12 Undang-Undangan yang berlaku. Permintaan tersebut disampaikan kepada
farmasisapoteker agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak Jas, 2009.
2.3.2 Tujuan penulisan resep
Penulisan resep bertujuan untuk memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi sekaligus meminimalkan kesalahan dalam pemberian
obat. Secara umumnya, rentang waktu buka instalasi farmasi atau apotek lebih panjang dalam pelayanan farmasi dibandingkan praktek dokter, maka dengan
wujudnya penulisan resep diharapkan akan memudahkan pasien dalam mengakses obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan penyakit yang dihadapinya. Melalui
penulisan resep, peran dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi obat kepada masyarakat dapat ditingkatkan karena tidak semua golongan obat
dapat diserahkan kepada masyarakat secara bebas. Selain itu dengan adanya penulisan resep, pemberian obat juga lebih rasional dengan adanya penulisan
resep dibandingkan dengan dispensing obat diberikan sendiri oleh dokter, dokter bebas memilih obat secara tepat, ilmiah dan selektif. Penulisan resep juga dapat
membentuk suatu pelayanan yang berorientasi kepada pasien patient oriented, dan penghindaran material oriented. Dalam masa yang sama, resep berperan juga
sebagai rekam medis medical record yang dapat dipertanggungjawabkan, maka sifatnya adalah rahasia Jas, 2009.
2.3.3 Kerahasiaan dan kode etik penulisan resep
Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan kefarmasian. Oleh karena itu, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada
yang tidak berhak. Resep bersifat rahasia yang harus dijaga oleh dokter dengan
Universitas Sumatera Utara
13 apoteker karena resep menyangkut penyakit penderita, khususnya beberapa
penyakit di mana penderita tidak ingin orang lain mengetahuinya. Selain kerahasiaan resep yang harus dijaga, terdapat kode etik dan kaidah penulisan
resep yang diperlukan bagi menjaga hubungan dan komunikasi kolegalitas yang harmonis di antara profesional yang berhubungan, antara lain: medical care,
pharmaceutical care dan nursing care Jas, 2009.
2.3.4 Format penulisan resep
Menurut Jas 2009, resep terdiri dari 6 bagian : 1. Inscriptio : nama dokter, no. SIP, alamatteleponHPkotatempat, tanggal
penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai identitas dokter penulis resep. Format inscription suatu resep dari
rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi. 2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R = resipe”
artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker.
3. PrescriptioOrdonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan.
4. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan
keberhasilan terapi. 5. Subscrioptio : yaitu tanda tanganparaf dokter penulis resep berguna sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut.
6. Pro diperuntukkan : dicantumkan nama dan umur pasien.
Universitas Sumatera Utara
14
2.3.5 Prinsip penulisan resep di Indonesia
Setiap negara mempunyai ketentuan sendiri tentang informasi apa yang harus tercantum dalam sebuah resep WHO, 1994. Berikut ini prinsip penulisan
resep yang berlaku di Indonesia. 1. Obat ditulis dengan nama patendagang, generik, resmi atau kimia.
2. Karakteristik nama obat ditulis harus sama dengan yang tercantun di label kemasan.
3. Resep ditulis dengan jelas di kop resep resmi. 4. Bentuk sediaan dan jumlah obat ditentukan dokter penulis resep.
5. Signatura ditulis dalam singkatan bahasa latin. 6. Pro atau peruntukan dinyatakan umur pasien.
2.3.6 Menulis resep