advokasi, kelompok agama, dan lain-lain. Hal ini senada dengan yang dikatakan, Salusu 1996 bahwa organisasi non-profit tidak semata-
mata organisasi swasta yang bersifat sosial, namun organisasi non- profit juga merupakan badan pemerintahan yang memiliki tugas
pokok memberikan pelayanan umum pada masyarakat. Wolf 1984 juga mengatakan, bahwa dalam organisasi non-
profit, misi merupakan suatu yang penting untuk pelayanan sektor public. Dengan demikian, organisasi non-profit merupakan organisasi
yang memiliki struktur yang terkordinasi dan memiliki tujuan serta misi utama yakni memberikan pelayanan kepada publik secara
optimal, serta lebih memprioritaskan kepetingan masyarakat.
C. Perbedaan Burnout Pada Karyawan di Organisasi Profit dan
Organisasi Non-Profit.
Organisasi merupakan suatu mekanisme yang memiliki tujuan akhir yang hendak dicapai serta memiliki kemampuan untuk
mengefektifkan semangat kerja sama para anggotanya, sehingga dengan adanya organisasi maka secara tidak langsung tercipta tujuan dan
keanggotaan yang jelas didalamnya Scott dalam Muhyadi, 1989. Tujuan tersebut biasanya tidak dapat dicapai oleh individu-individu yang bekerja
sendiri, hal tersebut dicapai secara lebih efisien melalui usaha kelompok Robbins, 1994.
Menurut Drucker dalam Putra, 2006, organisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu organisasi profit dan organisasi non-profit. Perbedaan
yang utama dari terbentuknya organisasi profit dan organisasi non profit adalah, organisasi profit lebih megutamakan pada pengupayaan untuk
memperoleh keuntungan atau money oriented Wolf, 1984. Sedangkan organisasi non-profit bukan semata untuk mencari keuntungan sebagai
prioritasnya, namun tujuan utama untuk menyediakan layanan service kepada orang lainklien Prugsamatz, 2010.
Kondisi ini
yang dapat
menyebabkan terjadinya
stress berkepanjangan dan mengakibatkan burnout pada karyawan yang bekerja
pada sektor pelayanan masyarakatorganisasi non-profit. Weiten 2010 juga mengemukakan bahwa burnout biasanya terjadi pada individu yang
bekerja dalam bidang pelayanan masyarakat ataupun sosial. Burnout sendiri adalah keadaan karyawan merasa bosan, tertekan,
dan tidak puas terhadap pekerjaan yang mengakibatkan kelelahan emosional dan depresi Pinesdan dalam Lambert dkk., 2015. Karyawan
yang mengalami burnout cenderung akan melakukan penarikan diri, sinisme, dan kaku.
Seseorang yang mengalami burnout tidak terlepas dari faktor- faktor yang mempengaruhinya. Faktor situasional dan faktor individu
merupakan penyebab terjadinya burnout dalam Maslach, Schaufeli, dan Leiter, 2001.
Faktor individu yang mempengaruhi munculnya burnout meliputi faktor demografis dan faktor kepribadian. Diantaranya individu yang
memiliki lokus kontrol external akan lebih tinggi mengalami burnout Maslach, dalam Maslach, dkk., 2001. Faktor situasional yang
mempengaruhi munculnya burnout meliputi karakteristik pekerjaan dan karakteristik organisasi.
Karakteristik pekerjaan diantaranya tuntutan pekerjaan yang berlebihan dan beban kerja yang berlebihan pada karyawan Dewe
O’Driscoll, 2001. Sedangkan pada karakteristik organisasi adanya proses komunikasi yang kurang dalam proses organisasi maupun tingkat
organisasi mempengaruhi munculnya burnout O’Driscoll and Schubert,
dalam Dewe O’Driscoll 2001. Karakteristik organisasi memiliki peranan yang penting terkait
dengan munculnya burnout pada karyawan, diluar dari adanya karakteristik pekerjaan maupun faktor individu yang mempengaruhinya.
Maslach, dkk, 2001 mengungkapkan, bahwa saat ini karyawan di suatu organisasi dituntut untuk lebih banyak memberikan waktunya, tenaga,
keterampilan, dan fleksibilitas untuk organisasi dimana tempat karyawan bekerja. Namun, berlawanan dengan organisasi sendiri yang cenderung
tidak memberikan peluang karir, keamanan kerja, bahkan pekerjaan seumur hidup.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa karyawan yang bekerja di organisasi non-profit lebih cenderung mengalami burnout.
Hal ini disebabkan organisasi non-profit memiliki prioritas yang berbeda dengan organisasi profit. Organisasi non-profit lebih pada pemenuhan
kebutuhan masyarakat ataupun pelayanan masyarakat.
D. KERANGKA BERPIKIR