Terapi Ilahiah bagi korban NAPZA di pondok pesantren Hikmah Syahadah kampung Kadongdong kabupaten Tangerang

(1)

TERAPI ILAHIAH BAGI KORBAN NAPZA

DI PONDOK PESANTREN HIKMAH SYAHADAH KAMPUNG

KADONGDONG KABUPATEN TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

SITI IZZATUL YAZIDAH

107054102584

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

TERAPI ILAHIAH BAGI KORBAN NAPZA

DI PONDOK PESANTREN HIKMAH SYAHADAH KAMPUNG

KADONGDONG TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Di Bawah Bimbingan

Oleh:

SITI IZZATUL YAZIDAH

NIM. 107054102584

Di Bawah Bimbingan

Ismet Firdaus, M.Si

NIP: 150411196

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2011

Siti Izzatul Yazidah


(5)

i

ABSTRAK SITI IZZATUL YAZIDAH

107054102584

Terapi Metode Ilahiah bagi Korban Penyalahguna Napza di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah Kp Kadongdong Tangerang

Nap a (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya), sudah tidak asing lagi bagi remaja saat ini, mereka sangat mudah untuk mendapatkan barang haram tersebut, maka tidak heran jika angka penyalahguna Nap a dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan tidak ada satu kabupatenpun yang terhindar dari masalah ini.

Pada umumnya sebagian besar penyalahguna Nap a ini berasal dari kaum remaja, karena kondisi psikologis mereka yang masih labil sehingga mudah terpengaruh untuk melakukan sesuatu yang baru bagi mereka (ingin coba-coba). Oleh karena itu masalah Nap a ini adalah masalah yang sangat serius jika dibiarkan akan merusak generasi pemuda bangsa Indonesia, berkaitan dengan hal ini, Pondok Pesantren Nap a Hikmah Syahadah diharapkan mampu membantu meminimalisir angka penyalahguna Nap a, dengan menggunakan pendekatan religius dan terapi ilahiah sebagai pengobatannya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terapi ilahiah bagi korban Nap a di Ponpes Hikmah Syahadah yang meliputi bagaimana metode pelaksanaan terapi ilahiah serta hasil yang dicapai, dengan cara pengamatan (observasi) dan wawancara.

Dari hasil wawancara dan observasi, terapi ilahiah adalah suatu pengobatan yang lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat ubudiyah, seperti sholat lima waktu, do’a dan d ikir. Terapi ilahiah ini terdiri dari empat macam diantaranya yaitu terapi telunjuk petir, minum air do’a, terapi mandi malam dan d ikir syifa’. Terapi ilahiah ini tidak hanya mampu mengobati para penyalahguna Nap a untuk sembuh dari efek Nap a tetapi juga mampu memberikan suatu pengetahuan agama Islam yang mendalam sebagai pondasi mereka untuk tidak kembali menjadi pecandu, sehingga para penyalahguna dapat dinyatakan sembuh secara psikis, fisik, spritual dan sosial, dan mampu memfungsikan sosialnya kembali dimasyarakat.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Maha suci Allah atas segala nikmat dan karunianya, yang telah menganugerahi manusia jalan yang berbeda-beda, memberikan kemampuan dan potensi yang beragam pula untuk menuju sebuah pintu kesuksesan. Maka dengan ini penulis mengucapkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya atas jalan yang telah di berikan oleh Allah SWT, dimana penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Tuntunan sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada kekasih Allah baginda Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita selalu menjadi pengikut beliau sampai yaumil akhir (amien yaa Raab).

Alhamdulillah dengan penuh rasa suka cita akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, Skripsi ini berjudul Metode Terapi Ilahiah bagi Korban NAPZA di Ponpes Hikmah Syahadah, diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos. I) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Kesejahteraan Sosial di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Segala daya dan upaya telah penulis lakukan demi terselesaikannya penulisan skripsi ini, begitu besar dorongan dan motivasi dari orang-orang terkasih, sehingga menumbuhkan kembali semangat penulis, untuk itu penulis ucapkan terima kasih khususnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta, atas segala nasehat, bimbingan serta kasih sayangnya. “may Allah always blessing u”.


(7)

iii

Selanjutnya lewat kata pengantar ini pula, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu yang terhormat:

1. Kepada bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan bapak Drs. Study Rial LK,M.A selaku Pudek III.

2. Kepada Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Ibu Siti Napsiyah, MSW

3. Kepada bapak Ismet Firdaus, M.Si. atas bimbingan, arahan, serta motivasinya, semoga ilmu yang diberikan menjadi berkah bagi penulis. 4. Kepada semua dosen jurusan kesejahteraan sosial atas segala ilmu

berharganya yang telah diberikan.

5. Kepada bapak Drs. H. Rhomdin. MM, selaku pemimpin Ponpes Hikmah Syahadah beserta seluruh pengurusnya, yang telah mempermudah proses penelitian skripsi ini.

6. Kepada keluarga tercinta, terutama adik-adik tersayang rial, iftah dan ica.

7. Kepada kerabat terdekat yang selalu ada untuk memberikan semangat, tempat bersandar dikala suka maupun duka. They are Uul, Pipit, Sae, Kiki, Uyuy, geng putra, Raissa and Ipit (no words can changes your kindness)

8. Kepada semua kerabat-kerabat jurusan kesejahteraan sosial angkatan 2007.


(8)

iv

9. Kepada kanda-kanda, yunda-yunda dan Kepada seluruh teman-teman Lintasan Kalam.

Pada intinya penulis mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada guru, keluarga serta para sahabat atas segala perhatian, bimbingan serta motivasi yang diberikan, semoga Allah selalu merahmati kita semua.

Penulis sadar dengan segala keterbatan ilmu yang penulis miliki, maka untuk itu, besar harapan penulis untuk menerima saran maupun kritik dari siapapun yang membaca skripsi ini.

Jakarta, 14 September 2011


(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfa’at Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian... 8

E. Sistematika Penulisan ... 13

F. Tinjauan Pustaka ... 14

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Terapi... 16

1. Pengertian Terapi... 16

2. Macam-macam Terapi ... 17

3. Tujuan dan Manfa’at Terapi... 25

B. Ilahiah ... 27

C. NAPZA ... 27

1. Pengertian dan Jenis NAPZA ... 27


(10)

vi

3. Psikotropika ... 30

4. Zat Adiktif ... 32

5. Penyalahguna Napa ... 34

D. Pondok Pesantren ... 38

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 38

2. Fungsi Pondok Pesantren ... 39

BAB III GAMBAR UMUM LEMBAGA A. Gambaran Umum Lembaga ... 41

1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesntren Hikmah Syahadah 41 2. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ... 41

3. Sarana dan Prasarana ... 43

4. Struktur Organisasi ... 44

5. Data Pasien Napa ... 45

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Pelaksanaan Terapi Ilahiah di Pondok Pesantran Hikmah Syahadah 46 1. Terapi Minum Air Do’a ... 48

2. Terapi Telunjuk Petir ... 49

3. Terapi Mandi Malam ... 51

4. Terapi Dikir Syifa’... 52

B. Hasil yang dicapai. ... 55


(11)

vii

2. Kesehatan ... 57 3. Sosial... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65 B. Saran-Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii

Daftar Table

Table 1. Pengambilan informan... 11 Table 2. Data Pasien Napa... 45


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pergaulan remaja saat ini sudah sangat memprihatinkan, semuanya berakar dari kenakalan remaja yang menimbulkan masalah sosial, contohnya penyalahgunaan narkoba, narkotika, psikotropika dan bahan at adiktif lainnya

(Napa). Di Indonesia saat ini penyalahgunaan Napa sudah sangat

memprihatinkan dan mengancam seluruh lapisan-lapisan masyarakat. Data BNN menunjukan bahwa, masalah penyalahgunaan Napa di Indonesia telah

merambah sebagian masyarakat, di mana tidak ada satu kabupatenpun yang terhindar dari kasus Napa.

Sebagai catatan, saat ini menurut penelitian yang telah dilakukan oleh BNN bahwa tercatat 1,5 persen populasi penduduk Indonesia yaitu sekitar 2,9 juta sampai 3,2 juta orang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Yang sebagian besar korbannya adalah para remaja, ini adalah masalah sosial yang sangat serius karena mengancam generasi-generasi muda yang produktif sebagai penerus bangsa.1

Demi menyelamatkan anak bangsa kita dari belenggu Napa, pihak

pemerintah sudah berupaya mengenai hal ini, namun semuanya tidak akan berjalan jika tidak ada peran serta masyarakat, Undang-undang narkotika no 35 tahun 2009 pasal 104 ayat 1, menyatakan bahwa masyarakat mempunyai

1

, Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. (Tangerang: 2009), h. 5-6.


(14)

2

kesempatan yang seluas-luasnya berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Napa.

2

Al-Qur’an yang menjelaskan tentang penyalahgunaan Napa, berikut

ayat-ayatnya

$k‰'»ƒ

ûï%!#

#qYB#ä $JR)

Jƒ:#

Ž£ŠJ9#r >$ÁR{#r

N»9—{#r

§_‘

`B @Jã `»Ü‹±9#

nq7^G_$ù

N3=è9 bqs=ÿ?

ÇÒÉÈ

“hai-hai orang yang beriman, sesungguhnya meminum arak, khmr, berjudi, berkurban tentang berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan syaitan. maka jauhilah perbuatan-perbuatan tersebut agar kamu mendapat keberuntungan ” .(Qs. Al-maidah, ayat 90)

#q)ÿR&r

’û @‹6™ !#

wr

#q)=?

/3ƒ‰ƒ'/

’<)

p3=kJ9# #qZ¡m&r

b) !# =t†

ûüZ¡sJ9#

ÇÊÒÎÈ

“dan jangan lah kamu menjerumuskan dirimu dengan tanganmu sendiri ke dalam kebinasaan”. (Qs. Al-baqarah, ayat 195).3

Dampak penyalahgunaan narkoba beresiko sangat tinggi, ibarat rayap yang mengeogoti kayu, Napa merusak psikis, fisik dan mental seseorang

yang berujung pada kematian. Perlu diketahui bahwa :

1. Penyalahguna Napa merusak kesehatan seseorang baik secara jasmani

maupun rohani

a. Penyalahgunaan Napa merusak susunan saraf pusat yang

mengakibatkan kerusakan sel otak yang irreversible, kerusakan hati, jantung, ginjal, paru-paru dan organ tubuh.dan lainnya

2

Departemen Sosial, Bimbingan Teknis Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. (Jakarta:2002), h. 4.

3

BNN RI, Modul Pelatihan Tokoh Masyarakat Sebagai Fasilitator Penyuluh (Jakarta: 2009), h. 62.


(15)

b. Pecandu dengan suntikan mempunyai resiko kematian tujuh kali lebih tinggi dan populasi umum pada kelompok umur yang sama.

c. Penggunaan jarum suntik bergantian oleh pengguna Napa suntikan

(IDU) adalah cara yang paling efektif menularkan HIV, virus penyebab AIDS.

2. Penyalahgunaan Napa menimbulkan gangguan pada perkembangan

normal seseorang, daya ingat, perasaan persepsi dan kendali diri.

a. Karena penggunan Napa, akan diikuti oleh perubahan pikiran,

perasaan dan perilaku maka, hal-hal yang dalam kondisi normal tidak akan dilakukan oleh seseorang, setelah memakai Napa tidak ada yang

tidak mungkin ia lakukan untuk melukai diri sendiri maupun membunuh orang, artinya sang pecandu tidak lagi dapat bertindak secara rasional.

b. Narkoba dapat mengubah watak seseorang yang lembut menjadi bersikap lebih kasar.

3. Mengkonsumsi Napa saat hamil akan mengakibatkan kecacatan bagi sang

jabang bayi dan kelainan bawaan.

4. Penyalahgunaan Napa merusak karir seseorang, karena narkoba dan karir

tidak bisa berjalan bersama.

5. Akibat penyalahgunaan Napa yang sangat parah adalah merusak

keharmonisan keluarga, karena kehidupan narkoba yang tidak berfungsi normal berkaitan erat dengan penyalahgunaan Napa yang akhirnya


(16)

4

Pada umumnya faktor-faktor penyebab penyalahgunaan Napa yaitu:

Keterangan:

1. Ketersediaan Napa

Peningkatan permasalahan penyelundupan dan peredaran gelap Napa

dewasa ini sudah sangat memprihatinkan. Indonesia sudah menjadi daerah pemasaran gelap Napa dan sebagai produsen, bahkan terkenal sebagai

produsen ekstasi terbesar di dunia, maka upaya pemerintah dalam menegakan hukum perlu dilakukan secara terpadu yaitu dengan menerapkan undang-undang, dan peraturan-peraturan secara tegas dan konsisten.

2. Faktor individu

Aspek kepribadian cirri-ciri yang dianggap sebagai faktor pendahulu dari riwayat penyalahguna Napa pada seseorang antara lain yaitu:

a. Kepribadian ingin melanggar b. Sifat memberontak

c. Melawan apa saja yang berbau otoritas d. Menolak nilai-nilai yang tradisional e. Mudah kecewa

f. Sifat tidak sabar

N A RKOTIKA

INDIVIDU LINGKUNGAN SOSI AL


(17)

3. Faktor lingkungan

Perkenalan pertama dengan Napa pada umumnya dipengaruhi oleh

teman sebaya, pengaruh teman kelompok ini dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang bersangkutan cenderung sukar untuk melepas diri, ditambah lagi keinginan seseorang untuk diterima sebagai anggota kelompok dan keinginan dalam satu kelompok ini semakin kuat.4

Pemahaman terhadap agama atau hal-hal yang bersifat spritualitas mengalami pergeseran yang bermakna, agama dipahami secara parsial dan hanya ada pada tataran tertentu serta minim dalam aplikasinya, sehingga manusia kehilangan pegangan. Kemapaman pada aspek lahiriah lebih mendominasi sedangkan pemenuhan terhadap kebutuhan psikis khususnya spiritual cenderung terabaikan , shingga mengakibatkan individu tersebut mengalami “kegeseran jiwa”. Dalam kondisi tersebut tidak sedikit individu yang terperosok pada tindakan amoral, kriminalitas, pelacuran dan Napa.

5

Peran orangtua sangat penting di dalam keluarga, orangtua harus lebih mengawasi anak-anaknya dan mencari informasi sedalam-dalamnya sehingga bisa mengetahui lingkungan di mana sang anak bergaul, jika sang anak sudah terlanjur terbawa arus pergaulan yang salah sehingga menjadi pecandu barang haram narkoba maka pengobatan rehabilitasilah yang paling tepat guna memulihkan kembali kondisi sang anak,

4

BNN RI, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: 2009), h. 12-17. 5

Drs. H. Ahmad Sanusi Mustafa, Problem Narkotika-Psikotropika dan HIV-AIDS, (Jakarta: Zikrul Hakim 2002) cet ke-1 h. 1.


(18)

6

sebagaimana yang telah tertera pada undang-undang narkotika Pasal 45 No 35 tahun 2009 pasal 54 tentang pengobatan dan rehabilitasi yaitu Pecandu narkotika wajib menjalani pengobatan dan perawatan.6

Sehubungan dengan permasalahan di atas diharapkan Pondok pesantren Hikmah Syahadah mampu membantu memulihkan kondisi penyalahgunaan narkoba dengan berbagai metode terapi ilahiyah, salah satunya yaitu terapi gurat telunjuk petir, dan berkeyakinan bahwa obat yang paling mujarab atas semua masalah adalah mengembalikan kepada pendekatan religius di samping pendekatan psikilogis dan medis. Selain itu juga dengan pendekatan religius bukan hanya menyembuhkan dari ketergantungan tetapi diharapkan mampu membentengi sang pecandu agar tidak terjerumus kembali.

Berkaitan dengan hal itu maka penulis tertarik untuk membahas terapi ilahiah yang digunakan pondok pesantren Hikmah Syahadah yang dipercaya mampu menyembuhkan para pecandu Nap a, dengan judul “Terapi ilahiah bagi Korban Napza di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah Kampung Kadongdong Kabupaten Tangerang”.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dan memperjelas permasalahan yang akan dibahas, dalam penulisan skripsi ini penulis memfokuskan penelitian pada

6

http:www.scribd.com/doc/5052714/faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahguna narkoba.


(19)

terapi ilahiyah yang digunakan Pondok Pesantren Hikmah Syahadah. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan untuk meneliti pelaksanaan terapi ilahiah serta hasil yang dicapai pada periode tahun 2011.

2. Perumusan Masalah

Mengingat keterbatasan penulis dalam berbagai hal maka penelitian ini penulis batasi pada:

a. Bagaimana pelaksanaan terapi ilahiah terhadap pasien penyalahguna Napa?

b. Bagaimana Hasil yang dicapai dari pengobatan terapi ilahiah?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan terapi ilahiah terhadap pasien penyalahguna Napa dan hasil pengobatannya.

a. Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui pelaksanaan terapi ilahiyah bagi korban Napa

2) Untuk mengetahui hasil yang dicapai terapi ilahiah dalam menyembuhkan penyalahgunaan Napa.

2. Manfaat penelitian a. Manfaat Praktis

Memberikan masukan dan saran bagi para praktisi di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah khususnya dalam melayani pasien penyalahgunaan Napa, serta menjadi bahan rekomendasi bagi


(20)

8

penanganan penyalahgunaan Napa, baik dalam pengambilan

keputusan maupun dalam melaksanakan program penanganan penyalahgunaan Napa.

b. Manfaat Akademis

1) Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelaksanaan terapi ilahiyah yang dilakukan Pondok Pesantren Hikmah Syahadah dalam menangani penyalahgunaan napa.

2) Memberikan sumbangan pengetahuan kompetensi pekerja sosial di bidang penanganan penyalahgunaan Napa.

D. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.7

1. Macam dan Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati

7

Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,2007), Cet.Ke-23,h.9-10.


(21)

atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.8

Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.9

Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian kualitatif deskriptif tentang terapi metode ilahiah ini bersumber dari dari data primer dan data sekunder.

Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari sumber utama (pengurus dan pasien rehabilitasi di ponpes rehabilitasi hikmah syahadah).

Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.

8

Ibid, h. 112 9


(22)

10

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainya seperti telinga, mulut dan kulit. Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra.10

Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan intern ponpes yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya kegiatan yang berkenaan dalam pelaksanaan terapi ilahiah.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh sebuah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.11

10

Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media group, 2005), h.134. 11


(23)

Adapun yang akan diwawancarai adalah, yaitu : No Informan Info yang dicari Jumlah Metode

Pengumpulan Data 1. Pengasuh

Ponpes

Gambaran lembaga, temuan data tentang Pelaksanaan terapi ilahiah dan hasil yang dicapai

2 Orang Wawancara bebas, terstruktur,

dokumen observasi.

2. Klien Aktifitas pasien rehabilitasi pondok pesantren hikmah syahadah serta perubahan yang dirasakan

2 Orang Observasi langsung dan wawancara

Table 1. Pengambilan Informan

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber langsung tentang masalah yang akan diteliti. Wawancara ini akan dilakukan secara bebas, tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan dan pengambilan data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dan arsip-arsip milik ponpes rehabilitasi NAPZA hikmah syahadah atau tulisan-tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.


(24)

12

3. Waktu dan Tempat

Penulis memilih Pondok Pesantren Hikmah Syahadah sebagai objek penelitian atas beberapa pertimbangan dan alasan. Pertimbangan dan alasan yang dimaksud adalah karena Pondok Pesantren tersebut sangat menarik bagi penulis untuk diteliti, terlebih penulis pernah praktikum di lembaga tersebut.

Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah yang beralamat di Kp. Kadondong Ds Pasir Nangka Rt 002/03 Kec Tigaraksa Kab Tangerang. Waktu penelitiannya dimulai pada tanggal 19 Juli 2011.

4. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan, dalam hal ini subyek penelitian bisa berupa lembaga, yaitu Pondok Pesantren Hikmah Syahadah atau orang yang diwawancarai.

Sedangkan obyek penellitianya adalah meliputi bagaimana pelaksanaan terapi ilahiah bagi korban Napa dan hasil yang dicapai.

5. Pemilihan Utama

Perhatian utama dari studi kasus adalah cara tentang bagaimana kasus-kasus itu diseleksi, dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pemilihan informan. Dari data yang ada tercatat 32 pasien di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah 21 diantaranya pasien riwayat gangguan kejiwaan atau stress dan 10 diantaranya pasien riwayat Napa, karena


(25)

yaitu gangguan kejiwaan, korban Napa dan anak nakal, namun penulis

hanya memfokuskan untuk mengangkat kasus tentang Napa. Dari 11

orang pasien hanya dua orang yang dinyatakan sembuh secara jasmani artinya selebihnya mengalami gangguan kejiwaan akibat efek dari Napa.

6. Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul, penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimanaterapi metode ilahiah bagi korban Napa di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini maka penulis membagi dalam lima bab, sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang dasar pemikiran, latar belakang masalah, pembatasan dan penemuan masalah, tujuan dan manfa’at penelitian, metodelogi penelitian, sistematika penulisan.


(26)

14

Dalam bab ini penulis akan mencoba memaparkan mengenai terapi, yang meliputi pengertian terapi, terapi yang disyari’atkan oleh Al-Qur’an, terapi pengobatan Napa secara medis, dan tujuan terapi. Selanjutnya penulis

mengartikan pengertian tentang metode dan ilahiah. Lalu menguraikan tentang pengertian Napa dan penyalahgunanya yang meliputi faktor-faktor

pendukung penyalahguna Napa. Terakhir penulis menguraikan tentang

pengertian pondok pesantren serta fungsinya.

Bab III : Profil Lembaga

Menjelaskan tentang profil lembaga, dalam bab ini penulis menguraikan temuan dan analisa data, pertama penulis menguraikan profil pondok pesantren yang mencangkup latar belakang berdirinya, visi dan misi. Sarana dan prasarana, struktur organisasi dan data pasien Napa.

Bab IV : Temuan dan Analisa Data

Pada pada bab ini penulis menguraikan hasil analisis penelitian tentang pelaksanaan terapi ilahiah serta hasil yang dicapai.

Bab V : Penutup

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan serta saran sebagai masukan bagi Pondok Pesantren.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam hal penelitian ini peneliti dapat membandingkan pada judul skripsi “Pengaruh Pelaksanaan Zikir Syifa Terhadap Kesehatan Mental Korban Pecandu Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napa) di Yayasan


(27)

Nurusyifa Kelapa Dua Jakarta Barat, yang ditulis oleh Tini Aulawiyah Komba, dengan nomor nim 104052002000 mahasiswa jurasan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Di sini penulis dapat melihat bahwa metode yang dipakai sebagai pengobatan korban Napa sama dengan metode yang penulis

teliti yaitu metode pendekatan religius atau pendekatan tradisional yang lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat ubudiyah seperti dikir syifa, sholat lima

waktu dan terapi mandi, namun di ponpes hikmah syahadah ada satu langkah terapi lagi yang tidak sama pengobatannya dengan lembaga rehabilitasi lainnya yaitu terapi gurat telunjuk petir sebagai media utama dalam pelaksanaan terapi.

Selanjutnya penulis juga dapat membandingkan pada judul skripsi “Pelayanan Konseling Pada Rehabilitasi Pasien Napa di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur”. Yang disusun oleh Amalia dengan nomor nim: 104052001970 mahasiswi jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Skripsi tersebut membahas proses pelayanan konseling rumah sakit RSKO, sampai pada metode pelaksanaan konseling bagi pasien Napa. Demi

menentukan suatu langkah pengobatan atau penanganan awal yang akan dilakukan oleh dokter. Sedangkan penulis membahas tentang metode pelaksanaan pengobatan yang bersifat religi bukan berbasis medis.


(28)

16

BAB II LANDASAN TEORI

A. Terapi

1. Pengertian Terapi

Di dalam kamus bahasa besar bahasa Indonesia terapi diartikan “usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit”.1 Dalam kamus kedokteran terapi diartikan “sebagai pemberian pertolongan kepada orang sakit, usaha menyembuhkan orang sakit atau bisa juga diartikan sebagai cara pengobatan”.2

Sedangkan dalam kamus lengkap psikologi dikatakan bahwa terapi yang dalam bahasa Inggrisnya therapy merupakan suatu bentuk perlakuan dan pengobatan, yang ditujukan kepada penyembuhan suatu kondisi yang menyimpang (patologis) pada diri seseorang.3

Prinsip terapi menurut Dr. Dadang Hawari adalah berobat dan bertobat, berobat artinya, membersihkan Napa dari tubuh pasien, bertobat

artinya si pasien memohon petunjuk Allah SWT, berjanji tidak akan mengulanginya dan memohon kekuatan iman agar tidak lagi untuk mengkonsumsi Napa, karena disamping perawatan medis, maka sholat,

do’a dan ikir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Sesuai

dengan firman Allah SWT surat Al-baqarah ayat 186 yang artinya: “aku

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan, kamus besar bahasa indonesia (kbbi), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1998). H, 935.

2

Ahmad Ramli. Kamus kedokteran (Jakarta: Djambatan, 1999) cet ke 23 h, 354. 3

J.P. Chaplin, kamus lengkap psikologi, penerjemah: Kartini Kartono (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006). Ed. 1, h, 507.


(29)

mengabulkan permohonan orang yang mendo’a, apabila berdo’a kepadaKU”

Didalam Hadist Nabi Muhammad Saw bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai sasarannya maka dengan iin

Allah, penyakit itu akan sembuh”. (H.R. Muslim dan Ahmad).

Sehubungan dengan firman Allah dan Hadist Nabi diatas, pakar dokter dapat menjelaskan bahwa “Dokter yang mengobati tetapi Tuhan

yang menyembuhkan”.

Hasil penelitian ilmiah juga membuktikan bahwa terapi medis saja tidak lengkap tanpa do’a dan ikir begitupun sebaliknya, jika hanya do’a

dan ikir tanpa pengobatan medis maka tidak akan efektif.

4

2. Macam-Macam Terapi

Adapun macam-macam terapi yang bersumber dari Al-qur’an yang disyari’atkan bagi umat Islam dalam melakukan pengobatan yaitu:

a. Terapi dengan istighfar

Kalimat istighfar astaghfirullahal ‘adziim alladzii laa ilaaha

illa huwal hayyul qayyuum wa atuubu ilahi. Apabila dilafalkan dengan

keyakinan, dihadirkan dalam hati, akan memberikan dampak positif dalam kehidupan. Menurut sabda Nabi SAW bahwa istighfar akan menghadirkan jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapinya. Dalam hal ini akan memberikan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Hadist yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu, “Barang

4

Prof. Dr, dr, H. Dadang Hawari. “Terapi (detoksifikasi) dan Rehabilitasi Napza”. (UI PRESS, Jakarta. 1999), h. 20.


(30)

18

siapa yang membiasakan istighfar, niscaya Allah akan melapangkan jalan keluar dari setiap kesulitannya, dan kelapangan dari setap kesusahannya, serta memberikan reeki kepadanya dari jalan yang tak

terduga. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)5 b. Terapi dengan dikir

Semua ibadah pada hakikatnya adalah satu usaha untuk mengingat Allah, baik dengan takbir, tahlil, tahmid, pembacaan Al-Qur’an dalam setiap sholat, ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud dan sampai diakhiri dengan salam.

Rasulullah Saw banyak menganjurkan para sahabat untuk selalu bertasbih dan menerangkan kepada mereka keutamannya dalam menggapai kebaikan dan menghapuskan dosa dan kesalahan dalam menggapai ampunan dan ridha Allah untuk mencapai surgaNYA.6

ûï%!#

#qZB#ä

ûõKÜ?r

Og/q=%

.‹/ !#

3

w&

2‹/ !#

ûõJÜ? >q=)9#

ÇËÑÈ

“ yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allhlah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Rad 13:28)

c. Terapi dengan Do’a

Do’a merupakan terapi yang paling mujarab, ia musuh segala bencana, dapat menolak bahkan dapat pula menghilangkannya minimial menghilangkan bala yang datang,7

5

Ust. Mujaddidul Islam Mafa. “Menyibak Kedasyatan Dzikir”. (Lumbung Insani, 2009) cet ke 1, h.120.

6

Musfir Bin said A-ahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, (Depok:Gema

Insani, 2005), cet ke-1. H. 500 7

Ibnu Qoyyim, Terapi Penyakit Dengan Al-qur’an dan Sunnah”, (Jakarta: Pustaka:Amanah, 1991),h 9.


(31)

Do’a merupakan salah satu sarana untuk mengingat Allah, do’a juga merupakan otak dari semua ibadah yang ada, sesungguhnya di dalam do’a ada kelapangan hati dan penawar bagi segala keresahan dan bencana, karena sesungguhnya seorang yang berdo’a berharap agar Allah mengabulkan do’anya itu, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah 2:186

#Œ)r

79'™

“Š$6ã

Ó_ã

’T*ù =ƒ%

(

=‹_&

oq㊠í#$!#

#Œ)

b$ãŠ

(

#q6‹fG¡Š=ù

’<

#qZBs‹9r

’1

Ng=è9 cr‰©ƒ ÇÊÑÏÈ

“Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah), bahwasannya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. al-Baqarah:186)8

Berdikir dan bertawakkal (bergantung kepada Allah

mempunyai kekuatan yang luar biasa, di dalamnya ada kekuatan

psikoreligius, yang dalam keilmuan termasuk dalam cabang

psikoneuro-ondokrim-immunologi. Yang artinya kondisi psikis akan

mempengaruhi syaraf dan selanjutnya mempengaruhi kelenjar, dan kelenjar akan mengeluarkan cairan dalam tubuh yang disebut dengan endokrim.9

Dari pembahasan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa terapi pengobatan yang disyari’atkan Al-Qur’an merupakan suatu cara alternatif yang dilakukan sebagai pengobatan guna

8

A-Zahrani, Konseling Terapi, h. 508. 9


(32)

20

memulihkan kembali kondisi tubuh si pasien, dengan metode pendekatan religius. Kekuatan psikoreligius dalam berdikir dan

berdo’a sangat membantu menciptakan suasana hati yang tenang dan tentram, karena dengan kekuatan keyakinan dan penuh rasa harap maka do’a tersebut insya Allah akan terkabul, disinilah pentingnya menata hati dan mental.

Biasanya para “terapis” menggunakan media dan teknik yang berbeda-beda dalam melakukan terapi, salah satunya yaitu dengan air dan teknik pemijatan. Berikut penjelasan keduanya.

Air adalah nikmat dan karunia Allah yang luar biasa bagi umat manusia, dengan mengutip al-qur’an, maka sebagai berikut pernyataan Allah, “Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup” (QS al-anbiya:30).10 Terapi air adalah bagian dari naturopati yaitu sistem penyembuhan berdasarkan pengobatan alami dengan memanfa’atkan kemampuan tubuh dalam menyembuhkan dirinya. Air memang memiliki daya penyembuh entah itu dengan cara diminum atau untuk berendam, bahkan ada yang mengkombinasikan terapi air dengan alunan musik yang diperdengar lewat kolam.11

Dr. Masaru Emoto telah berhasil membuktikan bahwa air yang diberi respon positif, termasuk do’a, akan menghasilkan bentuk heksagonal yang indah, seperti kata-kata “cinta dan terima kasih”, lalu air tidak berbentuk apapun ketika diberi kata “kamu bodoh”.

10

Masaru Emoto, The True Power of Water. Aam Translator, (Bandung:MQ Publishing,

2007), cet ke-IX, h.9. 11


(33)

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa air bisa membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bagi kaum muslim bolehlah merujuk pada apa yang pernah disabdakan Nabi Muhammad SAW tentang air amam, “air amam akan

melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”.12

Selanjutnya yaitu terapi dengan teknik pijat, teknik pijat cukup sederhana, cukup menggunakan jari-jari tangan atau alat bantu. Terapi pijat memang erat kaitannya dengan akupuntur. Hal ini karena dengan memijat merupakan upaya untuk mencari kesembuhan, dan titik yang digunakan dan yang dipijat merupakan titik-titik akupuntur. Teknik akupuntur tersebut hingga kini berjumlah 360 titik yang tersebar di seluruh tubuh, mulai dari wajah, leher, dada, punggung, tangan, dan kaki. Ada pula titik khusus yang berada di bawah telinga. Titik di telinga ini adalah ona organ dalam tubuh, semua organ dalam

jaringan tubuh memiliki area di daun telinga ini. ona telinga berfungsi

sebagaiona deteksi dan ona terapi. Zona terpi di telinga sepintas

sama dengan ona ona terapi dalam pijat refleksi.

Terapi pijat dapat merangsang keluarnya hormon endorfin (hormon yang menimbulkan rasa bahagia), memadukan pengetahuan tentang anatomi tubuh manusia yang menyeluruh, menyembuhkan bagian-bagian tubuh tertentu, patologi dan psikologi manusia.

12


(34)

22

Sehingga, terapi ini hanya bisa bermanfa’at jika dilakukan dengan seorang terapis yang terlatih.13

Adapun terapi pengobatan NAPZA dengan cara tindakan medis untuk mengatasi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan kematian, berikut pembahasannya:

a. Detoksifikasi

Detoksifikasi adalah terapi untuk melepaskan pasien dari kelebihan dosis, intoksikasi, dan sindrom putus at. Detoksifikasi

merupakan tahap awal dari proses terapi gangguan mantal dan prilaku akibat penggunaan at psikoaktif. Langkah-langkah

detoksifikasi yaitu sebagai berikut:

1) Jaga agar pernapasan selalu berjalan lancar, bila perlu beri napas buatan, pasang intubasi trakeal dan pasang respirator (10-12 kali per menit), bindari oksigen karena akan menghambat pernapasan secara spontan.

2) Usahakan agar peredaran darah tetap lancar, bila jantung berhenti berdenyut, lakukan masase jantung eksternal dan berikan adrenalin intrakardial: bila terjadi fibrasi, gunakan defibrilator; bila sirkulasi darah tidak memadai, beri infus 50 cc sodium bikarbonat (3,75 g), untuk asidosis.

3) Pasang infus dan beri tetesan lambat, sampai dipastikan perlu cairan infus, baru tetesan di dipercepat sesuai kebutuhan.

13

Iqra’ Al-Firdaus, Terapi Pijat untuk Kesehatan, & Kekuatan Daya Ingat”. (Jogjakarta: Buku Biru, 2011) cet ke-1, h. 55.


(35)

4) Awasi kemungkinan terjadinya kejang: kendurkan pakaian yang terlalu menekan badan. Bila terjadi kejang, berikan diaepam i.v. 10 mg, dapat diulang setiap 20 menit bila

diperlukan.

5) Bila kemungkinan terjadi hipoglikimia, beri glukosa 50% i.v. sebanyak 50 cc.

6) Bila penggunaan at psikoaktif secara oral belum berlangsung

lama, pertimbangkan untuk menginduksi muntah atau lakukan kuras lambung setelah irama jantung stabil. Gunakan sirup

ipecac 10-30 mg oral dan dapat diulang setelah 15-30 menit. Bila belum berhasil jangan gunakan arang bersamaan dengan

ipecac karena arang akan menghambat ipecac. Kuras lambung

dilakukan stelah intubasi trakeal terpasang. Kuras lambung dilakukan hanya bila penggunaan at psikoaktif berlangsung

tidak lama dari 4-6 jam, yang ekstrem sampai 12 jam. Waktu yang lama ini khususnya pada penggunaan PCP karena PCP mengalami siklus ulang dan dieksresi kembali ke dalam lambung setelah lebih dari enam jam sesudah dimakan. Kuras lambung jangan dilakukan bila pasien mengkonsumsi at

korosif, seperti kerosen, strychnine, atau minyak mineral. Setelah isi lambung dikeluarkan, bilas dengan cairan isotonik salin sebanyak 10-12 kali sampai cairan yang keluar tampak jernih. Sebaliknya jumlah cairan setiap kai membilas jangan


(36)

24

terlalu banyak agar lambung tidak mengembang terlalu besar sehingga at psikoaktif tida masuk ke dalam usus, simpan

muntahan untuk pemeriksaan toksikologi. Berikan arang atau minyak kastor agar menghambat absorbi at psikoaktif oleh

lambung.

7) Diuresis jarang dilakukan, bila dilakukan dapat dipakai

furosemid 40-100 mg secara reguler. Jangan lupa memperhatikan elektrolit dan air.

8) Sesudah keadaan kritis sudah teratasi, lakukan observasi mula-mula setiap 15 menit selama empat jam. Sesudah itu setiap 2-4 jam selama 24-48 jam.

b. Terapi putus NAPZA 1) Terapi putus kokain

Rawat pasien ditempat yang tenang dan biarkan tidur dan makan sepuasnya. Hati-hati terhadap kemungkinan percobaan bunuh diri. Maka untuk mengantisipasi hal itu terjadi cukup diberikan antidepresi bila perlu.

2) Terapi putus alkohol

Pasien diberikan benodiaepin yang berjanga panjang

(klordiaepoksid, diaepam) atau yang berjangka kerja pendek

(oksaepam atau loraepam). Bila terdapat gangguan fungsi

hati, sebaiknya digunakan benodeaepin berjangka kerja


(37)

digunakan benodeaepin berjangka kerja panjang, yang paling

sering digunakan adalah diaepam sebanyak 20 mg per oral

stiap dua jam, maksimal 100 mg pada hari pertama. Dosis tersebut diturunkan setiap hari sekitar 10-20%.

3) Terapi putus amfetamin

Rawat inap pasien di tempat yang tenang, biarkan pasien tidur dan makan sepuasnya, waspada dengan ide bunuh dir, maka untuk menghindari hal ini dapat diberikan anti depresan bila perlu.

4) Terapi putus tembakau

Tidak perlu di rawat inap di rumah sakit, bila diperlukan dapt diberikan analgetik untuk megatasi rasa nyeri dan antiansietas untuk mengatasi kegelisahan dan iritabilitasi.

5) Terapi putus kafein

Tidak perlu dirawat inap di rumah sakit. Bila diperlukan, dapat diberikan antiansietas (misalnya, diazepam) untuk mengatasi ketegangan otot dan ansietas.14

3. Fungsi dan Tujuan Terapi

Adapun fungsi dan tujuan terapi adalah sebagai berikut:

a. Fungsi pencegahan (preventif). Dengan mempelajari, memahami dan mengaplikasikan terapi ini, maka seseorang akan terhindar dari hal-hal,

14

Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Gangguan Psikoaktif, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004) hal 255-257.


(38)

26

keadaan atau peristiwa yang membahayakan dirinya, jiwa, mental, spritual atau moralnya.

b. Fungsi penyembuhan atau (treatmen). Dengan adanya terapi ini akan membantu seseorang melakukan pengobatan, penyembuhan, dan perawatan terhadap gangguan dan penyakit, khususnya terhadap gangguan mental, spritual, dan kejiwaan seperti dengan dikrullah, hati

dan jiwa menjadi tenang, damai dan sebagainya.

c. Fungsi pensucian dan pembersihan (sterilisasi/purification). Terapi ini melakukan upaya pensucian-pensucian diri dari dosa.

Sedangkan tujuan terapi adalah

a. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohani atau mental, spriual dan moral.

b. Menggali dan mengembangkan potensi esensi sumber Akibat Penggunaan Zat daya insani.

c. Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja.

d. Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keikhlasan dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata.

e. Mengantarkan individu menenai, mencintai, dan berjumpa dengan esensi diri, atau jati diri dan citra diri serta at Yang Mahasuci yaitu

Allah SWT.15

15

M. Hamdani Bakran Ad -Daky, “Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode


(39)

B. Ilahiah

Pengertian Ilahiah dalam kamus bahasa Indonesia adalah ketuhanan, namun pengertian secara istilahnya yaitu mengesakan atau menunggalkan atau memperuntukan kepada Allah saja segala macam ibadah yang lahir dan yang batin baik berupa perbuatan maupun perkataan, dan meniadakan peribadatan dari segala sesuatu selain Allah, apapun wujudnya. Allah berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain DIA...(Al-isra’:23)16

Jika digabungkan kedua teori di atas yaitu terapi adalah suatu pengobatan alternatif sedangkan ilahiah adalah menunggalkan atau mengesakan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa terapi ilahiah adalah pengobatan alternatif yang mengedepankan keyakinan kepada Allah SWT artinya segala penyakit bisa disembuhkan degan iin Allah SWT, melalui metode dikir dan do’a atau

hal-hal yang bersifat ubudiyah. Karena dengan meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada-NYA, hanya Dia-lah yang bisa menolong, Dia yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang mengabulkan segala do'a, yang memiliki kekuatan tanpa batas.

16

Syekh Hafi h Hakami, “Tanya Jawab Akidah Islam”. JAKARTA: Gema Insan, 1998. Hal 43


(40)

28

C. NAPZA

1. Pengertian dan Jenis NAPZA

Istilah Narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) no SE/03/IV/2002, merupakan akronim dari Narkotika, Psikotropika, Bahan Adiktif lainnya, Narkoba yaitu !at-!at alami maupun

kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh mengubah pikiran, suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang.

2. Narkotika

Narkotika berasal dari bahasa Inggris narcotics yang berarti obat yang menidurkan atau obat bius17, sedangkan pengertian istilah lain menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 pasal 1 adalah !at atau obat

yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis atau bukan sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Di dalam pasal 6 Undang-Undang No.35 tahun 2009, Narkotika dikelompokan ke dalam tiga golongan, yaitu:

a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, contohnya opium, ganja, heroin, kokain dan lain-lain.

17

S. Warjowarsito dan Tito. W, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-indonesia, Indonesia-Inggris, (Banung:1980), h. 122


(41)

b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai piliha terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan contohnya: ben"etidin, betametadol, difenoksilat, hidromofinol, metadon, petidin

dan turunannya dan lain-lain.

c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya : kodein, norkodina, propiran dan lainnya.18

Berdasarkan bahan asalnya narkotika terbagi dalam tiga golongan yaitu:

a. Alami yakni jenis obat/"at yang timbul dari alam tanpa adanya proses

fermentasi, isolasi atau proses produksi lainnya. Contohnya ganja, opium, daun koka dan lain-berasal dari alam dan tidak boleh digunakan terapi adalah golongan I, terdiri dari:

1) Tanaman papaver soniferum L

2) Opium mentah, opium masak (candu,cijing, cijingko) 3) Opium obat

4) Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina, oknogim 5) Heroin, morfin (alkoid opium yang telah diisolasi)

18


(42)

30

6) Ganja dan dammar ganja.

b. Semi sintesis yakni #at yang diproes sedemikian upa melaui pross

ekstraksi dan isolasi. Contohnya morfin, heroin kodein, dll’. Jenis obat ini menurut undang-undang no 22 1997 tentang narkotika, termasuk dalam narkotika golongan II

c. Sintesis. Jenis obat atau #at yang diproduksi secara sintesis atau

keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit (anelgik) seperti penekan batuk (antitusif).

Jenis obat yang termasuk kategori sintesis yaitu :amfetamin, deksamfetamin, penthidin,methadone.

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika terdapat tiga jenis yaitu:

a. Depressan (downer): adalah jenis obat yang berfungsi mengurangi aktifitas, membuat pengguna menjadi tertidur atau tidak sadar diri. b. Stimulat (upper): adalah jenis-jenis #at yang dapat merangsang fungsi

tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja (segar bersemangat) secara berlebihan.

c. Halusinogen: adalah #at kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan

efek halusinasi, dapat merubah perasaan dan pikiran.

3. Psikotropika

Psikotropika menurut pasal 1 butir (1), Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika, Adalah #at atau obat baik alamiah


(43)

pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan yang khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan ke dalam tiga golongan, yaitu:

a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya : LSD, MDMA, STP dan lainnya.

b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya : amfetamin, metamfetamin, metakulon, dan lainnya.

c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya : butalbital, buprenorfina, flunira$epam dan lain-lain.

d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan


(44)

32

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya : dia%epam,

lefetamina, nitra%epm dam lain-lain.

19

Jenis-jenis psikotropika yang salah digunakan yaitu:

a. Ecstasy. Dikenal dengan nama: inex, I, kancing, huge drugs, yuppie drug, essence clarity, butterfly, black heart. Bentuk berupa tablet dan kapsul. Warna bermacam-macam. Penggunaan meminumnya dengan ditelan.

Efeknya yaitu, Timbul rasa gembira secara berlebihan. Banyak orang yang mengkonsumsi ecstasy untuk tujuan bersenang-senang dan saking gembiranya kadang tidak malu untuk melakukan pesta seks. Merasa cemas. Tidak mau diam. Rasa percaya diri meningkat. Mengalami keringat dan gemeteran. Susah tidur. Sakit kepala dan pusing-pusing serta mual.

b. Shabu, dikenal dengan nama Kristal. Bentuknya berupa Kristal. Mempunyai warna putih. Penggunaan memakainya dengan dibakar menggunaka alumunium foil dan asapnya dihirup melalui hidung, dibakar dengan menggunakan botol kaca khusu dan disuntikan

Efeknya seperti, badannya merasa lebih kuat dan energik. Tidak mau diam. Rasa percaya diri meningkat. Rasa ingin diperhatikan orang lain. Nafsu makan berkurang. Jantungnya berdebar. Tekanan darah meningkat. Mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan. Penggunaan shabu mendorong tubuh untuk terus beraktifitas dan

19

DR. Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba & Musuhi Penyalahgunannya, (T. Tp. : LKP Yayasan Karya Bahakti, 2004), h. 13-16


(45)

berkeringat lebih sehingga menyebabkan tubuh mengalami kekurangan cairan.

4. Bahan Adiktif

Adalah bahan-bahan aktif atau obat dalam organism hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus.

Jenis-jenis bahan adiktif yaitu:

a. Inhalen yakni &at yang terdapat pada lem dan pengencer cat (thiner).

Penggunaan: dengan cara dihirup yang dapat mengakibatkan kematian mendadak, dan tercekik. Mempunyai efek yaitu hilang ingatan. Tidak dapat berfikir. Kerusakan pada sistem syaraf utama. Mudah berdarah dan memar. Kerusakan hati dan ginjal. Sakit mag. Sakit pada waktu buang air kecil. Kejang-kejang otot dan batuk-batuk. Penyalah gunaan inhalen dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan otot, syaraf dan organ tubuh lain, dan jika pengguna melakukan aktifitas normal seperti berlari dan berteriak dapat mengakibatkan kematian karena gagal jantung.

b. Alcohol. Yaitu minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi atau destilasi, baik melalui perlakuan sebelumnya, menambah bahan lain, mencampur konsentrat dengan ethanol, ataupun proses pengenceran minuman yang mengandung ethanol.


(46)

34

Akibat yang ditimbulkan oleh alcohol bagi tubuh atau kesehatan adalah: Menyebabkan defresi pada sistem syaraf pusat. Jika penggunaan dicampur dengan obat lain si pemakai akan pingsan dan kejang-kejang. Menyebabkan pembengkakan dan terbendungnya darah otak. Menimbulkan toleransi dan ketagihan. Peradangan di lambung. Melemahkan jantung dan hati menjadi keras

c. Tembakau/rokok. Zat yang berhubungan luas dengan penggunaan tembakau biasanya dalam bentuk rokok, pengaruh penggunaannya dapat dilihat apabila digunkan dalam jumlah yang cukup banyak dan waktu yang cukup lama, 'at temabakau itu sendiri dapat menyebabkan

ketergantungan namun yang sangat membahayakan adalah 'at racun

yang erkandung di dalam tembakaunya.

Nikotin adalah salah satu dari 4000 'at kimia pada tembakau.

Rokok mengandung 43 'at kimia beracun termasuk tar dan karbon

monoksida yang dinyatakan sebagai penyebab kanker dan dua tetes murni nikotin dapat membunuh orang dewasa secara instan.

Efeknya yakni menyumbat saluran-saluran darah jantung sehingga memperlambat aliran darah. Menimbulkan penyakit kanker. Serangan jantung. Impotensi dan gangguan kehamilan dan janin20

5. Penyalahguna Napza

Penyalahguna nap'a adalah penggunaan salah satu atau beberapa

jenis Nap'a secara berkala atau secara teratur diluar indikasi

20


(47)

medis,sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.

Permasalahan penyalahguna Nap(a merupakan permasalaan yang

demikia kompleks yang merupakan interaksi dalam tiga faktor, diantaranya yaitu: faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor ketersediaan narkoba itu sendiri.

a. Faktor Individu

1) Aspek kepribadian. Apabila dilihat dari aspek kepribadian ini, terdapat dua aspek faktor pemicu, pertama tingkah laku anti sosial antara lain: keinginan untuk melanggar, sifat untuk memberontak, tak ingin hal-hal yang bersifat otoritas, menolak nilai-nilai tradisional, mudah kecewa dan tidak sabar serta adanya keinginan diterima di dalam kelompok pergaulan.

Lalu yang kedua adalah Kecemasan dan depresi antara lain: tidak mampu menyelesaikan kesulitan hidup, mennghindari rasa cemas dan depresi, sehingga melarikan ke penyalahgunaan narkoba. 2) Aspek pengetahuan, sikap kepercayaan natara lain: mengikuti

orang lain yang menggunakan, tidak mengetahui bahaya narkoba, ingin coba-coba diterima di dalam pergaulan.

3) Keterampilan komunikasi menolak tekanan teman sebaya. 4) Faktor genetik.


(48)

36

Penyebabnya antara lain yaitu kondisi keluarga atau orang tua, pengaruh teman sebaya, faktor skolah, pengaruh iklan dan kehidupan masyarakat modern.

c. Faktor Ketersediaan

Antara lain: tersedia dimana-mana dan mudah diperoleh karena maraknya peredaran narkoba, bahkan indonesia sudah sebagai produsen narkoba, karena bisnis narkoba yang menjanjikan keuntungan besar, lalu penegakan hukum di indonesia yang belum tegas dan konsisten.21

Dari ketiga faktor penyebab penylahguna narkoba, yang paling terpenting adalah faktor individu, artinya masing-masing ndividu harus bertanggung jawab atas perilakunya dan tidak dapat mempermasalahkan orang lain atau keadaan yang dihadapinya. Untuk itu ia harus dapat mengambil keputusan yang baik atau buruk bagi dirinya sendiri.

Dampak atau akibat penyalahguna narkoba, yaitu sebagai berikut: a. Bagi Diri Sendiri

1) Fungsi otak dan perkebangan normal remaja terganggu, mulai dari ingatan, perhatian, persepsi, perasaan dan perubahan pada motivasi.

21

BNN RI, Pedoman Pelaksanaan P4GN Melalui Peran Serta Kepala Desa/Lurah, (Jakarta: 2007), h. 30-31.


(49)

2) Menimbulkan ketergantungan, overdosis, gangguan pada organ tubuh, seperti hati, ginjal, paru-paru, lambung, reproduksi serta gangguan jiwa.

3) Perubahan pad gaya hidup dan nilai-nilai agama, sosial dan budaya, misalnya indakan asusila, sosial bahkan anti sosial.

4) Akibat jarum suntik yang tida steril dapat terkena HIV/AIDS, radng pembuluh darah, jantung, hepatitis C, dan tuber kolose. b. Bagi keluarga

1) Orang tua menjadi malu, sedih, merasa bersalah, marah bahkan kadang-kadang sampai putus asa.

2) Suasana hati kekeluargaan berubah tidak terkendli karena sering terjadi pertengkaran, saling mempersalahkan, marah, bermusuhan dan lain-lain.

3) Uang dan harta benda habis terjual, serta masa depan anak tidak jelas karena putus sekolah dan mdaran gelap narkoba.

c. Bagi masyarakat

1) Lingkungan menjadi rawan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

2) Kriminalitas dan kekerasan meningkat. 3) Ketahanan wilayah menurun.

Ciri-Ciri Penyalahguna Narkoba Yaitu: a. Perubahan fisik dan lingkunan sehari-hari


(50)

38

1) Jalan sempoyongan

2) Sering didatangi atau menerima telpon dari orang yang tidak dikenal

3) Kamar selalu dikunci

4) Ditemukan obat-obatan, peralatan seperti kertas timah, jarum suntik, korek api di kamar atau di dalam tasnya.

5) Sering kehilangan uang atau barang berharga di rumah. b. Perubahan psikologis.

Malas belajar, mudah tersinggung dan sulit untuk berkonsentrasi. c. Perubahan perilaku sosial

1) Menghindari kontak mata langsung, melamun atau linglung. 2) Berbohong atau memanipulasi keadaan.

3) Kurang disiplin dan uka membolos 4) Mengabaikan kegiatan ibadah

5) Menarik diri dari aktifitas keluarga dan sering mengurung diri di kamar/tempat tertutup.

D. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah Pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, yang berasal dari kata bahasa Arab fundug yang berarti hotel atau asrama. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang di awali kata pe dan diakhiri dengan kata an yang berarti tempat tinggal para santri.


(51)

Jadi kesimpulannya adalah bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang berarsitektur pedesaan berciri khas kobong atau pemondokan sebagai tempat tinggal para murid yang disebut santri. Dan

kiyai sebagai ajeunganatau guru sekaligus pemimpinnya.

2. Fungsi Pondok Pesantren.

a. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan

Pesantren pada awalnya berdiri sebagai fasilitas yang relatif sederhana, sehingga metode pendidikan yang dipakai oleh pesantren dianggap cukup unik, kita mengenal model pendidikan agama dengan cara bandungan dan sorongan (seorang kiyai atau guru membaca, menerjemahkan dan menjelaskan maksud kitab sementara para santri menyimaknya). Model seperti ini masih berlaku hingga sekarang. b. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Sosial

Sebagai lembaga sosial kemasyarakatan, pesantren dituntut untuk mampu menghadapi tantangan perubahan )aman, dalam rangka

menjawab tantangan masa depan. Pesantren harus mampu melakukan terobosan-terobosan nilai yang pada gilirannya mampu menyentuh dasar-dasar kehidupan pesantren sehari-hari.

c. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Dakwah

Dakwah yang dilakukan pndok pesantren salah satunya adalah dakwah bil-hal, yaitu dengan terlibat langsung menangani obyek dakwah (masyarakat luas) melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial ekonomis.


(52)

40

Kepedulian pesantren untuk menangani problematika sosial secara langsung ini, mengacu kepada realitas sosial itu sendiribahwa pesantren yang mempunyai akar yang kuat dilapisan masyarakat, sebenarnya memiliki dua sisi mata uang yang bergandengan. Pada gilirannya pendekatan actual ini, melahirkan warna sosial yang dirasakan sebagai refleksi etos keagamaan yang dilembagakan oleh pesantren.22

22

Amin Haedari, Masa Depan Pesantren:Dalam tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global. (Jakarta:IRD Press,2004), cet. Ke 1, h.25.


(53)

41

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Gambaran Umum Lembaga

1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesntren Hikmah Syahadah

Berkembangnya tuntutan di dalam masyarakat akan kehadiran suatu lembaga rehabilitasi yang bisa diandalkan untuk membantu, membimbing dan membentengi para korban penyalahguna narkoba yang semakin meningkat dari waktu ke waktu maka dengan keyakinan pengobatan religius yang sangat mengena bagi batin para pecandu, disamping pengobatan medis dan psikologis, diharapkan para pecandu mampu membentengi dirinya dan mampu terlepas dari jerat narkoba, karena agama telah memiliki aturan yang jelas dan pasti yang tidak hanya membawa keselamatan bagi dunia, tetapi juga keselamatan akhirat.

Atas dinamika tersebut dan atas kepercayaan dari masyarakat maka, Pondok Pesantren Hikmah Syahadah sebagai suatu bentuk lembaga pendidikan keagamaan yang juga didukung dengan keahlian pengobatan alternatif berdasarkan syari’at agama Islam.

2. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Hikmah Syahadah

Pendirian Pondok Pesantren Hikmah Syahadah di prakasarai dan dicetuskan oleh al-ustad* Drs. H. Romdhin H. Rian MM. Yang sekaligus

sebagai pendiri pondok Pesantren ini sedianya hanya diperuntukan sebagai suatu lembaga pengembangan syiar agama Islam, dan dalam upaya mencerdaskan umat Islam.


(54)

42

Pada tanggal notaris No. 4 Tanggal 28-08-2000. Bangunan pondok sendiri didirikan di atas areal pribadi dari pimpinan pondok. yang berdasarkan pada agama islam.

Bangunan pondok pertama kali didirikan dengan bangunan yang cukup sederhana berbahan bambu dan beratap sirap yang disebut kobong. Sesuai perkembangan dan kemampuan yang ada, pondok pesantren mulai mendirikan bangunan-bangunan permanen sebagai pendukung tanpa meninggalkan ciri khas bangunan kobong itu sendiri.

Pada awal kegiatan pendidikan pondok pesantren menggunakan perguruan ilmu bela diri dimana telah banyak menarik pemuda pemudi dari berbagai daerah. Dalam perguruan ini berkembang suatu metode pengobatan alternatif yang dijuluki “Terapi Telunjuk Petir’ sebagai suatu metode pengobatan tenaga dalam yang dikembangkan oleh pimpinan pondok pesantren hikmah Syahadah.

Pada awal perkembangan metode pegobatan ini hanya diaplikasikan kepada para santri, keluarga dan masyarakat sekitar dengan beragam keluhan penyakit. Seiring dengan berjalannya waktu metode ini mulai meluas hampir seluruh indonesia.

Pada waktu yang hampir bersamaan dengan mulai terkenalnya metode pengobatan “Telunjuk Petir” , terjadi suatu gejolak di dalam masyarakat akibat mulai maraknya penyalahgunaan narkoba yang menimpa para pemuda di negeri ini. Didasari oleh rasa keprihatinan terhadap para korban penyalahgunaan narkoba tersebut dengan modal keahlian dalam


(55)

pengobatan, podok pesantren hikmah syahadah pada awal tahun 2000 mulai mencoba mengobati beberapa pasien penyalahgunaan narkoba dari tingkat normal sampai yang telah mengalami gangguan kejiwaan. Melalui i+in Allah doa dan wasilah dalam pengobatan pasien yang ditangani

mengalami penyembuhan.

Hasil-hasil memuaskan yang dicapai pondok pesantren membuat meningkatnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat. Dan atas dasar itulah pondok pesantren mulai merintis suatu bentuk lembaga di bawah yayasan podok pesantren hikmah syahdah yang terfokus menangani masalah keergantunagn narkoba, kenakalan anak, dan kejiwaan dengan metode penanganan terpadu yang dikhususkan untuk menangani santri-santri tersebut. Lembaga ini dinamakan “Lembaga Rehabilitasi Narkoba, Anak Nakal, dan Kejiwaan Pondok Pesantren Hikmah Syahadah”.

3. Sarana dan Prasarana

a. Tiga bangunan permanen yang berjumlah 11 lokal yakni gedung H. Rian terdiri dari 9 lokal, gedung Hj, Sa’adah yang terdiri dari 2 lokal. b. Dua bangunan kobong dari bahan bambu yang saat ini berfungsi

sebagai kamar petugas.

c. Satu ruang kantor yang berfungsi sebagai ruang perpustakaan, pimpinan, dan pelayanan registrasi serta administrasi bagi santri baru. d. Delapan toilet


(56)

44


(57)

5. Data Pasien Napza

NO. NAMA PASIEN TANGGAL MASUK PONDOK PESANTREN 1 Rendy 23 Maret 2011

2 Gatot 20 November 2010 3 Safiq 21 Maret 2011 4 Zaki 7 Agustus 2010 5 Arief 25 Januari 2011 6 Melfan 5 April 2010 7 Tomi 9 April 2009 8 Tritanto 23 Juli 2011 9 Doni 13 Mei 2010 10 Joko Suyono 25 Juni 2011


(58)

46

BAB IV

TEMUAN MASALAH DAN ANALISA DATA

Pada Bab ini penulis akan membahas tentang Terapi metode Ilahiah bagi Korban Nap,a di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah, dengan

menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil observasi, wawancara catatan lapangan dan dokumentasi dengan teori-teori yang telah dijelasakan pada Bab II.

Seperti yang sudah dibahas pada bab II, terapi ilahiah yaitu pengobatan alternatif yang lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat ubudiyah, seperti do’a dan d,ikir. Adapun pelaksanaaannya yaitu sebagai berikut.

A. Pelaksanaan Terapi ilahiah di Pondok Pesantren Hikmah syahadah

Pada awalnya pengurus melakukan beberapa tahapan bagi santri baru, seperti tes wawancara mengenai latar belakang keluarga dan riwayat penyakit atau body check. Setelah melakukan beberapa tahapan barulah para santri di tempatkan di kamar yang disesuaikan dengan emosional santri dan melakukan upaya detoksifikasi.

Detofsifikasi adalah upaya pemutusan pasien dengan Nap,a, artinya

pada saat itu pasien sudah tidak diperbolehkan lagi mengkonsumsi Nap,a.

Terapi ini bersifat sebagai pertolongan pertama bagi pasien untuk bisa pulih kembali akibat pengaruh obat seperti muntah-muntah, hidung meler, tidak bisa tidur dan lain sebagainya, Masa detoksifikasi di Ponpes Hikmah Syahadah ini berlangsung 10 hari sampai 1 bulan lamanya, hal itu tergantung pada tingkat


(59)

pada perubahan pasien, selama menjalani detoksifikasi, pasien hanya menjalani terapi ilahiah dengan dibantu ramuan herbal, seperti air kelapa yang mampu menetralisir obat-obatan, pada tahap ini pihak ponpes juga sama sekali tidak menggunakan obat-obatan medis, sekalipun pasien tersebut tengah mengalami sakau.1

Adapun detoksifikasi dengan cara medis, pada fase pembersihan darah dan sirkulasi organ-organ tubuh lainnya pada tubuh pencandu dari narkotika, psikotropika atau -at adiktif lainnya, sehingga darah menjadi bersih dan sistem

metabolisme tubuh kembali normal. Proses ini dapat dilakukan melalui cara-cara berikut :

1. Cold Turkey (abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian pemakaian Narkoba secara tiba-tiba tanpa disertai dengan substitusi antidotum.

2. Bertahap atau substitusi bertahap, misalnya dengan Kodein, Methadone, CPZ, atau Clocaril yang dilakukan secara tap off (bertahap) selama 1 – 2 minggu.

3. Rapid Detoxification: dilakukan dengan anestesi umum (6 – 12 jam). 4. Simtomatik: tergantung gejala yang dirasakan.2

Hal ini sangat berbeda dengan upaya pengeluaran racun NAPZA dalam tubuh pasien di Ponpes rehabilitasi hikmah syahadah yang sama sekali tidak menggunakan obat-obatan medis apalagi memberikan NAPZA dengan dosis yang sangat rendah (misalnya metadon), jadi begitu pasien masuk

1

Wawancara pribadi dengan Pak. Rhomdin (pimpinan pondok pesantren), tanggal 13 agustus 2011 pukul 10:30 WIB.

2

Sumber: Kapanlagi.com(http://gudang-info.com/gaya-hidup/kesehatan/pengobatan-dan-terapi-narkoba.html)


(60)

48

mendaftarkan dirinya sebagai pasien, pihak ponpes langsung melakukan upaya pemutusan NAPZA, sekalipun pasien tersebut tengah mengalami sakau. Maka di sinilah kelebihan dari pengobatan pasien Nap.a di pondok pesantren

hikmah syahadah karena pasien tidak merasakan efek kimia dari obat-obatan medis.3

Setelah menjalani detoksifikasi atau tahap penanganan awal, maka pasien mengikuti serangkaian pelaksanaan terapi ilahiah. Berikut langkah-langkahnya.

1. Minum Air Do’a

Air do’a ini merupakan air khusus yang telah dibacakan ayat-ayat syifa, ayat-ayat syifa tersebut yaitu surat Falaq, an-Nas, Ikhlas, al-Fatihah, al-Baqarah ayat 1-7, ayat kursi dan at-Taubah. Minum air do’a ini juga merupakan anjuran Rasulullah karena mampu menyerap energi positif ke dalam tubuh. Minum air do’a dilakukan sebelum melaksanakan terapi telunjuk petir dengan tujuan agar air positif tersebut menjalar ke seluruh tubuh, menyerap ke seluruh syaraf-syaraf dan memperlancar peredaran darah, atau ibarat kata sambil disuntik di bantu dengan minum obat.4

Kak Fadly memperjelas kembali tentang air do’a ini.

3

Wawancara pribadi dengan Pak. H. Rhomdin (pimpinan pondok pesantren), tanggal 13 agustus 2011 pukul 10:30 WIB.

4

Wawancara pribadi dengan Pak H.Rhomdin (Pemimpin Pondok pesantren), tanggal 20 juli Pukul 11:00 WIB


(61)

“Air do’a atau air khusus ini adalah air yang sudah dibacakan ayat-ayat syifa oleh pemimpin ponpes, jika kita melihat keefektifannya kita bisa melihat dari sebuah penelitian air yaitu the power of water”.5

2. Terapi Gurat Telunjuk Petir

Terapi telunjuk petir adalah terapi yang dilakukan dengan cara mengguratkan jari ke titik-titik syaraf tubuh si pasien yang dibarengi dengan do’a dan dibasuhkan air do’a, sehingga adanya energi positif yang masuk kedalam tubuh si pasien.6

Hal ini di sebagaimana dijelaskan oleh kak Fadhly bahwa

“Terapi telunjuk petir yang dulu hanya disebut dengan terapi gurat adalah terapi yang menggunakan jari dan air do’a sebagai medianya, dan air do’a tersebut sudah dibacakan surat-surat yang terkandung di dalam al-qur’an, seperti ayat kursi, surat al-falak, surat an-nas, dan surat al-fatihah. Maka dari air do’a tersebut terdapat energi positif yang masuk ke dalam tubuh pasien”. 7

Pak H. Rhomdin mempelajari ilmu terapi telunjuk petir dari seorang sesepuh yang bernama alm Ende Wirta, lalu diamalkan oleh pak haji sebagai pengobatan alternatif bagi segala penyakit medis khususnya bagi korban NAPZA, dan penyakit non medis. Untuk mendapatkan ilmu ini juga tidak mudah karena sangat banyak proses yang dilalui seperti

5

Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadhli (pengurus pondok pesantren), tanggal 20 Juli 2011 pukul 10:00 WIB

6

Wawancara pribadi dengan pak H. Rhomdin (pimpinan pondok pesantren ), tanggal 25 juli 2011 pukul 17:00 WIB.

7

Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadly (selaku pengurus pondok pesantren), tanggal 20 Juli pukul 09:30 WIB.


(62)

50

berpuasa dan dan melewati beberapa pantangan seperti tidak boleh melakukan /ina, mengkonsumsi NAPZA, mencuri dan perbuatan maksiat.

8

Hal ini diperkuat oleh pernyataan kak Fadhly, yaitu sebagai berikut “Keistimewaan terapi ini dibandingkan dengan terapi yang lainnya yaitu mampu menyembuhkan penyakit medis dan non medis, selain itu juga adanya kontak fisik langsung antara sang terapis dengan pasien”.9

Adapun teknik pelaksanaan terapi telunjuk petir yaitu sebagai berikut:

a. Duduk menghadap kiblat b. Membaca syahadat c. Meminum air do’a

d. Membubuhkan air do’a ke ubun-ubun pasien

e. Mulai mengguratkan jari ke daerah kepala seperti kening, bawah telinga dan tengkuk kepala

f. Gurat pada bagian dada dan perut

g. Gurat pada bagian punggung h. Gurat pada bagian tangan

i. Gurat pada bagian kaki seperti paha depan/belakang dan betis

Terapi ini dilakukan empat kali dalam seminggu, yakni pada malam minggu, malam senin, mlam rabu dan malam jum’at. Jumlah guratan tersebut harus ganjil yakni antara 7-11 kali guratan, apabila si

8

wawancara pribadi dengan pak H.Rhomdin (pemimpin pondok pesantren ), tanggal 20 juli 2011 pukul 20:00 WIB

9

Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadhli (pengurus pondok pesantren), tanggal 20 Juli 2011 pukul 10:00 WIB


(63)

pasien merasakan kesakitan yang luar biasa, maka diwajibkan untuk membaca kalimat tasbih, tahmid dan takbir. 10

Hal tersebut juga diperjelas oleh Rasyid Fadhly

“Memang kalau awal-awal menjalani terapi ini pasien sangat kesakitan bahkan ada yang sampai muntah-muntah maka sesakit apapun, si pasien harus mengucap asma Allah” 11

Rendy pun mengalami rasa sakitnya terapi ini, berikut cerita rendy “Waktu pertama mah memang sakit banget, tapi setelah itu badan jadi terasa enteng, jadi nafsu makan dan tidur nyenyak, eh sekarang mah saya jadi ketagihan pengen diterapi terus, jadi udah gak terlau sakit kayak pas awal-awal aja”. 12

Sama halnya dengan Gilang, gilang pun menceritakan perihal pengalamannya tentang terapi ini

“Pas awal terapi ini saya sagat kaget karena emang sakit banget, serasa ada yang nyetrum dari dalem, jadi rasanya perih sakit gitu, tapi emang bener setelahnya badan jadi serasa enteng dan plong”.13

3. Mandi Malam

Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan pengaruh obat karena air tersebut sudah dicampur dengan garam dan dibacakan do’a, Terapi mandi malam ini dilaksanakan pada malam hari yaitu pada malam jum’at pada pukul 24:00 WIB, atau menunggu sampai air tersebut benar-benar dingin sehingga si pasien merasa menggigil.14

10 Hasil pengamatan pada tanggal 24 Juli 2011. Pukul 21:30 WIB 11

Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadly (pengurus pondok Pesantren), tanggal 24 Juli 2011 pukul 20:00 WIB

12

Wawancara pribadi dengan Rendy (pasien Nap0a) pada tanggal 24 Juli Pukul 21:30 WIB. 13

Wawancara pribadi dengan Gilang (pasien Nap 0a), tanggal 21 Juli pukul 11:00 WIB. 14

Wawancara pribadi dengan Pak H.Rhomdin (Pemimpin Pondok Pesantren), tanggal 20 juli Pukul 20:30 WIB


(1)

Jawab:iyalah pasti, sekarang yang menjadi ketakutan bagi saya untuk make lagi karena saya takut sama Allah, jadi udah takutlah sama dosa..

k. Apa motivasi anda untuk bertaubat?

Jawab: saya merasa kasian sama nenek, karena dari kecil saya sudah tinggal dan dirawat nenek,,

l. Apa yang mampu meyakinkan kamu untuk tidak kembali mengkonsumsi narkoba?dan usaha apa saja yang kamu lakukan? Jawab: kapok banged enggak mau lagi make, pengen ngelanjutin sekolah lagi dan berusaha untuk gak gabung sama temen

nongkrong dulu.

m. Pelajaran apa saja yang anda dapatkan dari ponpes ini yang bisa anda aplikasikan ketika anda sudah dipulangkan nanti?

Jawab: kalo dari segi pelajaran saya mendapatkan ilmu hikmah supaya bisa mengobati orang lain.


(2)

TRANSKIP WAWANCARA KLIEN

Pedoman Wawancara

A. Biodata Pasien/Santri Ponpes Hikmah Syahadah

1. Nama Informan : Gilang (Nama samaran)

2. Jenis Kelamin Informan : laki-laki

3. Umur Informan : 23 tahun

4. Alamat Informan : kp Melayu otista 3, Jakarta Timur

5. Tanggal wawancara : selasa, 21 Juli 2011

6. Tempat Wawancara : Ponpes

7. Waktu Wawancara : 22:15

B. Riwayat Keluarga

1. Anak keberapakah anda dalam keluarga?

Jawab: saya anak pertama dari 3 bersaudara.

2. Bagaimana status anda dalam perkawinan?

Jawab: masih melajang


(3)

Jawab: kalo bapak sih udah meninggal dari saya kelas dua SD

4. Apa pekerjaan ibu anda?

Jawab: mamah di Departemen Dalam Negeri di Kalibata

C.Wawancara

1. Riwayat Napza

a. Bisa diceritakan bagaimana awal mulanya kamu mengkonsumsi napXa?

Jawab: saya udah mulai minum dan ngerokok dari kelas tiga SD, awal mulanya, pertama saya ingin mencoba sesuatu hal yang baru, terus dari segi pengetahuan agama juga kurang ditambah juga lingkungan pergaulannya memang seperti itu.

b. Jenis narkoba apa yang kamu konsumsi dan dari mana kamu bisa mendapatkannya?

Jawab: kelas tiga SD Cuma ngerokok dan alkohol, kelas enam SD akhir tahun saya make meriana dan ganja, setelah itu fakum sampe kelas dua- tiga SMP, tapi selama fakum saya masih minum cuma ngerokok aja yang enggak. Saya dapetin barang itu dari temen, emang gampang sih ngedapetinnya, jadi kita ga pernah beli, karena ada supliernya.

c. Sebenarnya faktor apa yang menjadi pemicu utama anda untuk tertarik mengkonsumsi narkoba?

Jawab:itu aja sihh, pertama rasa ingin tahu, trus pengetahuaan agama yang masih kurang dan untuk mendapatkan barang itu gampang banget, tapi kalo masalah yang lain sih enggak ada. d. Saat itu seberapa parahkah kondisi kamu sehingga mengharuskan

direhabilitasi?

Jawab: pertama yah,, emang sebenernya ga ada yah pemakai yang datang sendiri untuk di rehabilitasi, termasuk saya yang datang ke sini atas dasar keterpaksaan.


(4)

e. Bagaimana reaksi keluarga ketika tahu bahwa kamu pecandu? Jawab: mamah kaget dan marah

f. Siapa yang merujuk kamu untuk direhabilitasi ke tempat ini dan dari siapa anda mendapatkan info panti rehab ini?

Jawab: mamah, beliau tau dari papah angkat

2. Keefektifan terapi ilahiyah

a. Bagaimana kesan pertama kamu direhabilitasi?

Jawab: kalo saya menyikapinya dengan santai,,karena bagi saya yang namanya pecandu itu cepet berbaur sama lingkungan, pecandu itu bisa hidup dimana aja kecuali di hutan.

b. Apakah sebelumnya kamu sudah pernah direhabilitasi ditempat lain?, jika ya, apa perbedaan yang kamu rasakan?

Jawab: belum pernah.

c. Dari serangkaian langkah-langkah terapi, terapi apa yang menurut kamu paling berat?

Jawab: terapi yang paling berat bagi saya yaitu mendekatkan diri kepada Allah, godaan yang paling utama itu males, orang biasanya saya nongkrong tapi ini malah dipaksa buat Yikir.

d. Apa yang kamu rasakan setelah menjalani terapi telunjuk petir? Jawab: pertama-tamanya sih sakit banget kayak ada yang nyetrum dari dalem, tapi setelah itu badan jadi terasa enteng, jadi nyenyak tidurnya dan badan jadi kayak plong. Dan kesananya jadi enggak terlalu sakit lagi kalo diterapi.

e. Perubahan-perubahan positif apa saja yang kamu rasakan setelah menjalani rehabilitasi disini?

Jawab: dari segi ibadah, insya Allah udah ga bolong-bolong lagi buat sholat lima waktu, dari pertama kali datang ke sini juga Alhamdulillah pengurusnya ngayomin banged jadi kalo setelah sholat kita suka dikasih amalan-amalan, nah dari sini saya ngerasa mereka sangat care dan tidak pernah menyantumkan sistem junior dan senior.


(5)

Kalau dari segi perilaku, mungkin sekarang saya jadi sedikit lebih penyabar.

f. Bagaimana kedekatan anda dengan pengurus?

Jawab: pertama saya dekat dengan ahmad junaedi karena mungkin umur kita enggak jauh beda, trus kedua sama pak haji, saya seneng aja suka dikasih nasehat-nasehat, tapi pak haji sibuk jadi kita jarang ketemu.

g. Bagaimana kondisi ibadah kamu yang dulu dibanding sekarang? Jawab: dulu parah banget yang namanya sholat lima waktu itu jarang banget, puasa juga kalo lagi keliatan sama mamah aja. h. Apakah menurut anda agama merupakan pilar utama sebagai

penangkal untuk tidak kembali mengkonsumsi NAPZA? Jawab:

i. Apakah anda sekarang merasa lebih rajin untuk melakukan ibadah? Jawab:Alhamdulillah yah, walaupun mesti ada yang bolong-bolong tapi insya Allah lah kedepannya tidak akan seperti ini lagi.

j. Apa yang anda rasakan ketika anda melakukan Zikir?

Jawab: kalo lagi konsen mah biasanya sampai nangis juga pernah karena flash back kesalahan-kesalahan yang dulu udah dilakuin. k. Apa motivasi anda untuk bertaubat?

Jawab: pertama pasti karena orangtua terus karena bertambahnya usia, pengetahuan dan pola fikir yang semakin berkembang, jadi kalo kita enggak mau berubah kapan mau majunya sementara jaman terus berkembang, kalo engga kayak begitu bisa-bisa kita terelindas jaman.

l. Apa yang mampu meyakinkan kamu untuk tidak kembali mengkonsumsi narkoba?dan usaha apa saja yang kamu lakukan? Jawab: pertama saya udah ngerasain sendiri dampaknya, salah satunya tidak dipercaya, sama orang tua sendiri aja engga di percaya gimana di masyarakat.

Jawab: pertama di tebelin dulu imannya dan mungkin kita hindari teman-teman kita yang dulu, saya sempat ditelpon sama temen dan di ajak make lagi tapi saya tetep menolak walaupun di olok-olok justru saya merasa beruntung bisa sampai di sini.


(6)

m. Pelajaran apa saja yang anda dapatkan dari ponpes ini yang bisa anda aplikasikan ketika anda sudah dipulangkan nanti?

Jawab: bagi saya sekecil apapun yang saya dapatkan di ponpes ini apabila saya bisa mengaplikasikannya di luar itu akan menjadi luar biasa, ibarat kata kalo kita dapat satu pentul korek tapi kalo kita bisa kembangin, maka akan menjadi sesuatu yang lebih, sama halnya saya di sini mendapatkan pelajaran mengenai agama, dan cara terapi, bukan hanya terapi pengobatan yah, tapi terapi berbicara, bagaimana kita bisa berbicara dengan sesama pecandu dan kata-kata kita bisa di dengar sama mereka.


Dokumen yang terkait

Strategi pengkaderan da'i Pondok Pesantren Daarul Hikmah desa Pekayon Sukadiri Tangerang

1 58 89

Pola komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren al-Asmaniyah Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten

3 113 82

Strategi Dakwah Melalui Program Pembinaan Mantan Korban Napza Di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah Tangerang

0 8 115

PERBANDINGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BERBASIS MULTIKULTURAL Perbandingan Model Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Darusy Syahadah Berbasis Multikultural dan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Berbasis Potensi Diri Tahun

0 6 19

PERBANDINGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BERBASIS MULTIKULTURAL Perbandingan Model Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Darusy Syahadah Berbasis Multikultural dan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Berbasis Potensi Diri Tahun

0 3 18

PRAKTIK BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK DI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI Praktik Bimbingan Konseling Kelompok Di Pondok Pesantren Darusy Syahadah Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 7 14

PRAKTIK BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK DI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI Praktik Bimbingan Konseling Kelompok Di Pondok Pesantren Darusy Syahadah Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 4 17

MODEL PENYEMBUHAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIK PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) : Studi Eksplorasi Metode, Peranan dan Keterampilan pada Korban Penyalahgunaan NAPZA di Pondok Pesantren Suryalaya.

1 5 75

metode terapi dan rehabilitasi korban napza

0 4 16

PENGELOLAAN WAKAF PONDOK PESANTREN AL-HIKMAH SIRAMPOG KABUPATEN BREBES

0 1 22