Efek Psikologis Berdoa Frekuensi Berdoa

menggunakan bahasa percakapan sehari-hari, termasuk di dalamnya ucapan syukur dan ungkapan cinta kepada Tuhan Miller et al., 2011.

4. Efek Psikologis Berdoa

Penelitian yang dilakukan oleh Sharp 2010 menunjukkan bahwa berdoa sebagai interaksi dukungan sosial imajiner memberikan individu beberapa sumber daya yang dapat mereka manfaatkan sebagai strategi untuk mengelola emosi negatif mereka: a. Menyediakan orang lain sebagai tempat untuk mengekspresikan emosi negatif. Individu yang menggunakan doa sebagai cara untuk mengekspresikan emosi-emosi negatif memandang Tuhan sebagai figur yang memiliki karakteristik penuh kasih, peduli, dan tidak menghakimi. Dengan kata lain, interaksi dengan Tuhan memberikan individu sumber daya interpersonal berupa seseorang yang mau mendengar. Individu dapat menceritakan kepada Tuhan tentang apa yang mereka rasakan tanpa perlu merasa takut dihakimi atau mendapat tanggapan negatif. Individu merasakan kenyamanan dan kesejahteraan subjektif ketika mereka mampu mengekspresikan perasaan dan frustrasi. b. Memberikan penilaian yang positif. Para ahli berpendapat bahwa individu mendasarkan harga diri mereka pada penilaian orang lain terhadap mereka. Individu yang berdoa meyakini bahwa Tuhan peduli kepada mereka, mencintai mereka, dan memandang mereka sebagai orang-orang yang berharga. Oleh karena itu, individu mulai menganggap diri mereka sebagai orang yang berharga ketika berinteraksi dengan Tuhan. Dengan kata lain, interaksi dengan Tuhan memberikan individu penilaian positif yang akan mereka gunakan untuk meningkatkan harga diri dan pada akhirnya mengurangi perasaan sedih dan depresi. c. Memberikan perasaan dilindungi melalui reinterpretasi kongnitif. Selama interaksi berlangsung, individu meyakini bahwa Tuhan peduli kepada mereka dan memiliki kekuatan untuk melindungi mereka dalam kesulitan. Individu pada akhirnya menggunakan keyakinan ini untuk menafsirkan situasi sulit yang mereka alami sebagai sesuatu yang tidak begitu mengancam. Proses reinterpretasi ini memberikan individu rasa perlindungan, dan persepsi ini akan membantu individu mengurangi ketakutan dan kecemasan. Menurut beberapa individu, rasa perlindungan yang didapat melalui doa ini memberi mereka kekuatan dan keberanian untuk menghadapi bahaya. d. “Zoning Out” Doa dapat membantu individu mengelola emosi negatif dengan memberikan mereka cara untuk mengalihkan diri dari stimulus yang dapat menyebabkan emosi negatif. Dengan mengalihkan diri dari stimulus yang menyebabkan emosi negatif, zoning out membantu individu mengelola beberapa emosi negatif dengan mencegahnya masuk ke kesadaran kognitif. Selain itu, zoning out melalui doa juga membantu individu untuk tidak bereaksi dengan emosi negatif yang dapat memperburuk situasi. e. Menumbuhkan sikap memaafkan dengan meniru Tuhan Caughey dalam Sharp, 2010 berpendapat bahwa individu sering menggunakan figur lain sebagai role model untuk ditiru, bahkan beberapa ahli sosiologi emosi berpendapat bahwa individu sering meniru strategi manajemen emosi yang digunakan oleh figur tersebut. Dalam cara yang sama, selama berinteraksi dengan Tuhan individu memandang Tuhan sebagai figur yang layak mereka tiru untuk mengelola kemarahan mereka. Tuhan dipandang sebagai seseorang yang mengampuni pelanggaran dan kesalahan oranng lain. Mereka kemudian mengadopsi sikap ini sebagai cara untuk mengurangi atau melepaskan kemarahan dan kebencian mereka terhadap orang lain. Levine 2008 mengatakan bahwa berdoa sebagai salah satu bentuk strategi coping dan dukungan sosial dapat membawa dampak positif pada kondisi psikologis individu. Berikut beberapa proses psikologis yang terjadi pada individu yang berdoa beserta manfaat yang mengikutinya: a. Konsekuesi percakapan. Ketika klien psikoterapi berbicara kepada seorang terapis yang penuh dengan penerimaan, pikiran dan perasaan klien akan terklarifikasi dan klien akan merasakan kelegaan emosional. Sama halnya dengan berdoa yang dapat membantu mengklarifikasi pikiran dan perasaan seseorang yang berbicara pada diri sendiri ketika berbicara dalam hati Ho, Chan, Peng Ng, dalam Levine 2008. b. Tuhan sebagai attachment figur Kirkpatrick dalam Levine, 2008 menggambarkan Tuhan sebagai ‘figur kelekatan’, sama halnya dengan ibu yang menghadirkan kenyamanan pada anak. Ketika seseorang yakin bahwa figur kelekatan akan hadir baginya setiap kali ia perlukan, individu tersebut menjadi lebih kebal terhadap rasa takut bila dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki keyakinan seperti itu Bowlby, dalam Levine 2008. Berdoa dapat dilihat sebagai usaha untuk mencari kedekatan dengan figur kelekatan yang kehadirannya dianggap dapat memberikan kenyamanan Mazmur 23: “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” c. Tuhan yang selalu hadir. Orang-orang yang berdoa meyakini bahwa Tuhan ada dimana-mana Mazmur 139:7 dan dapat mendengar seruan doa mereka James, dalam Levine 2008. Keyakinan ini yang menyebabkan beberapa orang dapat merasakan kehadiran Tuhan ketika mereka berdoa. Individu yang merasakan kehadiran Tuhan berada dalam tingkat kesadaran yang mirip dengan yang dialami oleh orang yang sedang mengunjungi sebuah makam dan berbicara kepada orang yang sudah meninggal. Orang-orang yang berdoa kemudian menganggap Tuhan sebagai teman yang setia menemani. Oleh karena itu, interaksi dengan Tuhan dapat mengurangi perasaan kesepian. d. Menyerahkan masalah ke tangan Tuhan. Individu yang berdoa menyerahkan sebuah permasalahan kepada Tuhan untuk mendapatkan solusi. Hal tersebut memberikan kesempatan bagi individu untuk melepaskan diri secara emosional dari kesulitan untuk mencari pemecahan masalah dalam level kesadaran yang berbeda. Ada dua konsekuensi psikologis yang diterima setelah menyerahkan masalah ke tangan Tuhan: 1 Fenomena inkubasi Proses inkubasi akan terjadi setelah individu mengambil waktu untuk sejenak melepaskan diri dari segala kesulitan. Melepaskan diri dari segala kesulitan untuk sementara waktu memungkinkan individu untuk menghilangkan pemikiran negatif dan mengembangkan pemikiran positif Davidson, dalam Levine 2008. Solusi untuk permasalahan yang muncul setelah proses inkubasi dapat dimaknai sebagai jawaban atas doa yang telah disampaikan. Menurut hasil penelitian Stolz dalam Levine, 2008, orang-orang yang terlibat dalam doa mungkin mendapatkan insight setelah berdoa. 2 Priming Karena doa didasarkan pada nilai-nilai agama, maka solusi yang muncul setelah berdoa akan sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Berdoa membuat nilai-nilai agama menjadi aktif dalam proses pencarian solusi. Solusi yang muncul akan mendorong seseorang untuk mengambil tindakan yang benar untuk mengatasi suatu dilema. e. Doa sebagai cara pemenuhan tugas. Bagi kebanyakan orang, berdoa adalah kewajiban agama Ariel, dalam Levine 2008. Memenuhi kewajiban atau bertindak sesuai dengan apa yang dianggap baik akan menghasilkan peningkatan harga diri, Jika demikian, berdoa membantu seseorang untuk meningkatkan harga diri karena orang tersebut telah memenuhi kewajibannya. Orang yang disosialisasikan dalam keyakinan dan praktek agama akan merasa tidak nyaman ketika mereka tidak berdoa. f. Mendoakan orang lain. Niatan untuk mendoakan orang lain dengan menyampaikan bahwa “Aku akan mendoakanmu.” atau “Kau akan kubawa dalam doaku.” akan membawa dampak psikologis bagi yang didoakan maupun yang mendoakan. Mendoakan orang lain dapat dipandang sebagai salah satu cara untuk memberikan dukungan emosional bagi orang yang sedang dalam kesulitan. Hal ini dapat berguna untuk mengurangi perasaan tidak berdaya dalam diri orang yang mendoakan. g. Harapan, optimisme, dan orientasi ke masa depan. Doa memunculkan pemikiran bahwa betapapun sulitnya masa sekarang, Tuhan dapat membuatnya berbeda di masa depan. Dengan demikian, tindakan berdoa dapat menghasilkan harapan, optimisme dan orientasi ke masa depan. Dengan demikian tindakan berdoa membantu individu untuk menjauhkan diri dari rasa stres dan putus asa. h. Berdoa sebagai stimulus terkondisi. Banyaknya manfaat yang diperoleh melalui doa membuat doa dianggap dapat memberikan kontribusi pada penurunan tingkat stres. Tindakan berdoa yang diikuti dengan penguatan berupa penurunan tingkat stres dapat menjadi stimulus terkondisi untuk penurunan stres. i. Keadaan mental saat doa dan meditasi. Jika berdoa menimbulkan pikiran dan perasaan relaks seperti yang dicapai dalam meditasi, maka orang yang berdoa secara teratur dapat merasakan manfaat seperti yang didapatkan saat bermeditasi. Dengan demikian orang yang berdoa dapat merasakan relaksasi ketegangan. Selain itu, berdoa secara teratur juga memberikan dampak positif pada sistem kekebalan tubuh Seeman, Dubin Seeman, dalam Levine 2008. j. Doa dalam kelompok Doa yang dilakukan dalam kelompok memiliki dampak pada kesejahteraan psikologis. Individu yang berdoa dalam kelompok akan memperkuat identifikasinya pada kelompok agama tersebut beserta dengan nilai-nilainya. Berkumpul bersama dengan orang lain yang memiliki keyakinan yang sama dapat memperkuat keyakinan seseorang. Berdoa dalam kelompok juga dapat meningkatkan rasa kebersamaan melalui berpartisipasi dalam sebuah ritual bersama. Keterlibatan bersama orang lain menjauhkan individu dari perasaan terisolasi dan kesendirian Sarason, dalam Levine 2008. Selain itu, dalam sebuah kelompok doa, biasanya para anggota dapat menyediakan pemenuhan kebutuhan emosional dan bantuan yang lebih kongkrit untuk satu sama lain. Oleh karena itu, berdoa dalam kelompok juga dianggap sebagai bagian dari upaya pencarian dukungan sosial.

C. Hubungan antara Frekuensi Berdoa dengan Adversity Quotient