Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Return Spread Terhadap Likuiditas Perusahaan Consumer Goods Industry Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA DAN RETURN
SPREAD TERHADAP LIKUIDITAS PERUSAHAAN
CONSUMER GOODS INDUSTRY YANG
DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
MESNO
080522142
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA DAN RETURN SPREAD
TERHADAP LIKUIDITAS PERUSAHAAN CONSUMER GOODS
INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”
Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, Desember 2011
Mesno NIM : 080522142
(3)
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2008 sampai dengan 2010. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran modal kerja dan return spread. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja dan return spread terhadap likuiditas pada perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu yang juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap likuiditas. Pemilihan sample dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 26 perusahaan sebagai sample. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana perputaran modal kerja dan return spread sebagai variable independen
dan likuiditas dengan pengukuran rasio lancer sebagai variable dependen. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial perputaran modal kerja dan return spread tidak berpengaruh signifikan positif terhadap likuiditas.
Hal ini juga sama dengan hasil penelitian dari Christine Sinar Yosephine ( 2009 ), hal ini dapat dibuktikan dengan Nilai t hitung sebesar -6.559 lebih kecil dari t
(4)
Fransisca S. ( 2009 ) yang menyimpulkan bahwa secara parsial perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, hal ini dapat dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 2,549 lebih besar dari t table sebesar 2,0739. Hal ini dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Sedangkan return spread tidak berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar -0,359 lebih kecil dari nilai t table sebesar 2,0739, hal ini dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak. Hal ini juga sama dengan hasil penelitian dari Hendra Pandapotan Sinaga ( 2011 ).
Kata Kunci : Perputaran Modal Kerja, Return Spread dan Rasio Lancar
(5)
ABSTRACTION
This Research is done at company of Consumer Goods Industry which enlist in Effect Exchange Indonesia for the period of year 2008 up to 2010. Variable which is used in this research is rotation of working capital and of return
spread. This research aim to to know influence of rotation of working capital and
of return spread to likuiditas at company of Consumer Goods Industry which
enlist in Effect Exchange Indonesia.
This Research represent type research of kausal and have the character of replikasi to former research which also aim to to know which yardstick is which have influence most signifikan to likuiditas. Election of sample done by using method of purposive sampling and obtained by 26 company as sample. Data the used is data of sekunder, where rotation of working capital and of return spread
as independent variable and likuiditas with measurement of ratio of lancer as dependen variable. method of Statistic the used is doubled linear regression by test classic assumption.
Result of this research prove that by parsial rotation of working capital and of return spread do not have an effect on positive signifikan to likuiditas. This
matter also is equal to result of research of Christine Sinar Yosephine ( 2009 ), iv
(6)
tables of: 2.015, hence H1 refused. Result of this research disagree with Novrida Fransisca S. ( 2009 ) concluding that by parsial rotation of working capital have an effect on signifikan to likuiditas, this matter can be proved with of value count equal to 2,549 bigger than table t equal to 2,0739. This matter can be concluded that H1 accepted. While return spread do not have an effect on signifikan to
likuiditas. This matter can be proved with of value count equal to - 0,359 smaller than value of t table equal to 2,0739. This matter can be concluded that H1 refused. This matter also is equal to result of research of Hendra Pandapotan Sinaga ( 2011 ).
Key word : Rotation Of Working Capital, Return Spread and Fluent Ratio
(7)
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Return Spread Terhadap Likuiditas Perusahaan Consumer Goods Industry Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan juga untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Program Studi Strata-1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak Dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Ketua Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(8)
bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Abdillah Arif Nst, SE, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji I, dan Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku dosen penguji II atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.
5. Orang tua penulis, terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan serta terima kasih atas bantuan dari adik fitriyah yang selalu memberikan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penulis dalam menyusun skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pihak pembaca untuk menulis selanjutnya. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak pembaca.
Medan, Desember 2011 Penulis,
Mesno
NIM : 080522142
(9)
SURAT PERNYATAAN... i
ABSTRAK ……….……. ii
ABSTRACT... iv
KATA PENGANTAR….……….….. vi
DAFTAR ISI………... viii
DAFTAR TABEL ………... x
DAFTAR GAMBAR ………... xi
DAFTAR LAMPIRAN ………....………..…… xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis... 8
2.1.1 Modal kerja…………... 8
2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja……….. 8
2.1.1.2 Jenis – jenis Modal Kerja... 9
2.1.1.3 Fungsi Modal Kerja... .10
2.1.1.4 Sumber Modal Kerja………...10
2.1.1.5 Perputaran Modal Kerja...12
2.1.2 Return Spread...13
2.1.3 Likuiditas...14
2.1.3.1 Pengertian Likuiditas...14
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas...15
2.1.3.3 Cara Meningkatkan Tingkat Likuiditas...16
2.1.3.4 Rasio Likuiditas...17
2.1.4 Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Return Spread Terhadap Likuiditas...19
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu,,,,...20
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian...21
2.3.1 Kerangka Konseptual...21
2.3.2 Hipotesis Penelitian...23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian...24
3.2 Jenis dan Sumber Data... 24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 27
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian... 28 viii
(10)
3.5.2 Variabel Dependen……… 29
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 30
3.7 Metode Analisis Data... 30
3.7.1 Pengajuan Asumsi Klasik……….. 31
3.7.1.1 Uji Normalitas……….. 31
3.7.1.2 Uji Autokorelasi………... .32
3.7.1.3 Uji Multikolinearitas……… 33
3.7.1.4 Uji Heterosdekastisitas ………... 32
3.7.2 Pengujian Hipotesis………. 33
3.7.2.1 Metode Regresi Linear Berganda……… 34
3.7.2.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) …….… 34
3.7.2.3 Uji Signifikan Simultan (Uji F)...……… 36
3.7.3 Koefisien Determinasi………... 37
3.8 Jadwal Penelitian... 38
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 39
4.1.1 Data Penelitian... 39
4.1.2 Pengujian Asumsi Klasik……….………. 41
4.1.2.1 Uji Normalitas….……….. 41
4.1.2.2 Uji Autokorelasi..……….. 48
4.1.2.3 Uji Multikolinaritas…… ……….. 49
4.1.2.4 Uji Heteroskedastisitas………. 50
4.1.3 Pengujian Hipotesis………. 52
4.1.3.1 Metode Regresi Linear Berganda.………. 52
4.1.3.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)..……... 54
4.1.3.3 Uji Signifikan Simultan (Uji F)………. 56
4.1.4 Koefisien Determinasi... ………... 57
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 61
5.2. Keterbatasan Penelitian... .62
5.3. Saran... 63
DAFTAR PUSTAKA... 65
LAMPIRAN... 67 64
(11)
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1 Data Rasio Modal Kerja Consumer Goods Industry………. 7
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu... 20
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria... 43
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 30
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian………... 38
Tabel 4.1 Descritive statistic………... 40
Tabel 4.2 Tabel Uji Normalitas Sebelum Transformasi... 41
Tabel 4.3 Tabel Uji Normalitas Setelah Transformasi... 45
Tabel 4.4 Tabel Uji Autokorelasi... 48
Tabel 4.5 Tabel Uji Multikolinearitas... 49
Tabel 4.6 Tabel Uji Multikolinearitas... 50
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regres... 52
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t... 55
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F... 56
Tabel 4.10 Hasil Analisis Koefisien Determinasi... 58
(12)
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 21
Gambar 4.1 Histogram Sebelum Transformasi... 43
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sebelum Transformasi... 44
Gambar 4.3 Histogram Setelah Transformasi... 46
Gambar 4.4 Grafik Normal P-Plot Setelah Transformasi... 47
Gambar 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)... 51
(13)
Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Data Variabel Penelitian Tahun 2008 Sebelum Transformasi... 67
Lampiran ii Data Variabel Penelitian Tahun 2009 Sebelum Transformasi... 68
Lampiran iii Data Variabel Penelitian Tahun 2010 Sebelum Transformasi... 69
Lampiran iv Data Variabel Penelitian Tahun 2008 Setelah Transformasi... 70
Lampiran v Data Variabel Penelitian Tahun 2009 Setelah Transformasi... 71
Lampiran vi Data Variabel Penelitian Tahun 2010 Setelah Transformasi... 72
Lampiran vii Statisrik Deskriptif... 73
Lampiran viii Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi... 73
Lampiran ix Histogram Sebelum Transformasi... 74
Lampiran x Grafik Normal P-Plot Sebelum Transformasi... 75
Lampiran xi Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi... 76
Lampiran xii Histogram Setelah Transformasi………..77
Lampiran xiii Grafik Normal P-Plot Setelah Transformasi...78
Lampiran xiv Hasil Uji Autokorelasi... 79
Lampiran xv Hasil Uji Multikolinearitas... 79
Lampiran xvi Hasil Uji Multikolinearitas ... 80
Lampiran xvii Hasil Uji Heteroskedastisitas... 80
Lampiran xviii Hasil Analisis Regresi... 81
Lampiran xix Hasil Uji Statistik T... 81
Lampiran xx Hasil Uji Statistik F... 82
Lampiran xxi Hasil Analisis Koefisien Determinasi... 82 xii
(14)
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2008 sampai dengan 2010. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran modal kerja dan return spread. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja dan return spread terhadap likuiditas pada perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu yang juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap likuiditas. Pemilihan sample dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 26 perusahaan sebagai sample. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana perputaran modal kerja dan return spread sebagai variable independen
dan likuiditas dengan pengukuran rasio lancer sebagai variable dependen. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial perputaran modal kerja dan return spread tidak berpengaruh signifikan positif terhadap likuiditas.
Hal ini juga sama dengan hasil penelitian dari Christine Sinar Yosephine ( 2009 ), hal ini dapat dibuktikan dengan Nilai t hitung sebesar -6.559 lebih kecil dari t
(15)
Fransisca S. ( 2009 ) yang menyimpulkan bahwa secara parsial perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, hal ini dapat dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 2,549 lebih besar dari t table sebesar 2,0739. Hal ini dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Sedangkan return spread tidak berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar -0,359 lebih kecil dari nilai t table sebesar 2,0739, hal ini dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak. Hal ini juga sama dengan hasil penelitian dari Hendra Pandapotan Sinaga ( 2011 ).
Kata Kunci : Perputaran Modal Kerja, Return Spread dan Rasio Lancar
(16)
ABSTRACTION
This Research is done at company of Consumer Goods Industry which enlist in Effect Exchange Indonesia for the period of year 2008 up to 2010. Variable which is used in this research is rotation of working capital and of return
spread. This research aim to to know influence of rotation of working capital and
of return spread to likuiditas at company of Consumer Goods Industry which
enlist in Effect Exchange Indonesia.
This Research represent type research of kausal and have the character of replikasi to former research which also aim to to know which yardstick is which have influence most signifikan to likuiditas. Election of sample done by using method of purposive sampling and obtained by 26 company as sample. Data the used is data of sekunder, where rotation of working capital and of return spread
as independent variable and likuiditas with measurement of ratio of lancer as dependen variable. method of Statistic the used is doubled linear regression by test classic assumption.
Result of this research prove that by parsial rotation of working capital and of return spread do not have an effect on positive signifikan to likuiditas. This
matter also is equal to result of research of Christine Sinar Yosephine ( 2009 ), iv
(17)
tables of: 2.015, hence H1 refused. Result of this research disagree with Novrida Fransisca S. ( 2009 ) concluding that by parsial rotation of working capital have an effect on signifikan to likuiditas, this matter can be proved with of value count equal to 2,549 bigger than table t equal to 2,0739. This matter can be concluded that H1 accepted. While return spread do not have an effect on signifikan to
likuiditas. This matter can be proved with of value count equal to - 0,359 smaller than value of t table equal to 2,0739. This matter can be concluded that H1 refused. This matter also is equal to result of research of Hendra Pandapotan Sinaga ( 2011 ).
Key word : Rotation Of Working Capital, Return Spread and Fluent Ratio
(18)
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban – kewajiban keuangan jangka pendek atau yang harus segera dibayar. Masalah likuiditas merupakan salah satu masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan. Dipandang dari sisi kreditur, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang baik, karena dana jangka pendek kreditur yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif lebih banyak. Jika dipandang dari sisi manajemen perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, persediaan yang relatif berlebihan atau karena kebijakan kredit perusahaan yang tidak baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha.
Krisis ekonomi yang terjadi akibat subprime mortage berdampak pada
sektor keuangan Amerika Serikat dan juga berdampak kepada sektor rill serta perekenomian dunia yang terhubung ke dalamnya. Jatuhnya pasar keuangan Amerika Serikat dan kemudian pasar keuangan dunia menimbulkan suatu kontraksi ekonomi yang berdampak luas. Efek kontraksi ekonomi tersebut dapat dirasakan bukan hanya oleh sesama negara maju bahkan di indonesia. Dampak ini juga telah dirasakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
(19)
consumer goods industry yang mempunyai salah satu peranan penting dalam
perekonomian indonesia. Misalnya PT. Indofood Makmur Sukses Tbk, merupakan salah satu distributor dengan jaringan distribusi terluas di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. Perusahaan ini juga mengalami dampak akibat krisis tersebut karena berkurangnya kegiatan ekspor ke luar negeri dan mengalami kelemahan penjualan di dalam negeri yang berdampak pada tingkat likuiditas yang rendah. Krisis ini menyebabkan tingkat perputaran modal kerja pada PT. Indofood Makmur Sukses Tbk tersebut lebih rendah dibandingkan tahun – tahun sebelumnya. Padahal tingkat perputaran modal kerja berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan guna menunjang operasional perusahaan yang berkelanjutan. Tingkat perputaran modal kerja tinggi yang diharapkan oleh perusahaan merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah likuiditas perusahaan. Tingkat inflasi yang tinggi menjadikan tingkat suku bunga bank juga tinggi sehingga perusahaan memperoleh tingkat bunga bank yang tinggi. Setelah dampak dari krisis keuangan global yang dirasakan daya beli masyarakat di dalam negeri diperkirakan mengalami sedikit perbaikan mengingat tingkat inflasi di tahun 2009 akan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya karena harga – harga sudah stabil, suku bunga juga sudah menurun. Perusahaan indofood ini sebagai perusahaan ” Total Food Solutions
” yang didukung dengan bisnis model yang usaha strategis yang saling melengkapi, memiliki kemampuan bertahan dalam berbagai gejolak di pasar.
(20)
Pengungkapan tingkat likuiditas antara rendah dan tinggi dipengaruhi oleh tingkat perputaran modal kerja pada suatu sistem operasi perusahaan, secara sederhana dapat dijelaskan bahwa perusahaan memiliki alat likuid berupa kas dan surat – surat berharga. Dengan alat likuid ini perusahaan membeli bahan mentah, bahan mentah kemudian diproses melalui proses produksi menjadi barang jadi. Barang jadi kemudian dijual, baik secara tunai maupun secara kredit. Penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang yang akan dibayarkan kemudian. Pembayaran piutang ini menimbulkan perputaran modal kerja menjadi lengkap. Perputaran modal kerja pada perusahaan Consumer goods industry akan berbeda dengan perusahaan
lainnya. Secara umum dapat dijelaskan, alat likuid sudah berubah menjadi barang, maka alat likuid tidak dapat digunakan, kecuali perputaran modal kerja selesai. Dalam manajemen modal kerja yang terpenting adalah untuk membuat perencanaan dengan menghitung perputaran modal kerja Kesalahan dalam perencanaan untuk menghitung perputaran modal kerja mungkin akan menimbulkan masalah yang menyebabkan kesulitan likuiditas.
.Berdasarkan data laporan keuangan diperoleh tingkat rasio perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dapat
(21)
Tabel 1.1
Data Modal Kerja Perusahaan Consumer Goods Industry
Rasio 2008 2009 2010
Return Spread 0,0256 0,0396 0,0515
Perputaran Modal Kerja 53,9142 8,6753 0,5237
Rasio Lancar 3,0522 2,8142 3,1726
Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2011
Fenomena yang terjadi bahwa perputaran modal kerja perusahaan Consumer Goods Industry pada tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan
cukup tinggi begitu juga dengan rasio lancar tahun 2008 yaitu sebesar 3,0522 mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 2,8142 dan return
spread terus mengalami kenaikan untuk setiap tahunnya. Kenaikan return
spread disebabkan besarnya selisih antara profitabilitas perusahaan dengan
suku bunga bank jika spread tersebut tinggi maka likuiditas juga tinggi.
Pada kondisi spread tinggi berarti perusahaan memperoleh profit yang lebih
besar dibanding suku bunga bank, artinya perusahaan lebih baik menggunakan dananya untuk mendanai kegiatan investasinya dari pada menanam dananya di bank. Kegiatan investasi tersebut pada umumnya memerlukan dana yang relatif besar, dan perusahaan harus menyediakan dana untuk itu jika tidak ingin memperbesar ketergantungannya pada dana eksternal apabila spread tinggi maka manajer akan mempertinggi lukuiditas
(22)
dapat digunakan untuk mendanai investasi ketika suatu saat diperlukan, karena dengan melakukan investasi tersebut perusahaan akan memperoleh laba yang lebih tinggi jika dibandingkan dananya hanya disimpan di bank.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Novrida Fransisca S. ( 2009 ) tentang pengaruh perputaran modal kerja, investasi aktiva tetap dan return
spread terhadap likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yang Go
Public di Indonesia. Dalam penelitian ini, beliau menggunakan variabel independen yaitu perputaran modal kerja, investasi aktiva tetap dan return
spread. Beliau menemukan bahwa secara simultan variabel independen
yaitu perputaran modal kerja, investsai aktiva tetap dan return spread
berpengaruh signifikan terhadap variabel likuiditas perusahaan. Secara parsial perputaran modal kerja, investasi aktiva tetap dan return spread tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
Christine Sinar Yosephine ( 2009 ), yang dalam penelitian mengguanakan variabel independen yaitu perputaran modal kerja, menemukan bahwa secara parsial variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hendra Pandapotan Sinaga ( 2011 ), meneliti tentang perputaran modal kerja dan return spread terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan
makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini, beliau menggunakan variabel independen perputaran modal
(23)
kerja dan return spread. Penelitian ini memberikan hasil bahwa perputaran
modal kerja dan return spread secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap likuiditas perusahaan.
Pengaruh modal kerja terhadap likuiditas telah beberapa kali diteliti, dan hasil dari penelitian tersebut ada yang menyebutkan bahwa modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas, ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap likuiditas. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti kembali pengaruh modal kerja terhadap likuiditas dengan menambahkan return spread sebagai
variabel yang diteliti agar peneliti ini dapat menambah pengetahuan mengenai faktor - faktor yang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan pada perusahaan Consumer Goods Industry pada tahun 2008 –
2010
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi dengan judul ” Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Return Spread terhadap Likuiditas Perusahaan Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah, yaitu ” Apakah perputaran modal kerja dan return spread
(24)
Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, baik secara parsial maupun
secara simultan?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja dan return spread terhadap tingkat likuiditas
perusahaan Consumber Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia baik secara parsial maupun secara simultan.
1.4 . Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pihak peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh perputaran modal kerja dan return spread terhadap tingkat
likuiditas perusahaan.
b. Pihak praktisi, sebagai bahan pertimbangan bagi pihak – pihak yang berkepentingan dalam menentukan kebijakan investasi dan kebijakan perusahaan dalam mengelolah jumlah modal kerja secara tepat di masa yang akan datang.
c. Pihak peniliti selanjutnya, sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh perputaran modal kerja dan return spread terhadap tingkat likuiditas perusahaan.
(25)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Modal Kerja
2.1.1.1. Pengertian Modal Kerja
Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari – hari. Pengertian modal kerja menurut beberapa ahli, antara lain :
a. Menurut Sawir ( 2005 : 129 ) ” Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari – hari ”.
b. Menurut Sofyan Safri Harahap ( 2001 : 288 ) ” Modal kerja adalah aktiva lancar dikurang hutang lancar. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan terhadap aktiva tidak lancar atau untuk membayar hutang tidak lancar”.
c. Menurut Bambang Riyanto ( 2001 : 57 ) terdapat tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu :
1). Konsep kuantitatif. Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur – unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja bruto ( gross working capital ),
(26)
2). Konsep kualitatif. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar – benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut sebagai modal kerja bersih ( net working capital ),
3). Konsep fungsional. Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan ( income ). Pada dasarnya dana – dana yang dimiliki oleh perusahaan sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini ( current income ) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar.
2.1.1.2. Jenis – Jenis Modal Kerja
Menurut Kamaruddin Ahmad ( 2002 : 04 ) modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Modal kerja permanen ( permanent working capital ) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :
1). Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontiniuitas usahanya,
2). Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal,
b. Modal kerja variabel ( variabel working capital ) yaitu moda kerja yang jumlahnya berubah – ubah sesuai dengan perubahaan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara lain :
1). Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah disebabkan karena fluktuasi musim,
2). Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur,
3). Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah – ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya ( misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak ).
(27)
Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Apabila modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadi dana yang menganggur, tetapi jumlah modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan.
2.1.1.3. Fungsi Modal Kerja
Beberapa fungsi modal kerja antara lain adalah sebagai berikut :
a. Modal kerja menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan,
b. Modal kerja yang cukup kemungkinan perusahaan untuk membayar semua hutang lancar tepat pada waktunya,
c. Modal kerja yang cukup kemungkinan perusahaan ” credit standing
” perusahaan yaitu peniliaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan untuk memelihara kredit.
2.1.1.4. Sumber Modal Kerja
Menurut Sofyan Safri Harahap ( 2001 : 288 ) menyatakan bahwa :
”Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan dalam hutang jangka panjang dan modal
(28)
sedangkan penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang naik”.
Sumber – sumber modal kerja menurut Munawir ( 2002 : 120 ) adalah sebagai berikut :
a. Hasil operasi perusahaan yaitu jumlah laba bersih yang nampak dalam laporan laba – rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Dengan adanya keuntungan dan laba dari perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan, maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
b. Keuntungan dari penjualan surat – surat berharga. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja.
c. Penjualan aktiva tidak lancar. Modal kerja dapat bertambah dari penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dan aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar penjualan tersebut.
d. Penjualan saham atau obligasi untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat pula mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
Dari uraian tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa sumber - sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah :
1). Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham,
2). Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi,
(29)
3). Ada penambahan hutang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya.
Sedangkan penggunaan – penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut :
a). Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan,
b). Pembayaran hutang – hutang jangka panjang, c). Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
2.1.1.5. Perputaran Modal Kerja
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan. Selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja ( working capital turnover period
) dimulai saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen – komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing – masing komponen modal kerja tersebut.
Perputaran modal kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Perputaran Modal kerja =
gLancar Hu
ar AktivaLanc
Penjualan tan
(30)
2.1.2. Return Spread
Return spread adalah selisih antara profitabilitas perusahaan
dengan suku bunga bank jika spread tersebut tinggi maka likuiditas juga
tinggi. Pada kondisi spread tinggi berarti perusahaan memperoleh profit
yang lebih besar dibanding suku bunga bank, artinya perusahaan lebih baik menggunakan dananya untuk mendanai kegiatan investasinya dari pada menanam dananya di bank. Kegiatan investasi tersebut pada umumnya memerlukan dana yang relatif besar, dan perusahaan harus menyediakan dana untuk itu jika tidak ingin memperbesar ketergantungannya pada dana eksternal. Jika spread tinggi maka manajer
akan mempertinggi lukuiditas agar dana yang berada di kas juga tinggi, dengan harapan dana tersebut akan dapat digunakan untuk mendanai investasi ketika suatu saat diperlukan, karena dengan melakukan investasi tersebut perusahaan akan memperoleh laba yang lebih tinggi jika dibandingkan dananya hanya disimpan di bank.
Return spread merupakan selisih antara return yang dihasilkan
oleh aset perusahaan dengan return aset bebas resiko. Formula yang
digunakan untuk menghitung returnspread adalah :
Return spread = return aset yang dihasilkan perusahaan (ROA) –
(31)
2.1.3. Likuiditas
2.1.3.1. Pengertian Likuiditas
Likuiditas adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar, besarnya perbandingan atau rasio terbaik antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah sekitar 2:1. Angka tersebut tidaklah mutlak, besarnya ratio dapat ditentukan sesuai dengan jenis usaha dan kebijakan keuangan masing-masing.
Menurut Munawir ( 2002 : 31 ) mengemukakan definisi likuiditas sebagai berikut :
” Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”.
Menurut Bambang Riyanto ( 2001 : 25 ), tentang masalah likuiditas menyatakan bahwa :
” Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang akan segera harus dipenuhi. Jumlah alat – alat pembayaran ( alat – alat likuid ) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban fanancialnya yang harus segera dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kemampuan membayar. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan ” likuid ”, artinya perusahaan mempunyai aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Tetapi apabila terjadi sebaliknya, berarti perusahaan dalam keadaan ” ilikuid ”.
(32)
2.1.3.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas
Pengukuran likuiditas dilakukan dengan membandingkan harta lancar dengan hutang lancar. Faktor – faktor yang mempengaruhi likuiditas sebagai berikut :
a. Besarnya investasi pada harga tetap dibandingkan dengan seluruh dana jangka panjang.
Pemakaian dana untuk pembelian harta tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Kalau makin banyak dana perusahaan yang dipergunakan untuk harta tetap, maka sisanya untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit sehingga rasio likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah dana jangka panjang untuk menutup kebutuhan harta tetap yang meningkat.
b. Volume kegiatan perusahaan
Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan dana untuk membiayai harta lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut dipenuhi dengan meningkatkan hutang – hutang. Tetapi jika hal – hal lain tetap, investasi jangka panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja sangat diperlukan agar rasio dapat dipertahankan.
(33)
c. Pengendalian harta lancar
Apabila pengendalian kurang baik terhadap besarnya investasi dalam persediaan dan piutang menyebabkan adanya investasi yang melebihi daripada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun dengan tajam, kecuali apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang. Kesimpulannya ialah bahwa perbaikan dalam pengendalian investasi semacam itu akan dapat memperbaiki rasio likuiditas. Memperbaiki likuiditas hanya dapat dilaksanakan dengan :
1). .Menambah lebih banyak dana jangka panjang, baik dari pemegang saham ataupun dengan pinjaman,
2). Mengembalikan posisi investasi dengan menjual beberapa harta tetap,
3). Mengatur harta lancar secara lebih efisien.
2.1.3.3. Cara Meningkatkan Tingkat Likuiditas
Menurut Bambang Riyanto ( 2001 : 28 ), apabila kita mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat ukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut :
a. Dengan hutang lancar ( current liabilities ) tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar ( current assets ),
b. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah hutang lancar,
c. Dengan mengurangi jumlah hutang lancar bersama – sama dengan mengurangi aktiva lancar. Hal ini dapat berlaku jika current ratio itu lebih dari satu.
(34)
2.1.3.4. Rasio Likuiditas
Untuk dapat mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan dipergunakan analisis rasio likuiditas.
Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 2001 : 301 ) mengemukakan bahwa :
” Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, rasio – rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos – pos aktiva lancar dan hutang lancar”.
Berikut adalah rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan :
a. Rasio Lancar ( Current Ratio )
Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Aktiva Lancar
Rasio Lancar = x 100% Hutang Lancar
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban – kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apakah rasio lancar
(35)
ini 1 : 1 atau 100%, ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang paling likuid (cepat). Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Aktiva Lancar - Persediaan
Rasio Cepat = x 100% Hutang Lancar
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan dapat segera diuangkan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kas + Efek
Rasio Kas = x 100%
(36)
2.1.4. Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Return Spread terhadap Likuiditas
Menurut Munawir ( 2001 : 31 ) menyatakan bahwa ” Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangan pada saat ditagih ”.
Menurut Ahmad ( 2002 : 7 ) menyatakan bahwa ” Periode perputaran modal kerja ( working capital turnover period ) dihitung sejak suatu kas
diinvestasikan dalam komponen – komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas ”.
Sedangkan menurut Djarwanto ( 2004 : 149 ) menyatakan bahwa ” Perusahaan dikatakan mempunyai posisi likuiditas yang kuat apabila mampu memelihara modal kerja yang cukup untuk membelanjai operasi perusahaan yang normal ”.
Dari teori di atas dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan. Semakin cepat perputaran modal kerja, semakin baik tingkat likuiditas perusahaan karena tersedia aktiva lancar untuk membayar hutang lancar tepat pada waktunya.
Return spread berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas,
hal ini berarti semakin tinggi return spread antara return aktiva bebas
resiko dengan return aktiva maka likuiditas perusahaan juga akan semakin tinggi.
(37)
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti ( Tahun )
Judul Variabel Hasil
Novrida Fransisca S. Pengaruh perputaran modal kerja, Investasi aktiva tetap dan return spread terhadap likuiditas
perusahaan
industri barang konsumsi yang Go Public di Indonesia
- Independen :
Perputaran modal kerja,
Investasi aktiva tetap, Return spread
- Dependen : Likuiditas
- Secara parsial perputaran modal kerja dan aktiva tetap berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan. -Secara parsial return spread tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan. Christine Sinar Yosephine ( 2009 ) Pengaruh perputaran modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
- Independen : Perputaran
modal kerja - Dependen :
Likuiditas
- Secara Parsial perputaran modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas. Hendra Pandapotan Sinaga ( 2011 )
Perputaran modal kerja dan return spread terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di BEI
- Indenpenden : Perputaran modal kerja, return spread - Dependen : Likuiditas perusahaan Secara parsial perputaran modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
- Secara parsial return spread tidak
(38)
signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
21
2.3. Kerangaka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan pustaka dan tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1
H2
H3
Gambar. 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
Variabel X1 : Perputaran modal kerja
Variabel X2 : Return Spread
Variabel Y : Likuiditas
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan
Modal Kerja ( X1 )
Return Spread (X2 )
Likuiditas Perusahaan ( Y )
(39)
varibel bebas dengan varibel terikat.
22
Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Perputaran modal kerja yang semakin cepat berarti semakin efisien penggunaan total aktiva tersebut. Volume penjualan yang dicapai akan mempengaruhi perputaran modal kerja perusahaan. Semakin banyak penjualan yang dilakukan, berarti semakin tinggi pula jumlah kas atau piutang yang diperoleh. Itu berarti akan semakin tinggi jumlah total aktiva lancar. Jika total aktiva lancar bertambah tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikipun akan semakin tinggi, dengan kata lain semakin tinggi pula tingkat likuiditas perusahaan.
Return spread adalah selisih antara profitabilitas perusahaan dengan
suku bunga bank jika spread tersebut tinggi maka likuiditas juga tinggi.
Pada kondisi spread tinggi berarti perusahaan memperoleh profit yang
lebih besar dibanding suku bunga bank, artinya perusahaan lebih baik menggunakan dananya untuk mendanai kegiatan investasinya dari pada
(40)
memerlukan dana yang relatif besar, dan perusahaan harus menyediakan dana untuk itu jika tidak ingin memperbesar ketergantungannya pada dana
23 eksternal. Jika spread tinggi maka manajer akan mempertinggi lukuiditas
agar dana yang berada di kas juga tinggi, dengan harapan dana tersebut akan dapat digunakan untuk mendanai investasi ketika suatu saat diperlukan, karena dengan melakukan investasi tersebut perusahaan akan memperoleh laba yang lebih tinggi jika dibandingkan dananya hanya disimpan di bank. Hal ini berarti return spread mempengaruhi likuiditas
perusahaan.
2.3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap tingkat likuiditas
perusahaan.
H2 : Return spread berpengaruh terhadap tingkat likuiditas
perusahaan.
H3 : Perputaran modal kerja dan return spread berpengaruh terhadap
(41)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar ( 2003 : 30 ) penelitian asosiatif kausal adalah “ Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain “. Dengan kata lain penelitian kausal berguna untuk mengukur hubungan – hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana variabel mempengaruhi variabel yang lain.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Umar ( 2003 : 60 ) “ Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehinga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain “. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu :
a. Informasi mengenai perputaran modal kerja, b. Informasi mengenai return spread,
(42)
24
25 Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk data time series yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya mingguan, bulanan atau tahunan dan data cross-section yaitu sekumpulan data suatu fenomena
tertentu dalam satu kurun waktu saja. Penelitian ini menggunakan data selama 3 tahun ( series ) yaitu tahun 2008 – 2010.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono ( 2006 : 55 ) “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya : “ Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan consumer
goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 – 2010
yaitu sebanyak 37 perusahaan.
Menurut Sugiyono ( 2006 : 56 ) “ Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut “. Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Jogiyanto, 2004 : 79 ). Kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
(43)
2010,
b. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit selama periode 2008 – 2010,
26 c. Data yang dimiliki perusahaan tersebut lengkap dan sesuai dengan variabel
yang diteliti.
Berdasarkan kriteria di atas ada di dapat 26 perusahaan Consumer Goods
Industry yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu :
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria
No Perusahaan Kriteria
1 2 3
FOOD AND BAVERAGE
1 Ades Waters Indonesia Tbk - - -
2 Aqua Golden Mississippi Tbk - - -
3 Cahaya Kalbar Tbk ( CEKA ) √ √ √
4 Davomas Akadi Tbk ( DAVO ) √ - -
5 Delta Djakarta Tbk ( DLTA ) √ √ √
6 Indofood Sukses Makmur Tbk ( INDF ) √ √ √
7 Mayora Indah Tbk ( MYOR ) √ √ √
8 Multi Bintang Indonesia Tbk ( MLBI ) √ √ √
9 Prasidha Aneka Niaga Tbk ( PSDN ) √ √ √
10 Sari Husada Tbk - - -
11 Sekar Bumi Tbk - - -
(44)
14 Suba Indah Tbk - - -
15 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk - - -
16 Ultra Jaya Milk Ind. Tbk ( ULTJ ) √ √ √
TOBACCO MANUFACTURERS
17 BAT Indonesia Tbk - - -
18 Bentoel International Investama Tbk (RMBA ) √ √ √
19 Gudang Garam Tbk ( GGRM ) √ √ √
20 HM Sampoerna Tbk ( HMSP ) √ √ √
PHARMACEUTICALS
21 Bristol-Myers Squiblo Indonesia (PS) Tbk - - - 22 Bristol-Myers Squiblo Indonesia Tbk - - -
23 Darya-Varia laboratoria Tbk ( DVLA ) √ √ √
24 Indofarma Tbk ( INAF ) √ √ √
25 Kalbe Farma Tbk ( KLBF ) √ √ √
26 Kimia Farma Tbk ( KAEF ) √ √ √
27 Merck Tbk ( MERK ) √ √ √
28 Pyridam Farma Tbk ( PYFA ) √ √ √
29 Schering Plough Indonesia Tbk ( SCPI ) √ √ √
30 Tempo Scan Pacific Tbk ( TSPC ) √ √ √
COSMETICS AND HOUSEHOLD
31 Mandom Indonesia Tbk ( TCID ) √ √ √
32 Mustika Ratu Tbk ( MRAT ) √ √ √
33 Sara Lee Body Care Indonesia Tbk
34 Unilever Indonesia Tbk ( UNVR ) √ √ √
HOUSEWARE
35 Kedaung Indah Can Tbk ( KICI ) √ √ √
36 Kedawung Setia Industrial Tbk ( KDSI ) √ √ √
37 Langgeng Makmur Industri Tbk ( LMPI ) √ √ √
(45)
Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan –
28 catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh dari
3.5. Identifikasi Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono ( 2006 : 31 ) “ Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya”.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.5.1. Variabel Independen (Bebas)
Menurut Sugiyono ( 2006 : 33 ) “ Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen ( variabel terikat ) “. Variabel independen dalan penelitian ini adalah perputaran modal kerja dan return spread.
a. Perputaran Modal Kerja
Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja. Untuk menguji efesiensi penggunaan modal kerja, penganalisa dapat menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover).
(46)
keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Formula yang digunakan untuk menghitung perputaran modal kerja adalah :
29
Perputaran Modal kerja =
gLancar Hu
ar AktivaLanc
Penjualan tan
− x 100%
b. Return Spread
Return spread merupakan selisih antara return yang dihasilkan oleh aset
perusahaan dengan return aset bebas resiko. Formula yang digunakan
untuk menghitung returnspread adalah :
Return spread = return aset yang dihasilkan perusahaan (ROA) – return
aset bebas resiko (Suku Bunga SBI)
3.5.2. Variabel Dependen (Terikat)
Menurut Sugiyono ( 2006 : 33 ) “ Variabel terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas “. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas perusahaan tahun 2008 – 2010. Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Likuiditas perusahaan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rasio lancar (current ratio) yaitu rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio ini dapat dihitung dengan
(47)
Rasio Lancar = x 100% Utang Lancar
30
3.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Pengukuran Skala Data Sumber Data Variabel Dependen : Likuiditas perusahaan Kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek Aktiva lancar/ kewajiban lancar
Rasio Annual Report Variabel Independen : Perputaran modal kerja Kegiatan operasi suatu kas diinvestasikan dalam
komponen – komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. Total penjualan/ modal kerja bersih Rasio Annual Report
Return spread Selisih antara return yang dihasilkan aset perusahaan dengan return asset bebas resiko
ROA – suku bunga SBI
Rasio Annual Report
Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2011
(48)
memberikan jawaban dari maslaah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam
31 menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS 18.0. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.7.1. Pengujian Asumsi Klasik 3.7.1.1. Uji Normalitas
Menurut Erlina dan Mulyani ( 2007 : 103 ) “ Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal “. Cara yang dapat digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distrisubsi normal adalah dengan melakukan uji Kolmogrov-Smirnov terhadap model yang diuji. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikansi atau probabilitas lebih besar dari 0,05 maka residual memiliki distribusi normal dan apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka residual tidak memiliki distribusi normal. Pengujian dengan model histogram memiliki ketentuan bahwa data normal berbentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. Jika data melenceng ke kanan atau melenceng ke kiri berarti data tidak terdistribusi secara normal.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali ( 2005 : 110 ) sebagai berikut :
(49)
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b). Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
32 Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal, yaitu: (1) lakukan transformasi data, misalnya mengubah data menjadi bentuk logaritma (Log) atau natural (ln), (2) menambah jumlah data, (3) menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab tidak normalnya data, dan (4) menerima data apa adanya.
3.7.1.2. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali ( 2005 : 95 ) “ uji autokorelasi menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pangganggu paa periode t-1 ( sebelumnya )”. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :
a). Bila nilai Durbin – Watson (DW) terletak antara batas atas atau Upper Bound (DU) dan 4 – DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
b). nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau Lower Bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.
(50)
autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.
33 d). Bila nilai DW terletak di antara batas atas (DU) dan batas bawah (DL) atau DW terletak antara ( 4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3.7.1.3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas ( independen ). Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi menurut Ghozali ( 2005 : 95 ) dapat dilihat dari :
i. Nilai tolerance dan lawannya
ii. Variance inflation factor
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi ( karena VIF=1/Tolerance ). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah Tolerance < 0.10 atau sama dengan VIV > 10.
(51)
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
34 maka disebut Homokedastisitas dan jika varians berbeda maka disebut Heteroskedastisitas. Suatu model dikatakan terdapat gejala heterosdekastisitas jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik.
Menurut Imam Ghozali (2005:105), uji heteroskedastisitas bertujuan mengujiapakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatter plot.
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tak ada pola yang jelas maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui dengan melakukan uji glejser. Jika variabel bebas signifikan
(52)
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:69).
3.7.2. Pengujian Hipotesis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis berganda dengan terlebih dahulu menguji variabel – variabel dari
35 karakteristik perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mencari tingkat signifikan yang lebih tinggi di antara variabel – variabel tersebut. Variabel perputaran modal kerja dan return spread dengan tingkat signifikan yang
paling tinggi akan di regresi dengan indeks likuiditas perusahaan.
3.7.2.1 Metode Regresi Linear Berganda
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen terhadap satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata – rata populasi atau nilai rata – rata variabel dependen, berdasarkan nilai independen yang diketahui [ Ghozali ( 2005 )]. Variabel independen dalam penelitian in adalah perputaran modal kerja dan return spread. Sedangkan variabel dependennya adalah likuiditas perusahaan. Adapun persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + e
Keterangan :
(53)
β = Koefisien regresi X1 = Perputaran modal kerja
X2 = Return spread
e = error
36
3.7.2.2. Uji Signifikan Parameter Individual ( Uji Statistik t )
Menurut Ghozali ( 2005 : 84 ), uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
a). Jika nilai signifikan ≥ 0.05, maka hipotesis ditolak ( koefisien regresi tidak signifikan ). Ini berarti secara parsial, variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b). Jika nilai signifikan ≤ 0.05, maka hipotesis diterima ( koefisien
regresi signifikan ). Ini berarti secara parsial, variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
3.7.2.3. Uji Signifikan Parameter Simultan ( Uji Statistik F )
Menurut Ghozali ( 2005 : 84 ) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian
(54)
Ketentuan penolakan atau penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut : a). Jika nilai signifikan > 0.05 maka hipotesis diterima ( koefisien regresi
tidak signifikan ). Ini berarti bahwa secara simultan variabel
37 independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
b). Jika nilai signifikan < 0.05 maka hipotesis ditolak ( koefisien regresi signifikan ). Ini berarti secara simultan variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
3.7.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ( R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil seperti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel indpenden memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen ( Ghozali , 2005 : 83 ). Data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program Statistical
Package for Social Science ( SPSS ) 18.0. Hipotesis dalam penelitian ini
dipengaruhi oleh nilai signifikan koefisien variabel yang bersangkutan setelah dilakukan pengujian. Kesimpulan hipotesis dilakukan berdasarkan
(55)
terhadap variabel dependen.
38
3.8. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut :
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Studi Pendahuluan Pengajuan Proposal Penyetujuan Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan dan Pengolahan data Bimbingan dan Penyelesaian Skripsi Ujian Komprehensif Feb. 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Agust 2011 Sept 2011 Nop 2011 Okt 2011 Des 2011
(56)
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Setelah dilakukan pemilihan sample dengan teknik purposive sampling diperoleh 26 perusahaan. Dapat dilihat
pada lampiran 1. Periode penelitian dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dan data penelitian secara keseluruhan berjumlah 78 sampel.
Penelitian menggunakan metode statistic deskriptif dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang kondisi perusahaan dalam analisis. Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata – rata ( mean ), dan nilai standar deviasi dari variabel – variablel independent dan variabel dependen.
(57)
39
40
Tabel 4.1 Descriptive Statistics Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PMK 78 -51.4636 1457.0687 24.336592 167.6265171
Return Spread 78 -.1293 .3391 .038947 .1075440
CR 78 .6588 10.6844 3.013047 2.1915567
Valid N (listwise) 78
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2011
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa perputaran modal kerja memiliki nilai minimum negative, return spread memiliki nilai minimum dan nilai rata – rata yang negative dan likiditas memiliki nilai minimum, nilai maksimum dan nilai rata – rata yang positif. Berikut ini adalah perincian data deskriptif yang telah diolah :
a. Rata-rata dari perputaran modal kerja adalah 24,336592 dengan standar deviasi 167,6265171 dan jumlah data yang ada adalah 78. Nilai perputaran modal kerja tertinggi adalah 1457,0687, dan nilai perputaran modal kerja yang terendah adalah -51,4636.
(58)
167,6265171 dan jumlah data yang ada adalah 78. Nilai return spread tertinggi adalah 0,3391 dan nilai return spread yang terendah adalah -0.1293
c. Rata-rata dari likuiditas ( Current Ratio ) adalah 3,013047 dengan
standar deviasi sebesar 2,1915587 dan jumlah data yang ada adalah 78. 41 Nilai likuiditas terendah adalah 0,6588 dan nilai likuiditas tertinggi adalah 10,6844 .
4.1.2. Pengujian Asumsi Klasik 4.1.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis :
H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, H0 diterima dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, H0 ditolak atau H1 diterima.
Tabel 4.2
Uji Normalitas Sebelum Transformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
(59)
G a m b a r 4. 42
Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnovseperti yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat diketahui bahwa: a). Nilai K-S untuk variabel perputaran modal kerja adalah 4,221
dengan likuiditas signifikan Asymp.Sig.(2-tailed) 0,000. Nilai
tersebut di atas α = 0,05 karena Asymp. Sis (2-tailed) lebih kecil dari
α/2 (0,025). Hal ini berarti bahwa variabel perputaran modal kerja terdistribusi secara tidak normal. Ha diterima dan Ho ditolak.
b). Nilai K-S untuk variabel return spread adalah 1,418 dengan
likuiditas signifikan Asymp.Sig.(2-tailed) 0,036. Nilai tersebut di
atas α = 0,05 karena Asymp. Sis (2-tailed) lebih besar dari α/2 (0,025). Hal ini berarti bahwa variabel return spread terdistribusi
secara normal. Ho diterima dan Ha ditolak.
c). Nilai K-S untuk variabel likuiditas ( Current Ratio ) adalah 1,726
dengan likuiditas signifikan Asymp.Sig.(2-tailed) 0,005. Nilai
tersebut di bawah α = 0,05 karena Asymp. Sis (2-tailed) lebih kecil Normal
Parametersa
Mean 24.336592 .038947 3.013047
Std. Deviation 167.6265171 .1075440 2.1915567 Most
Extreme Differences
Absolute .478 .161 .195
Positive .478 .161 .195
Negative -.352 -.129 -.149
Kolmogorov-Smirnov Z 4.221 1.418 1.726
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .036 .005
a. Test distribution is Normal.
(60)
secara tidak normal. Ha diterima dan Ho ditolak.
Untuk menguji apakah data grafik variabel Perputaran Modal Kerja, Return Spread dan Likuiditas ( Current Rasio ) memiliki
distribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan menggambarkan kurva histogram yaitu sebagai berikut.
43
Gambar 4.1
Histogram Sebelum Transformasi
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2011
Hasil tampilan kurva histogram di atas dapat terlihat bahwa bentuk kurva dengan kemiringan cenderung ke kiri, hal ini menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi dengan normal.
(61)
dilihat titik – titik menyebar jauh dari garis diagonal yang menunjukkan data tidak terdistribusi dengan normal.
44
Gambar 4.2
Grafik Normal P-Plot Sebelum Transformasi
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2011
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 106) ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal yaitu :
(62)
2). lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,
3). lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu
nilai tertentu.
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, peneliti melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln). Setelah itu, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil pengujian dengan Kolmogorov - Smirnov setelah dilakukan transformasi:
45
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas (2)
Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2011
Berdasarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa setelah ketiga
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LN_PMK LN_Spread LN_CR
N 70 38 78
Normal Parametersa,b Mean 1.5582 -2.5370 .8767
Std. Deviation 1.06737 .99066 .66571 Most Extreme
Differences
Absolute .176 .093 .079
Positive .176 .084 .079
Negative -.121 -.093 -.078
Kolmogorov-Smirnov Z 1.474 .575 .696
Asymp. Sig. (2-tailed) .026 .895 .717
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(63)
terdistribusi secara normal dengan nilai signifikansi masing - masing variabel yaitu Ln_PMK (0,026), Ln_Spread (0,895) dan Ln_CR (0,717) berada di atas 0,05. Dengan demikian maka Ho diterima yang berarti bahwa data terdistribusi dengan normal. Hasil pengujian normalitas dengan histogram juga dapat dilihat pada gambar berikut:
46
Gambar 4.3
Histogram Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2011
Berdasarkan kurva histogram di atas, dapat dilihat bahwa kurva menyerupai bentuk lonceng yang hampir sempurna dengan kemiringan
(64)
ini menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal.
Menurut Ghozali (2005 : 112), “pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-P Plot of Regression, yaitu jika data (titik)
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data telah terdistribusi normal”.
47
Gambar 4.4 Grafik Normal P-Plot
Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural
(65)
merupakan grafik Normal P-Plot Regression yang telah ditransformasi
dengan Logaritma Natural, di mana memperlihatkan titik – titik menyebar berhimpitan di sekitar diagonal dan ini menunjukkan data dalam model regresi berdistribusi normal. Secara keseluruhan data telah terdistribusi secara normal, selanjutnya dapat dilakukan pengujian asumsi klasik lainnya
48
4.1.2.2. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengaganggu periode sebelumnya dalam model regresi.
Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada kata yang tersusun, baik berupa data cross sectional
dan time series. Autokorelasi yang terjadi dalam model regresi
menimbulkan koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat dan model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.
(66)
autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW). Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi apaibla nilai d<w<4-du.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .675 .456 .420 .45323
a. Predictors: (Constant), LN_Spread, LN_PMK b. Dependent Variable: LN_CR
Model Summary
Model R R Square Durbin-Watson
1.363
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2011
Berdasarkan uji diatas tampak bahwa nilai Durbin Watson hitung 1,363. Dengan jumlah variabel bebas (k) = 2, dengan jumlah sampel (n) = 78, maka dl = 1,448 dan du = 1,626. Nilai Durbin Watson
49 hitung terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) yaitu
2,374, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi.
4.1.2.3. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficient Correlationsa
Model LN_Spread LN_PMK
1 Correlations LN_Spread 1.000 .372
LN_PMK .372 1.000
Covariances LN_Spread .008 -.002
(67)
Dari
tabel dapat dilihat bahwa hasil besaran korelasi antar variabel bebas adalah 0,372 atau sekitar 37%. Karena korelasi ini masih di bawah 95% maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas yang serius.
Menurut Ghozali (2005 : 91) untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari :
1) nilai tolerance dan lawannya, 2) Variance Inflatin Factor (VIF).
Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10.
50
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2011
Coefficients
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
LN_PMK .861 1.161
(68)
Dari hasil pengujian, dapat dilihat bahwa angka tolerance
perputaran modal kerja dan perputaran return spread > 0,10 yaitu 0,861 dan VIFnya < 10 yaitu 1,161. Ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas diantara variabel independen dalam penelitian.
4.1.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS 18.0. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Dasar Pengambilan keputusannya adalah :
a). Hasil uji dalam bentuk pola yang tidak jelas berbentuk titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y tidak terjadi heteroskedastisitas.
51 b). Hasil Uji terdapat pola tertentu berbentuk titik – titik yanga ada
(69)
heteroskedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik – titik pada gambar.
Gambar 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2011
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik di atas
52 maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas
(70)
4.1.3.1. Metode Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased
Estimator (BLUE) dan layak untuk dilakukan analisis statistik
selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis. Adapun hasil pengolahan data dengan analisis regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta
Toler ance VIF
1 (Constant) 1.983 .301 6.580 .000
LN_PMK -.322 .064 -.724 -5.074 .000 .861 1.161 LN_Spread .133 .090 .212 1.483 .148 .861 1.161 a. Dependent Variable: LN_CR
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2011
Berdasarkan tabel 4.7 pada kolom Unstandardized Coefficients
bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda yait
1,983 - 0,322 X1 + 0,133 X2 + e
53 Dimana :
(71)
X2 = Return Spread
e = Tingkat kesalahan pengganggu
Penjelasan dari nilai a, b1, b2 dan b3 pada Unstandardized
Coefficients tersebut dapat dijelaskan dibawah ini.
a. Nilai B Constant (a)= 1,983 = konstanta
Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas yaitu perputaran modal kerja dan return spread, maka
perubahan nilai likuiditas yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar 1,983.
b. Nilai B LN_PMK (b1) = - 0,322 = perputaran modal kerja
Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perputaran kas sebesar 1 satuan, likuiditas akan menurun sebesar 0,322 satuan atau 32,2% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. c. Nilai B LN_Spread (b2) = 0,133 = return Spread
Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perputaran return spread sebesar 1 satuan, maka likuiditas akan
menurun sebesar 0,133 satuan atau 13,3% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
54
(72)
setiapvariabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Dalam uji t digunakan hipotesis seperti yang terlihat berikut ini.
Ho : b1,b2,b3 = 0, artinya perputaran modal kerja dan return spread
tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas secara parsial pada perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Ha: b1,b2,b3 ≠ 0, artinya perputaran modal kerja dan return spread
berpengaruh signifikan terhadap likuiditas secara parsial pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kriteria :
Ho diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabeluntuk α = 5%
Ha diterima dan Ho ditolak jika t hitung > t tabeluntuk α = 5%
55
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t
(1)
Gambar 4.3
Histogram Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural
(2)
Gambar 4.4
Grafik Normal P-Plot
Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural
Sumber :
Output
SPSS, diolah penulis, 2011
(3)
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
1
.675
.456
.420
.45323
a. Predictors: (Constant), LN_Spread, LN_PMK b. Dependent Variable: LN_CR
Model Summary
Model
R
R Square
Durbin-Watson
1.363
Sumber :
Output
SPSS, diolah penulis, 2011
Lampiran xv
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficient CorrelationsaModel LN_Spread LN_PMK
1 Correlations LN_Spread 1.000 .372
LN_PMK .372 1.000
Covariances LN_Spread .008 -.002
LN_PMK -.002 .004
b. Dependent Variable: LN_CR
(4)
Tabel 4.6
Hasil Uji
Multikolinearitas
Lampiran xvii
Gambar 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber :
Output
SPSS, diolah penulis, 2011
Coefficients
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LN_PMK .861 1.161
LN_Spread .861 1.161
b. Dependent Variable: LN_CR
(5)
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta
Toler ance VIF
1 (Constant) 1.983 .301 6.580 .000
LN_PMK -.322 .064 -.724 -5.074 .000 .861 1.161
LN_Spread .133 .090 .212 1.483 .148 .861 1.161
a. Dependent Variable: LN_CR
Sumber :
Output
SPSS, diolah penulis, 2011
Lampiran xix
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficientst Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.983 .301 6.580 .000
LN_PMK -.322 .064 -.724 -5.074 .000
LN_Spread .133 .090 .212 1.483 .148
b. Dependent Variable: LN_CR
(6)
Lampiran xx
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.328 2 2.664 12.968 .000a
Residual 6.368 31 .205
Total 11.696 33
a. Predictors: (Constant), LN_Spread, LN_PMK b. Dependent Variable: LN_CR
Sumber :
Output
SPSS, diolah penulis, 2011
Lampiran xxi
Tabel 4.10
Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model SummaryModel R R Square Adjusted R Square
1 .675a .456 .420
a. Predictors: (Constant), LN_Spread, LN_PMK