Pembahasan HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN,

Berdasarkan hasil dari pertanyaan terbuka 6 siswa korban bullying diperoleh hasil mengenai perasaan-perasaan yang dialami ketika mendapat bullying dan hal-hal apa saja yang dilakukan ketika mendapat bullying . Perasaan-perasaan yang dialami keenam siswa ketika mendapat bullying adalah sedih, marah, jengkel, dan sakit hati. Sedangkan hal-hal yang sering dilakukan ketika mendapat bullying adalah diam saja, pasrah, membiarkan, dan tidak membalas. Jadi, gambaran diri 6 siswa berdasarkan analisis aspek, item, dan pertanyaan dapat disimpulkan bahwa mereka adalah siswa-siswi yang sering mendapatkan bullying dalam bentuk verbal dan mental. Keenam siswa-siswi juga termasuk siswa yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah, sulit bergaul, dan tidak berani melawan para pelaku bullying.

B. Pembahasan

Hasil penelitian membuktikan bahwa korban bullying di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 20122013 tergolong sangat rendah. Terdapat 93 siswa atau 70,5 siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 20122013 termasuk dalam kategori sangat rendah. Sedangkan untuk kategorisasi sangat tinggi terdapat 0 siswa atau 0, kategorisasi tinggi terdapat 6 siswa atau 4,5, kategorisasi sedang terdapat 11 siswa atau 8,3, dan kategorisasi rendah 22 siswa atau 16,7. Siswa yang termasuk dalam kategori tinggi mengindikasikan bahwa mereka menjadi korban bullying. Siswa yang termasuk dalam kategorisasi tinggi membutuhkan pendampingan supaya mereka tidak menjadi korban bullying lagi. Sedangkan siswa yang termasuk dalam kategorisasi sangat rendah mengindikasikan bahwa mereka tidak menjadi korban bullying. Siswa yang termasuk dalam intensitas kategori sangat rendah menujukkan bahwa mereka menjadi korban bullying di lingkungan sekolah maupun di lingkungan pergaulan mereka sehari-hari tetapi intensitasnya sangat rendah. Siswa yang termasuk dalam intensitas kategori sangat rendah bisa diartikan karena mereka mampu melawan pelaku bullying, tidak membiarkan perilaku bullying terjadi pada dirinya, dan mempunyai pergaulan yang luas sehingga mereka dapat terhindar dari perilaku bullying baik di sekolah maupun dipergaulan mereka sehari-hari. Sedangkan siswa yang termasuk dalam intensitas kategori tinggi mengindikasikan bahwa di lingkungan sekolah maupun di lingkungan pergaulan, mereka sering menjadi korban bullying dalam intensitas tinggi. Hal ini bisa terjadi karena sulit bergaul, anak yang dianggap menyebalkan, anak yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah, berfisik kecil, dan anak yang berpenampilan lain daripada yang lain. Ciri-ciri orang yang menjadi korban bullying sejalan dengan pendapat Sejiwa 2008:17 yaitu berfisik kecil, berpenampilan lain daripada yang lain, sulit bergaul, siswa yang kepercayaan dirinya rendah, siswa yang dianggap menyebalkan oleh bully. Pada penelitian ini mengungkap bahwa pada setiap kelas terdapat siswa yang dianggap lemah oleh para pelaku bullying. Para pelaku bullying akan merasa lebih senang jika sudah menemukan korban yang dianggap lemah sehingga mereka menjadi korban bullying. Seperti yang sudah dijelaskan diatas hal ini bisa terjadi karena sulit bergaul, anak yang dianggap menyebalkan, anak yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah, berfisik kecil, dan anak yang berpenampilan lain daripada yang lain. Oleh karena itu, siswa inilah yang dijadikan target sebagai korban bullying. Pada penelitian ini juga mengungkap bahwa siswa laki-laki lebih rentan menjadi korban bullying jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Hal ini dikarenakan siswa laki-laki lebih terbuka dalam pergaulan. Biasanya siswa laki-laki lebih senang membuat kelompok-kelompok yang besar sehingga mereka tidak terlalu akrab antara anggota satu dengan anggota yang lainnya. Sedangkan siswa perempuan lebih senang membuat kelompok-kelompok kecil tetapi antar anggota satu dengan lainnya terjalin dengan akrab. Situasi seperti inilah yang menyebabkan siswa laki-laki rentan terkena bullying karena kebanyakan dari mereka kurang mengenal antara anggota satu dengan yang lainnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hurlock 1980:214 yaitu pengelompokan anak lai-laki biasanya lebih besar dan tidak terlampau akbrab jika dibandingkan dengan pengelompokan anak perempuan yang kecil dan terumus dengan pasti. Apabila bullying terus dibiarkan maka akan membuat pelaku bullying merasa sudah mendapat korban yang tepat dan tidak mungkin berani melawannya. Pernyataan diatas sejalan dengan pendapat yang ada dalam Sejiwa 2008:17, yaitu pelaku bullying biasanya dengan mudah bisa mengendus calon korbannya. Pada pertemuan pertama, pelaku bullying akan melancarkan aksinya terhadap sang korban. Sang korban umumnya tidak berbuat apa-apa dan membiarkan saja perilaku bullying berlangsung padanya, karena ia tidak memiliki kekuatan untuk membela diri atau melawan. Hal ini, justru membuat pelaku bullying di”atas angin”, dan memberinya peneguhan bahwa ia telah menemukan korban yang tepat. Ia pun akan meneruskan aksinya terhadap sang korban setiap kali mereka bertemu. Dengan demikian, bullying pun terjadi. Oleh karena itu, siswa yang termasuk dalam kategori tinggi inilah yang memerlukan perhatian dan penanganan sesegera mungkin dari pihak sekolah maupun dari pihak keluarga mereka. Bullying merupakan tindak kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa kuat terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dianggap lemah. Bullying tidak mungkin terjadi jika hanya terdapat pelaku saja tetapi harus ada yang menjadi korban atau sasaran kekerasan atau penganiayaan. Korban bullying sebenarnya ikut berperan dalam melestarikan perilaku bullying karena mayoritas dari mereka hanya diam dan tidak pernah melaporkan perilaku bullying kepada guru maupun orang tua mereka. Sikap diam dan tidak mau melapor korban bullying tentunya ada alasan, yaitu mereka berpikir bila melaporkan perilaku bullying yang menimpanya tidak akan menyelesaikan masalah. Selain itu, bisa jadi anak-anak telah mempunyai sistem nilai, misalnya bahwa megadukan orang lain bukanlah sifat seorang ksatria dan wujud sifat kekanak-kanakkan. Kebanyakkan korban bullying memilih untuk menanggung beban penderitaan sendiri daripada melapor kepada guru atau orang tua. Apalagi jika anak percaya bahwa perilaku bullying pantas mereka terima. Selain itu, sikap diam korban bullying juga dilandasi bahwa baik guru maupun orang tua tidak mampu menangani bullying yang terjadi. Pernyataan diatas sejalan dengan karakteristik perkembangan remaja, yaitu memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku Desmita, 2009. Sikap-sikap seperti yang dijelaskan diatas inilah yang membuat korban bullying tidak sadar bahwa ia justru merusak dirinya dengan menyimpan kepedihannya sendiri tanpa berusaha mengobati atau membaginya dengan orang lain. Oleh karena itu, peran guru dan orang tua sangat dibutuhkan untuk membantu korban bullying mengobati dan menyembuhkan kepedihannya. Penelitian ini juga mendapatkan hasil kualitatif mengenai perasaan dan hal-hal yang dilakukan jika mendapat perilaku bullying. Mayoritas perasaan korban bullying antara lain sedih, jengkel, marah, tidak nyaman, dendam dan kesal tapi ada pula yang merasa biasa saja. Hasil ini sejalan dengan pendapat Retno Astuti 2008: 11 bahwa akibat bullying pada diri korban timbul perasaan-perasaan tertekan oleh karena pelaku menguasai korban. Perasaan sedih, jengkel, marah, tidak nyaman, dendam dan kesal adalah perasaan yang wajar dialami oleh korban bullying karena setiap orang ingin dirinya bahagia. Sedangkan untuk perasaan biasa saja bisa saja terjadi jika siswa tidak merasa bahwa perilaku bullying yang dialaminya tidak dianggap sebagai perilaku bullying dan tidak merasa terintimidasi. Selain perasaan ada hal-hal yang dilakukan siswa ketika mendapat perilaku bullying, antara lain yaitu membalas, melawan, menantang, dan melapor kepada guru. Hal-hal yang dilakukan seperti yang ditulis diatas merupakan contoh tindakan orang-orang yang berani menghadapi perilaku bullying. Siswa yang melakukan hal-hal seperti pasrah, sabar, tidak membalas, menangis, menerima ketika mendapat perilaku bullying akan mengakibatkan pelaku bullying merasa semakin diatas angin dan menang karena korban tidak melawan. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat yang ada dalam SEJIWA 2008:17 yaitu, Sang korban umumnya tidak berbuat apa-apa dan membiarkan saja perilaku bullying berlangsung padanya, karena ia tidak memiliki kekuatan untuk membela diri atau melawan. Hal ini, justru membuat pelaku bullying di”atas angin”, dan memberinya peneguhan bahwa ia telah menemukan korban yang tepat. Ia pun akan meneruskan aksinya terhadap sang korban srtiap kali mereka bertemu. Hasil penelitian menunjukan bahwa 6 siswa termasuk dalam intensitas korban bullying kategori tinggi. Siswa ini mempunyai ciri-ciri sulit bergaul, kurang bisa beradaptasi dengan lungkungan sekitar, dan mempunyai kepercayaan diri yang rendah. Ciri-ciri orang yang menjadi korban bullying sejalan dengan pendapat yang ada dalam Sejiwa 2008:17 yaitu berfisik kecil, berpenampilan lain daripada yang lain, sulit bergaul, siswa yang kepercayaan dirinya rendah, siswa yang dianggap menyebalkan oleh bully. Hasil penelitian keenam siswa yang menjadi korban bullying dengan intensitas kategori tinggi berdasarkan data kuantitatif memperoleh data bahwa perasaan jengkel, sedih, marah, dan sakit hati. Hasil ini sejalan dengan pendapat Retno Astuti 2008: 11 bahwa akibat bullying pada diri korban timbu perasaan-perasaan tertekan oleh karena pelaku menguasai korban. Hasil penelitian keenam siswa yang menjadi korban bullying dengan intensitas kategori tinggi berdasarkan data kuantitatif menunjukkan bahwa keenam siswa memiliki kecenderungan hanya diam saja, tidak membalas, membiarkan dan pasrah ketika mendapat bullying. Hal ini dikarenakan siswa merasa takut untuk membalas karena merasa tidak mampu membalas dan para pelaku bullying merasa menang dan semakin berkuasa. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat yang ada dalam SEJIWA 2008:17 yaitu, Sang korban umumnya tidak berbuat apa-apa dan membiarkan saja perilaku bullying berlangsung padanya, karena ia tidak memiliki kekuatan untuk membela diri atau melawan.

C. Usulan Program Konseling Kelompok