11
BAB II KETERLIBATAN KAUM MUDA DAN HIDUP MENGGEREJA
SECARA KONTEKSTUAL
Pada bab ke dua ini akan dibahas tiga hal, yakni: Pengertian Kaum Muda, Bentuk Hidup Menggereja dan Pembinaanya, dan Hidup Menggereja Secara
Kontekstual Sebagai Praksis Menghayati Iman Kristiani. Berikut adalah
pembahasannya.
A. Kaum Muda
1. Pengertian Kaum Muda Secara Umum
Kata muda berarti belum sampai setengah umur. Namun, Shelton 1987:9 berpendapat bahwa kaum muda adalah mereka yang berusia antara 15-24 tahun dan
sedang mengalami tahap pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional, sosial, moral, serta religius.
Sedangkan tokoh lain yakni Mangunhardjana 1986:11-12 berpendapat bahwa kaum muda diperuntukkan untuk menunjuk kaum, golongan, atau kelompok
orang yang masih muda usianya, yang berumur 15 sampai 21 tahun. Kaum muda dalam ilmu psikologi disebut remaja yang mencakup muda-mudi usia SMA dan
usia studi Perguruan Tinggi semester I-IV. Dengan demikian kaum muda adalah seorang pribadi yang sedang berada
dalam taraf perkembangan dengan segala perubahan emosional, sosial, dan psikologis yang dialami pada kerangka waktu tertentu. Pada masa perkembangan
12
itu, kaum muda mampu menemukan hak-haknya, peranannya, kewajibannya serta kebutuhannya sebagai pribadi yang matang dan dewasa. Masa perkembangan dan
masa persiapan dengan segala kekhasan yang ada pada diri kaum muda merupakan hal pokok yang akan dibahas pada bagian ini.
Berkaitan dengan perkembangan dan persiapan tersebut Shelton mengatakan:
“...dalam tahap ini kaum muda disibukkan dengan pilihan-pilihan masuk perguruan tinggi, studi tingkat sarjana, karir atau perkawinan. Perhatian
kaum muda semakin terpusat pada peran-peran dan tugas-tugas yang menyiapkan mereka memasuki dunia kaum dewasa. Dalam tahap inilah
masalah-masalah yang menyangkut identitas dan intimitas selalu gawat di
kalangan kaum muda” Shelton, 1988:12.
Dari pernyataan Shelton ini, jelaslah bahwa kaum muda pada tahap akhir benar-benar mengalami masa transisi yang sangat menentukan hidupnya, maka
tidak mudah bagi mereka dalam hidup ini menentukan sebuah “pilihan”. Banyak kaum muda beranggapan, bahwa masa depannya tidak jelas; ada banyak
kecemasan-kecemasan, ketakutan-ketakutan akan apa yang dihadapi di masa yang akan datang.
Pada situasi ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kaum muda mempunyai kemampuan untuk mengolah dirinya, membiasakan diri untuk
berefleksi terhadap pengalamannya sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat. Ketidaktepatan di dalam memilih inilah yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan kekaburan, keragu-raguan, dan akhirnya frustasi. Tidak mengherankan bila kemudian obat bius, minuman keras, dan lain-lain cenderung
menjadi “sahabat” dekat mereka.