Tahap-tahap Konseling Kelompok Aturan utama konseling kelompok

assertive , dan lain sebagainya. Konseling kelompok growth-centered didesain untuk semua siswa dengan memperhatikan kebutuhan dan minat umum orang muda dalam berbagai tahap perkembangan hidup. Growth-centered berusaha memberikan kesempatan bagi para siswa untuk saling berbicara mengenai keprihatinan khusus yang berkaitan dengan perkembangan pribadi mereka. Dengan demikian, para siswa tidak perlu menunggu sampai permasalahan perkembangan muncul. Topik yang sering kali dibahas antara lain adalah: menerima tanggung jawab, mengubah perilaku yang tidak efektif, belajar berkomunikasi secara efektif, menentukan tujuan bersama, dan belajar problem solving.

5. Tahap-tahap Konseling Kelompok

Tahap-tahap konseling kelompok terdiri dari: a. Membangun keterlibatan Maksud dasar membangun keterlibatan adalah membantu setiap anggota untuk menjelaskan alasan mereka bergabung di dalam kelompok, membantu supaya anggota kelompok saling mengenal lebih dekat, dan menciptakan suasana saling percaya dan diterima. b. Transisi Kelompok mulai berpikir bagaimana gagasan dan perasaan secara mendalam. Pada tahap transisi kerangka dan pemahaman perilaku mulai muncul. Peran konselor adalah membantu memperhatikan resistansi diri yang mungkin muncul; menangani berbagai sikap mempertahankan diri dan kecemasan; dan mendorong supaya setiap anggota sungguh-sungguh saling memperhatikan. Apabila proses berjalan dengan efektif, kelompok akan semakin mengalami kedekatan dan rasa sense of belonging. c. Tahap bekerja Kelompok mulai lebih memahami bagaimana jalannya konseling dan aturan kelompok. Mereka semakin merasakan adanya keyakinan dan kemantaban dalam kelompok. Dorongan untuk memberikan dan menerima masukan semakin mendalam. Mereka sungguh belajar satu sama lain. Mereka menyingkap berbagai jalan untuk mengambil tindakan bertanggung jawab atas permasalahan dan proses perkembangan yang dijalani. Perhatian dan dukungan dari setiap anggota adalah sangat penting. Ini adalah proses yang sangat mendalam sebab pada saat inilah kelompok sungguh belajar mengenai diri mereka sendiri dan mengenai orang lain. Tahap ini merupakan tahap yang sangat kaya dengan proses-proses emosi. d. Pengakhiran Setiap anggota berpikir dan menemukan bagaimana menerapkan apa yang sudah dipelajari di dalam proses konseling. Mereka perlu dibantu untuk mengintegrasikan pokok-pokok kesadaran yang penting. Mereka perlu diberi peneguhan. Dukungan dan komitmen kelompok ditekankan kembali. Mereka saling memberikan apresiasi.

6. Aturan utama konseling kelompok

Aturan dan kesepakatan diperlukan untuk membantu kelancaran dan efektivitas proses konseling kelompok. Aturan dan kesepakatan biasanya mencakup: a. Satu orang berbicara, satu orang mendengarkan. b. Dimungkinkan untuk lewat jika belum siap. c. Apa yang diceritakan dalam kelompok adalah sesuatu yang bersigat pribadi-hargai, hormati, jaga rahasia. d. Angkat tangan apabila ingin bicara. e. Mendengarkan dengan cermat dan penuh perhatian sehingga bisa meningat apa yang sudah dibicarakan. f. Tetap duduk di dalam kelompok. g. Hindarkan hal-hal yang bisa mengganggu proses konseling: HP dimatikan. 27

BAB III METODOLOGI PENELITAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, populasi, instrumen penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono 2011, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandasakan pada filsafat positivisme. Penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan secara random. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Analisis data bersifat kuantitatifstatistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Ditinjau dari pemaparan hasil, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Menurut Furchan 2005:415-418, penelitian deskriptif dengan metode survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik subjek yang diteliti secara tepat.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012 2013. Jumlah kelas di SMP Kanisius Pakem sebanyak 6 kelas, yaitu kelas VII Cerdas, VII Jujur, kelas VIII Disiplin dan