cukup sehingga dalam bekerja orang tersebut akan mengetahui posisi tepat yang sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki. Hal demikian
menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja, maka akan semakin tinggi etos kerjanya.
3. Hubungan antara Pembinaan Kepala Sekolah dan Pengalaman Kerja dengan Etos Kerja Guru
Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai koefisien korelasi pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru
menunjukkan nilai r = 0,499 dan nilai R Square = 0,249. Hasil dari
perhitungan uji F diketahui bahwa F
hitung
= 16,219 F
tabel
. = 3,089. Hal ini berarti bahwa pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja
mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan etos kerja guru. Atau dengan kata lain semakin sering pembinaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah dan semakin banyak pengalaman kerja guru maka akan semakin baik pula etos kerja guru.
Hasil penelitian tersebut di atas bahwa pengalaman kerja yang semakin banyak dan pembinaan oleh kepala sekolah yang dilakukan
terhadap guru semakin baik, maka etos kerja guru dalam melaksanakan pekerjaanya akan semakin baik pula. Martoyo 1992:99 mengungkapkan
bahwa dengan pengalaman kerja yang cukup seorang akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga semangat kerja semakin
baik pula, dengan pengalaman kerja yang baik. seseorang akan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Seseorang juga memiliki
keterampilan yang cukup sehingga dalam bekerja orang tersebut akan mengetahui posisi tepat yang sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki.
Simandjuntak 1980:84, pelaksanaan pembinaan terhadap lembaga pendidikan terarah pada peningkatan mutu dan perbaikan sistem
pendidikan. Peningkatan mutu dapat berjalan dengan baik apabila guru- guru bersikap terbuka open mindedness, kreatif dan memiliki semangat
kerja yang tinggi. Hal ini dapat terjadi apabila mereka berada dalam suatu suasana kerja yang menyenangkan, aman, dan menantang Soewadji,
1984:21. Guru-guru akan melaksanakan tugas dengan efektif apabila mereka memiliki semangat kerja yang dapat menjadi pendorong atau
motivasi bagi guru, bahkan dapat menjadi zat perekat atau tenaga penggerak bagi seseorang dalam melaksanakan pekerjaan Suseno,
1978:28. Sumbangan relatif variabel pembinaan kepala sekolah pada variabel
etos kerja guru adalah sebesar 67,30 . Sedangkan variabel pengalaman kerja pada variabel etos kerja guru adalah sebesar 32,70. Sumbangan
efektif variabel pembinaan kepala sekolah memberikan sumbangan efektif sebesar 16,74 . Variabel pengalaman kerja memberikan sumbangan
efektif sebesar 8,13. Ini menunjukkan bahwa peningkatan etos kerja ditentukan oleh variabel lain di luar penelitian ini sebesar 75,13
Variabel pembinaan kepala sekolah memberikan sumbangan relatif lebih besar dibandingkan variabel pengalaman kerja terhadap etos kerja
guru karena pembinaan berhubungan dengan kinerja kepala sekolah dalam
memotivasi para guru agar bekerja dengan semangat yang baik. Sedangkan pengalaman kerja berhubungan dengan pribadi guru. Seorang
guru mungkin memiliki pengalaman kerja yang baik tetapi belum tentu memiliki semangat kerja yang baik pula. Banyak faktor yang bisa
mempengaruhi etos guru didalam bekerja antara lain lingkungan sekolah tempat kerja, rekan kerja di sekolah dan lain sebagainya. Apabila faktor
tersebut tidak baik bagi guru maka kemungkinan etos kerja menurun. Apabila hal itu terjadi maka peranan kepala sekolah sangat penting.
Bagaimana kepala sekolah membina, mengarahkan, dan memberikan semangat kepada guru agar guru kembali memiliki etos kerja yang tinggi.
Apabila kepala sekolah berhasil melakukan pembinaan maka guru akan memiliki tambahan pengalaman, wawasan, keahlian, dan ketrampilan
baru sehingga secara langsung memotivasi guru dalam bekerja. Guru akan terpacu dalam bekerja setelah mendapat pembinaan khususnya bila
memperoleh pengalaman baru dalam hal praktek mengajar. Selain pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja banyak
faktor lain yang dapat meningkatkan etos kerja antara lain lingkungan kerja dan fasilitas kerja. Lingkungan kerja sangat mempengaruhi etos
kerja. Guru apabila dihadapkan pada situasi kerja yang tidak mendukung seperti kondisi lingkungan sekolah sekitar yang buruk, rekan kerja yang
jelek bisa membuat guru menjadi tidak bersemangat dalam bekerja sehingga etos menjadi buruk. Fasilitas kerja juga bisa menjadi pendorong
etos kerja guru. Dijaman sekarang ini banyak para guru mencari sekolah
yang memberikan fasilitas lebih. Orang akan termotivasi lebih apabila mendapatkan fasilitas kerja yang lebih baik, contohnya fasilitas tempat
tinggal, fasilitas makan dan lain sebagainya. Apabila guru mendapatkan fasilitas kerja yang sesuai dengan apa yang diharapkan maka guru
cenderung akan bekerja dengan semangat tanpa memikirkan hal-hal tersebut diatas karena sudah terpenuhi.
61
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah menganalisis data penelitian mengenai hubungan pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru , maka disimpulkan
hasil sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pembinaan kepala
sekolah dengan etos kerja guru. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi r = 0,404 dan nilai t
hitung
= 4,395 t
tabel
. = 1,660. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman kerja dengan
etos kerja guru. Hal ini ditunjukan dengan nilai koefisien korelasi r = 0,278 dan nilai t
hitung
= 2,880 t
tabel
. = 1,660. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pembinaan kepala
sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi r = 0,499 dan nilai F hitung =16,219
Ftabel = 3,089.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Semua data penelitian diperoleh berasal dari kuesioner yang telah diisi oleh guru pada waktu penelitian. Dengan demikian kebenaran hasil
penelitian ini sangat tergantung pada keseriusan para guru dalam mengisi kuesioner