a Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam
Indonesia dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah SWT.
b Memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah
keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah dan mesyarakat.
c Meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah
Islamiyah dan kerukunan antar umat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa
d Menjadi penghubung antara ulama dan umaro pemerintah
guna mensukseskan pembangunan nasional. e
Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendikiawan muslimin dalam
memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat, khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan
informasi secra timbal balik.
2.3 Puasa Ramadhan
2.3.1 Pengertian Puasa
Pada dasarnya, definisi puasa adalah sama, hanya penjabarannya saja yang berbeda. Menurut pengertian bahasa,
puasa adalah menahan diri, meninggalkan, manutup diri dari segala sesuatu, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, dari
makanan maupun minuman, serta dari hawa nafsu. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari segala yang dapat
membatalkan puasa pada waktu tertentu dimulai dari terbit sampai terbenamnya matahari dengan syarta-syarat tertentu Raya dan
Mulia, 2003 : 211. Dalam bahasa Arab dan Al-Qur’an, puasa disebut juga
dengan sa’um atau siyam yang berarti menahan diri dari sesuatu atau meninggalkan diri atau mengendalikan diri. Sedangkan
menurut istilah, puasa berarti menahan diri dari makan dan minum, berhubungan kelamin, mengucapkan perkataan dan melakukan
perbuatan yang tidak baik sejak fajar sampai matahari terbenam yang dilakukan dengan cara dan syarat tertentu sebagai ibadah
kepada Allah SWT Ali, 2006 : 278. Jadi, puasa Ramadhan adalah salah satu rurkun Islam yang
diwajibkan fardu ‘ain atas setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan Raya dan Mulia, 2003 : 211. Untuk diketahui, yang
termasuk dalam rukun Islam adalah syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji bagi yang mampu
www.wikipedia.org Rabu, 18 Agustus
2010 pukul 12.30 WIB. A.
Dasar Hukum Puasa Adapun dasar hokum berpuasa telah disampaikan melalui
Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW, yaitu :
“Yaa ayyuhaladzina aamanuukutiba alaikumus siyaamu kamaa kutiba ‘alalladzina min qab’likum la’allakun
tattaqun” Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan
atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, semoga engkau bertaqwa” QS. Al-Baqarah : 183.
“Sesungguhnya Muhammad SAW menyebut bulan Ramadhan, bahwa bulan itu adalah bulan yang diwajibkan
oleh Allah atas kamu untuk berpuasa dan bulan yang Aku sunnahkan kepadamu untuk melakukan shalat malam
terawih. Barang siapa yang berpuasa dan melakukna terawih dengan penuh keimanan dan keikhlasan kepada
Allah SWT, akan dibersihkan dari dosanya sebagaimana ia bersih dari dosanya pada hari dilahirkan oleh ibunya”
Hadis Nabi Muhammad SAW. B.
Syarat Puasa Syarat puasa terbagai menjadi dua bagian, yaitu syarat
wajib dan syarat sah puasa yang dijelaskan sebagai berikut : a
Syarat Wajib Puasa adalah syarat-syarat yang menyebabkan seseorang harus berpuasa, diantaranya :
1. Beragama Islam
2. Baliqh
atau dewasa 3.
Berakal sehat 4.
Mampu untuk berpuasa 5.
Muqim bukan musafir
b Syarat Sah Puasa adalah syarat yang harus dipenuhi seseorang
menurut syarat Islam, yaitu :
1. Orang yang waras dapat membedakan antara yag baik dan
yang buruk 2.
Suci dari haid dan nifas bagi wanita 3.
Sesuai dengan waktu yang ditentukan untuk berpuasa 4.
Beragama Islam C.
Rukun Puasa 1.
Niat berpuasa pada malam hari 2.
Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa 3.
Berpuasa pada waktunya bulan Ramadhan D.
Hal-hal Yang Membatalkan Puasa Adapun hal-hal yang dapat membatalkan puasa terbagi atas
dua macam, yaitu : a
Yang membatalkan puasa dan diwajibkan qada’ saja tanpa kaffarah
atau tebusan, diantaranya : 1.
Memakan sesuatu yang bukan dalam pengertian makanan biasa atau bukan dalam pengertian obat-obatan, seperti
memakan beras, tepung, madu, gula dan semacamnya. 2.
Memakan sesuatu yang dipandang sebagai makanan biasa atau obat karena hal tertentu.
3. Makan dengan sengaja setelah makan dalam keadaan lupa.
4. Makan setelah berniat pada hari itu juga, karena tidak
menyatakan niat pada malam harinya.
5. Makan dan minum pada saat yang tidak diketahui waktu
imsaknya, padahal waktu imsak sudah masuk. b
Yang membatalkan puasa dan wajib qada’ dan menebusnya kaffarah
adalah : 1.
Seseorang yang sedang berpuasa melakukan sesuatu dengan sengaja berdasarkan kehendak sendiri, tanpa paksaan dan
tidak ada hal yang memperbolehkannya berbuka, seperti makan dan minum.
2. Seseorang yang dengan sengaja melakukan hubungan suami
istri, walaupun sekedar bertemunya kedua kelamin, tanpa keluar mani diwajibkan denda kaffarah dengan cara
memerdekakan budak, berpuasa selama dua bulan berturut- turut atau member makan 60 orang miskin.
E. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Berpuasa
a Yang perlu dilakukan, antara lain :
1. Berniat puasa pada malam harinya
2. Berimsak
3. Melakukan hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa
4. Menyegerakan berbuka jika telah tiba saatnya
5. Berdo’a saat akan berbuka puasa
6. Makan sahur
7. Mensucikan diri dari hadas besar sebelum Subuh Imsak
8. Memperbanyak sadaqah
9. Memberi makan sesame saat berbuka
10. Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan berdzikir
11. Melakukan shalat terawih atau qiyamullah
12. Melakukan I’tikaf di masjid
b Yang perlu dihindari, antara lain :
1. Makan dan minum
2. Bercampur suami istri di siang hari
3. Memasukkan sesuatu ke dalam lubang tubuh
4. Keluar mani dengan sengaja
5. Muntah dengan sengaja
6. Membatalkan niat puasa
c Yang menodai atau membatalkan pahala puasa, yaitu :
1. Mencela, mengumpat, mencaci dan memaki
2. Menceritakan keaiban dan kejelekan orang lain
3. Berbuat dan mengucapkan hal-hal yang dapat merugikan
orang lain 4.
Mengadu domba 5.
Menjadi saksi palsu 6.
Pendangan mata dengan penuh syahwat 7.
Berbohong F.
Hal-hal Yang Menggugurkan Puasa Berikut ini adalah hal-hal yang dapat menggugurkan
kewajiban berpuasa, diantaranya :
1. Lanjut usia, seseorang yang lanjut usia yang tidak mempunyai
kemampuan lagi untuk berpuasa dibebaskan dari kewajiban berpuasa. Bahkan mereka diwajibkan berbuka tanpa ada
kewajiban mengqada’ puasanya. Ia hanya diwajibkan mengeluarkan fidyah kepada fakir miskin setiap hari di hari-
hari puasa. 2.
Sakit yang tidak dapat disembuhkan, mereka yang sekitnya tidak mungkin dapat disembuhkan dibebaskan dari kewajiban
berpuasa dan diwajibkan mengaluarkan fidyah. 3.
Tidak mampu berpuasa karena pekerjaan yang amat berat, seseorang yang karena pekerjaan dan tugasnya yang amat berat
dan sulit menyelesaikan pekerjaannya apabila berpuasa. Dan tidak ada hari baginya untuk mengqada’ puasanya, maka
dibebaskan dari kewajiban berpuasa. Ia hanya diwajibkan mengeluarkan fidyah.
4. Orang gila, seseorang yang gila terus-menerus sepanjang hari
bulan Ramadhan dibebaskan dari kewajiban berpuasa dan tidak diwajibkan mengqada’nya.
G. Hal-hal Yang Memperbolehkan Berbuka Puasa
1. Bepergian safar, Orang musafir boleh berbuka apabila ia
merasa mendapat kesulitan dalam perjalanannya. Ia wajib mengqada’nya setelah kembali ke asalnya.
2. Sakit, seseorang yang sakit dan merasa terancam
keselamatannya apabila ia berpuasa, maka diperbolehkan berbuka. Setelah sembuh, ia diwajibkan untuk mengqada’nya.
3. Tidak mampu, seseorang yang merasa dirinya tidak mampu
berpuasa. Dan jika ia berpuasa akan menimbulkan bencana bagi dirinya atau menurunkan vitalitas tubuhnya karena lapar
dan haus, maka diperbolehkan berbuka. 4.
Jihad, seseorang yang sedang dalam suasana peperangan boleh berbuka puasa.
5. Hamil, seseorang yang sedang dalam keadaan hamil boleh
berbuka puas apabila ia khawatir akan keselamatan diri dan kandungannya, maka ia harus membayar fidyah.
6. Menyusui, seseorang yang sedang dalam keadaan menyusui
bayinya diperbolehkan berbuka apabila ia khawatir pada keselamatan diri dan bayinya.
H. Tingkatan Puasa
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam menjalankan ibadah puasa, termasuk tiga tingkatan puasa, yakni :
1. Puasa Umum, yaitu puasa yang dilakukan oleh kebanyakan
orang dengan menahan diri dari makanan, minuman dan bercampur dengan suami atau iastri.
2. Puasa Khusus, yaitu menahan diri dari mendengar, melihat,
mengucapkan dan mengusahakan atau melakukan hal-hal yang
diharamkan. Puasa ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tertentu.
3. Puasa Super Khusus, yaitu puasa hati dari rasa dengki, iri,
permusuhan dan pemikiran-pemikiran duniawi yang merupakan puasa tingkat tinggi.
Penjelasan yang telah diuraikan di atas, membuat kita menjadi tahu dan mengerti tentang seluk beluk puasa, terutama
puasa di bulan Ramadhan. Bila semua uraian tersebut telah terpenuhi, maka puasa yang kita kerjakan akan menjadi maksimal
dan sempurna. Dan yang paling penting adalah hikmah yang kita peroleh selama berpuasa Ali, 2006 : 281-282, diantaranya :
a Peningkatan disiplin rohani
b Menumbuhkan disiplin akhlak
c Menumbuhkan solidaritas social
d Meningkatkan ketahanan badan
e Sebagai upaya pemeliharaan kesehatan
Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua waktu dapat dijadikan swbagai waktu untuk menjalankan ibadah puasa. Karena
pada waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang haram. Maksudnya, waktu ketika umat muslim dilarang berpuasa,
sehingga tidak akan mendpatkan hikmah puasa. Adapun waktu- waktu yang diharamkan adalah pada saat Hari raya Idul Fitri 1
Syawal, Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah dan Hari Tasyrik
11,12 dan 13 Dzulhijjah www.wikipedia.org
Rabu, 18 Agustus 2010 pukul 12.30 WIB.
2.3.2 Pengertian Ramadhan