu hutang1.

Berbeda dari itu, usaha kecil menengah (UKM) justru memperlihatkan kemampuan untuk tetap survive, meskipun mereka diterpa badai krisis. Hal ini tidaklah mengherankan, karena memang selama ini mereka eksis di atas usaha sendiri dan sumber daya pribadi. Dilihat dari daya tahan sektor UKM, terutama usaha kecil, sektor ini sepantasnya mendapat perhatian dalam pengembangannya, terutama masalah pengadaan modal. Untuk itu, diperlukan bank yang dapat menyentuh pengusaha-pengusaha kecil tersebut.

Kehadiran Bank perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) diharapkan mampu memberi solusi, utamanya dalam rangka lebih memberdayakan perekonomian masyarakat ekonomi lemah, seperti pedagang sayur, pedagang buah, pedagang ikan

1

Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005), h.118


(10)

dan juga kegiatan ekonomi lainnya yang membutuhkan suntikan dana untuk menambah modal usaha yang digeluti mereka.

Sejak tahun 1996, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) baik konvensional maupun bank perkreditan rakyat syariah mengalami peningkatan cukup berarti. Keberadaan BPR ini semakin dikuatkan dengan keluarnya Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 yang menekankan bahwa sasaran BPR adalah melayani usaha kecil.

Bank-bank syariah, khususnya Bank Perkreditan Rakyat syariah (BPRS) sebagai lembaga perantara keuangan yang beroperasi atas dasar prinsip-prinsip syariah Islam sangat compatible dengan ketimpangan sosial, kemiskinan dan ketidakadilan sosial ekonomi. Dalam mengemban misi tersebut, tidak berarti BPRS mengabaikan kesehatan usaha bank itu sendiri, melainkan keduanya harus berjalan secara proporsional.

Dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat, bank syariah sebagai sebuah lembaga bisnis yang berpegang pada nilai-nilai syariah sudah barang tentu tidak ingin mengalami kerugian, sebagaimana halnya lembaga-lembaga bisnis lain. Karena itu, bank syariah memiliki standar atau berpedoman pada prinsip kehati-hatian (prudential principles)2.

Penetapan rambu-rambu kesehatan perbankan bertujuan agar bank sebagai financial intermediary institution yang melakukan kegiatan perkreditan, yang menggunakan dana masyarakat dan pihak ketiga lainnya, harus selalu dalam keadaan sehat. Sesuai dengan pasal 29 ayat (2) Undang-undang No. 10 tahun 1998 Jo. Undang-undang No. 7 tahun 1992, bahwa bank wajib memelihara tingkat

2


(11)

kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian3.

Ukuran dalam menilai kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bank harus membuat laporan baik yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu.4 Dari laporan ini dipelajari dan dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi suatu bank. Dengan diketahui kondisi kesehatannya akan memudahkan bank itu sendiri untuk memperbaiki kesehatannya.

Penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diatur dalam Surat Keputusan direksi Bank Indonesia Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Namun, penerapan prinsip syariah dalam pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah dan penyempurnaan standar keuangan syariah serta perkembangan kondisi bank yang bersifat dinamis mendorong sistem penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang dinamis pula, sehingga perlu diatur tersendiri agar dapat memberikan gambaran tentang kondisi saat ini dan di waktu mendatang termasuk dalam penerapan prinsip-prinsip syariah.

Untuk itu Bank Indonesia menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan

3

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan islam dan kedudukannya dalam tata hokum perbankan Indonesia, cet.III, (Jakarta : PT. Pustaka utama graffiti, 2007), h.171-172

4

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Edisi keenam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo persada, 2002), h. 47


(12)

Rakyat Syariah. Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia sejak tanggal ditetapkan yaitu pada tangal 4 Desember 2007 ini, maka Surat Keputusan direksi Bank Indonesia Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak berlaku lagi bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah (BPRS).

Pengaturan sistem penilaian tingkat kesehatan BPRS dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, dilakukan melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas, sedangkan penilaian atas komponen dari faktor manajemen dilakukan secara kualitatif melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung termasuk kepatuhan terhadap prinsip syariah (syariah compliance). Hasil akhir penilaian dimaksud dapat digunakan BPRS sebagai sarana menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang, dan bagi Bank Indonesia dapat digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pembinaan dan pengawasan.

PD. BPRS Kota Bekasi merupakan BPRS yang dikelola oleh Pemerintah Kota Bekasi, di mana 100% dari modalnya merupakan milik Pemerintah Kota Bekasi. BPRS yang mulai beroperasi pada tanggal 18 September 2006 ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jika dilihat dari nilai total aset, sampai dengan 31 Desember 2007, total asset PD. BPRS Kota Bekasi mencapai jumlah Rp 12.890.934.962,00 terjadi peningkatan aset perusahaan sebesar Rp 8.815.213.450,00 atau berkisar 216,28 % dari Aset per 31 Desember 2006 sebesar Rp 4.075.721.512,-.

Kondisi kesehatan PD. BPRS Kota Bekasi merupakan informasi yang sangat dibutuhkan bagi nasabah, masyarakat dan terutama Pemerintah Kota Bekasi.


(13)

Analisis terhadap tingkat kesehatan PD. BPRS kota bekasi diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi kesehatan PD. BPRS kota bekasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, apakah PD. BPRS kota bekasi dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Oleh karena itu penulis berinisiatif untuk menjadikan PD. BPRS Kota Bekasi sebagai objek dari penulisan skripsi dengan judul:

Analisis Ttingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah PD. BPRS

Kota Bekasi Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya, topik yang dibahas dalam skripsi ini hanya pada persoalan analisis tingkat kesehatan BPRS berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, yang dilihat dari segi Permodalan, Kualitas Aset, Rentabilitas, Likuiditas dan Manajemen. Untuk mengarahkan pembahasan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penilaian faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aset (Asset quality), Rentabilitas (Earning), Likuiditas (Liquidity) dan Manajemen (Management) dalam menilai tingkat kesehatan BPRS berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007?

2. Bagaimana tingkat kesehatan PD. BPRS Kota Bekasi berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007?


(14)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 b. Untuk mengetahui tingkat kesehatan PD. BPRS Kota Bekasi melalui

penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi diri pribadi mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas tentang penilaian tingkat kesehatan BPRS berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007.

b. Bagi PD.BPRS Kota Bekasi, skripsi ini diharapkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu strategi baru, serta peningkatan kinerja dari PD.BPRS Kota Bekasi.

c. Bagi pihak lain dalam hal akademisi maupun masyarakat, skripsi ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai penilaian tingkat kesehatan BPRS berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 serta memberikan informasi mengenai keadaan keuangan PD.BPRS Kota Bekasi kepada para nasabahnya serta masyarakat umum yang tertarik tentang perbankan syariah dan ingin bergabung.


(15)

Studi terdahulu mengenai perbankan syariah memang telah ada dan telah banyak yang mengangkat tentang penilaian tingkat kesehatan Bank Syariah. Sebagai rujukan dari penelitian ini penulis terinspirasi dari penelitian skripsi yang dilakukan oleh saudari Hijrah Alifa Palupi, mahasiswi jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah tahun 2006 dengan judul ”Pelaksanaan Batas Maksimum Pemberian Kredit serta Hubungannya dengan Tingkat Kesehatan Bank”. Penelitian tersebut menceritakan tentang bagaimana pengaruh BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) terhadap kesehatan bank, di mana BMPK berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank apabila bank melanggar ketentuan BMPK. Hal ini dapat dilihat dari penilaian tingkat kesehatan bank, dimana BMPK merupakan salah satu faktor dalam penilaian tingkat kesehatan bank.

Sementara itu, penelitian skripsi yang ditulis oleh saudari Herna Setiawati, dari Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah tahun 2005 dengan judul ”Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Syariah dengan Metode CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity)”. Dalam Penelitian tersebut dilakukan pengukuran tingkat kesehatan Bank Umum, yaitu Bank Muamalat Indonesia dengan metode CAMEL (capital, asset, management, earning, liquidity). Sedangkan pada penulisan kali ini saya menganalisis tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

Juga dari Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah tahun 2006, penelitian skripsi yang dilakukan oleh Saudara Aditya Alham, dengan judul “Analisis Kesehatan PT. Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas. Dalam penelitian Skripsi tersebut penulis mengukur


(16)

kesehatan bank hanya kepada analisis laporan keuangan dengan rasio likuiditas, solvabilitas, maupun provitabilitas.

Dari ketiga penelitian tersebut penulis merasa tertarik untuk mengangkat suatu tema tentang analisis tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah, di mana penulisan sebelumnya menganalisis tingkat kesehatan bank umum syariah

Pada penelitian kali ini penulis mencoba menganalisis tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 9/29/DPbS 2007 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPRS.

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007, penilaian tingkat kesehatan BPRS dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu kelompok faktor keuangan yang terdiri dari Capital, Asset Quality, Earnings dan Liquidity (CAEL) dan kelompok Faktor Management. Pemisahan faktor keuangan dengan faktor manajemen dikarenakan faktor manajemen merupakan leading indicator bagi keberhasilan pengelolaan BPRS dan merupakan faktor independen yang mempengaruhi faktor-faktor keuangan (CAEL). Faktor – faktor keuangan dalam penilaian Tingkat Kesehatan digunakan untuk menggambarkan kondisi dan kemampuan keuangan BPRS.

Metode penilaian tingkat kesehatan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 menggunakan nilai peringkat dengan tahapan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan rasio komponen pada masing – masing faktor keuangan digunakan untuk menentukan nilai peringkat faktor yang dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk faktor manajemen dilakukan penilaian secara kualitatif.


(17)

2. Nilai peringkat pada masing – masing faktor keuangan diberikan bobot tertentu untuk mendapatkan nilai peringkat keuangan.

3. Nilai peringkat keuangan dan nilai peringkat manajemen digabungkan untuk memperoleh nilai komposit Tingkat kesehatan BPRS dengan menggunakan tabel konversi dengan mempertimbangkan unsur judgement.

Penilaian faktor manajemen dilakukan secara kualitatif atas aspek yang dinilai, yaitu :

1. Faktor manajemen umum, yang terdiri dari 16 aspek pertanyaan.

2. Faktor manajemen risiko, yang terdiri dari 6 jenis risiko (risiko kredit, likuiditas, operasional, hukum, reputasi dan kepatuhan.

3. Faktor kepatuhan terhadap penerapan prinsip – prinsip syariah.

Dalam penilaian Tingkat Kesehatan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 dikenalkan adanya rasio utama, rasio penunjang dan rasio pengamatan (observed). Rasio utama adalah rasio sebagai pembentuk nilai peringkat faktor. Rasio penunjang adalah rasio sebagai penambah atau pengurang nilai peringkat faktor. Rasio observed adalah rasio yang digunakan sebagai indikator pendukung yang dapat mempengaruhi hasil penilaian atas peringkat faktor.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis penelitian

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara melakukan penelaahan terhadap beberapa buku literatur, Peraturan Bank Indonesia, tulisan ilmiah


(18)

yang berkaitan dengan bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan penelitian..

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang dilakukan.

2. Teknik pengumpulan data a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku dari beberapa literatur, referensi laporan-laporan keuangan dan bahan-bahan yang berhubungan atau mendukung skripsi ini

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan membuat daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya langsung kepada pihak BPRS yang qualified yang tentunya telah ditunjuk oleh pihak BPRS.

c. Studi Dokumentasi

yaitu dengan cara mengumpulkan data annual report PD. BPRS Kota Bekasi serta laporan-laporan lainnya yang terkait dengan penelitian ini. 3. .Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik deskriptif-analitis-evaluatif, yaitu dengan menjabarkan data yang diperoleh dari observasi di lapangan yaitu di PD. BPRS Kota Bekasi, berupa data keuangan PD. BPRS Kota Bekasi tahun 2007-2008, kemudian data tersebut diolah untuk


(19)

menilai tingkat ksehatan BPRS dengan berpedoman pada sumber tertulis berupa Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syari’ah dan beberapa peraturan Bank Indonesia Lainnya yang mendukung peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syari’ah ini, yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/24/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 8/26/DPbS tanggal 14 November 2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah juga Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 9/29/DPbS tanggal 7 Desember 2007 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Serta beberapa buku literatur, sebagai langkah konfirmasi mengenai data yang diperoleh dari penelitian di lapangan.

4. Teknik penulisan

Teknik penulisan dalam penelitian ini penulis menggunakan buku panduan penelitian yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan skripsi maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:


(20)

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN TEORITIS

Bab ini memuat dua sub-bab yaitu landasan teori BPRS, yang meliputi pengertian BPRS, tujuan dan kegiatan usaha BPRS. sub-bab kedua yaitu teori penilaian tingkat kesehatan BPRS yang mencakup penilaian terhadap faktor Permodalan (capital), Kualitas aset (Asset quality), Rentabilitas (earning), Likuiditas (liquidity), dan Manajemen (management).

BAB III: GAMBARAN UMUM TENTANG PD. BPRS KOTA BEKASI Bab ini memuat tentang sejarah berdiri, visi dan misi, produk-produk yang dihasilkan, serta susunan pengurus PD. BPRS Kota Bekasi.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang hasil penilaian faktor Permodalan (capital), Kualitas aset (Asset quality), Rentabilitas (earning), Likuiditas (liquidity), dan faktor Manajemen (management) serta penetapan peringkat kesehatan BPRS pada PD. BPRS Kota Bekasi

BAB V: PENUTUP


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang (UU) Perbankan No. 7 tahun 1992, adalah Lembaga Keuangan Bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan pada Undang-Undang perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat adalah Lembaga Keuangan Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.5

Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/17/PBI/2004 yang telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/25/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini, secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah.

2. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Tujuan operasionalisasi BPR Syariah adalah:6

5

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan ilustrasi, (Yogyakarta: EKONISIA, 2005), h. 83

6

Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga terkait (BAMUI, TAKAFUL dan Pasar Modal Syariah) di Indonesia, cet. IV, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2004), h. 129-130


(22)

a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama kelompok masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan. b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat

mengurangi arus urbanisasi.

c. Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai. 3. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Kegiatan-kegiatan operasional BPR Syariah adalah sebagai berikut:7 a. Mobilisasi Dana Masyarakat

1) Simpanan Amanah

Disebut dengan simpanan amanah, sebab dalam hal bank penerima titipan amanah (trustee account). Akad penerimaan titipan ini adalah wadiah, yaitu titipan yang tidak menanggung risiko, bank akan memberikan kadar profit (berupa bonus) dari bagi hasil yang didapat bank melalui pembiayaan kepada nasabah.

Landasan Syariah8: Al-Qur’an :

 

!

"#

$%&

'(

)*+

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat(titipan) kepada yang berhak menerimanya….” (an-Nisaa’ : 58)

Hadits:

7

ibid, h. 130-134 8

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani dan Tazkia Cendikia, 2004), h. 85-86


(23)

)

!

"ﻥ $%

&

$

' ()*

+

,ﺕ

$

'ﻥ ﺥ

(

Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah menghianatimu.” (HR Abu Dawud dan menurut Tirmidzi hadits ini hasan, sedang imam Hakim mengkategorikannya shahih)

2) Tabungan Wadiah

BPR Syariah menerima tabungan (saving account), baik pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan dana ini berdasarkan prinsip wadiah: yaitu titipan-titipan yang tidak menanggung risiko kerugian, serta bank akan memberikan kadar profit/keuntungan kepada penabung sejumlah tertentu dari bagi hasil yang diperoleh bank dalam pembiayaan kredit pada nasabah, yang diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap bulan. Penabung akan mendapat buku tabungan untuk mencatat mutasi dan baki.

Landasan Syariah9: Al-Qur’an :

 

!

"#

$%&

'(

)*+

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya….” (an-Nisaa’ : 58) Hadits:

)

!

$%

"ﻥ

&

$

' ()*

+

,ﺕ

$

'ﻥ ﺥ

(

9


(24)

Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah menghianatimu.” (HR Abu Dawud dan menurut Tirmidzi hadits ini hasan, sedang imam Hakim mengkategorikannya shahih)

3) Deposito Wadiah atau Deposito Mudharabah

BPR syariah menerima deposito berjangka (time and investment account) baik pribadi maupun badan/lembaga. Akad penerimaan deposito adalah wadiah, atau mudharabah di mana bank menerima dana masyarakat berjangka 1, 3, 6, 12 bulan dan seterusnya sebagai penyertaan sementara pada bank. Deposan yang akad depositonya wadiah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan yang lebih kecil daripada mudharabah dan bagi hasil yang diterima bank dalam pembiayaan/kredit nasabah, dibayar setiap bulan. Deposito bank akan menerbitkan warkat deposito atas nama deposan.

Landasan Syariah10: Al-Qur’an:

 ',

-/ 012

$ 3

45 6"#

-  8 9

:

;<1=

>

Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah” . (QS. Al-Muzammil/73 : 20) Hadits:

/

01 2

3 4

5678

2 9

":

;

0<=

">4 ?(

@7ﺥ

AB

C

+

;

)

D 4

$

=

(

10


(25)

Artinya: “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah).

Fasilitas pengerahan dana tersebut, juga dapat dipergunakan untuk menitipkan sedekah, infak, zakat, tabungan haji, tabungan kurban, tabungan aqiqah, tabungan keperluan pendidikan, tabungan pemilikan kendaraan, tabungan pemilikan rumah, bahkan bisa digunakan untuk sarana penitipan dana-dana masjid, dana pesantren, yayasan dan lain sebagainya.

Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas, BPR Syariah dapat pula bertindak sebagai lembaga baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, shadaqah, waqaf, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan)11.

b. Penyaluran Dana

1) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara BPR Syariah dengan pengusaha, di mana pihak BPR Syariah menyediakan pembiayaan modal usaha atau proyek yang dikelola oleh pihak pengusaha, atas dasar perjanjian bagi hasil.

Landasan Syariah12: Al-Qur’an:

11

Heri Sudarsono, Op.Cit, h. 86 12


(26)

 ',

-/ 012

$ 3

45 6"#

-  8 9

:

;<1=

>

Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah” . (QS. Al-Muzammil/73 : 20)

Hadits:

/

01 2

3 4

5678

2 9

":

;

0<=

">4 ?(

@7ﺥ

AB

C

+

;

)

D 4

$

=

(

Artinya: “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah)

2) Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara BPR Syariah dengan pengusaha, dimana baik pihak BPR Syariah maupun pihak pengusaha secara bersama membiayai suatu usaha atau proyek yang dikelola secara bersama pula, atas dasar bagi hasil sesuai dengan penyertaan.

Landasan Syariah13: Al-Qur’an:

!0

?

,: @

A%)

BC

6D 9 E F

GHIJ*

/

K$%

LM*

/

NO

3P Q

-!

-

) R 

'

) STF

Artinya: “Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang

13


(27)

lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini” (QS. Shaad/38: 24) Hadits:

A94

E

3?

5F 8

G B

$

,

HI

(

I

)

D 4

3

!

()

Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati yang lainnya “. (HR Abu Dawud no.2936, dalam kitab al-Buyu dan Hakim)

3) Pembiayaan Bai’u Bithaman Ajil

Pembiayaan Bai’u bithaman ajil adalah suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara BPR syariah dengan nasabahnya, di mana BPR Syariah menyediakan dana untuk pembelian barang/aset yang dibutuhkan nasabah untuk mendukung suatu usaha atau proyek.

Nasabah akan membayar secara mencicil dengan mark up yang didasarkan atas Opportunity Cost Project (OCP).

Landasan Syariah: Al-Qur’an:

<'U

V

'WBE XBF

YZ 'U

K- /[\ F

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah/2: 275)

Hadits:

/

01 2

3 4

5678

2 9

":

;

0<=

">4 ?(

@7ﺥ

AB

C

+

;

) (

D 4

$

J

()

Artinya: Dari Shalih bin Suaib ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli


(28)

secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual ” (HR. Ibnu Majah)

4) Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah adalah suatu perjanjian yang disepakati antara BPR Syariah dengan nasabah, dimana BPR Syariah menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank ditambah marjin keuntungan pada saat jatuh tempo).

Landasan Syariah14: Al-Qur’an:

<'U

V

'WBE XBF

YZ 'U

K- /[\ F

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah/2: 275)

Hadits:

/

01 2

3 4

5678

2 9

":

;

0<=

">4 ?(

@7ﺥ

AB

C

+

;

)

D 4

$

=

(

Artinya: Dari Shalih bin Suaib ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual ” (HR. Ibnu Majah)

5) Pembiayaan Qardhul Hasan

14


(29)

Pembiayaan qardhul hasan adalah perjanjian pembiayaan antara BPR Syariah dengan nasabah yang dianggap layak menerima yang diprioritaskan bagi pengusaha kecil pemula yang potensial akan tetapi tidak mempunyai modal apapun selain kemampuan berusaha, serta perorangan lainnya yang berada dalam keadaan terdesak. Penerima pembiayaan hanya diwajibkan mengembalikan pokok pembiayaan pada waktu jatuh tempo dan bank hanya mengenakan biaya administrasi yang benar-benar untuk keperluan proses.

Landasan Syariah15: Al-Qur’an:

]

^

_ Q

`5[ B 

b

Q

c!de'U

fU

g

h=E

fU F

gf

i 1j

=k [

Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak” (Q.S. Al-Hadiid : 11)

Hadits:

)

0!3AK$

E

$

$

0 K$

L ?

( K$

>

ﺕ $

+&

E :

2) HM:

$

(

Artinya: “Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi saw. Berkat, “bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah senilai (sedekah)” (HR Ibnu Majah no. 2421, kitab al-Ahkam: Ibnu Hibban dan Baihaqi)

15


(30)

Kegiatan operasional BPR Syariah dipertegas dalam pasal 34 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/25/PBI/2006 perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/17/PBI/2004, sebagai berikut:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk antara lain: 1. tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah; 2. deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah; dan atau 3. bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah; b. Menyalurkan dana dalam bentuk antara lain:

1. transaksi jual beli berdasarkan prinsip: a) murabahah;

b) istishna; dan atau c) salam;

2. transaksi sewa menyewa dengan prinsip ijarah 3. pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:

a) mudharabah; dan atau b) musyarakah;

4. pembiayaan berdasarkan prinsip qardh.

c. melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-undang Perbankan dan prinsip syariah.

Dibanding bank umum syariah, kegiatan operasional yang dapat dilakukan BPR Syariah lebih terbatas, BPR Syariah tidak diijinkan untuk menerima dana


(31)

simpanan dalam bentuk giro sekalipun hal itu dilakukan dalam bentuk wadiah. Begitu juga, BPR Syariah dilarang untuk16 :

a. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing b. Melakukan penyertaan modal

c. Melakukan usaha perasuransian.

B. Penilaian Tingkat Kesehatan BPRS

Tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah (BPRS) merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengurus bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank maupun pihak lainnya. Tingkat kesehatan BPRS tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengevaluasi kinerja BPRS dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko.

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat.17

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah,

16

Heri Sudarsono, Op Cit, h. 88 17

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Edisi keenam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo persada, 2002), h. 46


(32)

Tingkat kesehatan BPRS adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja BPRS melalui Penilaian Kuantitatif dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas; dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen.18

Penilaian tingkat kesehatan BPRS mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:

1. Penilaian Permodalan (Capital)

Secara tradisional modal didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth), yaitu selisih antara nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities). Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan harapan memperoleh hasil keuntungan di masa yang akan datang. Dalam neraca terlihat pada sisi pasiva bank, yaitu rekening modal dan cadangan. Rekening modal berasal dari setoran para pemegang saham, sedangkan rekening cadangan berasal dari bagian keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan untuk keperluan tertentu, misalnya untuk perluasan usaha dan menjaga likuiditas karena adanya kredit-kredit yang diragukan atau menjurus kepada macet.19

Sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/22/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, modal

18

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah, Pasal 1

19

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, cet. 2 (Jakarta : Alvabet, 2003), h. 147-148


(33)

bagi BPRS terdiri dari modal inti (tier 1) dan modal pelengkap (tier 2). Adapun rincian komponen dari masing-masing modal tersebut adalah sebagai berikut:20 1. Modal Inti

Modal Inti terdiri dari:

a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara riil dan efektif oleh pemiliknya sebesar nominal saham serta telah disetujui oleh Bank Indonesia. Bagi BPRS yang berbentuk hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib dan hibah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Di dalam komponen modal disetor tidak termasuk pengakuan modal yang dipesan (subscribed capital stock) yang berasal dari piutang pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku tentang Ekuitas.

b. Agio saham, yaitu selisih lebih tambahan modal yang diterima BPRS sebagai akibat harga saham melebihi nilai nominalnya. Dalam hal BPRS memiliki disagio saham maka selisih kurang antara setoran modal yang diterima oleh BPRS dengan nilai nominal saham yang diterbitkan menjadi faktor pengurang modal inti.

c. Dana setoran modal adalah dana yang secara efektif telah disetor penuh oleh pemegang saham atau calon pemegang saham dalam rangka penambahan modal untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor tetapi belum didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk dapat

20

Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/26/DPbS tanggal 14 November 2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah


(34)

digolongkan sebagai modal disetor seperti RUPS maupun pengesahan Anggaran Dasar dari instansi yang berwenang. Dana setoran modal harus ditempatkan pada rekening khusus (escrow account), dan tidak boleh ditarik kembali oleh pemegang saham atau calon pemegang saham dan penggunaannya harus dengan persetujuan Bank Indonesia.

d. Modal sumbangan adalah modal yang diperoleh BPRS dari sumbangan. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh BPRS yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk dalam pengertian modal sumbangan.

e. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

f. Cadangan tujuan, yaitu cadangan yang dibentuk dari bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

g. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

h. Laba tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, yaitu seluruh laba bersih tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.


(35)

Dalam hal BPRS mempunyai saldo rugi tahun lalu maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

i. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak (perhitungan pajak) dan kekurangan jumlah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dari jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai ketentuan Bank Indonesia yang merupakan komponen biaya yang dibebankan pada laba tahun berjalan. Jumlah laba tahun buku berjalan tersebut yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50% (lima puluh perseratus). Dalam hal pada tahun berjalan BPRS mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. Modal inti tersebut pada huruf a sampai dengan huruf i diatas harus dikurangi dengan goodwill, apabila ada dalam pembukuan BPRS.

2. Modal pelengkap (Tier 2)

Secara rinci modal pelengkap dapat berupa:

a. Selisih penilaian kembali aktiva tetap yaitu cadangan yang dibentuk sebagai akibat selisih penilaian kembali aktiva tetap milik BPRS yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak. Selisih penilaian kembali aktiva tetap tidak dapat dikapitalisasi ke dalam modal disetor dan atau dibagikan sebagai saham bonus dan atau deviden.

b. Cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan umum yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin


(36)

timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. PPAP yang bersifat cadangan umum diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap maksimum sebesar 1,25% dari jumlah ATMR. Sedangkan cadangan khusus dari PPAP dikeluarkan dari komponen modal pelengkap, karena akan diperhitungkan sebagai faktor pengurang pada nilai aktiva produktif yang bersangkutan dalam penghitungan ATMR.

c. Modal pinjaman, yaitu pinjaman yang didukung oleh instrument atau warkat yang mempunyai persyaratan sebagai berikut:

1. berdasarkan prinsip Qardh;

2. tidak dijamin oleh BPRS yang bersangkutan, dan sifatnya dipersamakan dengan modal serta telah dibayar penuh;

3. tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan Bank Indonesia; dan

4. mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian BPRS melebihi saldo laba dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun BPRS belum dilikuidasi. Dalam pengertian modal pinjaman ini, untuk BPRS yang berbadan hukum koperasi, pengertian modal pinjaman sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

d. Investasi Subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:


(37)

2. ada perjanjian tertulis antara BPRS dengan investor;

3. mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam hubungan ini pada saat BPRS mengajukan permohonan persetujuan, BPRS harus menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman/investasi subordinasi tersebut;

4. tidak dijamin oleh BPRS yang bersangkutan dan telah disetor penuh; 5. minimal berjangka waktu 5 (lima) tahun;

6. pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut permodalan BPRS tetap sehat; dan

7. dalam hal terjadi likuidasi hak tagihnya berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal). Jumlah investasi subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai modal untuk sisa jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah jumlah investasi subordinasi dikurangi amortisasi yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus atau prorata. Jumlah investasi subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap maksimum sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari modal inti.

a. Fungsi modal bank

menurut Jhonson and Jhonson, seperti yang dikutip oleh Muhammad,21 modal bank mempunyai tiga fungsi, lebih lanjut mereka menjelaskan sebagai berikut:

21

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : EKONISIA, kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004), h. 92


(38)

pertama, sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan.

Kedua, sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini adalah merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai Legulator, untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu

nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan diversifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap

kegagalan kredit dari satu individu debitur.

Ketiga, modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para partisipan pasar membandingkan return on investment diantara bank-bank yang ada.

Melihat fungsi modal pada suatu bank yang disampaikan di atas menunjukkan bahwa kedudukan modal merupakan hal penting yang harus dipenuhi terutama oleh pendiri bank dan para manajemen bank selama beroperasinya bank tersebut.

b. Rasio penilaian permodalan (capital)

Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:22

22


(39)

1) Rasio Kecukupan Modal (CAR) - (Rasio Utama)

Keterangan:

• ATMR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Kriteria penilaian peringkat:

• Peringkat 1, CAR N 11%

• Peringkat 2, 9,5% O CAR < 11% • Peringkat 3, 8% O CAR < 9,5% • Peringkat 4, 6,5% O CAR < 8% • Peringkat 5, CAR < 6,5%

2) Rasio Proyeksi Kecukupan Modal (Rasio Penunjang)

Keterangan:

• CARTI, merupakan hasil proyeksi KPMM untuk periode berikutnya. • CART0, merupakan nilai KPMM pada peride penilaian.

Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, PCAR N 1,2 • Peringkat 2, 1,1 OPCAR < 1,2 • Peringkat 3, 1 OPCAR < 1,1 • Peringkat 4, 0,9 OPCAR < 1 • Peringkat 5, PCAR < 0,9

3) Rasio Kecukupan Equity (ECR) - (Rasio Observed)

Keterangan:

• M Tier 1 = Modal inti

• PPAP = Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

• PPAPWD = Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk.

Kriteria penilaian peringkat:

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah

ATMR

Pelengkap

Inti

Modal

CAR

=

+

0 1 T T

CAR CAR

CAR =

PPAPWD PPAP M


(40)

• Peringkat 1, ECR N 4 • Peringkat 2, 3 O ECR < 4 • Peringkat 3, 2 O ECR < 3 • Peringkat 4, 1 O ECR < 2 • Peringkat 5, ECR < 1

4) Rasio kecukupan modal inti terhadap dana pihak ketiga (EDR) - (Rasio Observed)

Keterangan:

• M Tier 1 = Modal inti

• DPKg merupakan pdana pihak ketiga non profit sharing yang dijamin oleh Bank namun tidak dijamin oleh LPS.

Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, EDR N 2 • Peringkat 2, 1,5 O EDR < 2 • Peringkat 3, 1 O EDR < 1,5 • Peringkat 4, 0,5 O EDR < 1 • Peringkat 5, EDR < 0,5

5) Fungsi Intermediasi atas dana investasi dengan metode Profit Sharing (FI) - (Rasio Observed)

Keterangan:

• Dps merupakan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank dan menggunakan metode bagi hasil profit sharing.

• Dtotal merupakan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank. Kriteria penilaian peringkat:

• Peringkat 1, FI N 10%

• Peringkat 2, 7,5% O FI < 10% • Peringkat 3, 5% O FI < 7,5% • Peringkat 4, 2,5% O FI < 5% • Peringkat 5, FI < 2,5%

DPKg M

EDR = Tier 1

Total ps

D D FI =


(41)

2. Penilaian Kualitas Aset (asset quality)

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/24/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, ditetapkan bahwa BPRS wajib melakukan penilaian kualitas Aktiva baik terhadap Aktiva Produktif maupun Aktiva Non Produktif.

a. Kualitas Aktiva Produktif

Aktiva yang produktif atau productive assets sering juga disebut dengan

earning assets atau aktiva yang menghasilkan, kerena penempatan dana

tersebut adalah untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan.23 Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/24/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, Aktiva Produktif adalah penanaman dana BPRS dalam Rupiah berdasarkan prinsip Syariah dalam bentuk pembiayaan, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, dan penempatan dana pada bank lain. Adapun komponen aktiva produktif dapat dirinci sebagai berikut:

1. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah; b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa dengan opsi

perpindahan hak milik dalam bentuk Ijarah Muntahiyah bitTamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, dan

Istishna’; dan

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh;

23

Muchdarsyah sinungan, Manajemen Dana Bank, Edisi kedua, Cet. 4 (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2000), h. 195


(42)

e. transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BPRS dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan, tanpa imbalan atau bagi hasil.

2. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip Wadiah;24

3. Penempatan Dana Pada Bank Lain adalah penanaman dana pada Bank Syariah atau BPRS lainnya berdasarkan prinsip Syariah antara lain dalam bentuk bentuk giro dan/atau tabungan Mudharabah dan/atau Wadiah, deposito berjangka dan/atau tabungan Mudharabah, Pembiayaan yang diberikan, dan/atau bentuk-bentuk penempatan lainnya yang dipersamakan dengan itu;

Penilaian Kualitas Aktiva Produktif 25

1. Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Pembiayaan

a. Penilaian terhadap kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Pembiayaan dilakukan berdasarkan pada ketepatan dan/atau kemampuan membayar kewajiban oleh nasabah.

24Wadiah adalah perjanjian penitipan dana atau barang dari pemilik dana atau barang kepada penyimpan dana atau barang, dengan kewajiban pihak penyimpan untuk mengembalikan titipan dana atau barang tersebut sewaktu-waktu;

25

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/24/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, Bab III


(43)

b. Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Pembiayaan ditetapkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu Lancar, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet;

2. Kualitas Aktiva Produktif berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia digolongkan Lancar.

3. Kualitas Aktiva Produktif berupa Penempatan Dana Pada Bank Lain digolongkan Lancar sepanjang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

Jika tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan, kualitas Penempatan Dana Pada Bank Lain digolongkan sebagai berikut:

a. Lancar, apabila tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk

Wadiah/Qardh, atau tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok

dan/atau bagi hasil untuk Mudharabah dan Musyarakah, dan/atau Realisasi Pendapatan (RP) N 80 % Proyeksi Pendapatan (PP) untuk Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah;

b. Kurang Lancar, apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk

Wadiah/Qardh, atau terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau

bagi hasil untuk Mudharabah dan Musyarakah sampai dengan 5 (lima) hari kerja, dan/atau Realisasi Pendapatan diatas 30 % Proyeksi Pendapatan (PP) sampai dengan 80% Proyeksi Pendapatan (PP) atau Realisasi Pendapatan (RP) O 30% Proyeksi Pendapatan (PP) sampai dengan 3 (tiga) periode pembayaran untuk Pembiayaan Mudharabah

dan Musyarakah;


(44)

1) BPRS atau bank yang menerima Penempatan telah ditetapkan dan diumumkan sebagai BPRS atau bank dengan status dalam pengawasan khusus (special surveillance) atau BPRS atau bank telah dikenakan sanksi pembekuan seluruh kegiatan usaha; 2) BPRS atau bank yang menerima Penempatan ditetapkan sebagai

BPRS atau bank dalam likuidasi; dan/atau

3) terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk Wadiah/Qardh, atau terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bagi hasil untuk Mudharabah dan Musyarakah lebih dari 5 (lima) hari kerja, dan/atau Realisasi Pendapatan (RP) O 30 % Proyeksi Pendapatan (PP) untuk Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah.

b. Kualitas Aktiva Non Produktif26

Aktiva Non Produktif adalah aset BPRS selain Aktiva Produktif yang memiliki potensi kerugian, yaitu dalam bentuk agunan yang diambil alih.

Agunan yang Diambil Alih yang untuk selanjutnya disebut AYDA adalah aktiva yang diperoleh BPRS, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan apabila nasabah telah dinyatakan macet.

Penilaian kualitas aktiva non produktif

BPRS wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang dimiliki dan mendokumentasikan upaya penyelesaian AYDA tersebut.

26


(45)

BPRS wajib melakukan penilaian kembali terhadap AYDA untuk menetapkan net realizable value dari AYDA, yang dilakukan saat pengambilalihan agunan. Maksimum net realizable value adalah sebesar nilai Aktiva Produktif yang diselesaikan dengan AYDA.

AYDA yang telah dilakukan upaya penyelesaian ditetapkan memiliki kualitas sebagai berikut:

a. Lancar, apabila AYDA dimiliki sampai dengan 1 (satu) tahun;

b. Kurang Lancar, apabila AYDA dimiliki lebih dari 1 (satu) tahun sampai dengan 2 (dua) tahun;

c. Diragukan, apabila AYDA dimiliki lebih dari 2 (dua) tahun sampai dengan 3 (tiga) tahun;

d. Macet, apabila AYDA dimiliki lebih dari 3 (tiga) tahun. c. Penyisihan Penghapusan Aktiva 27

Penyisihan Penghapusan Aktiva yang untuk selanjutnya disebut PPA adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas aktiva. BPRS wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva terhadap Aktiva

Produktif dan Aktiva Non Produktif.

Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) sebagaimana dimaksud berupa: a. cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aktiva Produktif; dan b. cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif.

Cadangan umum PPA produktif ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 0,5 % (lima perseribu) dari seluruh Aktiva Produktif yang digolongkan Lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

27


(46)

Cadangan khusus Penyisihan Penghapusan Aktiva produktif ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar:

a. 10% (sepuluh perseratus) dari Aktiva yang digolongkan Kurang Lancar setelah dikurangi nilai agunan;

b. 50% (lima puluh perseratus) dari Aktiva yang digolongkan Diragukan setelah dikurangi nilai agunan; dan

c. 100% (seratus perseratus) dari Aktiva yang digolongkan Macet setelah dikurangi nilai agunan.

Penggunaan nilai agunan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan PPA hanya dapat dilakukan untuk Aktiva Produktif.

Kewajiban untuk membentuk PPA tidak berlaku bagi Aktiva Produktif berupa Ijarah atau Ijarah Muntahiyah bit Tamlik. Karena BPRS wajib membentuk penyusutan/amortisasi untuk Ijarah atau Ijarah Muntahiyah bit

Tamlik, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Ijarah disusutkan/diamortisasi sesuai dengan kebijakan penyusutan

BPRS bagi aktiva yang sejenis.

b. Ijarah Muntahiyah bit Tamlik disusutkan sesuai dengan masa sewa.

Pembentukan PPA untuk Murabahah, Salam dan Istishna’ mempergunakan angka saldo harga perolehan atau saldo harga pokok. d. Rasio Penilaian Kualitas Asset (Asset Quality)

Penilaian terhadap faktor kualitas aset meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) Rasio Kualitas Aktiva Produktif (EAQ) - (Rasio Utama)

− =

EA EAaR


(47)

Keterangan:

• EAaR = aktiva produktif yang diklasifikasikan.

• EA = aktiva produktif.

Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, EAQ N 93% • Peringkat 2, 90% O EAQ < 93% • Peringkat 3, 87% O EAQ < 90% • Peringkat 4, 84% O EAQ < 87% • Peringkat 5, EAQ < 84%

2) Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) - (Rasio Penunjang)

Keterangan:

• JPB merupakan jumlah pembiayaan yang tergolong dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

• JP merupakan jumlah pembiayaan yang dimiliki oleh bank

Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, NPF O 7%

• Peringkat 2, 7% < NPF O 10% • Peringkat 3, 10% < NPF O 13% • Peringkat 4, 13% < NPF O 16% • Peringkat 5, NPF > 16%

3) Rasio tingkat rata-rata pengembalian pembiayaan hapus buku (ARR) - (Rasio Observed)

Keterangan:

• RV = Recovery Value • TWO = Total Write Off

Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, ARR > 40%

• Peringkat 2, 30% < ARR O 40%

JP JPB

NPF =

=

TWO RV Average ARR


(48)

• Peringkat 3, 20% < ARR O 30% • Peringkat 4, 10% < ARR O 20% • Peringkat 5, ARR O 10%

4) Rasio Nasabah Pembiayaan Bermasalah (NPB) - (Rasio Observed)

Keterangan:

• JNB merupakan jumlah nasabah pembiayaan yang tergolong dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet (jumlah rekening)

• JNP merupakan jumlah nasabah pembiayaan yang dimiliki oleh bank. (jumlah rekening).

Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, NPB O 7%

• Peringkat 2, 7% < NPB O 10% • Peringkat 3, 10% < NPB O 13% • Peringkat 4, 13% < NPB O 16% • Peringkat 5, NPB > 16%

5) Rasio Haircut (Rasio Observed)

APYD

t Enhancemen Exposure

Haircut=

keterangan:

Exposure enhancement = agunan yang diperhitungkan

• APYD = Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Kriteria penilaian peringkat:

• Peringkat 1, Haircut > 100%

• Peringkat 2, 95% < Haircut O 100% • Peringkat 3, 80% < Haircut O 95% • Peringkat 4, 70% < Haircut O 80% • Peringkat 5, Haircut O 60%

3. Penilaian Rentabilitas (earning)

Rentabilitas (earning) adalah untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode.

JNP JNB


(49)

Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai secara bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat di atas yang telah ditetapkan.28

Penilaian Rentabilitas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam mendukung kegiatan operasional dan permodalan, melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif atas rasio/komponen sebagai berikut:

a. Rasio Efisiensi Operasional (REO) - (Rasio Utama)

Keterangan:

• BO = Beban Operasional

• PO = Pendapatan Operasional. Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, REO O 83% • Peringkat 2, 83% < REO O 85% • Peringkat 3, 85% < REO O 87% • Peringkat 4, 87% < REO O 89% • Peringkat 5, REO > 89%

b. Rasio aset yang menghasilkan pendapatan (IGA) - (Rasio Penunjang)

Keterangan:

• AP = Aktiva Produktif

• NPA atau Non Performing Asset adalah Aktiva Produktif yang tergolong Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

• TA = Total Aset yang dimiliki oleh bank

Kriteria penilaian peringkat:

28

kasmir, Dasar-dasar Manajemen, Edisi 1, Cet. 2, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 44

PO BO

REO=

TA NPA AP


(50)

• Peringkat 1, IGA > 87%

• Peringkat 2, 82% < IGA O 87% • Peringkat 3, 78% < IGA O 82% • Peringkat 4, 74% < IGA O 78% • Peringkat 5, IGA O 87%

c. Rasio Net Margin Operasional utama (NSOM) - (Rasio Penunjang)

Keterangan:

• POu = Pendapatan Operasional Utama • BH = Bagi Hasil

• BOu = Beban Operasional Utama • AP = aktiva produktif

Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, NSOM N 9% • Peringkat 2, 7% O NSOM < 9% • Peringkat 3, 5% O NSOM < 7% • Peringkat 4, 3% O NSOM < 5% • Peringkat 5, NSOM O 3%

d. Rasio Biaya Tenaga Kerja Terhadap Total Pembiayaan (RTK) - (Rasio

Observed)

Keterangan:

• BTK = Biaya Tenaga Kerja

• PYD = Pembiayaan Yang Diberikan oleh bank

Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, TK O 2%

• Peringkat 2, 2% < TK O 3,5% • Peringkat 3, 3,5% < TK O 5% • Peringkat 4, 5% < TK O 6,5% • Peringkat 5, TK > 6,5%

AP BOu BH POu

NSOM = − −

PYD BTK


(51)

sharing profit

dari berasal yang

DPK

PLS dana pemilik hasil

Bagi holder

Account

ROI =

e. Return on Assets (ROA) - (Rasio Observed)

Keterangan:

• EBT = Earning Before Tax

• TA = Total Asset yang dimiliki oleh bank Kriteria penilaian peringkat:

• Peringkat 1, ROA > 1,450%

• Peringkat 2, 1,215% < ROA O 1,450% • Peringkat 3, 0,999% < ROA O 1,215% • Peringkat 4, 0,765% < ROA O 0,999% • Peringkat 5, ROA O 0,765%

f. Return On Equity (ROE) - (Rasio Observed)

Keterangan:

• EAT = Earning After Tax

• PIC = Paid In Capital adalah modal disetor yang dimiliki oleh bank. Kriteria penilaian peringkat:

• Peringkat 1, ROE > 23%

• Peringkat 2, 18% < ROE O 23% • Peringkat 3, 13% < ROE O 18% • Peringkat 4, 8% < ROE O 13% • Peringkat 5, ROE O 8%

g. Return on Investment Account Holder – Rasio Observe

Keterangan:

• Bagi hasil pemilik dana PLS = bagi hasil kepada pemilik dana profit sharing

• DPK yang berasal dari profit sharing = dana pihak ketiga yang berasal dari prrofit sharing

TA EBT

ROA=

PIC EAT


(52)

Kriteria penilaian peringkat:

• Peringkat 1, ROI Account holder > 23%

• Peringkat 2, 18% < ROI Account holder O 23% • Peringkat 3, 13% < ROI Account holder O 18% • Peringkat 4, 8% < ROI Account holder O 13% • Peringkat 5, ROI Account holder O 8%

4. Penilaian Likuiditas (liquidity)

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Likuiditas berhubungan dengan masalah kepercayaan kreditor jangka pendek kepada perusahaan. Artinya, semakin tinggi likuiditas semakin percaya para kreditor jangka pendek. Likuiditas perusahan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar atau aktiva yang mudah dijadikan uang tunai, seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan.29

Menurut Oliver G. wood, Jr, seperti yang dikutip oleh Dahlan Siamat30, likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan.

Sumber utama kebutuhan likuiditas bank berasal dari adanya kebutuhan antara lain untuk memenuhi:

a. Ketentuan likuiditas wajib (reserve requirement) atau cash ratio

b. Saldo rekening minimum pada bank koresponden

29

sutrisno, Manajemen Keuangan; teori, konsep dan aplikasi, Cet. IV, (Yogyakarta : EKONISIA, Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2005), h. 15-16

30

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, (Jakarta : Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h. 153


(53)

c. Penarikan simpanan dalam operasional bank sehari-hari d. Permintaan kredit dari masyarakat.

Sejalan dengan pemenuhan kebutuhan likuiditas bank, maka suatu bank dianggap likuid apabila:31

a. Memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya b. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai

surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas

c. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan utang.

Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) Cash Ratio (CR) - (Rasio Utama)

Keterangan:

Cash & Setara Kas adalah kas, giro dan tabungan pada bank lain.

• Kewajiban Lancar meliputi tabungan, deposito, kewajiban kepada bank lain, kewajiban segera dan kewajiban lainnya yang jatuh tempo sampai dengan 1 bulan.

Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, CR N4,80 • Peringkat 2, 4,05 O CR <4,80 • Peringkat 3, 3,30 O CR <4,05 • Peringkat 4, 2,55 O CR <3,30 • Peringkat 5, CR <2,55

2) Short Term Mistmatch (STM) - (Rasio Penunjang)

31

ibid, h. 157

) 3 _( _ ) 3 ( _ bulan Lancar Kewajiban bulan lancar Aktiva STM= Lancar Kewajiban SetaraKas Cash CR _ & =


(54)

Keterangan:

• Aktiva lancar 3 bulan adalah aktiva yang memiliki jatuh tempo sampai dengan 3 bulan meliputi Kas, Penempatan pada bank lain dan pembiayaan.

• Kewajiban lancar 3 bulan adalah kewajiban yang harus diselesaikan oleh bank sampai dengan 3 bulan meliputi tabungan, deposito, kewajiban kepada bank lain, kewajiban segera, kewajiban lainnya dan pinjaman yang diterima.

Kriteria penilaian peringkat: • Peringkat 1, STM > 110%

• Peringkat 2, 100% < STM O 110% • Peringkat 3, 90% < STM O 100% • Peringkat 4, 80% < STM O 90% • Peringkat 5, STM O 80%

5. Penilaian Manajemen (management)

Manajemen menurut James A.F Stoner adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya yang telah ditetapkan.32

Dalam Elias’ modern Dictionary English arabic kata management (Inggris), sepadan dengan kata tadbir, idarah, siyasah dan qiyadah dalam bahasa arab. Dalam al-Qur’an dari terma-terma tersebut, hanya ditemui terma tadbir dalam berbagai derivasinya. Tadbir adalah bentuk masdar dari kata kerja dabbarra, yudabbiru, tadbiran. Tadbir berarti penertiban, pengaturan, pengurusan, perencanaan dan persiapan.

32

T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi II, Cet. VII (Yogyakarta : BPFE_Yogyakarta dan anggota IKAPI, 1993), h. 8


(55)

Secara istilah, sebagian pengamat mengartikannya sebagai alat untuk merealisasikan tujuan umum. Oleh karena itu mereka mengatakan bahwa idarah

(manajemen) itu adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien33.

Penilaian manajemen dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan manajerial pengurus BPRS dalam menjalankan usahanya, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan BPRS terhadap pelaksanaan prinsip syariah serta kepatuhan BPRS terhadap ketentuan yang berlaku, melalui penilaian kualitatif atas komponen-komponen sebagai berikut:34

a. Kualitas manajemen umum dan kepatuhan BPRS terhadap ketentuan yang berlaku, yang terdiri dari 16 (enam belas) aspek dengan bobot sebesar 35% (tiga puluh lima per seratus);

b. Kualitas manajemen risiko, yang terdiri dari 6 (enam) jenis risiko yang meliputi beberapa aspek tertentu dengan bobot sebesar 40% (empat puluh per seratus);

c. Kepatuhan terhadap pelaksanaan prinsip – prinsip syariah, yang terdiri dari 3 (tiga) aspek dengan bobot sebesar 25% (dua puluh lima per seratus).

33

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Op.Cit, h. 13-14 34

Surat Edaran Bank Indonesia No.9/29/DPbS tanggal 7 Desember 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah


(1)

" + ) #& C

( ! )

! #

1 ! ! !

" " $ " ! " !

) $ + ! "

1 $ $ $ " ! ) ! ! ; # ! ''

! # 8 ! #

1 ?& 1 8

. 6 &

1 # ! # ' ) =1

1 $ ! ; # ! $ " ! $ ! 6 #

) ! > ! # # ! " # ) > # ! - # !

$

< ) # ,/ 3 ! ! ;

!"#$%"&$$

'( )*) + , - . + , +/+"##

0 01) * 2 03 4 *5 * '( 6'437 002 '( $ 8 %"%& " !

7)' '( 6'437 002 '( $ 9 , !! %: /#

) 2 *5 4 1

+ C

( ! )

! #

1 ! !

! " " $ " !

" ! ) $ + ! "

1 $ $ $ " ! ) ! ! ; # ! '

+ ! # 8 ! #

+

) 3 # $ + ) # # !

+ #

+ 1 ?& 1 8

6 & .

. # ! # ' ) =1 . .

$

) 2 *5

+ C

( ! )

! #

1 ! !

! " " $ " !

" ! ) $ + ! "

1 $ $ $ " ! ) ! ! ; # ! '

+ ! # 8 ! #

+

) 3 # $ + ) # # !

+ #

+ 1 ?& 1 8

6 &

. # ! # ' ) =1 .

$

) 2 *5 72)7 * ;

+ C

( ! )

! #

1 ! !

! " " $ " !

" ! ) $ + ! "

1 $ $ $ " ! ) ! ! ; # ! '

+ ! # 8 ! #

+

) 3 # $ + ) # # !

+ #

+ 1 ?& 1 8

6 &

. # ! # ' ) =1 .

$

< 4(

+ C

( ! )

! #

1 ! !

! " " $ " !

" ! ) $ + ! "

1 $ $ $ " ! ) ! ! ; # ! '

+ ! # 8 ! #

+

) 3 # $ + ) # # !

+ #

+ 1 ?& 1 8

6 &

. # ! # ' ) =1 .


(2)

DATA PERMODALAN

'1'2

' )*

48,

48,

?/

) 8

!

,

( #

8

( #

=%&%

) (

"

8

(

!

)

:

1

. .

:

/ +

. .

.

"

#

) #

!#

+

" / #

) )

!#

+

3

/ #

) =%&%

" / #

!+ )

!#

+

!#

+

!

"

,

$

3

/ #

!+ )

=%&%

( "

)

2

6 )) =%&%

<

) #

)

48,

A A?2 , =/ !

( ) #

)

" )

-:

!

$ #

#

- =

J

! ,/ 3

)

+

%

-

" !

=

J

!

)

<

) #

)

)

<

) #

)

)

$

!#

=

J

! +

) #

)


(3)

DATA KEUANGAN SERIES

Jul-07

Aug-07

Sep-07

Oct-07

Nov-07

Dec-07

Jan-08

Feb-08

Mar-08

A

8

$

%

/

&

#

+

:

48,

.

.

.

.

.

.

,/ 3

.

.

.

.

..

.

/

) ,

.

.

.

.

.

..

4

!

) ( )# 8

! "

@

)

.

"

4

!

)

.

.

.

,

-

!

;

.

.

.

.. .

.

.

.

?

!; !

,

-

!

;

.

. .

. .

4

!

)

!

! )

.

%

.

.

.

.

@

)

!

! )

.

.

.

.

"

4

!

)

!

! )

.

%

.

.

$ /

!+

.

. .

.

.

" $

$

" !

.

.

. .

.

.

" =3

( " )

+

.

.

.

. .

. .

.

%

.

) 8

!

?

,

#

)

)

(

.

.

.

.


(4)

KOLEKTIBILITAS PEMBIAYAAN

PD. BPRS KOTA BEKASI

BULAN : JUNI 2008

RECOVARATE RATIO (Rasio Observe)

Nomor Rekening

Jumlah Hapus

Buku

Jumlah Berhasil Ditagih

Pencapaian

(1)

(2)

(3)

(4) = 3 / 2

11

1

-

12

1

-

13

1

-

14

1

-

15

1

-

16

1

-

Jumlah / Rata - rata

6

-

-

(Ribuan rp)

A. POSISI LAPORAN : 30 JUNI 2008

JUMLAH REKENING

KOLEKTIBITAS

PLAFOND

BAKI DEBET

462

Lancar

11.516.780

11.332.200

61

Kurang lancar

3.565.843

1.427.488

34

Diragukan

666.426

543.377

-

Macet

-

-

557

15.749.049

13.303.065

B. POSISI LAPORAN : 30 JUNI 2007

JUMLAH REKENING

KOLEKTIBITAS

PLAFOND

BAKI DEBET

281

Lancar

7.605.879

6.743.039

7

Kurang lancar

134..800

124.130

-

Diragukan

-

-

-

Macet

-

-


(5)

DATA CASH RATIO

)*55

)*55

)*55

)*55

-

2

E

E

E

E

E

E

E

E

)

+

) #&

" )

.

.

2 !

"

)

.

.

/ "

"

)

.

.

.

6 + "

! $

" )

/ "

7

#

..

.

..

.

/ "

# ! " #

.

.

8

# ! " #

.

6 + "

"

)

= "

6 + "

!


(6)

DATA MATURITY

' )*

32)=

*> 4 (5*

2 4)2? 7 ( $

1

*

"

)

! " # #

( )

#

0 ! #

" $

" $

# ! " #

" $

$ !

#

+ ! #

+ ! #

610,377,709

+ ! #

# $ #

)

!

) +

0@ -)1 * (5*

2 4)2? 7 ( $ 1

*

/ "

7

#

1,788,218

/ "

# ! " #

474,510

8

# ! " #

4,805,500

6 + "

"

)

6 + "

!

6 + "

)

$