prioritas utama. Sedang tujuan produktif mendapat prioritas kedua. Akhirnya tujuan kesejahteraan mendapat prioritas ketiga.
b. Dilihat kerajinan menabung anggota yang mengajukan pinjaman.
Kerajinan menabung mencerminkan adanya kesadaran anggota akan perlunya membina dan meningkatkan kemampuan keuangannya.
Layaklah bahwa prioritas diberikan kepada orang-orang yang memiliki semangat menabung.
c. Dilihat dari prestasi pengembalian pinjaman masa lampau. Dari
catatan yang ada pada Bendahara terlihat ketepatan pengembalian pinjaman seorang pemohon dan penyelewengan tidaknya pemakaian
uang pinjaman dari tujuan sewaktu mengadakan permohona pinjaman.
d. Dilihat dari partisipasi anggota pemohon kredit dalam gerak CU.
Turut serta menyumbangkan tenaga dan pikirannya sebagai pengurus CU atau sebagai anggota yang aktif, rajin menghadiri rapat-rapat
serta pendidikan CU atau tidak. e.
Dilihat keadaan keuangan anggota pemohon kredit sendiri, banyaknya saham yang dipegang, serta kemampuan ekonomisnya
untuk mengembalikan pinjamananya. f.
Dilihat kemampuan penjamin pinjaman anggota, pemohon pinjaman, dan jenis jaminan.
E. Review Penelitian Sebelumnya
1. Francisca Vina Wijayanti. 2011. Analisis dan Perancangan Sistem
Pemberian Kredit pada CU Cindelaras Tumangkar. Cindelaras Tumangkar belum sepenuhnya menerapkan prosedur
sistem pemberian kredit dengan baik berdasarkan teori sistem pemberian kredit serta perancangan sistem pemberian kredit yang dapat
memperkecil kelemahan yang ada dalam CU Cindelaras Tumangkar meliputi perancangan struktur organisasi, perancangan formulir,
perancangan bagan alir dokumen dan perancangan bagan alir data. 2.
Anselmus Renaldhy. 2010. Evaluasi dan Perancangan Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit pada CU Tilung Jaya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, CU Tilung Jaya belum memiliki sistem pemberian kredit yang baik, dan terdapat beberapa pengendalian
intern yang belum dilakukan serta terdapat beberapa masalah yang dapat mengurangi efektifitas kinerja CU serta perancangan sistem akuntansi
pemberian kredit yang dilakukan merupakan modifikasi dari sistem pemberian kredit yang sudah ada. Dalam perancangan tersebut, fungsi
akuntansi dan fungsi keuangan dipisahkan menurut tugasnya. 3.
Tatiana Tri Wahyuningsih. 2007. Evaluasi Sistem Pemberian Kredit Pada BPR Tataarta Swadaya.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa 1 sistem pemberian kredit yang dilakukan BPR Taarta Swadaya
sudah sesuai dengan pedoman operasional perkreditan, hal ini dapat
dilihat dari sudah terlaksanakanya prosedur pemberian kredit yang sesuai dengan pedoman operasional perkreditan, tetapi belum dalam
pengendalian intern belum terlaksana dengan baik, hal ini dapat dilihat dengan belum dipenuhinya penggunaan formulir tercetak dan keharusan
dalam pengambilan cuti bagi karyawan. 2 Pelaksanaan sistem pemberian kredit yang dilakukan oleh BPR Tataarta Swadaya sudah
efektif. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji kepatuhan terhadap sampel tidak ditemukan adanya kesalahan atau DUPL=AUPL=5.
4. Ngadini. 2006. Evaluasi Sistem Pemberian Kredit dan Analisis
Kesehatan Finansial pada CU Sinar Harapan Kediri. Hasil penelitian menunjukkan sistem akuntansi pemberian kredit CU Sinar Harapan
sudah baik, sesuai dengan kajian teori yang ada dan pada tahun 2002 sampai dengan 2004 CU Sinar Harapan berada pada posisi cukup sehat
dan pada tahun 2005 berhasil mencapai posisi sehat. 5.
Ratri Handayani. 2004. Evaluasi Sistem Pemberian Kredit pada Koperasi Pegawai RI Bangun Wonosari Gunung Kidul. Tujuaan penelitian untuk
mengetahui sistem pemberian kredit. Penulis menganalisis data dengan membandingkan antara prosedur umum perkreditan dengan sistem
pemberian kredit yang dilakukan oleh KPRI Bangun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemberian kredit cukup baik.
6. Achma Hendra Setiawan. 2005. Sistem Pembukuan dalam Administrasi Koperasi.
Dilihat dari sisi format sistem akuntansi atau sistem pembukuan, maka laporan keuangan koperasi sebagai badan usaha atau perusahaan koperasi
pada dasarnya tidak berbeda dengan laporan keuangan yang dibuat oleh badan usaha lain seperti badan usaha swasta dan badan usaha milik
negara. Secara umum laporan keuangan meliputi: 1 Neraca; 2 Perhitungan Hasil Usaha atau Laba Rugi; 3 Laporan Arus Kas; 4
Catatan atas laporan keuangan; dan 5 Laporan perubahan kekayaan bersih sebagai laporan keuangan tambahan. Meskipun demikian,
mengingat bahwa koperasi memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan perusahaan pada umumnya, maka ada beberapa perbedaan dalam
sistem pembukuan dan laporan keuangan yang perlu diperhatikan. Adapun perbedaan yang pertama adalah dalam laporan keuangan
koperasi diinformasikan pula mengenai laporan promosi ekonomi anggota sebagai laporan pelengkap, yang memperlihatkan manfaat
ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Perbedaan yang kedua, bahwa perhitungan hasil usaha pada koperasi
harus dapat menunjukkan usaha yang berasal dari anggota dan bukan anggota. Alokasi pendapatan dan beban kepada anggota dan bukan
anggota pada perhitungan hasil usaha berdasarkan manfaat yang diterima oleh anggota dan bukan anggota. Metode alokasi pendapatan dan beban
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Perbedaan yang
ketiga ialah bahwa laporan keuangan koperasi bukan merupakan laporan keuangan konsolidasi dart koperasi-koperasi. Dalam hal terjadi
penggabungan dua atau lebih koperasi, maka dalam penggabungan tersebut perlu memperhatikan nilai aktiva bersih yang riil dan bilamana
perlu dilakukan penilaian kembali. Dalam hal koperasi memiliki perusahaan dan unit-unit usaha yang berada di bawah satu pengelolaan,
maka disusun laporan keuangan konsolidasi atau laporan keuangan gabungan.
7. Bening Amrullah. 2013. Analisis Sistem Pengendalian Intern Terhadap Pemberian Kredit Pada Pt. Bank Tabungan Negara Persero, Tbk.
Sistem pemberian kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Negara sudah baik dan terstruktur. Di mana tahap-tahap atau prosedur
pemberian kredit tersebut merupakan prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh bank pada umumnya dalam memberikan kredit pada
calon nasabahnya. Terlihat dengan terpenuhinya semua unsur-unsur pemberian kredit yaitu: pengajuan berkas-berkas, penyelidikan berkas
pinjaman, wawancara, on the spot, wawancara II, keputusan kredit, penandatanganan akad kredit, dan realisasi kredit.
Sistem pengendalian intern atas pemberian kredit pada PT. Bank Tabungan Negara juga sudah baik. Terlihat dengan lingkungan organisasi
yang memiliki struktur organisasi yang sudah dirancang khusus dalam proses pemberian kredit, dan adanya keterlibatan dewan komisaris dalam
hal ini. Disamping itu, Bank BTN juga memikirkan bagaimana untuk
menghindari atau memperkecil resiko kredit macet dengan membuat persetujuan kedua belah pihak dalam memberikan agunan yang sesuai
dengan prosedur permohonan. Bank BTN memiliki aktivitas pengendalian dalam melakukan proses ini, yaitu dengan pengendalian
komputer, dan pengendalian fisik. 8. Avianto Gunarso. 2012. Analisis Sistem Informasi Akuntansi Dan Sistem
Pengendalian Internal Perkreditan Pada PT. BTPN MUR Mitra Usaha Rakyat Tbk Cabang Pamanukan Tahun 2012.
Hasil analisis pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa prosedur pengajuan dan pemberian kredit sudah menggunakan langkah-langkah
yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dan teori yang relevan. Penerapan sistem informasi akuntansi pemberian
kredit yang diterapkan oleh PT BTPN MUR Tbk cabang Pamanukan telah memadai sesuai dengan ketetapan yang diterapkan oleh BTPN di
mana telah dicapai efisiensi dan efektivitas, serta sudah memenuhi karakteristik sistem informasi akuntansi dan adanya unsur-unsur sistem
informasi akuntansi. 9. John Har Lubis. 2008. Analisis Proses Pemberian Kredit oleh Bank XYZ
Kasus CV. ABC di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang menentukan dalam
pengajuan kredit oleh bank kepada calon nasabahdebitur ada beberapa aspek : Aspek Umum, meliputi jenis usahanya jelas, ada surat ijin