sebanyak 14 orang 17.5, yang memiliki kompetensi komunikasi sedang sebanyak 56 orang 70, sedangkan yang memiliki kompetensi
komunikasi tinggi sebanyak 10 orang 12.5.
2 Kategorisasi Skor Kompetensi Komunikasi Remaja Awal Bilingual
Dengan memperhatikan mean empirik sebesar 145.19 dan standar deviasi sebesar 10.976, maka kriteria kategorisasi kompetensi komunikasi remaja
awal bilingual dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 12. Kategorisasi Skor Kompetensi Komunikasi Remaja Awal Bilingual
Kriteria Rentang Skor
N Persentase
Rendah X 134.214
10 12.5
Sedang 134.214
≤ X 156.166 55
68.75 Tinggi
156.166 ≤ X
15 18.75
Jumlah 80
100
Berdasarkan kriteria kategorisasi pada tabel 12, dapat diketahui bahwa remaja awal bilingual yang memiliki kompetensi komunikasi rendah
sebanyak 10 orang 12.5, yang memiliki kompetensi komunikasi sedang sebanyak 55 orang 68.75, sedangkan yang memiliki
kompetensi komunikasi tinggi sebanyak 15 orang 18.75.
3. Hasil Tambahan
Setelah dilakukan pengujian statistik untuk data utama dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa ada perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja
Universitas Sumatera Utara
awal bilingual dan monolingual. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk melihat lebih jauh tentang perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja
awal berdasarkan usia, jenis kelamin, komponen-komponen kompetensi komunikasi, dan berdasarkan indikator perilakunya
a Perbedaan Kompetensi Komunikasi Berdasarkan Usia
Perbedaan kompetensi komunikasi subjek penelitian berdasarkan usia digunakan menjadi hasil tambahan dalam penelitian ini. Analisa statistik yang
digunakan adalah ANOVA dengan bantuan SPSS version 16.0 for Windows. Jika diperoleh nilai signifikansi p 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja awal berdasarkan usia. Sebaliknya jika diperoleh nilai p 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja awal berdasarkan usia. Hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Perhitungan ANOVA Kompetensi Komunikasi Berdasarkan Usia
Sum of Squares
Df Mean
Square F
Sig. Between Groups
Within Groups Total
345.513 19810.681
20156.194 3
156 159
115.171 126.992
.907 .439
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 13, dapat dilihat bahwa nilai F= 0.907 dan p= 0.439, yang artinya p 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja awal berdasarkan usia.
b Perbedaan Kompetensi Komunikasi Berdasarkan Jenis Kelamin
Perbedaan kompetensi komunikasi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin juga digunakan sebagai hasil tambahan dalam penelitian ini. Analisa
statistik yang digunakan adalah uji ANOVA, jika diperoleh nilai signifikansi p 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kompetensi
komunikasi antara remaja awal berdasarkan jenis kelamin. Sebaliknya jika diperoleh nilai p 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
kompetensi komunikasi antara remaja awal berdasarkan jenis kelamin. Hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 14. Hasil Perhitungan ANOVA Kompetensi Komunikasi Berdasarkan Jenis Kelamin
Sum of Squares df
Mean Square F
Sig. Between Groups
Within Groups Total
310.608 19845.586
20156.194 1
158 159
310.306 125.605
2.473 .118
Berdasarkan tabel 14 diatas dapat diketahui bahwa nilai F= 2.473 dan p= 0.118, yang artinya p 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja awal berdasarkan jenis kelamin.
Universitas Sumatera Utara
c Perbedaan Kompetensi Komunikasi Berdasarkan Komponen- Komponennya
Sebagai hasil tambahan selanjutnya, akan dilihat apakah terdapat perbedaan kompetensi komunikasi di tiap komponennya pada subjek penelitian, baik
yang monolingual maupun bilingual. Adapun komponen yang dimaksud adalah tiga komponen kompetensi komunikasi menurut Brian Spitzberg dan
William Cupach dalam Greene Burleson, 2003; Payne, 2005, yaitu: pengetahuan Knowledge, keterampilan Skills, dan motivasi Motivation.
Analisa yang digunakan pada tiap komponen adalah uji t, dengan bantuan SPSS version 16.0 for Windows. Jika diperoleh nilai signifikansi p 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kompetensi komunikasi pada komponen tersebut antara remaja awal bilingual dan monolingual. Sebaliknya,
jika diperoleh nilai p 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kompetensi komunikasi pada komponen tersebut antara remaja
awal bilingual dan monolingual. Hasil analisanya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 15. Hasil Analisa Kompetensi Komunikasi Tiap Komponen
Komponen Program
Mean SD
Min Maks
Nilai t Nilai p
Knowledge
Monolingual 47.36
4.549 37
56 2.179
0.031 Bilingual
45.98 3.472
38 55
Motivation
Monolingual 53.08
4.783 43
64 4.852
0.000 Bilingual
49.36 4.894
37 60
Skill
Monolingual 50.79
4.322 41
66 1.323
0.188 Bilingual
49.85 4.639
38 60
Ket: = p 0.05
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa ada perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja awal bilingual dan monolingual pada komponen
knowledge dan motivation, dimana nilai p 0.05, yaitu p=0.031 dan p=0.000. Dari hasil analisa juga dapat dilihat bahwa pada komponen knowledge dan
motivation, nilai rata-rata subjek monolingual lebih besar dari pada subjek bilingual, yang berarti subjek monolingual memiliki kompetensi komunikasi
yang lebih baik pada komponen knowledge dan motivation dibandingkan dengan subjek bilingual. Sedangkan pada komponen skill tidak terdapat
perbedaan kompetensi antara remaja bilingual dengan monolingual, hal ini dapat dilihat dari nilai p 0.05, dimana p=0.188.
d Perbedaan Kompetensi Komunikasi Berdasarkan Indikator Perilakunya
Sebagai hasil tambahan selanjutnya, akan dilihat apakah terdapat perbedaan kompetensi komunikasi di tiap-tiap indikator perilaku dari masing komponen
kompetensi komunikasi pada subjek penelitian baik yang monolingual maupun bilingual.
Analisa yang digunakan pada tiap komponen adalah uji t, dengan bantuan SPSS version 16.0 for Windows. Jika diperoleh nilai signifikansi p 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kompetensi komunikasi pada indikator perilaku tersebut. Sebaliknya, jika diperoleh nilai p 0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kompetensi komunikasi pada indikator perilaku tersebut antara remaja awal bilingual dan monolingual.
Hasil analisanya dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16. Hasil Analisa Kompetensi Komunikasi Tiap Indikator Perilaku
Indikator Perilaku Mean
SD Hasil Analisa
Mono Bili
Mono Bili
Nilai t Nilai p
Knowledge
Memahami siapa yang diajak berkomunikasi
12.18 11.90
1.712 1.259
1.157 0.249
Mengetahui apa yang harus diucapkan dan
dilakukan dalam situasi tertentu
12.48 12.11
1.615 1.599
1.427 0.156
Sadar akan respon yang diberikan orang lain
11.45 11.26
1.909 1.465
0.697 0.487
Memahami isi pesan yang disampaikan
11.26 10.70
1.447 1.570
2.356 0.020
Motivation
Memiliki keinginan untuk memulai
komunikasi
11.86 11.00
1.719 1.903
3.008 0.003
Memiliki keinginan untuk terlibat dalam
situasi komunikasi
15.04 14.12
2.207 2.166
2.639 0.009
Tidak takut akan tanggapan yang tidak
diinginkan dari orang lain
14.74 13.52
1.791 2.050
3.984 0.000
Berusaha untuk selalu meninggalkan kesan
yang baik
11.44 10.71
1.735 1.569
2.773 0.006
Skill
Tertarik dan memperhatikan orang
lain dalam berkomunikasi
13.76 14.41
2.183 1.867
2.024 0.045
Tidak cemas menghadapi berbagai
situasi komunikasi
14.15 13.52
2.784 2.585
1.471 0.143
Ekspresif
11.40 10.78
1.411 1.721
2.512 0.013
Mampu mengelola interaksi dalam
komunikasi
11.48 11.14
1.396 1.682
1.381 1.169
Ket: = p 0.05
Berdasarkan hasil analisa yang telah ditunjukkan oleh tabel 16, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja awal
bilingual dan monolingual pada tujuh indikator perilaku dari keseluruhan dua
Universitas Sumatera Utara
belas indikator perilaku yang ada, sedangkan lima indikator perilaku yang lain tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Pada komponen knowledge terdapat satu indikator perilaku yang menyatakan ada perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja awal
bilingual dan monolingual nilai p=0.020, dimana mean atau nilai rata-rata remaja awal monolingual lebih tinggi dibandingkan dengan mean remaja
bilingual, sehingga disimpulkan bahwa pada indikator ini kompetensi komunikasi remaja awal monolingual lebih baik dari remaja awal bilingual.
Pada komponen motivation terdapat perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja awal bilingual dan monolingual di tiap indikator perilakunya,
dimana mean remaja awal monolingual lebih tinggi dari dari mean remaja awal bilingual, sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi komunikasi
remaja awal monolingual lebih baik dari remaja awal bilingual pada semua indikator perilaku komponen motivation.
Pada komponen skill terdapat dua indikator perilaku yang menyatakan ada perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja awal bilingual dan
monolingual. Pada indikator perilaku pertama p=0.045, diperoleh mean remaja awal bilingual lebih tinggi dari mean remaja awal monolingual
sehingga disimpulkan bahwa kompetensi komunikasi remaja bilingual lebih baik dari monolingual pada indikator ini. Pada indikator perilaku lain
p=0.013, mean remaja awal monolingual lebih tinggi, sehingga disimpulkan kompetensi komunikasi remaja awal monolingual lebih baik dari remaja awal
bilingual pada indikator perilaku ini.
Universitas Sumatera Utara
C. PEMBAHASAN