BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban – kewajiban keuangan jangka pendek atau yang harus segera
dibayar. Masalah likuiditas merupakan salah satu masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan. Dipandang dari sisi kreditur,
perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang baik, karena dana jangka pendek kreditur yang dipinjam perusahaan dapat
dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif lebih banyak. Jika dipandang dari sisi manajemen perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi
menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, persediaan yang relatif berlebihan atau karena kebijakan kredit perusahaan yang tidak baik sehingga
mengakibatkan tingginya piutang usaha. Krisis ekonomi yang terjadi akibat subprime mortage berdampak pada
sektor keuangan Amerika Serikat dan juga berdampak kepada sektor rill serta perekenomian dunia yang terhubung ke dalamnya. Jatuhnya pasar keuangan
Amerika Serikat dan kemudian pasar keuangan dunia menimbulkan suatu kontraksi ekonomi yang berdampak luas. Efek kontraksi ekonomi tersebut
dapat dirasakan bukan hanya oleh sesama negara maju bahkan di indonesia. Dampak ini juga telah dirasakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
1
Universitas Sumatera Utara
2 consumer goods industry yang mempunyai salah satu peranan penting dalam
perekonomian indonesia. Misalnya PT. Indofood Makmur Sukses Tbk, merupakan salah satu distributor dengan jaringan distribusi terluas di
Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. Perusahaan ini juga mengalami dampak akibat krisis tersebut karena berkurangnya kegiatan ekspor ke luar
negeri dan mengalami kelemahan penjualan di dalam negeri yang berdampak pada tingkat likuiditas yang rendah. Krisis ini menyebabkan tingkat
perputaran modal kerja pada PT. Indofood Makmur Sukses Tbk tersebut lebih rendah dibandingkan tahun – tahun sebelumnya. Padahal tingkat perputaran
modal kerja berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan guna menunjang operasional perusahaan yang berkelanjutan. Tingkat perputaran
modal kerja tinggi yang diharapkan oleh perusahaan merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah likuiditas
perusahaan. Tingkat inflasi yang tinggi menjadikan tingkat suku bunga bank juga tinggi sehingga perusahaan memperoleh tingkat bunga bank yang tinggi.
Setelah dampak dari krisis keuangan global yang dirasakan daya beli masyarakat di dalam negeri diperkirakan mengalami sedikit perbaikan
mengingat tingkat inflasi di tahun 2009 akan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya karena harga – harga sudah stabil, suku bunga juga sudah
menurun. Perusahaan indofood ini sebagai perusahaan ” Total Food Solutions ” yang didukung dengan bisnis model yang usaha strategis yang saling
melengkapi, memiliki kemampuan bertahan dalam berbagai gejolak di pasar.
Universitas Sumatera Utara
3 Pengungkapan tingkat likuiditas antara rendah dan tinggi dipengaruhi
oleh tingkat perputaran modal kerja pada suatu sistem operasi perusahaan, secara sederhana dapat dijelaskan bahwa perusahaan memiliki alat likuid
berupa kas dan surat – surat berharga. Dengan alat likuid ini perusahaan membeli bahan mentah, bahan mentah kemudian diproses melalui proses
produksi menjadi barang jadi. Barang jadi kemudian dijual, baik secara tunai maupun secara kredit. Penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang
yang akan dibayarkan kemudian. Pembayaran piutang ini menimbulkan perputaran modal kerja menjadi lengkap. Perputaran modal kerja pada
perusahaan Consumer goods industry akan berbeda dengan perusahaan lainnya. Secara umum dapat dijelaskan, alat likuid sudah berubah menjadi
barang, maka alat likuid tidak dapat digunakan, kecuali perputaran modal kerja selesai. Dalam manajemen modal kerja yang terpenting adalah untuk
membuat perencanaan dengan menghitung perputaran modal kerja Kesalahan dalam perencanaan untuk menghitung perputaran modal kerja mungkin akan
menimbulkan masalah yang menyebabkan kesulitan likuiditas. .Berdasarkan data laporan keuangan diperoleh tingkat rasio perusahaan
Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
4
Tabel 1.1 Data Modal Kerja Perusahaan Consumer Goods Industry
Rasio 2008
2009 2010
Return Spread 0,0256
0,0396 0,0515
Perputaran Modal Kerja 53,9142 8,6753
0,5237 Rasio Lancar
3,0522 2,8142
3,1726
Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2011
Fenomena yang terjadi bahwa perputaran modal kerja perusahaan Consumer Goods Industry pada tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan
cukup tinggi begitu juga dengan rasio lancar tahun 2008 yaitu sebesar 3,0522 mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 2,8142 dan return
spread terus mengalami kenaikan untuk setiap tahunnya. Kenaikan return spread disebabkan besarnya selisih antara profitabilitas perusahaan dengan
suku bunga bank jika spread tersebut tinggi maka likuiditas juga tinggi. Pada kondisi spread tinggi berarti perusahaan memperoleh profit yang lebih
besar dibanding suku bunga bank, artinya perusahaan lebih baik menggunakan dananya untuk mendanai kegiatan investasinya dari pada
menanam dananya di bank. Kegiatan investasi tersebut pada umumnya memerlukan dana yang relatif besar, dan perusahaan harus menyediakan
dana untuk itu jika tidak ingin memperbesar ketergantungannya pada dana eksternal apabila spread tinggi maka manajer akan mempertinggi lukuiditas
agar dana yang berada di kas juga tinggi, dengan harapan dana tersebut akan
Universitas Sumatera Utara
5 dapat digunakan untuk mendanai investasi ketika suatu saat diperlukan,
karena dengan melakukan investasi tersebut perusahaan akan memperoleh laba yang lebih tinggi jika dibandingkan dananya hanya disimpan di bank.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Novrida Fransisca S. 2009 tentang pengaruh perputaran modal kerja, investasi aktiva tetap dan return
spread terhadap likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yang Go Public di Indonesia. Dalam penelitian ini, beliau menggunakan variabel
independen yaitu perputaran modal kerja, investasi aktiva tetap dan return spread. Beliau menemukan bahwa secara simultan variabel independen
yaitu perputaran modal kerja, investsai aktiva tetap dan return spread berpengaruh signifikan terhadap variabel likuiditas perusahaan. Secara
parsial perputaran modal kerja, investasi aktiva tetap dan return spread tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
Christine Sinar Yosephine 2009 , yang dalam penelitian mengguanakan variabel independen yaitu perputaran modal kerja,
menemukan bahwa secara parsial variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hendra Pandapotan Sinaga 2011 , meneliti tentang perputaran
modal kerja dan return spread terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dalam
penelitian ini, beliau menggunakan variabel independen perputaran modal
Universitas Sumatera Utara
6 kerja dan return spread. Penelitian ini memberikan hasil bahwa perputaran
modal kerja dan return spread secara simultan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
Pengaruh modal kerja terhadap likuiditas telah beberapa kali diteliti, dan hasil dari penelitian tersebut ada yang menyebutkan bahwa modal kerja
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas, ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap likuiditas.
Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti kembali pengaruh modal kerja terhadap likuiditas dengan menambahkan return spread sebagai
variabel yang diteliti agar peneliti ini dapat menambah pengetahuan mengenai faktor - faktor yang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas
perusahaan pada perusahaan Consumer Goods Industry pada tahun 2008 – 2010
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi dengan judul ” Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan
Return Spread terhadap Likuiditas Perusahaan
Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.
1.2. Perumusan Masalah