1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki era globalisasi atau era keterbukaan, sumber daya manusia sangat berperan terhadap keberhasilan organisasi dalam berkompetisi dengan
organisasi lainnya. Sumber daya manusia karenanya harus memiliki kualitas yang memadai. Kualitas sumber daya manusia yang dimaksud adalah ukuran
kualitatif seseorang dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, ketrampilan dan nilai-nilai tertentu. Untuk menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas, pendidikan menduduki peranan yang penting.
Kemajuan ilmu dan teknologi sangat pesat mendorong arus informasi semakin deras dan membuat dunia seakan-akan menjadi semakin sempit.
Kemajuan tersebut memberi dampak pada semua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Bidang pendidikan harus berbenah diri agar
tidak ketinggalan jaman. Sejalan dengan hal ini, para ahli pendidikan sudah mulai mengadakan penyempurnaan dalam berbagai aspek pendidikan. Sistem
kelembagaan, penyelenggaraan, kurikulum, model belajar dan mengajar, serta kegiatan peserta didik terus dikembangkan agar menjadi lebih relevan dengan
kebutuhan pendidikan masa kini. Sulamun 1995:3, menyatakan bahwa tujuan dan sasaran dalam
pendidikan dapat menumbuhkan sikap kemandirian dalam diri manusia, melalui peningkatan peran serta, efisiensi dan produktifitas dari seluruh
anggota sekolah. Untuk menumbuhkan sikap mandiri diperlukan kualitas
sumber daya manusia yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang ketenagakerjaan. Dengan adanya sumber daya yang berkualitas ini diharapkan
dapat tercipta etos kerja pada setiap individu, baik langsung maupun tidak langsung yang terlihat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Melihat hal
ini, maka penting bagi guru untuk memiliki etos kerja yang mendalam, sehingga mereka dapat memaknai pekerjaannya sebagai sesuatu yang penting.
Pemaknaan yang mendalam terhadap kerja akan membuat mereka sungguh- sungguh dalam menjalankan pekerjaannya. Etos kerja guru sama dengan
semangat kerja yang ditunjukkan guru dalam menggeluti profesinya, baik dalam kelas maupun kehidupan masyarakat. Banyak fakta menunjukkan
bahwa semangat kerja guru cukup tinggi, disiplin, teguh, dan jujur meskipun mereka memperoleh gaji yang kecil. Pengabdian guru seperti itu
memperlihatkan bahwa mereka masih tetap memiliki etos kerja yang dapat diandalkan.
Menurut Harsanto 1989:4, ada banyak guru sekedar menyandang gelar guru tetapi lemah dalam hal disiplin, kejujuran, dan sikap hormat-
menghormati sesama guru atau siswa. Kondisi seperti ini sebenarnya sudah lama terjadi. Menurut Surakhmad 1981:13, kondisi-kondisi buruk yang
mewarnai pendidikan kita tersebut perlu dipecahkan dengan segera. Kondisi buruk yang dimaksud adalah disiplin tenaga kependidikan dalam
melaksanakan tugas sehari-hari, dan tidak terbukanya mental pendidik untuk menerima hal-hal baru, dan merintis jalan yang tergolong revolusioner.
Untuk memperbaiki dan menciptakan etos kerja yang tinggi pada guru dapat dilakukan dengan pembinaan. Pembinaan yang dilakukan terhadap guru-
guru menurut Sahertian 1982:32 adalah usaha untuk membantu guru-guru melihat dengan jelas kaitan antara tujuan-tujuan pendidikan, agar lebih
mampu membimbing pengalaman murid-murid, menggunakan berbagai sumber dan media belajar, menerapkan metode dan teknik mengajar yang
lebih berdaya guna dan berhasil guna, menganalisis kesulitan-kesulitan belajar dan kebutuhan belajar murid-murid, serta menilai proses belajar dan hasil
belajar murid. Kepala sekolah harus melakukan kegiatan supervisi secara kontinu dan
baik terhadap proses aktivitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan guru adalah orang yang berhadapan langsung dengan siswa dan
sekaligus menjadi penentu baik-buruknya hasil belajar. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk melaksanakan pembinaan
kepada guru-guru. Dengan pembinaan yang direncanakan secara mantap dan dilaksanakan secara tertib dan kontinyu maka pelaksanaan proses belajar akan
mencapai hasil optimal. Semakin sering kepala sekolah melaksanakan supervisi terhadap guru, semakin baik pula kondisi dan hasil belajar
mengajar di sekolah itu. Dan jika guru-guru mendapatkan pembinaan yang baik akan memiliki semangat kerja dan etos kerja guru akan semakin baik juga
kuat sehingga guru dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memberikan pengajaran.
Dalam bekerja, guru akan memperoleh tambahan pengetahuan, dan ketrampilan dalam bidang pekerjaannya. Intensitas pengalaman kerja hanya
ditentukan oleh berbagai faktor misalnya masa kerja, pengalaman kerja, keterampilan serta relevansi pekerjaan yang pernah dilakukannya. Seseorang
yang memiliki masa kerja lama sebagai karyawan dan pernah mengikuti program pada bidang tersebut secara normal akan memiliki intensitas
pengalaman kerja lebih banyak dari pada karyawan yang hanya memiliki masa kerja sedikit. Waktu, jenis pekerjaan, masa kerja, ketrampilan dan pengalaman
kerja sangat berperanan karena ketrampilan yang dikerjakan berulang-ulang akan menjadi gerakan otomatiskebiasaan, tetapi kalau keterampilan tersebut
lama tidak dipergunakan maka keterampilan tersebut akan menurun sampai tingkat yang paling minimal. Semakin lama seorang guru dalam menjalankan
tugas maka semakin baik pula etos kerja guru. Guru akan dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dalam mengajar sehingga akan berusaha untuk
meningkatkan kualitas pengajaran didalam kelas. Kerja keras, disiplin, jujur dan tanggung jawab akan terbentuk dalam diri seorang guru.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka pada penelitian ini peneliti mencoba melihat sejauh mana hubungan pembinaan yang dilakukan kepala
sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru-guru. Berdasarkan latar
belakang inilah maka peneliti mengambil judul “Hubungan Pembinaan Kepala Sekolah dan Pengalaman Kerja Dengan Etos Kerja Guru ”.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada guru-guru SMA Negeri 2
Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari di Kabupaten Gunungkidul.
B. Batasan Masalah