Kategori Bilingual Dampak Positif Bilingual

2. Kategori Bilingual

Miller 1983 mengemukakan bahwa terdapat dua kategori bilingual berdasarkan konteks atau setting belajar, yaitu: a Compound Bilingual Dalam konteks ini, individu mempelajari satu bahasa melalui medium bahasa lain atau individu mempelajari dua bahasa dalam setting yang sama. Misalnya individu belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa asli dan menggunakan kedua bahasa ini di rumah. b Coordinate True Bilingual Dalam konteks ini, individu mempelajari dua bahasa dalam konteks yang berbeda. Misalnya seorang anak mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia di rumah dan kemudian belajar bahasa Inggris di sekolah. Jadi individu mempelajari dua bahasa dalam tempat atau setting yang berbeda. Menurut Dr. David Freeman, Professor of Curriculum and Instruction, dan Dr. Yvonne Freeman, Professor of Bilingual Education dari Amerika serikat dalam Wika, 2010, ada dua tipe bilingual, yaitu: a Substractive programs, yaitu program pendidikan di mana semua instruksi pelajaran disampaikan dalam bahasa Inggris. Penggunaan bahasa pertama digantikan sepenuhnya oleh bahasa Inggris. Kebanyakan sekolah-sekolah bilingual di Indonesia menerapkan program ini. b Additive programs, yaitu proses pembelajaran dilakukan dalam bahasa pertama anak maupun bahasa asing. Fokus utamanya adalah mengembangkan Universitas Sumatera Utara keterampilan berbahasa akademik anak, baik dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris.

3. Dampak Positif Bilingual

Baker 1995 mengatakan bahwa menerapkan bilingual pada anak merupakan suatu keputusan yang penting. Bilingual memberi dampak pada kehidupan anak dan orangtuanya. Bilingual atau monolingual akan mempengaruhi identitas anak saat dewasa yaitu, sekolah, pekerjaan, pernikahan, area tempat tinggal, perjalanan dan cara berpikir. Kemampuan bilingual bukan hanya sekedar mempunyai dua bahasa, akan tetapi juga mempunyai konsekuensi pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya. Terdapat banyak keuntungan dan sangat sedikit kerugian dengan menguasai bilingual. Dengan menguasai bilingual, anak mampu berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya dengan bahasa yang sama dimiliki anggota keluarga tersebut karena anak menguasai dua bahasa. Anak yang memiliki kemampuan bilingual mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bangsa dan etnis dalam ruang lingkup yang lebih luas dan bervariasi dibanding anak yang monolingual Baker, 1995. Selanjutnya Baker 2001 mengatakan keuntungan lain dalam berkomunikasi secara bilingual adalah ketika anak belajar dalam dua bahasa, saat dewasa dapat mengakses dua literatur, memahami tradisi yang berbeda, juga cara berpikir dan bertindak. Anak atau orang dewasa yang memiliki kemampuan bilingual akan memiliki dua atau lebih pengalaman di dunia, karena setiap bahasa Universitas Sumatera Utara berjalan dengan sistem perilaku yang berbeda, pepatah kuno, cerita, sejarah, tradisi, cara berkomunikasi, literatur yang berbeda, musik, bentuk hiburan, tradisi religius, ide dan kepercayaan, cara berpikir,dan bentuk kepedulian. Dengan dua bahasa maka akan didapat pengalaman budaya yang lebih luas dan sangat mungkin untuk menghasilkan toleransi yang lebih besar antara budaya-budaya yang berbeda serta akan menipiskan rasa rasialis. Monolingual juga bisa mengenal perbedaan budaya, tapi untuk mengenal budaya-budaya yang berbeda dibutuhkan bahasa dari budaya tersebut. Memiliki kemampuan bilingual memberi kesempatan yang lebih besar untuk secara aktif mengenal budaya, karena menguasai bahasa dari budaya tersebut. Baker 2001 juga mengatakan terlepas dari aspek sosial, budaya, ekonomi, hubungan pribadi dan keuntungan komunikasi, riset telah menunjukkan bahwa bilingual memberi keuntungan tertentu dalam berpikir, anak yang memiliki kemampuan bilingual akan memiliki dua atau lebih kata-kata untuk setiap obyek dan ide. Ketika terdapat perbedaan asosiasi pada setiap kata, anak yang memiliki kemampuan bilingual dapat berpikir lebih tajam, fleksibel, kreatif, dan dapat membawa seseorang menjadi lebih hati-hati dalam berkomunikasi dengan orang- orang yang berbeda bahasa. Hal senada juga diungkapkan Bialystok dalam Santrock, 2007 bahwa anak-anak yang fasih berbicara dalam dua bahasa akan menunjukkan kinerja kontrol perhatian, formasi konsep, pemikiran analitis, fleksibilitas kognitif, dan kompleksitas kognitif yang lebih baik dibandingkan anak-anak sebayanya yang hanya menguasai satu bahasa atau monolingual. Anak-anak bilingual juga Universitas Sumatera Utara memiliki kepekaan terkait dengan struktur bahasa lisan dan tulisan, dan lebih mampu menyadari kesalahan pada tata bahasa dan makna yang akan sangat membantu ketrampilan mereka dalam membaca. Beberapa kemampuan potensial dari bilingual Baker, 2001: a Kemampuan komunikasi Penggunaan bilingual dapat mengembangkan kemampuan komunikasi, anak dapat berkomunikasi dengan menggunakan dua bahasa yang dipelajari atau bahasa yang biasa digunakan oleh anak terhadap orang anggota keluarga dan juga terhadap orang lain. b Kemampuan mengenal budaya Penggunaan bilingual membantu anak mengenal budaya asing, karena setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku dan budaya yang berbeda. Dengan mengenal bahasa, anak dapat mengenal budaya dari bahasa tersebut, juga menumbuhkan sikap toleransi anak terhadap orang lain yang memiliki budaya berbeda. c Kemampuan perkembangan kognitif Penggunaan bilingual mengembangkan kemampuan berpikir anak, anak menjadi kreatif dan memiliki dua atau lebih kata-kata untuk setiap obyek dan ide, juga membuat anak lebih hati-hati dalam berkomunikasi dengan orangorang yang berbeda bahasa. Hal serupa juga diungkapkan Itta 2007 dalam penelitiannya mengenai kemampuan berbahasa anak dengan pembelajaran bilingual, yang menyatakan bahwa pembelajaran bilingual mampu mengembangkan kognitif anak dengan baik. Universitas Sumatera Utara d Kemampuan mengembangkan kepribadian Penggunaan bilingual dapat menumbuhkan dan menaikkan rasa percaya diri pada anak, karena dengan menguasai dua bahasa anak lebih berani untuk berkomunikasi dan tetap merasa aman dalam lingkungan yang menggunakan dua bahasa yang dipahami oleh anak.

4. Dampak Negatif Bilingual