RAMADHAN DALAM BINGKAI RELIGIUS DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tentang Ramadhan Dalam Bingkai Religius di RCTI Ditinjau Dari Fungsi Media).

(1)

RAMADHAN DALAM BINGKAI RELIGIUS DI TELEVISI

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Ramadhan Dalam Bingkai

Religius Menjelang Berbuka Puasa di RCTI

Ditinjau Dari Fungsi Media)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

YURISTANTI NPM. 0743010121

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

iii Nama Mahasiswa : Yuristanti

NPM : 0743010121

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Telah Diuji dan Diseminarkan pada tanggal 27 Januari 2011

Menyetujui,

TIM PENGUJI : 1. Ketua

NPT. 3 6704 95 0036 1 Juwito, S.Sos, M.Si

2. Sekretaris

NIP. 19581 2251 9900 11001 Ir. Didiek Tranggono, M.Si

3. Anggota

NIP. 195805801 198402 1001 Drs. Kusnarto, M.Si

Mengetahui, DEKAN

NIP. 19550718 198302 2001 Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si PEMBIMBING

Drs. Kusnarto, M.Si NIP. 195805801 198402 1001


(3)

ii

RAMADHAN DALAM BINGKAI RELIGIUS DI TELEVISI

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Ramadhan dalam Bingkai Religius Menjelang Berbuka Puasa di RCTI)

Disusun Oleh :

0743010121 Yuristanti

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, PEMBIMBING

NIP. 1958058011984021001 Drs. Kusnarto, M.Si

Mengetahui, DEKAN

NIP. 19550718 198302 2001 Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si


(4)

Oleh : NPM. 0743010121

YURISTANTI

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal : 27 Januari 2011

Menyetujui,

TIM PENGUJI : 1. Ketua

NPT. 3 67049500361 Juwito, S.Sos, M.Si

2. Sekretaris

NIP. 19581 2251 9900 11001 Ir. Didiek Tranggono, M.Si

3. Anggota

NIP. 19580801 198402 1001 Drs. Kusnarto, M.Si

Mengetahui, DEKAN

NIP. 19550718 198302 2001 Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si PEMBIMBING

Drs. Kusnarto, M.Si NIP. 195805801 198402 1001


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Wa Syukurillah. Puji syukur atas mukjizat dan keajaiban Tuhan semesta alam, Allah SWT. yang telah memberikan karunia yang tak terbatas kepada penulis. Serta kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. yang menjadi suri tauladan, serta salah satu sumber inspirasi penulis.

Dengan berbekal usaha keras dan do’a yang senantiasa terpanjat setiap waktu, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “RAMADHAN DALAM BINGKAI RELIGIUS DI TELEVISI” dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan yang diharapkan penulis.

Penyusunan Skripsi yang berjudul “RAMADHAN DALAM BINGKAI RELIGIUS DI TELEVISI” ini merupakan salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

2. Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi sekaligus

Dosen Wali penulis yang senantiasa memberikan kebijaksanaan serta saran yang membangun bagi penulis.


(6)

v

bimbingan dan arahan bagi penulis dengan ketelatenan serta kesabaran yang luar biasa, sehingga penulis merasa nyaman dan termotivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.

5. Devi Dwi Arona, S.Kom, pendamping hidup penulis yang selalu sabar

mendampingi, melimpahkan kasih sayang, serta memotivasi penulis untuk terus maju dan berjuang demi masa depan yang lebih cerah. Thank and Love You.

6. Aqueena Valerie Mozarona, buah hati penulis yang menjadi sumber kekuatan

dan inspirasi penulis, sehingga dapat bertahan dan terus berjuang untuk menuju keberhasilan. Never changes with anything.

7. Poedjo Supriyono dan Yelia Kristanti selaku orang tua penulis, serta Dita Ristanti sebagai adik penulis yang senantiasa memotivasi dan turut mendo’akan penulis. You are the best family for me.

8. Santy Eka Widyastuty dan Ratih Dwi Kusumaningtyas sebagai sahabat yang

selalu setia memberikan dukungan dan semangat pada penulis. I always Miss You, because you gave me sweet memories in my life.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya yang tak bisa penulis

sebutkan satu per satu, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sebagai manusia biasa, tentunya penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga masih banyak kekurangan di


(7)

vi

dalamnya. Untuk itu, penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan Skripsi ini. Maka, penulis berharap saran dan kritik yang dapat menjadi masukan dan bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.

Surabaya, Desember 2010 Penulis


(8)

vii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.4.1 Secara Teoritis ... 12

1.4.2 Secara Praktis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1 Landasan Teori ... 14

2.1.1 Teori Kegunaan dan Kepuasan ... 14


(9)

viii

2.2 Televisi sebagai Media Massa ... 19

2.2.1 Komunikasi Massa ... 21

2.2.2 Televisi ... 25

2.2.3 Televisi Nasional ... 33

2.2.3 Lembaga yang berkaitan dengan Televisi ... 34

2.3 Puasa Ramadhan ... 38

2.2.1 Pengertian Puasa ... 38

2.2.2 Pengertian Ramadhan... 47

2.4 Definisi Spesifikasi pada Tabel Pembacaan Program Acara 50 2.5 Kerangka Berfikir ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 60

3.1 Pendekatan Penelitian ... 60

3.2 Definisi Operasional ... 61

3.3 Subyek dan Informan Penelitian ... 62

3.4 Unit Analisis Data ... 63

3.5 Populasi dan Korpus ... 64

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.7 Teknik Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 70

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 70

4.1.1 Profil RCTI ... 70


(10)

ix

4.1.4.1 Seputar Indonesia ... 72

4.1.4.2 Mister Olga ... 72

4.1.4.3 Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan . 73 4.1.4.4 Qultum Quraish Shihab ... 73

4.1.4.5 Iklan ... 73

4. 2 Hasil dan Pembahasan ... 74

4.2.1 Analisis Program Acara Menjelang Berbuka ... 74

4.2.1.1 Seputar Indonesia ... 74

4.2.1.2 Mister Olga ... 77

4.2.1.3 Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan . 79 4.2.1.4 Qultum Quraish Shihab ... 82

4.2.1.5 Iklan ... 83

4. 3 Program Acara RCTI Saat Ramadhan ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Uses and Gratification Theory ... 16


(12)

xii

Lampiran 2. Hasil Thesis “Ramadhan dalam Bingkai Religius di Televisi” …. 94 Lampiran 3. Sinopsis Seputar Indonesia – RCTI ………... 95 Lampiran 4. Sinopsis Mister Olga – RCTI ………..…………...……... 96 Lampiran 5. Sinopsis Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan – RCTI ...…. 97 Lampiran 6. Sinopsis Qultum Quraish Shihab – RCTI ……...……….. 98


(13)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Acara RCTI periode (19 – 25 Juli 2010) ... 71

Tabel 2. Jadwal Acara RCTI periode (2 – 29 Agustus 2010) ... 71

Tabel 3. Kategorisasi Seputar Indonesia ... 74

Tabel 4. Kategorisasi Mister Olga ... 77

Tabel 5. Kategorisasi Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan ... 79

Tabel 6. Kategorisasi Qultum Quraish Shihab ... 82

Tabel 7. Kategorisasi Iklan ... 83

Tabel 8. Klasifikasi Fungsi Media Televisi pada Program Acara Menjelang Berbuka Puasa di RCTI ... 86

Tabel 9. Hasil Pembacaan Program Acara Menjelang Berbuka Puasa di RCTI secara keseluruhan ... 89


(14)

xiv

The examination basicly carry of program awaiting opening of fasting is purpose to know how Ramadhan of religion frame was from media function. The examination is also to see of Remadhan problem of religion frame in RCTI, especially of program performance awaiting opening of fasting. There four basic function of television is gives information, to educate, to console and to persuasion being sure where function is appear from severally of RCTI program, this is Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Special Ramadhan and Qultum Quraish Shihab. Theory being use is Uses and gratifications Theory by Katz, Blumler and Gurevicth, also The Kultivation Theory by George Gerbner. The examination use subyective kualitative analisys and generally. Also use phenomenology examination as examination method. The function of phenomenology examination to express about the truth of something with express phenomena or indication is appearing by the examination object. The notes has been able by observation of Ramadhan program is analyzed with using program read table basically seven category, that is program packed, the way of send message, language, performance by clothe, primer communicator, Ramadhan unsure and time or duration. Population of the examination is RCTI program, exactly the sample is four RCTI primer program. This is Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasih Special Ramadhan and Qultum Quraish Shihab.

After analyzed, from all program, Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Special Ramadhan and Qultum Quraish Shihab in RCTI, see that there two program has Ramadhan unsure is religion, there is Ketika Cinta Bertasbih Special Ramadhan and Qultum Quraish Shihab. Exactly three program the other is less program with Ramadhan usure is religion and many appear console and information unsure. There is Seputar Indonesia, Mister Olga and advertising. So, could be say that the program is appear awaiting opening fasting less many apeear religion unsure.

Key Word: Ramadhan, Religion, RCTI, Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan and Qultum Quraish Shihab.


(15)

xiii ABSTRAKSI

YURISTANTI. RAMADHAN DALAM BINGKAI RELIGIUS DI TELEVISI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Ramadhan Dalam Bingkai Religius Menjelang Berbuka Puasa di RCTI Ditinjau Dari Fungsi Media).

Penelitian yang didasarkan pada tayangan program acara menjelang berbuka puasa ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Ramadhan dalam bingkai religius ditinjau dari fungsi media televisi. Penelitian ini menaruh perhatian pada masalah Ramadhan dalam bingkai religius di RCTI, khususnya pada tampilan program acara menjelang berbuka puasa. Empat fungsi dasar televisi yang meliputi memberi informasi, mendidik, menghibur dan persuasi turut menentukan fungsi mana yang muncul dari masing-masing program acara yang ditayangkan di RCTI, yaitu Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan dan Qultum Quraish Shihab. Teori yang digunakan

adalah teori kegunaan dan kepuasan (Uses and gratifications Theory) yang

dicetuskan oleh Katz, Blumler dan Gurevicth, serta teori kultivasi (The Vultivation

Theory) yang dikemukakan oleh George Gerbner.

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang bersifat subyektif dan menyeluruh. Serta menggunakan pendekatan fenomenologis sebagai metode penelitiannya. Pendekatan fenomenologis berfungsi untuk mengungkap tentang kebenaran sesuatu dengan mengungkap fenomena atau gejala yang memancar dari obyek penelitian. Data yang diperoleh melalui pengamatan tayangan program acara selama Ramadhan dianalisis dengan menggunakan tabel pembacaan program acara berdasarkan tujuh kategori yang meliputi kemasan acara, cara penyampaian pesan, bahasa, busana, komunikator utama, unsur tema Ramadhan dan durasi atau waktu. Adapun populasi dari penelitian ini adalah program acara di stasiun televisi RCTI, sedangkan sampelnya terdiri dari empat program acara utama di RCTI, yaitu Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan dan Qultum Quraish Shihab.

Setelah dianalisis, dari keseluruhan program acara, yaitu Seputar Indonesia, Mega Sinetron Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan, Qultum Quraish Shihab dan iklan yang ditayangkan di RCTI, terlihat bahwa terdapat dua program acara yang mengandung kereligiusan Ramadhan adalah Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan dan Qultum Quraish Shihab. Sedangkan tiga program acara lainnya merupakan program acara yang kurang mengena dengan kereligiusan Ramadhan dan banyak menonjolkan unsur hiburan, serta informasinya. Ketiga program acara tersebut adalah Seputar Indonesia, Mega Sinetron Mister Olga dan iklan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tayangan yang ditampilkan menjelang berbuka puasa kurang menampilkan unsur religius dan lebih banyak memunculkan fungsi pendidikan dibandingkan dengan fungsi yang lain, yaitu informasi, hiburan dan persuasi.

Kata kunci : Ramadhan, Religius, RCTI, Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan dan Qultum Quraish Shihab.


(16)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Dari hari ke hari, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan teknologi tersebut juga diiringi dengan pesatnya informasi yang diberikan media massa kepada masyarkaat, sehingga masyarakat yang tidak berada dalam wilayah atau tempat tinggal yang sama dapat dengan mudah mengatahui informasi atau tayangan yang sama dimanapun mereka berada (Rivers, 2003 : 27). Hal itu membuktikan bahwa media massa dapat menimbulkan keserempakan karena memiliki jaringan yang luas (Effendy, 2000 : 82).

Media massa merupakan sarana atau saluran yang digunakan sebagai penyampai pesan komunikasi massa yang meliputi surat kabar, siaran radio dan televisi yang ditujukan untuk umum (Effendy, 2000 : 79). Dan seiring dengan kemajuan zaman, media online juga termasuk di dalamnya.

Berdasarkan hasil riset Veronis Suhler yang menyatakan bahwa seseorang rata-rata menghabiskan 40 persen dari hari mereka dan 60 persen dari waktu bangun mereka bersama dengan media massa (Vivian, 2008 : 4-5). Sedangkan menurut Kun Sri yang telah melakukan pengamatan terhadap lamanya seseorang menghabiskan waktunya di depan televisi menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat sebanyak 37 persen


(17)

2

meluangkan waktu sekitar 2-4 jam per hari. Berikutnya, sebanyak 22 persen masyarakat menghabiskan waktu 1-2 jam dan sebanyak 20 persen lainnya 4-6 jam di depan televisi. Dan sisanya kurang dari satu jam dan lebih dari enam jam. Tetapi menurut Hofman, seorang pengamat media mengemukakan bahwa masyarakat yang menonton televisi lebih dari empat jam sehari terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Budiasih, 2004 : 57-58).

Dan seringkali kegitan itu dilakukan saat santai atau pada waktu

utama (prime time) atau di waktu-waktu yang memungkinkan seseorang

untuk menonton televisi, seperti waktu menjelang berbuka puasa, antara pukul lima sampai enam sore.

Televisi yang terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan

“visi” atau vision yang berarti penglihatan, dapat dijelaskan sebagai media

elektronik yang dapat menampilkan visual berupa gambar dengan mengambil intisari dari film yang dapat dijangkau secara luas oleh masyarakat (Effendy, 2000 : 174).

Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audio visual gerak yang memiliki kekuatan tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir dan tindak individu. Bahkan khalayak sasarannya tidak lagi bersifat lokal, nasional dan regional, tetapi juga bersifat internasional dan global (Baksin, 2006 : 15-16).


(18)

Sebagai sebuah media, televisi mempunyai fungsi dasar yang dijadikan acuan untuk menampilkan tayangan di setiap program acaranya. Sejumlah peneliti mengklasifikasikan fungsi media televisi dalam empat kategori, yaitu cognition (pengetahuan), diversion (hiburan), social utility (kepentingan sosial) dan withdrawal (pelarian) (Ardianto, 2004 : 28). Sedangkan dalam bukunya, Onong Uchjana menyebutkan ada empat fungsi media televisi, yaitu sebagai media yang menyampaikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi (Effendy, 2000 : 93-94).

Sebenarnya, berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa fungsi media televisi mengarahkan kepada para pengelolanya untuk mempersembahkan tayangan-tayangan yang berkualitas, sehingga tidak hanya untuk mengejar rating dan meraih keuntungan semata. Terlebih lagi pada saat menjelang berbuka puasa di bulan Ramadhan (Jawa Pos, Edisi Rabu, 11 Agustus 2010).

Tema religius pada program acara saat Ramadhan banyak bermunculan dan seakan-akan berlomba-lomba untuk menampilkan tayangan semenarik mungkin, tetapi ada kalanya tema tersebut seringkali tidak sesuai dengan pengertian yang sebenarnya. Jika diteliti lebih dalam, pengertian religius yang berasal dari kata religi adalah suatu keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci yang menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti yang memiliki aturan serta norma-normanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang telah ditetapkan


(19)

4

oleh Tuhan Yang Maha Esa (diaz2000.multiply.com)

Peneliti memfokuskan pada program acara menjelang berbuka puasa selama Ramadhan dengan alasan dan pertimbangan tersendiri. Selasa 23 November 2010 pukul 19.25 WIB. Sehingga religius yang dimaksud dalam program acara di bulan Ramadhan mempunyai makna sebuah tayangan yang dapat memberikan pendidikan atau ajaran agama yang sesuai dengan aturan dan norma yang terkandung dalam bulan Ramadhan itu sendiri.

Bulan Ramadhan sebagaimana yang telah dinyatakan Rasulullah adalah bulan yang agung dan penuh berkah yang terkait erat dengan keutamaan amal dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya (Raya dan Mulia, 2003 : 224). Menurut para ulama, Ramadhan adalah bulan istimewa bagi umat Islam, sehingga sudah merupakan bagian dari budaya masyarakat dalam mendampingi ibadahnya, terutama ibadah puasa (Budiasih, 2004 : 142).

Keberadaan Ramadhan mampu mematahkan sebagian argumen para pengelola televisi tentang materi dan penampilan tayangannya. Argumen yang sebelumnya menyatakan bahwa produk-produk religi kurang dapat dijual, dipatahkan dengan hadirnya produk-produk religi berupa tayangan program acara bernuansa religius pada waktu tayang

utama (prime time), seperti saat menjelang berbuka puasa yang

memungkinkan berkumpulnya semua anggota keluarga (Budiasih, 2004 : 152).


(20)

Pertama, menjelang berbuka di bulan Ramadhan termasuk dalam waktu tayang utama atau prime time. Kedua, menjelang berbuka puasa seringkali menjadi momen spesial yang disengaja untuk meluangkan waktu berkumpul bersama keluarga. Biasanya hal ini khusus dilakukan mengingat di luar bulan Ramadhan seseorang lebih banyak mengahabiskan waktu karena kesibukan dan aktivitasnya masing-masing dibandingkan berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara Minggu, 29 Agustus 2010 pukul 10.43WIB.

Dan yang ketiga atau terakhir adalah karena menurut Rausullah,

menjelang berbuka puasa merupakan waktu yang paling afdhal untuk

berdo’a, seperti yang tertuang dalam hadis berikut ini :

“Ada tiga orang yang do’anya tidak akan ditolak oleh Allah SWT, yaitu do’a orang yang sedang berpuasa ketika ia

berbuka, Imam yang adil dan orang yang didzolimi” (Hadis

Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu)

“Sesungguhnya, orang yang berpuasa, ketika ia berdo’a di saat atau menjelang berbuka, maka ia mamiliki do’a yang

tidak akan ditolak oleh Allah SWT” (Hadis Abdullah bin Amr

bin Al ‘Ash)

Penentuan waktu berbuka yang digunakan mengacu pada waktu berbuka nasional di Indonesia, yaitu wilayah Jakarta dan sekitarnya. Karena pada waktu tersebut adalah waktu yang rutin menayangkan adzan maghrib di televisi nasional, sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat mengetahui waktu berbuka secara nasional. Berdasarkan pengamatan peneliti, diketahui bahwa waktu berbuka untuk wilayah Jakarta dan


(21)

6

sekitarnya kurang lebih pada pukul enam sore, sehingga pukul lima hingga enam sore dapat dikatakan sebagai waktu menjelang berbuka puasa.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa bulan Ramadhan menjadi ajang bagi televisi dalam menyajikan program-program bertema religius bagi pemirsanya. Hal itu menimbulkan beberapa fenomena menarik, yaitu perubahan konfigurasi acara, perubahan jenis

produk yang diiklankan, perubahan performance dan perubahan

konfigurasi jam tayang berikut dengan konsekuensi valuenya (Thesis

Asturi, 2005 : 3).

Seperti yang kita ketahui, tayangan program acara di luar bulan Ramadhan yang ditampilkan di televisi umumnya biasa-biasa saja. Tetapi, saat memasuki bulan Ramadhan, banyak bermunculan program acara bernuansa religi yang tidak ditayangkan menjadi ditayangkan di bulan Ramadhan, terutama menjelang waktu sahur dan berbuka puasa. Hal ini dibuktikan oleh stasiun televisi RCTI yang menempati rating teratas yang diketahui berdasarkan hasil rating AC Nielson pada 11 stasiun televisi nasional di Indonesia pukul 10.43 WIB. Tayangan tersebut misalnya, program acara “Qultum Quraish Shihab” dan “Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan” di RCTI yang khusus ditayangkan menjelang waktu berbuka 21 Agustus 2010 pukul 12.19 WIB.

Namun, terlepas dari itu semua, masih terdapat tayangan


(22)

seseorang yang tidak sepantasnya menjadi bahan pemberitaan. Atau tayangan adegan kekerasan pada berita kriminal maupun sinetron

Hal tersebut, tentu dapat mempengaruhi ibadah puasa di bulan Ramadhan, baik disadari maupun tidak. Mengingat puasa adalah ibadah wajib yang harus dikerjakan seluruh umat Islam, yang merupakan keyakinan yang paling banyak dianut masyarakat dunia, seperti yang difirmankan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang (yang hidup) sebelum kamu, supaya kamu bertakwa”.

(QS. Al-Baqarah : 183)

Sehingga, apabila masyarakat masih menyaksikan program acara tersebut, maka secara otomatis akan mengurangi pahala puasa. Sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan puasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja, tetapi juga menahan diri dari hawa nafsu (Ali, 2006 : 276).

Maka, sebagai bentuk apresiasi, hendaknya pengelola media televisi turut menghormati bulan Ramadhan dengan mempersembahkan program acara yang sesuai dengan keempat fungsi tersebut dalam kemasan nuansa religi. Yang terpenting adalah jangan menjadikan bulan Ramadhan untuk meraup keuntungan dengan program acara yang hanya “berlabel nuansa Ramadhan”. Tetapi, isinya hanya gurauan, perselingkuhan, pergunjingan punya anak tanpa ayah, tanpa mengedepankan pencerahan dan penanaman


(23)

8

nilai-nilai agama. Dan jangan hanya menampilkan tayangan-tayangan Ramadhan yang berisi ceramah dan seputar shalat terawih saja, tetapi juga harus ada kreativitas dari Lembaga Penyiaran untuk membuat suatu program tayangan khusus untuk Ramadha Agustus 2010 pukul 11.35 WIB.

Sebagai lembaga penyiaran, televisi juga harus menghindari tayangan dan adegan yang dapat membangkitkan nafsu birahi, seperti cara berpakaian artis yang masih memamerkan payudara dan paha, pembicaraan

yang mengarah mesum, serta acara-acara yang menjurus ghibah atau

gunjingan. Berdasarkan hal tersebut, pihak KPI dan MUI menghimbau kepada media televisi untuk lebih mematuhi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) di bulan Ramadha Sabtu, 21 Agustus 2010 pukul 11.35 WIB.

Namun kenyatannya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) masih kurang tegas dalam memberikan sanksi terhadap media penyiaran televisi yang melanggar Standar Program Siaran (SPS), serta lemahnya peran lembaga media dalam menjalankan tugas sebagai penjaga gawang

(gatekeeper) yang senantiasa mengingatkan bagaimana hendaknya program

acara yang menjadi wacana dalam media televisi (Jawa Pos, Edisi Rabu, 11 Agustus 2010).

Bahkan aktor senior Deddy Mizwar menyatakan perlu adanya ketegasan peraturan dari KPI dan MUI terkait dengan hal tersebut. Karena


(24)

tanpa adanya ketegasan terhadap pelanggaran dan kesalahan, maka tidak akan ada sanksi. Dan akhirnya, kesalahan dan pelanggaran tersebut menjadi suatu kebenaran karena sudah menjadi sebuah kebiasaan. Bahkan jika perlu diterapkan punishment dan pemberian reward kepada program acara yang baik. Menurut Adjie Soeratmadjie, perwakilan Lembaga

Penyiaran dari Metro TV mengungkapkan bahwa pemberian punishment

dan reward memang perlu, asal jangan sampai melupakan kebutuhan dari

lembaga penyiaran itu sendiri, yaitu asih, asah dan asuh, atau dengan kata lain adalah pendampingan 11.35 WIB.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai Ramadhan dalam bingkai religius di televisi, khususnya pada program acara menjelang waktu berbuka puasa.

Adapun program acara yang diteliti adalah program acara menjelang berbuka puasa yang ditayangkan di RCTI yang merupakan stasiun televisi nasional dengan rating tertinggi selama Ramadhan

Berkaitan dengan pemilihan waktu berbuka, pemilihan televisi nasional pada penelitian ini juga didasarkan pada alasan dan pertimbangan tertentu. Televisi nasioanal dipilih karena dapat dijangkau secara nasional atau menyeluruh oleh masyarakat Indonesia, sehingga program acara yang ditampilkan dapat disaksikan oleh masyarakat yang tersebar di seluruh


(25)

10

wilayah Indonesia. Tidak seperti televisi berskala lokal yang jangkauannya terbatas dan hanya bisa dinikmati di wilayah-wilayah tertentu. Selain itu, RCTI sebagai televisi nasional memiliki cabang lokal yang berfungsi sebagai transmisi atau penghubung atau penyalur tayangan dari nasional ke lokal, khususnya di Surabaya sebagai wilayah penelitian peneliti, sehingga penelitian memungkinkan untuk dilakukan.

Sedangkan yang mendasari pemilihan media televisi pada penelitian ini karena televisi merupakan media yang paling banyak memberikan suguhan program acara secara langsung melalui tampilan audio visualnya, yang seringkali menemani keluarga menyambut waktu berbuka puasa tiba. Selain itu, televisi juga dapat memberikan dampak besar kepada masyarakat, karena dapat mempengaruhi sikap, perilaku dan cara berfikir seseorang 11.35 WIB.

Televisi sebagai media yang dapat dinikmati oleh masyarakat di seluruh Indonesia memiliki penghubung atau transmitter untuk menyalurkan tayangannya agar dapat dinikmati oleh masyarakat. Seperti

yang diungkapakan Shannon dan Weaver dalam teori informasi (Theory of

Communication) yang menyebutkan komunikasi sebagai transmisi pesan

turut menentukan saluran komunikasi yang digunakan secara efisien, sehingga seluruh masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan informasi yang sama dimanapun dan kapan saja, bahkan dalam waktu yang


(26)

bersamaan pukul 19.45 WIB.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

kegunaan dan kepuasan (uses and Gratifications Theory) oleh Katz,

Blumler dan Gurevitch (1974) dengan asumsinya bahwa manusia sebagai seseorang yang aktif yang berusaha untuk memuaskan kebutuhannya dengan memilih dan menggunakan media tertentu untuk memuaskan kebutuhan tertentu (West dan Turner, 2008 : 101 & 104).

Selain itu, teori yang juga terkait dengan penelitian ini adalah teori kultivasi (The Cultivation Theory) oleh George Gerbner (1980) tentang televisi yang menyatakan bahwa televisi telah menjadi pusat kebudayaan masyarakat, karena televisi sudah masuk dalam anggota keluarga yang paling banyak bicara dan paling banyak memberikan informasi melalui sejumlah program acara yang disuguhkan kepada keluarga. Jadi, hal ini dapat disikapi dengan adanya bimbingan dari orang yang lebih tua atau lebih mengerti terhadap tayangan program acara yang disaksikan oleh keluarganya (West dan Turner, 2008 : 84).

Berdasarkan pernyataan di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah “Ramadhan Dalam Bingkai Religius di Televisi (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Ramadhan Dalam Bingkai Religius di Televisi Ditinjau Dari Fungsi Media”.


(27)

12

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Ramadhan Dalam Bingkai Religius Menjelang Berbuka Puasa di RCTI?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana Ramadhan dalam bingkai religius di televisi ditinjau dari fungsi media.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat, mengenai Ramadhan dalam bingkai religius di televisi, khususnya pada program acara menjelang berbuka puasa.

1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan kepustakaan bagi Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta dapat memberikan masukan bagi perkembangan studi komunikasi dan sebagai wacana untuk penelitian selanjutnya terkait dengan peran media televisi dalam memberikan tayangan yang mendidik,


(28)

menghibur, menambah pengetahuan dan mempengaruhi masyarakat ke arah yang lebih baik.

1.4.2 Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat mengenai pentingnya peran media televisi dalam menjalankan fungsinya secara tepat. Serta menjadi bahan evaluasi bagi masyarakat luas dan pengelola televisi yang berkaitan dengan peran media televisi dalam memberikan tayangan yang bernilai positif pada program acara menjelang berbuka puasa.


(29)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

Berdasarkan penelitian terdahulu, yakni Thesis yang berjudul Ramadhan Dalam Bingkai Religius di Televisi oleh Santi Indra Astuti memfokuskan pada fenomena warta hiburan dalam program sahur. Hal itu terlihat dari adanya beberapa fenomena menarik, yakni perubahan konfigurasi acara, perubahan jenis produk yang diiklankan, perubahan

performance dan perubahan konfigurasi jam tayang.

Dan hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah unsur hiburan yang lebih menonjol dibandingkan dengan porsi atau waktu dakwah. Temuan itu telah memperlihatkan bahwa terjadi inkonsistensi pemaknaan dan penyampaian nilai-nilai Islami dalam semangat Ramadhan yang pada akhirnya menguatkan asumsi adanya gejala warta-hiburnisasi wacana keagamaan.

2.1.1 Teori Kegunaan dan Kepuasan

Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and gratifications

Theory) dicetuskan oleh Katz, Blumler dan Gurevicth (1974).

Pendekatan dalam teori ini menunjukkan bahwa penggunanya (pemirsa televisi) melakukan pemilihan secara sengaja terhadap media untuk memenuhi kebutuhan mereka (Severin dan Tankard, 2005 : 353).


(30)

Teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan tertentu berdasarkan kebutuhannya. Seseorang dikatakan aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi (West dan Turner, 2008 : 101). Adapun unsur-unsur pada model ini adalah :

1. Audience

2. Kebutuhan

3. Media

Berdasarkan hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow terhadap diri individu (West dan Turner, 2008 : 102), diantaranya :

1. Kebutuhan aktualisasi diri

2. Kebutuhan akan penghargaan diri

3. Kebutuhan sosial atau kepemilikan

4. Kebutuhan akan rasa aman

5. Kebutuhan biologis atau fisik

Sedangkan Katz, Gurevitch dan Haas (1973) membuat 35 daftar kebutuhan yang dikategorikan sebagai berikut :

1. Kebutuhan Kognitif, memperoleh informasi, pengetahuan dan

pemahaman.

2. Kebutuhan Afektif, emosional, pengalaman menyenangkan


(31)

16

3. Kebutuhan Integratif Personal, memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas san status.

4. Kebutuhan Integratif Sosial, mempererat hubungan dengan

saudara, teman dan rekan.

5. Kebutuhan Pelepasan Ketegangan, pelarian dan pengalihan.

-Gambar 1. Uses and Gratifications Theory

Kebutuhan terhadap pesan atau informasi pada diri seseorang ditentukan berdasarkan kebutuhan tertentu berdasarkan kepentingan yang diinginkan yang diperoleh melalui media.

Selanjutnya, apabila kebutuhan akan suatu hal dalam diri individu telah terpenuhi oleh media, maka ia akan merasa puas terhadap pilihannya.

2.1.2 Teori Kultivasi

Teori Kultivasi (The Vultivation Theory) dikemukakan oleh George Gerbner (1980). Analisis teori ini menunjukkan bahwa komunikasi massa, terutama televisi, mengkultivasi keyakinan Audience

atau khalayak aktif

Kepuasan berasal dari

media Kebutuhan diri :

• Kognitif

• Afektif

• Integratif Personal • Integratif Sosial


(32)

tertentu mengenai kenyataan yang dianggap sebagai sesuatu yang umum oleh konsumen komunikasi massa (West dan Turner, 2008 : 82).

Kultivasi adalah dampak dari semua keterbukaan ke pesan-pesan yang sama, sehingga menghasilkan sesuatu (Severin dan Tankard, 2005 : 320).

Melalui televisi, seseorang dapat diarahkan untuk menilai tentang dunia media televisi yang dapat membentuk suatu budaya. Hal tersebut ditunjukkan dengan asumsi yang menyatakan bahwa televisi telah menjadi pusat kebudayaan masyarakat, karena televisi termasuk sebagai anggota keluarga yang paling banyak bicara dan memberi informasi pada keluarga. Praktik-praktik kebudayaan masyarakat amat ditentukan oleh pesan-pesan media televisi. Dan pesan-pesan tersebut menjadi referensi masyarakat dalam menentukan pilihan budayanya (Severin dan Tankard, 2005).

Kebanyakan masyarakat mendapatkan informasi dari sumber-sumber bermediasi dibandingkan dari kenyataan secara langsung. Hal ini dikarenakan sumber-sumber yang bermediasi dapat membentuk kenyataan pada diri seseorang (West dan Turner, 2008 : 84).

Dalam mengemukakan pendekatannya bahwa realitas yang dimediasi menyebabkan khalayak memperkuat realitas sosial


(33)

18

mereka didasarkan pada tiga asumsi yang menyatakan hubungan antara media dan budaya (West dan Tankard, 2008 : 85-88), yaitu :

a) Televisi secara esensi dan fundamental berbeda dengan

bentuk-bentuk media massa lainnya, menjabarkan tentang keunikan televisi.

b) Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari

masyarakat, yang merupakan dampak yang ditimbulkan media televisi.

c) Televisi memiliki pengaruh yang terbatas, sesuai dengan

analogi zaman es (ice age analogy) yang menyatakan bahwa walaupun dampak televisi terhadap budaya yang dapat diukur, diamati dan independen tidak memiliki suatu dampak besar, tetapi dapat mempengaruhi penontonnya melalui dampak-dampak yang berkelanjutan dan terbatas.

Televisi memiliki dampak kausal terhadap budaya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengembangan proses empat tahap (West dan Turner, 2008 : 89), yaitu :

a) Analisis Sistem Pesan, analisis mendetail dari pemrograman

televisi untuk menunjukkan presentasi gambar, tema, nilai dan penggambaran yang paling sering beruloang dan konsisten.

b) Formulasi Pertanyaan mengenai Realitas Sosial Penonton,

yang melibatkan penyususnan pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan sehari-hari mereka.


(34)

c) Menyurvei Khalayak, mensyaratkan agar pertanyaan-pertanyaan pada tahap kedua diberikan pada khalayak dan peneliti menanyakan mengenai level konsumsi televisi mereka.

d) Membandingkan Realitas Sosial dari Penonton Kelas Berat

dan Kelas Ringan, terdapat diferensial kultivasi (presentase perbedaan dalam respon antara penonton televisi kelas berat dan kelas ringan) antara penonton kelas berat dan kelas ringan.

Televisi sebagai media yang disaksikan oleh masyarakat luas, baik perseorangan maupun dalam kelompok, seperti keluarga, akan memberikan pengaruh budaya terhadap kehidupan mereka melalui penayangan program acaranya.

Selanjutnya, apabila budaya telah terbentuk, maka akan memberikan pengaruh atau dampak pada diri mereka dalam menyikapi kegiatan atau aktivitasnya sehari-hari.

2.2 Televisi Sebagai Media Massa

Televisi merupakan salah satu bagian dari media massa yang mempunyai kaitan erat dan saling berhubungan. Sebagai bagian dari media, televisi memiliki sistem manajemen atau pengelolaan masing-masing dalam membuat sebuah program acara yang akan ditayangkan. Dalam hal ini, pihak pengelola televisi adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap suatu produksi program acaranya, bukan


(35)

20

hanya dari segi pengemasan auditif visualnya saja, tetapi juga dalam segi fungsinya (Effendy, 2000 : 176).

Paradigma media massa adalah sebagai institusi yang berperan

sebagai agent of change atau pelopor perubahan yang berperan dalam

beberapa hal (Bungin, 2006 : 85-87), diatnranya :

a) Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yang berperan sebagai media edukasi atau pendidikan. Maksudnya, untuk mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju.

b) Sebagai media informasi, yang setiap saat menyampaikan informasi

kepada masyarakat, sehingga menjadikan masyarakat yang informatif.

Selain itu, menjadi early morning system dalam menginformasikan

masyarakat mengenai ancaman bagi lingkungannya, seperti ancaman terorisme.

c) Sebagai media hiburan, yang merupakan pencerahan bagi masyarakat

agar lebih meningkatkan minat terhadap media massa.

Tidak hanya itu, dengan kehadiran media massa di kalangan masyarakat juga menimbulkan efek melalui pesan-pesan yang disampaikan. Efek pesan media massa meliputi tiga hal (Rakhmat, 2001 : 219), yaitu :

a. Efek Kognitif, terjadi bila ada perubahan terhadap apa yang diketahui, dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, keprcayaan dan informasi.


(36)

b. Efek Afektif, timbul bila ada perubahan terhadap apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai.

c. Efek Behavioral atau Konatif, merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati. Hal ini meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

2.2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa yang meliputi surat kabar, radio, televisi dan film pada sejumlah besar masyarakat (Effendy, 2000 : 79).

Maletzke (1963), mengamukakan definisi komunikasi massa sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah kepada publik yang tersebar.

Berdasarkan pengertian di atas, maka komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesanyang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Menurut Elizabeth-Noelle Neuman (1973 : 92), terdapat empat tanda pokok dalam komunikasi massa, yaitu harus melewati media teknis, bersifat satu arah (artinya, tidak ada interaksi),


(37)

22

bersifat terbuka (artinya, ditujukankepada publik yang tidak terbatas dan anonim) dan mempunyai publik yang tersebar luas secara geografis.

Sebelum menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasi, hendaknya perlu memahami karakteristik tentang komunikasi massa (Effendy, 2000 : 81-83), diantaranya :

a. Komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disampaikan melalui media massa terbuka bagi semua orang, sehingga bersifat umum.

b. Mempunyai komunikan yang heterogen

Yang dimaksud komunikan heterogen adalah sejumlah orang yang disatukan oleh suatu minat dan tingkah laku yang sama. Meskipun mereka tidak saling mengenal, berinteraksi secara terbatas, dan tidak terorganisasikan. Selain itu, mereka tinggal di lingkungan yang berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai perkerjaan yang bervariasi. Oleh karena itu, mereka memiliki perbedaan dalam kepentingan, standar hidup serta derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.

c. Menimbulkan keserempakan

Dalam hal ini, keserempakan penting untuk keseragaman dalam seleksi dan interpretasi pesan-pesan.


(38)

Pengertian keserempakan ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak jauh dari komunikator dan penduduk satu sama lain yang berada dalam keadaan terpisah.

d. Hubungan komunikator dan komunikas bersifat non-pribadi

Sifatnya yang non-pribadi dikarenakan komunikasn yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Hal itu ditimbulkan karena adanya penyebaran teknologi secara massal.

Komunikasi massa sebagai suatu proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada kahalayak luas memiliki unsur-unsur penting di dalamnya (Bungin, 2006 : 71-73), diantaranya :

a) Komunikator, pihak yang mengandalkan media massa dengan

menggunakan teknologi, sehingga penyebaran suatu informasi cepat ditangkap oleh publik.

b) Media massa, media komunikasi dan informasi yang

melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.

c) Informasi (pesan), informasi yang diperuntukkan bagi


(39)

24

d) Penjaga gawang (gatekeeper), penyeleksi setiap informasi

yang akan disiarkan.

e) Khalayak (publik), massa yang menerima informasi dari media

massa.

f) Umpan balik (feedback), awalnya bersifat tertunda, tetapi

seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, maka umpan baliknya dapat dilakukan melalui komunikasi interaktif melalui telepon dan sebagainya.

Komunikasi massa yang bersifat melibatkan banyak orang, maka prosesnya cenderung rumit dan kompleks. Menurut McQuail (1992 : 33), proses komunikasi massa terlihat dalam beberapa bentuk, yaitu dengan melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar, dilakukan melalui satu arah, prosesnya berlangsung secara asimetris di antara komunikator dan komunikan, berlangsung impersonal (non-pribadi) dan tanpa nama, serta berlangsung berdasarkan pada hubungan-hubungan kebutuhan

(market) di masyarakat.

Tujuan adanya fungsi komunikasi adalah untuk memberikan manfaat positif bagi masyarakat. Adapun fungsi dari komunikasi massa (Bungin, 2006 : 79-81), diantaranya :

1. Fungsi Pengawasan, biasanya berupa peringatan dan kontrol

sosial maupaun kegiatan persuasif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.


(40)

2. Fungsi Social Learning, untuk memberikan pencerahan bagi masyarakat agar berlangsung secara efektif dan efisien, serta tersebar secara bersamaan.

3. Fungsi Penyampaian Informasi, artinya memungkinkan

informasi dari institusi publik tersampaikan pada masyarakat secara luas dalam waktu cepat dan singkat.

4. Fungsi Transformasi Budaya, yang merupakan sebuah proses

transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa.

5. Fungsi Hiburan, sebagai sarana hiburan bagi masyarakat.

2.2.2 Televisi

Televisi adalah sarana penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para penonton atau pemirsanya di rumah, rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan dan lain-lain

Daya tarik televisi disebabkan oleh unsur kata-kata, musik,

sound effect, dan gambar. Selain itu, televisi juga menampilkan

teknik penggantian suasana yang sangat jelas melalui fade, cut,

dissolve dan sebagainya (Effendy, 2000 : 178).

Dalam pengaaturan penayangan program televisi, biasanya diatur oleh bagian pemrograman siaran atau bagian perencanaan


(41)

26

siaran. Umumnya, pihak perencanaan siaran mengatur jadwal penayangan satu program televisi bedasarkan perkiraan kecenderungan menonton bagi pemirsanya. Misalnya, mengatur jadwal tayang siaran berita di pagi hari disesuaikan dengan kecenderungan peminat penonton siaran berita

Dengan pengaturan tersebut, maka kesuksesan sebuah program acara dapat diraih. Kesuksesan itu dapat diukur melalui

tingkat konsumsi suatu program acara oleh pemirsanya (rating).

Pengukuran rating dilakukan oleh lembaga riset yang

menempatkan alat bernama “people meter” pada beberapa

responde 12.47 WIB.

Sebagai sebuah media, televisi mempunyai empat fungsi berdasarkan penuturan Onong Uchjana, yaitu :

1. Fungsi Informasi, memberikan berbagai macam informasi atau

berita tentang sesuatu yang sedang atau telah terjadi di suatu wilayah.

2. Fungsi Pendidikan, memberikan ajaran atau suatu hal yang

bersifat mendidik, sehingga bisa mengubah tingkah laku atau pemikiran seseorang.

3. Fungsi Hiburan, memberikan suatu penyegaran dan tontonan


(42)

4. Fungsi Persuasi, memberikan pengaruh pada penontonnya yang berasal dari tayangan-tayangan yang disuguhkan, baik itu pengaruh positif maupun negatif.

Selain keempat fungsi di atas, fungsi edukasi religius juga merupakan bagian dari fungsi media televisi, terutama pada

tayangan program acara saat Ramadhan. Edukasi adalah proses

yang dilakukan oleh seseorang untuk menemukan jati dirinya, yang dilakukan dengan mengamati dan belajar yang kemudian melahirkan tindakan dan perilaku. Dan istilah ini seringkali digunakan dalam pendekatan pendidikan yang tentu maknanya lebih dari sekedar belajar November 2010.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, edukasi atau pendidikan berasal dari kata dasar didik, yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, sehingga mempunyai pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan merupakan proses yang tidak pernah berhenti dan terjadi secara terus menerus. Melalui pendidikan manusia menyadari hakikat dan martabatnya di dalam relasinya yang tak terpisahkan dengan alam lingkungannya dan sesamanya. Itu berarti, pendidikan sebenarnya mengarahkan


(43)

28

manusia menjadi insan yang sadar diri dan sadar lingkungan. Dari kesadarannya itu mampu memperbarui diri dan lingkungannya tanpa kehilangan kepribadian dan tidak tercabut dari akar tradisinya

Religius berasal dari kata dasar religi yang mempunyai arti sebagai suatu keyakinan akan adanya kekuatan suci yang menentukan jalan hidupdan mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kata lain dari religi adalah agama atau din yang berasal dari bahasa Ar

Secara etimologis, religi merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tenteram dan sejahtera, yang berupa aturan, nilai atau norma yang tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya, serta mengatur kehidupan manusia yang dianggap sebagai kekuatan mutlak. Sedangkan secara terminologi dalam ensiklopedia Nasional Indonesia, agama atau religi diartikan sebagai aturan atau tata cara hidup manusia yang berhubungan dengan Tuhan dan sesamanya


(44)

Televisi juga memiliki faktor kompleks yang meliputi faktor sosiologis, ekonomis, aestetis maupun sikap publik (Effendy, 2000 : 179-180), yang dijabarkan sebagai berikut :

a) Faktor Sosiologis, ialah bahwa televisi membutuhkan perhatian dari penontonnya, karena tidak memiliki sifat mobile atau dapat dinikmati sambil melakukan aktivitas lain seperti halnya radio.

b) Fungsi Ekonomis, bahwa biaya untuk menyelenggarakan

program televisi jauh lebih mahal daripada program siaran radio.

c) Fungsi Aestetis, bahwa banyak diantara program-program yang

disukai oleh publik disiarkan di televisi.

d) Sikap Publik, faktor ini mempunyai perbedaan terhadap

kegairahan dan ketegangan saat melihat tayangan televisi. Karena televisi umumnya berada di rumah, maka yang melihat hanya terbatas pada beberapa individu saja, misalnya keluarga.

Televisi muncul dengan adanya suatu tujuan tertentu, sesuai dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor 24 Tahun 1997, BAB II Pasal 4 bahwa penyiaran televise bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mengembangkan masyarakat adil dan makmur.


(45)

30

Adapun fungsi penyiaran televisi berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 24 Tahun 1997, BAB II Pasal 5 adalah sebagai media informasi dan penerangan, media hiburan dan pendidikan, media untuk memperkuat ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta sebagai media pertahanan dan keamanan.

Selain hal tersebut di atas, ternyata televisi juga mempunyai kemudaratan atau hal-hal yang negatif bagi masyarakat. Hal itu disebabkan karena terapan kesannya maupun kehadirannya sebagai media fisik, terutama bagi pengguna televisi tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih program acara yang disajikan (Mansur, 1993). Beberapa kemudaratan itu ditunjukkan sebagai berikut :

a) Menyia-nyiakan waktu dan umur

Bila acara yang ditonton terus-menerus bersifat hiburan yang di dalamnya merusak aqidah, maka perlu disadari dan disikapi.

b) Melalaikan tugas dan kewajiban

Jika acara yang disajikan dapat memikat dan menarik perhatian penikmatnya, maka mereka akan terbius, sehingga akan malas untuk menjalankan tugas dan kewajibanya.

c) Menumbuhkan sikap hidup konsumtif

Ajaran hidup konsumtif biasanya bersumber dari adanya iklan di televisi.


(46)

d) Mengganggu kesehatan

Kebiasaan menonton televisi yang terlalu lama dan sering, cepat atau lambat akan mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan dan penyakit yang disebabkan karena radiasi televisi.

e) Alat transportasi kejahatan dan kebejatan moral

Karena sifat manusia yang cenderung meniru, maka tayangan seperti pemerkosaan, pembunuhan dan pornografi hendaknya memerlukan arahan.

f) Memutuskan silaturrahmi

Dengan adanya televisi, banyak orang beranggapan bahwa ia sudah cukup mempunyai teman atau sahabat hanya dengan menonton televisi.

g) Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar

Program acara yang menarik, khususnya bagi pelajar, dapat menyebabkan terganggunya jadwal belajar mereka. Hal ini menimbulkan ketidakdisiplinan mereka dalam proses belajar.

Disamping efek negatif yang ditimbulkan oleh televisi, ada juga efek positif yang menjadi kelebihan media televisi 14.33 WIB, diantaranya :

a) Dapat memancarkan berbagai jenis tayangan audio-visual,


(47)

32

b) Dapat menghemat waktu

c) Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi

penontonnnya

d) Dapat menerima, mengubah dan menggunakan atau membatasi

semua bentuk media yang lain, sehingga dapat diseseuaikan dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai.

e) Bersifat langsung dan nyata

f) Merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap

diterima oleh semua kalangan

Adapun manfaat media televisi berkaitan dengan tayangan-tayangannya terdiri atas tiga manfaat (Mansur, 1993), yaitu :

1. Manfaat yang bersifat Kognitif

Manfaat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif, diantaranya berita, dialog, wawancara dan sebagainya.

2. Manfaat yang bersifat Afektif

Manfaat yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan manfaat afektif adalah acara-acara yang mendorong penontonnya untuk memiliki kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan lainnya.

3. Manfaat yang bersifat Psikomotor

Manfaat yang berkaitan dengan manfaat dan perilaku yang positif. Acara ini dapat dilihat dari film, sinetron, drama dan acara-acara yang


(48)

mempunyai syarat yang tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada.

2.2.3 Televisi Nasional

Televisi nasional merupakan stasiun televisi yang dapat dijangkau dan dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Stasiun televisi di Indonesi pertama kali hadir menemani masyarakat diawali dengan berdirinya TVRI tahun 1962. Selama 27 tahun, masyarakat Indonesia hanya bisa menyaksikan saluran televisi TVRI saja.

Akhirnya, pada tahun 1989, lahirlah stasiun televisi RCTI yang merupakan stasiun televisi swasta nasional pertama di Indonesia yang mengudara secara terestrial dari Jakarta. Namun, kehadirannya hanya bisa dinikmati masyarakat secara terbatas, karena harus memiliki antena parabola dan dekoderlah yang dapat menyaksikan RCTI. Dan seiring waktu, pada 21 Maret 1992 dilakukan pembukaan bagi RCTI agar dapat dinikmati masyarakat umum yang bertempat di kota Bandung. Sampai saat ini, Indonesia telah memiliki 11 stasiun televisi nasional, yaitu TVRI, Trans TV, Antv, Indosiar, RCTI, TPI, SCTV, Global TV, Trans 7, Metro TV dan TV One 11.01 WIB.


(49)

34

Pada dasarnya, stasiun televisi nasional mempunyai jenis dan ragam program acaranya masing-masing. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis maupun isinya. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi

acuan terhadap bentuk program televisi, seperti talk show,

dokumenter, film, kuis, musik dan sebagainya.

Berdasarkan isinya, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan sebagai program hiburan, drama, olahraga dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam “hard news”, yakni berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi. Dan ada juga

“soft news”, yakni mengangkat berita-berita ringan, seperti

kehidupan sehari-hari (Baksin, 2006 : 93-95).

2.2.4 Lembaga yang berkaitan dengan Televisi

Sebagai lembaga penyiaran, tentunya televisi memiliki hubungan erat dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan adanya media televisi. Lembaga-lembaga tersebut memiliki tujuan, visi dan misi tersendiri terkait dengan program acara yang ditayangkan di televisi, diantaranya :

1. KPI (komisi Penyiaran Indonesia)

KPI adalah sebuah lembaga independen di Indonesia yang berkedudukan setingkat dengan lembaga negara lainnya


(50)

yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaraan penyiaran di Indonesia. KPI berdiri sejak tahun 2002 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran.

Dengan adanya UU tersebut, maka mekanisme pembentukan KPI dan rekrutmen anggotanya dapat menjadi jaminan bahwa pengaturan sistem penyiaran di Indonesia akan dikelola secara partisipatif, transparan dan akuntabel, sehingga menjamin independensi KPI itu sendiri.

KPI terdiri atas KPI Pusat dan KPID atau KPI Daerah, yang memiliki wewenang dan lingkup tugas meliputi pengaturan penyiaran yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Komunitas.

Visi KPI adalah terwujudnya sistem penyiaran nasional yang berkeadilan dan bermartabat untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Sedangkan misi KPI tertuang sebagai berikut :

a) Membangun dan memelihara tatanan informasi nasional

yang adil, merata dan seimbang.

b) Membantu mewujudkan infrakstruktur bidang penyiaran


(51)

36

antara pusat dan daerah, antar wilayah Indonesia, dan juga antara Indonesia dengan dunia internasional.

c) Membangun iklim persaingan usaha di bidang penyiaran

yang sehat dan bermartabat.

d) Mewujudkan program siaran yang sehat, cerdas dan

berkualitas untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan bangsa, persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai dan budaya Indonesia.

e) Menetapkan perencanaan dan pengaturan, serta

pengembangan SDM yang menjamin profesionalitas penyiaran.

Adapun tujuan KPI adalah agar penyiaran

diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beiman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demikratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibentuk tiga bidang dalam organisasi KPI, yaitu :

1. Bidang Kelembagaan, menangani persoalan hubungan

antar kelembagaan KPI, koordinasi KPID dan pengembangankelembagaan KPI.


(52)

2. Bidang Struktur Penyiaran, bertugas menangani perijinan, industri dan bisnis penyiaran.

3. Bidang Pengawasan Isi Siaran, menangani pemantauan isi

siaran, pengaduan masyarakat advokasi dan literasi media.

2. MUI (Majelis Ulama Indonesia)

MUI merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewadahi ulama, zu’ma dan cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia.

Mejelis yang berdiri pada 7 Rajab 1395 Hijriyah atau 26 Juli 1975 di Jakarta ini, merumuskan lima fungsi dan peran utamanya, yaitu :

a. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (warasatul anbiya) b. Sebagai pemberi fatwa (mufti)

c. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (ri’ayat wa khadim

al ummah)

d. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid

e. Sebagai penegak (amarma’ruf nahi munkar)

Selama 35 tahun dedikasinya sejak tahun 1975 hingga 2010, MUI selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, diantaranya :


(53)

38

a) Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam

Indonesia dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah SWT.

b) Memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah

keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah dan mesyarakat.

c) Meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah

Islamiyah dan kerukunan antar umat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa

d) Menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) guna mensukseskan pembangunan nasional.

e) Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi,

lembaga Islam dan cendikiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat, khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secra timbal balik.

2.3 Puasa Ramadhan

2.3.1 Pengertian Puasa

Pada dasarnya, definisi puasa adalah sama, hanya penjabarannya saja yang berbeda. Menurut pengertian bahasa, puasa adalah menahan diri, meninggalkan, manutup diri dari segala sesuatu, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, dari


(54)

makanan maupun minuman, serta dari hawa nafsu. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari segala yang dapat membatalkan puasa pada waktu tertentu dimulai dari terbit sampai terbenamnya matahari dengan syarta-syarat tertentu (Raya dan Mulia, 2003 : 211).

Dalam bahasa Arab dan Al-Qur’an, puasa disebut juga dengan sa’um atau siyam yang berarti menahan diri dari sesuatu atau meninggalkan diri atau mengendalikan diri. Sedangkan menurut istilah, puasa berarti menahan diri dari makan dan minum, berhubungan kelamin, mengucapkan perkataan dan melakukan perbuatan yang tidak baik sejak fajar sampai matahari terbenam yang dilakukan dengan cara dan syarat tertentu sebagai ibadah kepada Allah SWT (Ali, 2006 : 278).

Jadi, puasa Ramadhan adalah salah satu rurkun Islam yang diwajibkan (fardu ‘ain) atas setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan (Raya dan Mulia, 2003 : 211). Untuk diketahui, yang termasuk dalam rukun Islam adalah syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji bagi yang mam 2010 pukul 12.30 WIB.

A. Dasar Hukum Puasa

Adapun dasar hokum berpuasa telah disampaikan melalui Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW, yaitu :


(55)

40

“Yaa ayyuhaladzina aamanuukutiba alaikumus siyaamu kamaa kutiba ‘alalladzina min qab’likum la’allakun tattaqun”

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, semoga engkau bertaqwa” (QS. Al-Baqarah : 183). “Sesungguhnya Muhammad SAW menyebut bulan Ramadhan, bahwa bulan itu adalah bulan yang diwajibkan oleh Allah atas kamu untuk berpuasa dan bulan yang Aku sunnahkan kepadamu untuk melakukan shalat malam (terawih). Barang siapa yang berpuasa dan melakukna terawih dengan penuh keimanan dan keikhlasan kepada Allah SWT, akan dibersihkan dari dosanya sebagaimana ia bersih dari dosanya pada hari dilahirkan oleh ibunya” (Hadis Nabi Muhammad SAW).

B. Syarat Puasa

Syarat puasa terbagai menjadi dua bagian, yaitu syarat wajib dan syarat sah puasa yang dijelaskan sebagai berikut :

a) Syarat Wajib Puasa adalah syarat-syarat yang menyebabkan

seseorang harus berpuasa, diantaranya :

1. Beragama Islam

2. Baliqh atau dewasa

3. Berakal sehat

4. Mampu untuk berpuasa

5. Muqim (bukan musafir)

b) Syarat Sah Puasa adalah syarat yang harus dipenuhi seseorang menurut syarat Islam, yaitu :


(56)

1. Orang yang waras (dapat membedakan antara yag baik dan yang buruk)

2. Suci dari haid dan nifas (bagi wanita)

3. Sesuai dengan waktu yang ditentukan untuk berpuasa

4. Beragama Islam

C. Rukun Puasa

1. Niat berpuasa pada malam hari

2. Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa

3. Berpuasa pada waktunya (bulan Ramadhan)

D. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa

Adapun hal-hal yang dapat membatalkan puasa terbagi atas dua macam, yaitu :

a) Yang membatalkan puasa dan diwajibkan qada’ saja tanpa

kaffarah atau tebusan, diantaranya :

1. Memakan sesuatu yang bukan dalam pengertian makanan

biasa atau bukan dalam pengertian obat-obatan, seperti memakan beras, tepung, madu, gula dan semacamnya.

2. Memakan sesuatu yang dipandang sebagai makanan biasa

atau obat karena hal tertentu.

3. Makan dengan sengaja setelah makan dalam keadaan lupa.

4. Makan setelah berniat pada hari itu juga, karena tidak


(57)

42

5. Makan dan minum pada saat yang tidak diketahui waktu

imsaknya, padahal waktu imsak sudah masuk.

b) Yang membatalkan puasa dan wajib qada’ dan menebusnya

(kaffarah) adalah :

1. Seseorang yang sedang berpuasa melakukan sesuatu dengan

sengaja berdasarkan kehendak sendiri, tanpa paksaan dan tidak ada hal yang memperbolehkannya berbuka, seperti makan dan minum.

2. Seseorang yang dengan sengaja melakukan hubungan suami

istri, walaupun sekedar bertemunya kedua kelamin, tanpa

keluar mani diwajibkan denda (kaffarah) dengan cara

memerdekakan budak, berpuasa selama dua bulan berturut-turut atau member makan 60 orang miskin.

E. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Berpuasa

a) Yang perlu dilakukan, antara lain :

1. Berniat puasa pada malam harinya

2. Berimsak

3. Melakukan hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa

4. Menyegerakan berbuka jika telah tiba saatnya 5. Berdo’a saat akan berbuka puasa

6. Makan sahur

7. Mensucikan diri dari hadas besar sebelum Subuh (Imsak)


(58)

9. Memberi makan sesame saat berbuka

10.Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan berdzikir

11.Melakukan shalat terawih atau qiyamullah 12.Melakukan I’tikaf di masjid

b) Yang perlu dihindari, antara lain :

1. Makan dan minum

2. Bercampur suami istri di siang hari

3. Memasukkan sesuatu ke dalam lubang tubuh

4. Keluar mani dengan sengaja

5. Muntah dengan sengaja

6. Membatalkan niat puasa

c) Yang menodai atau membatalkan pahala puasa, yaitu :

1. Mencela, mengumpat, mencaci dan memaki

2. Menceritakan keaiban dan kejelekan orang lain

3. Berbuat dan mengucapkan hal-hal yang dapat merugikan

orang lain

4. Mengadu domba

5. Menjadi saksi palsu

6. Pendangan mata dengan penuh syahwat

7. Berbohong

F. Hal-hal Yang Menggugurkan Puasa

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat menggugurkan kewajiban berpuasa, diantaranya :


(59)

44

1. Lanjut usia, seseorang yang lanjut usia yang tidak mempunyai kemampuan lagi untuk berpuasa dibebaskan dari kewajiban berpuasa. Bahkan mereka diwajibkan berbuka tanpa ada kewajiban mengqada’ puasanya. Ia hanya diwajibkan mengeluarkan fidyah kepada fakir miskin setiap hari di hari-hari puasa.

2. Sakit yang tidak dapat disembuhkan, mereka yang sekitnya

tidak mungkin dapat disembuhkan dibebaskan dari kewajiban berpuasa dan diwajibkan mengaluarkan fidyah.

3. Tidak mampu berpuasa karena pekerjaan yang amat berat,

seseorang yang karena pekerjaan dan tugasnya yang amat berat dan sulit menyelesaikan pekerjaannya apabila berpuasa. Dan

tidak ada hari baginya untuk mengqada’ puasanya, maka

dibebaskan dari kewajiban berpuasa. Ia hanya diwajibkan mengeluarkan fidyah.

4. Orang gila, seseorang yang gila terus-menerus sepanjang hari bulan Ramadhan dibebaskan dari kewajiban berpuasa dan tidak diwajibkan mengqada’nya.

G. Hal-hal Yang Memperbolehkan Berbuka Puasa

1. Bepergian (safar), Orang musafir boleh berbuka apabila ia

merasa mendapat kesulitan dalam perjalanannya. Ia wajib


(60)

2. Sakit, seseorang yang sakit dan merasa terancam keselamatannya apabila ia berpuasa, maka diperbolehkan berbuka. Setelah sembuh, ia diwajibkan untuk mengqada’nya.

3. Tidak mampu, seseorang yang merasa dirinya tidak mampu

berpuasa. Dan jika ia berpuasa akan menimbulkan bencana bagi dirinya atau menurunkan vitalitas tubuhnya karena lapar dan haus, maka diperbolehkan berbuka.

4. Jihad, seseorang yang sedang dalam suasana peperangan boleh

berbuka puasa.

5. Hamil, seseorang yang sedang dalam keadaan hamil boleh

berbuka puas apabila ia khawatir akan keselamatan diri dan kandungannya, maka ia harus membayar fidyah.

6. Menyusui, seseorang yang sedang dalam keadaan menyusui

bayinya diperbolehkan berbuka apabila ia khawatir pada keselamatan diri dan bayinya.

H. Tingkatan Puasa

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam menjalankan ibadah puasa, termasuk tiga tingkatan puasa, yakni :

1. Puasa Umum, yaitu puasa yang dilakukan oleh kebanyakan

orang dengan menahan diri dari makanan, minuman dan bercampur dengan suami atau iastri.

2. Puasa Khusus, yaitu menahan diri dari mendengar, melihat,


(61)

46

diharamkan. Puasa ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tertentu.

3. Puasa Super Khusus, yaitu puasa hati dari rasa dengki, iri,

permusuhan dan pemikiran-pemikiran duniawi yang merupakan puasa tingkat tinggi.

Penjelasan yang telah diuraikan di atas, membuat kita menjadi tahu dan mengerti tentang seluk beluk puasa, terutama puasa di bulan Ramadhan. Bila semua uraian tersebut telah terpenuhi, maka puasa yang kita kerjakan akan menjadi maksimal dan sempurna. Dan yang paling penting adalah hikmah yang kita peroleh selama berpuasa (Ali, 2006 : 281-282), diantaranya :

a) Peningkatan disiplin rohani

b) Menumbuhkan disiplin akhlak

c) Menumbuhkan solidaritas social

d) Meningkatkan ketahanan badan

e) Sebagai upaya pemeliharaan kesehatan

Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua waktu dapat dijadikan swbagai waktu untuk menjalankan ibadah puasa. Karena pada waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang haram. Maksudnya, waktu ketika umat muslim dilarang berpuasa, sehingga tidak akan mendpatkan hikmah puasa. Adapun waktu-waktu yang diharamkan adalah pada saat Hari raya Idul Fitri (1 Syawal), Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan Hari Tasyrik


(62)

(11,12 dan 13 Dzulhijjah) 2010 pukul 12.30 WIB.

2.3.2 Pengertian Ramadhan

Ramadhan menurut ejaan KBBI disebut “ramadan”,

sedangakan menurut bahasa Arab disebut “romadhona”, yang

merupakan bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini, umat muslim melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk berpuasa, shalat terawih, peringatan turunnya kitab suci Al-Qur’an, mencari malam Lailatul Qadar, memperbanyak membaca Al-Quran dan mengakhirinya dengan zakat fitrah, serta serangkaian perayaan Idul Fitri WIB.

Kekhusyukan bulan Ramadhan bagi umat muslim di seluruh dunia tergambar jelas pada Al-Qur’an sebagai berikut :

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS. Al-Baqarah : 185).

Bulan suci Ramadhan hanya datang satu kali dalam setahun, sehingga tidak heran bila setiap umat muslim berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan. Karena bulan yang dinantikan oleh


(63)

48

umat Islam ini, untuk setiap perbuatan baik yang dikerjakan akan mendapat pahala yang berlipat ganda.

Keagungan dan keberkahan yang terdapat dalam bulan Ramadhan sangat terkait erat dengan keutamaan amal dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu terdapat suatu malam yang nilainya lebih mulia dari seribu bulan (lebih kurang 48 tahun)

yang dinamakan malam Lailatul Qadar. Dan nilai amal yang

dilakukan selama itu lebih hebat daripada amal yang dilakukan di bulan-bulan lain, seperti nilai amalan sunnah saat Ramadhan dihitung sama dengan nilai amalan wajib di luar Ramadhan, nilai amalan wajib dihitung sama dengan 70 amal wajib di luar bulan Ramadhan, serta memberikan sesuatu untuk berbuka bagi yang berpuasa pahalanya sama dengan pahala orang berpuasa (Raya dan Mulia, 2003 : 224-225).

Selain keagungan Ramadhan yang berlipat ganda, Ramadhan juga dapat dijadikan sebagai momen melatih diri untuk memiliki sifat-sifat mulia, seperti sifat-sifat yang terkandung pada bulan Ramadhan (Raya dan Mulia, 2003 : 223-224), diantaranya :

1. Disiplin, membiasakan kita untuk berdisiplin dalam kehidupan.

2. Persamaan, mendidik seseorang untuk merasakan apa yang

dirasakan oleh orang-orang fakir dan miskin.

3. Persaudaraan dan perdamaian, untuk menlain hubungan yang


(64)

4. Taubat, untuk kembali ke jalan yang benar.

5. Penuh Berkah, untuk mendapatkan keberkahan dari Allah

SWT.

6. Kebajikan, untuk meningkatkan kebaikan dan kebajikan.

7. Kesehatan, untuk meningkatkan taraf kesehatan badan, karena

dengan berpuasa seseorang akan menjadi lebih sehat.

Ramadhan adalah bulan suci yang membawa berkah dan penuh pengampunan. Selama Ramadhan, umat muslim dianjurkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang diwajibkan di dalamnya, yaitu berpuasa. Karena dengan berpuasa, kita dapat merasakan bagaimana rasanya menahan lapar dan dahaga, serta dapat menimbulkan rasa santun terhadap sesama (Ali, 2006 : 278-279).

Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT mengenai bulan Ramadhan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

“Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi menusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-NYA yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. Al-Baqarah : 185)


(65)

50

Bulan Ramadhan juga dikatakan sebagai bulan yang istimewa karena dibukanya pintu rahmat dan dibelenggunya para syaitan seperti yang diriwayatkan dalam riwayat Muslim sebagai berikut :

“Jika datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu syurga dan dibukakan pintu-pintu rahmat dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggulah para syaitan” (HR. Bhukori, 4 : 97 dan Muslim : 1079)

Penentuan awal Ramadhan ditentukan dengan melihat Kalender Hijriyah yang didasarkan pada revolusi bulan mengelilingi bumi dan awal setiap bulan ditetapkan saat terjadinya

hilal (bulan sabit). Metode penentuan hilal dilakukan dengan

penglihatan mata telanjang (rukyah), serta dengan perhitungan

astronomi (hisab)

pukul 09.54 WIB.

2.4 Definisi Spesifikasi pada Tabel Pembacaan Program Acara

Pada tabel pembacaan program acara yang akan disampaikan dalam hasil dan pembahasan terdapat tujuh kategori yang menentukan hasil yang diinginkan peneliti berdasarkan empat program acara di RCTI menjelang berbuka. Kategorisasi tersebut meliputi :

1. Kemasan Acara


(66)

memproduksi suatu produk berupa kegiatan yang dipertunjukkan, disiarkan atau diperlombakan melalui tayangan program acara televisi

Januari 2010 pukul 13.54 WIB. Bingkai religius yang dimaksud pada judul penelitian ini adalah program acara yang dikemas dalam kereligiusan Ramadhan.

a) Berita, suatu kegiatan mencari, menghimpun dan membuat

laporan tentang suatu peristiwa yang berlangsung, baik di dalam maupun di luar negeri (Budyatna, 2007 : 32).

b) Sinetron, merupakan film yg dibuat khusus untuk penayangan di

media elektronik, seperti televisi. Sinetron bisa juga disebut sebagai film cerita yang dibuat untuk media televisi disebut

sebagai sinema elektronik Selasa, 11

Januari 2011 pukul 13.54 WIB.

c) Komedi, adalah sandiwara ringan yang penuh dengan kelucuan

meskipun kadang-kadang kelucuan itu bersifat menyindir dan

berakhir dengan bahagia Selasa, 11

Januari 2011 pukul 13.54 WIB.

d) Islami, bersifat islam atau yang mencakup seluruh aspek islam. Islam menurut beberapa ulama berasal dari unsure lima, yaitu isya’, subuh, dzhuhur, ashar dan maghrib yang merupakan kewajiban bagi umat islam Januari 2010 pukul 13.54 WIB.


(67)

52

e) Ceramah, suatu kegiatan yang dilakukan di hadapan orang banyak

yang bertujuan untuk menumbuhkan sikap partisipatif dan saling interaktif pukul 13.54 WIB.

f) Informatif, menurut Mc Fadden, dkk, 1999 didefinisikan sebagai data yang telah diproses, sehingga mempunyai arti dan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut WIB.

2. Cara Penyampaian Pesan

Cara penyampaian pesan diartikan sebagai suatu metode atau langkah untuk menyampaikan suatu hal kepada orang lain, baik verbal maupun non verbal melalui suatu proses tertentu yang berbeda-beda

Januari 2010 pukul 13.54 WIB.

a) Serius, melakukan suatu hal dengan sungguh-sungguh, sehingga

tidak ada sedikitpun gurauan di dalamnya

b) Gurauan, suatu perbuatan yang dapat menghibur hati dengan

canda dan tawa Selasa, 11 Januari 2011 pukul 13.54 WIB.

c) Hiburan, adalah segala sesuatu, baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda maupun perilaku yang dapat menjadi penghibur


(68)

atau pelipur hati yang susah atau sedih WIB.

3. Bahasa

Menurut KBBI, bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia. Hal itu membuktikan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi yang tidak dimiliki oleh hewan.

a) Formal, menurut KBBI adalah resmi atau sesuai dengan aturan

baku Bahasa Indonesia.

b) Non Formal, berdasarkan KBBI adalah tidak resmi dan tidak

sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dalam Bahasa Indonesia.

4. Busana

Busana berdasarkan pengertian KBBI adalah pakaian atau baju.

a) Busana Muslim, artinya menutup tubuh yang perlu untuk ditutup

dengan pakaian (Al-A'raf, 22). Al-Quran menggunakan tiga istilah untuk pakaian, yaitu libas, tsiyab, dan sarabil. Kata libas menunjukkan pakaian lahir maupun batin dan tsiyab menunjukkan pakaian lahir. Sedangkan sarabil terdapat dua pengertian, yaitu sebagai pakaian yang berfungsi untuk


(69)

54

menangkal panas, dingin dan bahaya dalam peperangan (QS Al-Nahl, 16 : 81). Satu lagi mengartikan tentang siksa yang akan dialami oleh orang-orang berdosa kelak di hari akhir (QS Ibrahim, 14 : 50). Dari uraian tersebut, para ulama menyimpulkan bahwa pada hakikatnya menutup aurat adalah fitrah. Ini menunjukkan bahwa sejak dini Allah SWT telah mengilhami manusia, sehingga timbul dalam dirinya dorongan untuk berpakaian, bahkan kebutuhan untuk berpakaian, sebagaimana diisyaratkan oleh surat Thaha (20: 117-118).

b) Busana Non Muslim, busana yang masih memperlihatkan aurat

atau bagian-bagian tubuh yang seharusnya tertutup. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran (QS Al-A’raf, 7 : 26) bahwa pakaian itu mempunyai dua fungsi, yaitu untuk menutup aurat dan perhiasan.

5. Komunikator Utama

Komunikator adalah orang atau kelompok yang menyampaikan pesan pada komunikan dalam sebuah proses komunikasi. Berarti, komunikator berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan. Selain berperan dalam menyampaikan pesan, komunikator juga berperan dalam memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara

langsung maupun tidak langsung Selasa 11


(70)

Sedangkan yang dimaksud dengan utama berdasarkan KBBI ialah suatu hal terpenting atau pokok. Jadi, komunikator utama dapat dikatakan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang menjadi pokok atau inti dari suatu hal yang berperan menyampaikan pesan melalui proses komunikasi.

a) Pembaca Berita, pembawa acara yang berperan membacakan

berita (newsreader). Secara internasional dikenal tiga kategori yakni pembaca berita (newsreader), penyiar berita (newscaster), dan jangkar berita (anchor) Januari 2011 pukul 13.54 WIB.

b) Artis, adalah orang yang pekerjaannya terkait dengan dunia seni, baik itu seni peran maupun seni musik yang tampil di televisi

Selasa, 11 Januari 2011 pukul 13.54

WIB.

c) Pelawak, ialah orang yang menghibur penontonnya, terutama

dalam membuat mereka tertawa dengan cara melawak

Selasa, 11 Januari 2011 pukul 13.54

WIB.

d) Ulama, pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas

untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam, baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari yang diperlukan, baik dari sisi keagamaan maupun sosial


(1)

Tabel 9

Hasil Pembacaan Program Acara Menjelang Berbuka Puasa di RCTI Secara Keseluruhan Program Acara & Uraian Seputar Indonesia Mister Olga KCB Spesial Ramadhan Qultum Quraish Shihab Iklan Kemasan

Acara Berita

Sinetron Komedi Sinetron Islami Ceramah Islami Infor matif Cara Penyampaian Pesan

Serius Gurauan Serius Serius Hibur an

Bahasa Formal Non Formal

Formal &

Non Formal Formal

Form al & Non Form al

Busana Non Muslim

Muslim & Non Muslim

Muslim Muslim

Musli m & Non Musli m Komunikator Utama Pembaca berita Artis /

pelawak Artis Ulama

Artis / binta ng iklan Unsur Tema

Ramadhan Kurang Kurang Religius Religius

Kura ng Durasi Waktu 20 menit 40 menit 105 menit 100

menit

Dari hasil pembacaan program acara di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat dua program acara yang mengandung kereligiusan Ramadhan adalah Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan dan Qultum Quraish Shihab. Sedangkan tiga program acara lainnya merupakan program acara yang kurang mengena dengan kereligiusan Ramadhan dan banyak menonjolkan unsur hiburan, serta informasinya. Ketiga program


(2)

90

acara tersebut adalah Seputar Indonesia, Mega Sinetron Mister Olga dan iklan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tayangan yang ditampilkan menjelang berbuka puasa kurang menampilkan unsur religius dan lebih banyak memunculkan fungsi pendidikan dibandingkan dengan fungsi yang lain, yaitu informasi, hiburan dan persuasi.


(3)

91 5.1 Kesimpulan

Penelitian tentang Ramadhan dalam bingkai religius di televisi yang telah dilakukan peneliti sangat memberikan manfaat besar bagi peneliti secara pribadi. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti mengalami beberapa kendala yang dihadapi. Namun, peneliti tetap berusaha untuk mencari solusi yang tepat sebagai jalan keluarnya, sehingga Skripsi ini selesai pada waktunya. Selain itu, peneliti juga mendapatkan kesempatan, pengalaman dan pengetahuan dalam kaitannya dengan penelitian tentang Ramadhan dalam bingkai religius di televisi, serta memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam bagi peneliti berkaitan dengan empat fungsi media televisi yang berperan sebagai media pendidikan, hiburan, informasi dan persuasi.

Akhirnya, setelah semua tahapan yang telah dilalui peneliti selama melakukan proses Skripsi ini, maka membawa pada beberapa kesimpulan, yakni dari keseluruhan program acara, yaitu Seputar Indonesia, Mega Sinetron Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan, Qultum Quraish Shihab dan iklan yang ditayangkan di RCTI, terlihat bahwa terdapat dua program acara yang mengandung kereligiusan Ramadhan adalah Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan dan Qultum Quraish Shihab. Sedangkan tiga program acara lainnya merupakan program acara yang kurang mengena dengan kereligiusan Ramadhan dan banyak menonjolkan unsur hiburan, serta informasinya. Ketiga program


(4)

92

acara tersebut adalah Seputar Indonesia, Mega Sinetron Mister Olga dan iklan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tayangan yang ditampilkan menjelang berbuka puasa kurang menampilkan unsur religius dan lebih banyak memunculkan fungsi pendidikan dibandingkan dengan fungsi yang lain, yaitu informasi, hiburan dan persuasi.

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti selama melakukan proses Skripsi, pada umumnya penelitian ini secara keseluruhan telah diselesaikan oleh peneliti berdasarkan prosedur. Tetapi, untuk menyempurnakan dan membuat penelitian ini lebih bermanfaat, maka peneliti ingin memberikan beberapa saran yang membangun guna mencapai hasil yang lebih optimal dalam penelitian ini, diantaranya : 1. Seharusnya, tayangan televisi di bulan Ramadhan dapat menampilkan

acara-acara yang lebih bermakna dan dapat meningkatkan keimanan penontonnya, sehingga tercipta tayangan yang lebih bermartabat. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk perubahan jam tayang dan pembuatan tayangan khusus Ramadhan.

2. Karena keterbatasan waktu, kondisi peneliti dan peralatan yang digunakan, serta terkait penggunaan data, baik primer maupun sekunder, maka peneliti berharap akan ada perbaikan dalam penelitian selanjutnya agar memperoleh hasil yang lebih sempurna.


(5)

Ali, Mohammad Daud, 2006. Pendidikan Agama Islam. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Astuti, Santi Indra, 2005. Thesis Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi. Jakarta : Departeman Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Baksin, Askurifai, 2006. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktek. Simbiosa Rekatama Media, Bandung.

Budiasih, Kun Sri, 2004. Berani Nolak TV?!. DAR! Mizan Remaja, Yogyakarta.

Budyatna, Muhammad, 2007. Jurnalistik Teori & Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Darwanto,2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Effendy, Onong Uchjana, 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Kurniawan, 2001. Semiologi Roland Bathers. Magelang : Yayasan Indonesia. Lofland, John dan Lyn H. Lofland, 1984. Analyzing Sosial Setting : A Guide to

Qualitative Observation and Analysis. Belmont, California : Wadsworth

Publishing Company.

Mansur, Awal, 1993. Manfaat dan Mudarat Televisi. Jakarta : Fikahati Anska. Moleong, Lexy J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Patton, Michael Quinn, 1987. Qualitativa Data Analysis : A Sourcebook of New Methods. Baverly Hills : Sage Publications.

Raya, Achmad Thib dan Siti Musdah Mulia, 2003. Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam. Kencana Prenada Media, Jakarta.


(6)

Rivers, William L, 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern. Kencana Prenada Media, Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendy, 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia.

Severin, Werner J dan James W. Tankard, 2005. Teori Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Vivian, John, 2008. Teori Komunikasi Massa. Kencana Prenada Media, Jakarta. West, Richard dan Lynn H. Turner, 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta

: Salemba Humanika.

---, 1997. Undang-Undang Penyiaran No. 24 Tahun 1997. Jakarta : Sinar Gratika.

Non Buku :

- Harian Jawa Pos, Edisi Rabu, 11 Agustus 2010

-

-

-

-

- www.wordpress.com

-

-

-

-

-

-

- http://pusatbahasa.diknas.go.id

-

-

-