Konsep Motif dan Motivasi

atau prilaku yang termotivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. 3 Menurut Mc Clleland bahwa motif dan motivasi mempunyai arti yang sama atau sinonim. Menurut pendapatnya semua motif didapat dari hasil belajar. Kemudian ia juga mengatakan bahwa semua motif tentu didasari emosi. Motif menurut pendapatnya tidak dapat dilihat begitu saja dari prilaku, karena motif tidak selalu seperti yang tampak terkadang berlawanan dengan yang tampak. Atas dasar itu ia berpendapat bahwa untuk menentukan motif yang mendasari suatu perbuatan, cara terbaik ialah dengan menganalisis motif yang ada di dalam fantasi seseorang. Sedangkan Teevan dan Smith menyatakan bahwa motivasi adalah konstruksi yang mengaktifkan prilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe prilaku yang tertentu disebutnya motif. Selanjutnya mereka juga berpendapat bahwa motif mempunyai dua fungsi yaitu pemberi daya untuk penggerak atau berfungsi menggerakkan prilaku yang lain adalah mengarahkan prilaku. 4 Dari beberapa definisi diatas penulis dapat mengambil kesimpulan dari motif dan motivasi. Motif adalah tujuan utama seseorang dalam melakukan 3 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum Yogyakarta: Andi, 2004, h. 220. 4 Sarta A priadi, “Motif dan Dampak Bekerja Pada Anak”, Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta, 2012, h. 20. suatu kegiatan atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah alasan atau semua hal yang dapat menggerakkan seseorang kepada tujuan utamanya. Suatu hal yang penting berkaitan dengan motif adalah bahwa motif itu tidak dapat diamati secara langsung. Tetapi motif dapat diketahui dari prilaku, yaitu apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat oleh seseorang. Dengan begitu dapat diketahui motif seseorang dalam berprilaku. Dalam mempelajari tingkah laku manusia pada umumnya, harus mengetahui apa yang dilakukannya, bagaimana ia melakukannya, dan mengapa ia melakukannya. 5 2. Klasifikasi Motif 6 a. Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik Motif intrinsik yaitu motif-motif yang dapat berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar. Seorang melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya. Misalnya, orang yang gemar membaca tanpa ada yang mendorongnya, ia akan mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya; orang yang rajin dan bertanggung jawab tanpa usah menunggu komando, sudah belajar dengan sebaik-baiknya. Motif ekstrinsik ialah motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang dari luar. Misalnya, seseorang melakukan sesuatu karena 5 WA, Gerungan, Psikologi Sosial Bandung: PT Refika Aditama, 2004, h. 152. 6 Alex Sobur, Psikologi Umum Bandung: Pustaka Setia, 2003, h.294-297. untuk memenangkan hadiah yang khusus ditawarkan untuk perilaku tersebut. b. Motif Tunggal dan Motif Bergabung Motif bergabung, yakni motif yang tujuannya lebih dari satu, misalnya membaca artikel tertentu yang berhubungan dengan tugas mata kuliah atau pekerjaan kantor kita. Sedangkan motif tunggal, yakni motif yang tunggal, dan tidak memiliki motif yang lainnya. c. Motif Biogenetis, Sosiogenetis, dan Teogenetis Motif Biogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenetis ini adalah asli di dalam diri orang, dan berkembang dengan sendirinya. Contohnya: lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan istirahat, bernafas, dan sebagainya. Motif Sosiogenesis merupakan motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Motif sosiogenesis tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang. Contohnya: keinginan akan mendengarkan musik Chopin atau musik legong Bali, keinginan akan membaca sejarah indonesia, dan sebagainya. Motif Teogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha merealisasi norma-norma agama tertentu. Contohnya: keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, keinginan untuk merealisasi norma-norma agamanya menurut petunjuk kitab suci, dan sebagainya. Dugaan sementara peneliti atas kelompok motif dan hasil dari motif yang ada dalam skripsi nanti yaitu motif bergabung dan motif teogenetis. Pemerintah membuat kebijakan untuk mendirikan BPRS yang operasionalnya berdasarkan norma-norma agama tidak hanya memiliki satu tujuan namun ada beberapa tujuan. Bisa jadi selain ingin memberdayakan masyarakatnya pemerintah juga berharap BPRS dapat menjadi sumber pendapatan daerah atau lain sebagainya. 3. Teori Motivasi Abraham Maslow mengembangkan suatu konsep dari teori motivasi yang dikenal dengan hierarki kebutuhan. Menurutnya ada semacam hierarki yang mengatur dengan sendirinya kebutuhan-kebutuhan manusia. Berikut ini susunan hierarki dimulai dari yang paling tinggi sampai yang terendah. fisik keamanan sosial afiliasi penghargaan aktualisasi diri GAMBAR 2.1 Sumber: Miftah Thoha Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya Menurut Maslow kebutuhan seseorang dapat berubah ketika kebutuhan yang sebelumnya telah terpenuhi. Jika kebutuhan fisik telah terpenuhi maka kebutuhan fisik tidak lagi menjadi prioritas. Ketika kebutuhan fisik terpenuhi maka yang menjadi prioritas dalam kebutuhannya yaitu kebutuhan akan keamanan. Dan begitupun seterusnya. Menurut Herzberg, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene faktor ekstrinsik dan faktor motivator faktor intrinsik. Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya faktor ekstrinsik, sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement prestasi, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dan sebagainya faktor intrinsik. Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu: a. Need for achievement kebutuhan akan prestasi b. Need for afiliation kebutuhan akan hubungan sosialhampir sama dengan sosicialneed-nya Maslow c. Need for Power dorongan untuk mengatur. 7 Teori dari Vroom tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen. Yaitu ekspektasi harapan keberhasilan pada suatu tugas, instrumentalis yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas, valensi yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi apabila usahanya 7 Miftah Thoha, Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2010, h.221-240. menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan dan motivasi rendah apabila usahanya kurang dari harapannya. 8 4. Konsep Pengukuran Motif McClelland mengatakan bahwa yang termasuk usaha awal dalam pengukuran motif manusia telah dilakukan oleh W.H.Sheldon, yang terutama berminat pada seluk beluk fisik manusia yang disebutnya somatotypes. Ia menyimpulkan bahwa diri manusia dapat dinilai berdasarkan tiga karakteristik dasar yaitu, pada sejauh mana lemak mendominasi atau endomorphy; sejauh mana otot mendominasi atau mesomorphy; sejauh mana kulit mendominasi atau ectomorphy. Ia selalu berpendapat bahwa trait dan temperamen tertentu yang sebagian adalah motivasional didapat dari masing-masing karakteristik tubuh. Sheldon kemudian mengembangkan skala penilaian temperamen yang memasukkan pula variabel motivasional. Walaupun bentuknya masih kasar, tetapi pengukuran motif ini mewakili usaha untuk lebih spesifik mengenai motif. Morgan mengatakan untuk mengukur motif atau kebutuhan, para ahli berusaha menemukan tema atau rangkaian umum yang berada dalam berbagai contoh tindakan nyata dan tindakan yang diimajinasikan. Untuk menemukan tema itu, mereka menggunakan tes proyektif untuk mempelajari tema tindakan yang diimajinasikan; kuesioner atau inventory, dan juga wawancara berisi 8 Supiani, “Teori-teori Motivasi”, artikel diakses pada 16 oktober 2013 dari http:supiani.staff.gunadarma.ac.id pertanyaan tentang apa yang orang lakukan atau lebih ingin dilakukan dan perilaku aktual dalam berbagai macam situasi yang sudah dirancang untuk menghasilkan ekspresi dari motif. Dalam observasi, dirancang suatu tes situasional untuk menciptakan situasi dimana tindakan individu akan menampakkan motifnya yang dominan. McClelland dalam buku Mataniah berpendapat bahwa adalah suatu kepercayaan yang keliru bila individu telah berfikir untuk bertindak dalam cara tertentu. McClelland mengatakan bahwa motif tidak dapat dilihat begitu saja dari perilaku, karena motif tidak selalu seperti yang tampak, terkadang malah berlawanan dengan yang tampak. Atas dasar tersebut ia berpendapat bahwa untuk menemukan motif yang mendasari suatu perbuatan, cara yang terbaik ialah dengan menganalisa motif yang ada di dalam fantasi seseorang. McClelland juga mengatakan bahwa perlu dipertimbangkan sesaat mengapa fantasi sebagai satu tipe perilaku memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan tipe yang lain dalam merefleksikan efek kebangkitan motivasional secara sensitive. Pada fantasi, segala hal paling tidak mengandung simbolisasi. Tindakan nyata di lain sisi lebih banyak dibatasi oleh realita atau oleh kemampuan diri sendiri. Beberapa inventori telah dikembangkan untuk mengukur kekuatan motif. Untuk pengukuran motif Morgan, jenis ini berisi pertanyaan bagi orang untuk dijawab mengenai perilaku khas dan preferensi, apa yang akan mereka lakukan atau lebih ingin dilakukan dalam situasi tertentu. Menurut McClelland, satu keuntungan yang jelas dari pendekatan ini adalah lebih mudah mencatat dan membacanya melalui mesin dan otomatis nilai individu telah terhitung. Pendekatan lain adalah tes proyeksi yang berdasarkan kepada ide bahwa orang akan membaca perasaan dan kebutuhannya sendiri melalui materi yang tidak terstruktur dengan jelas. Dengan perkataan lain, deskripsi mereka tentang materi itu akan mengekspresikan motif sosialnya karena mereka akan memproyeksikan motif ke dalamnya. Alat proyeksi yang umum dipakai adalah Thematic Apperception Tes TAT yang dirancang oleh H.A. Murray untuk melihat kebutuhan yang mendasar pada individu. 9 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pengukuran Morgan yaitu menggunakan teknik wawancara untuk mengungkap motif apa saja yang menjadi dasar dibentuknya BPRS Pemkot Bekasi. 5. Motif dalam Proses Politik Menurut Deliar politik didefinisikan sebagai aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk memengaruhi 9 Lusianne, Persepsi dan Motif Melaksanakan Ibadah Haji Pada Jamaah Haji Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Banten ”, Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003, dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat. 10 Menurut Ramlan Surbakti politik adalah segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan. 11 Menurut Harold D. Lasswell tindakan politik hanya diarahkan pada pencapaian kepentingan dari para pelaku dengan memerhatikan momentum dan cara-cara tertentu. 12 Jadi, yang dimaksud dengan motif dalam proses politik yaitu alasan- alasan, dorongan-dorongan atau keinginan para politisi untuk bertindak dan bersikap sesuatu agar partai politiknya tetap diakui dan dianggap baik di mata masyarakat dengan memperhatikan momentum dan cara-cara tertentu. 6. Dimensi Motif Politik dan Ekonomi Dalam Proses Regulasi dan Kebijakan Publik Ketika berbicara ekonomi maka berbicara tentang perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Motif ekonomi dari manusia adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin dengan ketersediaan sumberdaya ekonomi yang terbatas. 13 Kemudian ketika berbicara politik itu artinya berbicara tentang aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan 10 Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relation Politik Bogor: Ghalia Indonesia, 2012, h. 4 11 Ibid.,h. 6. 12 Ibid.,h. 5. 13 Didik J Rachbini, Ekonomi Politik Kebijakan dan Stategi Pembangunan Jakarta: Granit, 2004, h.179 kekuasaan yang tujuannya adalah untuk mengambil suatu kebijakan dalam suatu bentuk susunan masyarakat. Regulasi adalah mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan. Sedangkan kebijakan publik penulis mengutip dari pendapat Chandler dan Plano yang menurutnya kebijkan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas. Pengertian kebijakan publik menurut Chandler dan Plano dapat diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk mengatasi persoalan publik. 14 Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Dewey yaitu kebijakan publik menitikberatkan pada “publik dan problem- problemnya”. 15 Untuk itu, maka peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengaturnya. Seperti halnya pandangan Keynes bahwa peran pemerintah memang diperlukan, antara lain dalam bentuk kebijakan anggaran untuk 14 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Teori dan Konsep Kebijakan Publik Dalam Kebijakan Publik yang Membumi, Konsep, Strategi dan Kasus Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI, 2003, h.1. 15 Wayne Parsons, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan Jakarta: Kencana, 2006, h.x. mengatasi pengangguran yang sekaligus juga meningkatkan daya beli dan mendorong adanya kegiatan bisnis. 16 Peranan pemerintah dalam perekonomian antara lain pertama, menetapkan kerangka hukum legal framework yang melandasi suatu perekonomian, kedua, mengatur atau meregulasi perekonomian dengan alat subsidi dan pajak, ketiga, memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti kredit, penjaminan simpanan, dan asuransi, keempat, membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan oleh perusahaan swasta, misalnya persenjataan, kelima, meredistribusikan membagi ulang pendapatan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya, keenam, menyelenggarakan sistem jaminan sosial, misalnya memelihara anak-anak terlantar, menyantuni fakir miskin, dan sebagainya. 17 Jadi, motif politik dan ekonomi dalam proses regulasi dan kebijakan publik yaitu keterlibatan pemerintah dalam perencanaan pelaksanaan pembangunan yang motif atau tujuannya adalah membangun daerah sehingga peranan pemerintah dalam hal ekonomi daerah dapat terselesaikan. 16 Said Zaenal Abidin, “Peran Pemerintah Dalam Pembangunan” artikel diakses pada 12 oktober 2012 dari http:www.google.comurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=2cad=rjaved=0CDEQFjABurl=http 3A2F2Fwww.stialan.ac.id2Fartikel2Fartikel2520said2520zaenal.pdfei=OS1YUtGlL8zQrQfGnID gCAusg=AFQjCNFWi58J_MiBlze9XYEV89-iYa_RFwbvm=bv.53899372,d.bmk 17 Gioandi, “Ekonomi Publik ” diakses pada 11 oktober 2013 dari http:gioandi.wordpress.comekonomi-publik

B. Ekonomi Politik

Sebelum membahas ekonomi politik, ada baiknya memahami arti dari kedua kata tersebut yaitu ekonomi dan politik. 1. Pengertian Ekonomi Kata “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani yaitu oikos yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan nomos, atau “peraturan, aturan, hukum,” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga.” 18 Ekonomi adalah kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi. 19 Gregory Mankiw mengatakan, “Economic is the study of how society manages its scare resource. 20 Dengan demikian yang dimaksud dengan ekonomi adalah segala hal yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang langka. 18 Ali Mashum, “Konsep Dasar Ekonom”, artikel diakses pada 14 September 2013 dari http:ilmuiesp.blogspot.com201305konsep-dasar-ekonomi.html 19 Monzer Kahf, Ekonomi Islam Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, Cet.I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, h.2. 20 Ilham Fahmi, Ekonomi Politik Teori dan Realita Bandung: Alfabeta, 2013, h.2. 2. Pengertian Politik Kata politik mulanya berasal dari bahasa Yunani dan Latin politicos atau politicus yang berarti relating to citizen. Keduanya berasal dari kata polis yang berarti city kota. 21 Dalam buku Deliarnov yang berjudul “ekonomi politik” Ada beberapa pendapat tentang definisi politik. Diantaranya politik menurut Morgenthau yaitu sebagai perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan; kemudian menurut Schattschneider, politik adalah Seni dan ilmu pemerintahan; Dahl mendefnisikan politik sebagai Pola-pola kekuasaan, aturan-aturan dan kewenangan; menurut Easton, yaitu ilmu tentang negara; kemudian Crick mendifinisikan politik sebagai konsiliasi dari pihak-pihak yang bertentangan melalui kebijakan publik. Dari banyak pengertian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa politik terkait dengan banyak hal. Ada yang mengaitkan politik dengan kekuasaan dan otoritas, bisa juga dikaitkan dengan kehidupan publik, pemerintah, negara, konflik, serta resolusi konflik. 22 Pengertian politik pada skripsi ini yaitu sebuah organisasi pemerintah yang berkuasa dalam mengatur kebijakan-kebijakan untuk kemakmuran anggotanya masyarakat. Dan juga politik sebagai otoritas untuk 21 Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relation Politik Bogor: Ghalia Indonesia, 2012, h.4. 22 Deliarnov, Ekonomi Politik Jakarta: Erlangga, 2006, h.7.

Dokumen yang terkait

Strategi Bank perkeditan Rakyat Syariah (BPRS) dalam pengelolaan risiko pembiayaan UKM: studi BPRS ALSALAAM cabang Cinere

0 3 108

Analisis tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah PD.BPRS Bekasi berdasarkan peraturan Bank

1 40 117

Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Al Salaam (Studi Kasus Pada BPRS Al Salaam Cabang Cinere)

0 11 82

Analisis kelayakan pembiayaan mikro pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Al Salaam: studi kasus pada BPRS Al Salaam Cabang Cinere

2 10 82

Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia

2 10 47

Pembiayaan dan Potensi Kredit Bermasalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia

0 3 13

ANALISIS EFISIENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) SYARIAH DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Dan Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Konvensional Di Sukoharjo Dengan Menggunakan Metode Data

1 5 18

ANALISIS EFISIENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Dan Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Konvensional Di Sukoharjo Dengan Menggunakan Metode Data E

0 4 20

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH BPRS METRO MADANI KOTA METRO3

0 0 2

ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN TUGAS AKHIR - ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN - Test Repository

1 10 73