pendahuluan yang dilakukan meliputi : penetapan 1 MED yang berfungsi dalam penetapan waktudosis radiasi pada penentuan SPF secara in vivo dan efek proteksi
terhadap inflammation associated edema, serta penetapan puncak inflamasi yang akan digunakan pada pengujian efek proteksi terhadap inflammation associated
edema.
1. Optimasi Penentuan Nilai 1 MED
Eritema merupakan metode yang sangat rutin digunakan untuk menentukan efikasi sunscreen dan MED merupakan basis yang digunakan untuk menghitung SPF
Fourtanier et al, 2000. Telah dipercaya bahwa penentuan eritema pada hewan uji sangat sulit dilakukan. Edema pada Skh hairless strain sering digunakan sebagai
model untuk eritema pada manusia. Dosis UVR yang digunakan untuk menimbulkan edema pada Skh hairless strain sama dengan MED pada kulit manusia type IIIII.
Evaluasi eritema bersifat semikuantitatif yang menyebabkan kurang akurat dibanding pengukuran dengan edema Fourtanier et al., 2000. Oleh karena adanya dasar teori
demikian, maka dalam penelitian ini menggunakan edema untuk mengukur MED. Edema dihitung sebagai skinfold thickness sebagai parameter dari inflamation
associated edema akibat paparan UV.
Minimal EdemaErythema Dose MED merupakan dosis energi radiasi
UV yang dibutuhkan untuk menimbulkan edemaeritema yang minimal Fourtanier et al
, 2000. Lampu UV yang digunakan dalam penelitian ini belum diketahui energinya. Oleh karena itu, dosis radiasi dalam penelitian ini ditentukan dengan
mengukur lama waktu radiasi UV yang dapat menimbulkan edema perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
skinfold thickness . Dalam penelitian ini, penetapan 1 MED ditetapkan dengan
memilih perubahan skinfold thickness 1,5-2 kali lipat skinfold thickness awal karena perubahan skinfold thickness dapat diamati secara visual. Pengukuran 1 MED
dilakukan pada hewan uji yang tidak diberi aplikasi sediaan sunscreen. Pada penelitian ini, lampu UV yang digunakan adalah lampu UVA lampu
TL UVA, Black Light, Unfiltered Lamp, Sankyo dengan nilai 115-116 lux. Energi dari radiasi lampu sinar UV tersebut belum diketahui, sehingga untuk menetapkan
dosis penyinaran dilakukan dengan mencari lama waktu penyinaran yang efektif dalam menginduksi inflamation associated edema perubahan skinfold thickness 1,5-
2 kali lipat. Hasil yang didapatkan adalah nilai 1 MED. Variasi lama penyinaran yang dipilih adalah 5, 10, 15, dan 20 menit. Nilai 1 MED ini ditetapkan dengan
menghitung perubahan skinfold thickness awal dibandingkan dengan skinfold thickness
pada 24 jam sesudah radiasi sinar UV. Hasil orientasi 1 MED dapat dilihat pada gambar 12 berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,85 0,68
0,67 0,72
0,68 0,82
0,91 1,23
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4 1,6
1,8
5 10
15 20
Waktu menit ski
n fo
ld t
h ickn
ess m
m
tebal awal tebal akhir
Gambar 12. Perubahan skinfold thickness yang diukur 24 jam setelah radiasi UV.
Hasil ini didapatkan dari radiasi UV pada hewan uji tanpa aplikasi topikal selama 5, 10, 15, dan 20 menit. Dari ke-4 seri waktu tersebut, paparan UV selama 20 menit memberikan rata-rata
skinfold thickness akhir paling besar dan mendekati 2 kali lipat skinfold thickness awal.
Dari gambar 12 di atas diketahui bahwa pada dosis radiasi 20 menit terjadi perubahan skinfold thickness 1,5-2 kali lipat skinfold thickness awal, yaitu dari
skinfold thickness awal sebesar 0,68
±0,02 mm menjadi 1,23±0,35 mm perubahan skinfold thickness
adalah sekitar 1,8 kali lipat. Oleh karena itu ditentukan waktu paparan selama 20 menit sebagai 1 MED.
2. Penetapan Puncak Inflamasi