BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, model diartikan sebagai pola contoh, acuan, ragam, dan lain sebagainya dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan. Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran adalah upaya
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan
siswa serta antara siswa dengan siswa. Pembelajaran merupakan perpaduan dari aktivitas belajar dan mengajar. Teori
dari R. Gagne dalam Slameto 2010: 13 memberikan dua definisi mengenai belajar, yaitu:
1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan kebiasaan dan tingkah laku;
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Menurut Joyce sebagaimana dikutip oleh Triyanto 2011: 5 model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
9
10
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk buku- buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.
Yulianti Wiyanto 2009: 25 mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas
dan menunjukkan cara penggunaan materi pembelajaran buku, video, komputer, bahan-bahan praktikum. Yulianti Wiyanto 2009: 26 juga menyatakan bahwa
istilah model pembelajaran mempunyai ciri-ciri khusus yaitu: a rasional teoritik yang logis; b ada landasan pemikiran tentang bagaimana siswa belajar; c tingkah laku
mengajar agar model dapat dilaksanakan; d lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2.2 SAVI
2.2.1 Pengertian SAVI
Belajar berdasarkan aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuhpikiran
terlibat dalam proses pembelajaran Meier, 2002: 90. Belajar dengan aktivitas secara fisik jauh lebih efektif karena pembelajaran ini dapat melibatkan sepenuhnya anggota
tubuh dan indera yang dimiliki oleh siswa dibandingkan dengan belajar dengan metode ceramah dan berpusat pada guru. Gagne dalam Slameto 2010: 14
mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dibagi menjadi lima kategori, yang disebut
“The Domains of Learning” yaitu: 1 keterampilan
11
motoris motor skill; 2 informasi verbal; 3 kemampuan intelektual; 4 strategi kognitif; dan 5 sikap.
Pembelajaran model SAVI memiliki kepanjangan Somatic, Auditory, Visualisation and Intelectually. Unsur-unsur SAVI terdiri dari Somaticsomatis yang
berarti belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditoryauditori yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar, Visualisationvisualisasi yaitu belajar dengan mengamati
dan menggambarkan dan Intellectuallyintelektual yang artinya belajar dengan memecahkan masalah dan merenung Meier, 2002: 92.
2.2.2 Karakteristik SAVI
2.2.2.1 Somatic Somatic atau
“Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma seperti dalam psikomatis. Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba,
kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar Meier, 2002: 92. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, somatis artinya sesuatu yang berkaitan dengan tubuh. Jadi, somatis merupakan kegiatan belajar dengan cara melibatkan anggota tubuh seperti bergerak,
berjalan dan menyentuh. Silberman 2014: 24 menjelaskan bahwa siswa kinestetik belajar terutama
dengan terlibat langsung dengan kegiatan. Mereka cenderung impulsive, semaunya, dan kurang sabaran serta akan merasa terkekang apabila harus diam dan tidak
melakukan sesuatu. Berdasarkan penelitian neurologis bahwa tubuh dan pikiran itu
12
adalah satu. Jadi dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar berarti menghalangi juga fungsi pikiran mereka
sepenuhnya Meier, 2002: 93. 2.2.2.2 Auditory
Auditory atau auditori berasal dari kata audio yang artinya adalah sesuatu yang dapat didengar. Kegiatan belajar yang lebih banyak dilakukan di sekolah adalah
cara belajar dengan auditori namun masih terbatas pada siswa yang hanya mendengarkan penjelasan dari guru sedangkan kegiatan siswa dalam berbicara dan
mengungkapkan masih rendah. Kebutuhan mendengar dan berbicara sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Mendengar dapat memberi kita informasi mengenai apa yang disampaikan oleh orang lain dan berbicara merupakan upaya kita untuk
mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Belajar auditori merupakan belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran manusia lebih kuat daripada yang disadari,
telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa disadari. Menurut Meier 2002, 95, belajar auditori merupakan cara belajar standar
bagi semua masyarakat sejak awal sejarah. Belajar dengan auditori dapat menggunakan pengulangan dengan meminta siswa menyebutkan kembali konsep,
Guru menggunakan variasi vokal berupa perubahan nada, kecepatan dan volume DePorter et al., 2005: 85. Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi siswa
diperlukan kegiatan yang merangsang siswa untuk tertarik mendengarkan dan berani
13
mengungkapkan sesuatu. Hal ini dapat dilakukan dengan meminta siswa untuk membicarakan apa yang sedang dipelajari dalam kelas dan mengungkapkan
kesimpulan dari kegiatan pembelajaran. 2.2.2.3 Visualisation
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak
perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Belajar dengan cara visualisasi dapat membantu pembelajar melihat inti masalah dari
materi yang sedang dipelajari. Setiap orang terutama pembelajar visual lebih mudah belajar jika dapat
“melihat” apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Pembelajaran visual belajar paling baik jika
mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar Meier, 2002: 98.
Menurut Silberman 2014: 28 siswa visual berbeda dengan siswa auditori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan
oleh guru, dan membuat catatan. Kegiatan kerja ilmiah sangat memungkinkan bagi siswa untuk belajar secara visual dengan mengamati dan menggambarkan kasus atau
fenomena yang sedang dipelajari. 2.2.2.4 Intelectually
Menurut Meier 2002: 99, kata “intelektual” menunjukkan apa yang harus
dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka
14
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.
“Intelektual” adalah bagian diri dari merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna.
Meier juga mengungkapkan bahwa intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran; sarana yang digunakan manusia untuk
“berpikir”, menyatukan pengalaman, mencipta jaringan saraf baru, dan belajar.
Karakteristik SAVI yang telah diuraikan kemudian dapat digabungkan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung optimal dan memenuhi kebutuhan
belajar siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Keempat unsur SAVI dapat digabungkan melalui beberapa kegiatan siswa, misalnya orang dapat belajar
sedikit dengan menyaksikan presentasi V, tetapi mereka dapat belajar jauh lebih baik dan dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung S,
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari A, dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka I Meier,
2002: 100. Unsur-unsur yang terdapat dalam SAVI dapat membantu siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda sehingga dapat diterapkan di kelas.
2.3 Kerja Ilmiah
2.3.1 Pengertian Bekerja Ilmiah
Kerja ilmiah merupakan cara kerja yang dipakai ilmuwan untuk memecahkan masalah, yaitu dengan menerapkan metode ilmiah. Sedangkan menurut Rustaman
Rustaman 2003: 6 “bekerja ilmiah” sebagai lingkup proses berkaitan erat dengan
15
konsep. Dengan demikian bekerja ilmiah mengitegrasikan isi sains ke dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang membekali siswa pengalaman belajar secara
langsung. Rustaman Rustaman 2003: 8 mengungkapkan bahwa bekerja ilmiah
sesungguhnya adalah perluasan dari metode ilmiah yang berkaitan dengan keterampilan proses yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
… metode ilmiah dijabarkan ke dalam jenis-jenis keterampilan proses sebagai keterampilan dasar yang harus dikembangkan atau dilatihkan
sebelum seseorang mampu menggunakan metode ilmiah. Dalam metode ilmiah dikenal adanya langkah-langkah tertentu secara berurutan yang
harus dilakukan, mulai dari merumuskan masalah hingga menyimpulkan bahkan membuat generalisasi. Dengan demikian jelaslah bahwa terdapat
keterkaitan erat antara bekerja ilmiah dengan pendekatan keterampilan proses.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kegiatan praktikum dapat menunjang penguasaan konsep. Selain itu, dengan melakukan kegiatan praktikum
siswa menjadi termotivasi belajar sains. Dalam kegiatan praktikum dikembangkan keterampilan-keterampilan dasar bereksperimen sehingga kegiatan praktikum
merupakan wahana pengembangan penyelidikan ilmiah. Menurut Yulianti Wiyanto 2009: 2, fisika merupakan bagian dari sains
yang mempelajari tentang zat dan energi dalam segala bentuk manifestasinya. Dalam pembelajaran fisika dibutuhkan kerja ilmiah yang merupakan serangkaian kegiatan
ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui hasil penelitian berdasarkaan pertanyaan atau rumusan dari permasalahan terhadap suatu kasus atau fenomena.
16
2.3.2 Langkah-Langkah Kerja Ilmiah
Langkah-langkah kerja ilmiah merupakan proses dari kegiatan ilmiah yang sering disebut sebagai metode ilmiah. Sebagaimana dikutip oleh Yulianti Wiyanto
2009: 7, metode ilmiah yang telah dikenalkan oleh Galileo Galilei dan Fracis Bacon meliputi:
1. Mengidentifikasi masalah; 2. Menyusun hipotesis;
3. Memprediksi konsekuensi dari hipotesis; 4. Melakukan eksperimen untuk mengujikan prediksi;
5. Merumuskan hukum umum sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi dan eksperimen.
Yulianti Wiyanto 2009: 15 menambahkan bahwa metode eksperimen dikenal dengan nama metode percobaan yang merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli. Melalui metode eksperimen, siswa dapat dilatih untuk menggunakan metode ilmiah dan sikap
ilmiah secara benar. Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan, menganalisa dan membuktikan serta menarik kesimpulan.
Melalui metode ini, terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ilmiah, diantaranya:
1. Hasil belajar tahan lama diingat; 2. Memperkaya pengalaman siswa;
17
3. Mengembangkan sikap berpikir ilmiah; 4. Siswa terhindar dari verbalisme;
5. Mengembangkan sikap suka bereksplorasi tentang sains. Kekurangan metode ilmiah:
1. Memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; 2. Tidak semua materi dapat dieksperimenkan;
3. Setiap eksperimen tak membuahkan hasil yang diharapkan.
2.4 Motivasi
2.4.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang memiliki arti sebab atau alasan. Dalam Slameto 2010: 58, James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai
berikut : “Motive is an effective-conative faktor which operates in determining the
direction of an indivi dual’s behavior towards an end or goal, consioustly
apprehended or unconsioustly ”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
motif erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak
suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dari dalam diri seseorang. Sardiman, 2004: 75.
18
Menurut Slameto 2003: 58, dalam proses pembelajaran haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau
padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubunganmenunjang belajar.
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau dari dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: 1 mengetahui apa
yang akan dipelajari; dan 2 memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik
untuk belajar Sardiman, 2004: 40. Motivasi sebagai salah satu faktor psikologis, seperti yang dikemukakan oleh
Arden N. Frandsen dalam Sardiman 2004: 46 bahwa ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar, yakni:
1.
Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
2.
Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk selalu maju;
3.
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman- temannya.
4.
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperassi dengan kompetisi;
19
5.
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;
6.
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
2.4.2 Jenis-jenis Motivasi
Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
Menurut Schun sebagai mana dikutip oleh Eggen et al 2012: 67 bahwa motivasi ekstrinsik
merujuk pada motivasi untuk terlibat di dalam suatu kegiatan sebagai
sarana mencapai tujuan, sementara motivasi intrinsik adalah motivasi untuk terlibat
di dalam kegiatan untuk kegiatah itu sendiri. Menurut Sardiman 2004: 89 yang dimaksud dengan motivasi intrinsik
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya misalnya kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah ingin
mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sedangkan pengertian motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergantung dengan esensi apa yang
dilakukannya itu. Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Uno 2009: 23 dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil;
20
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan;
4. Adanya penghargaan dalam belajar; 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Selain dari indikator di atas juga ada bentuk-bentuk motivasi yang bisa diterapkan sekolah sebagaimana disebutkan oleh Sardiman 2004: 92, yaitu memberi
angka, hadiah, saingankompetisi, Ego-Involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.
2.4.3 Motivasi Belajar Fisika
Fisika bukan lagi menjadi pelajaran yang menyulitkan bagi siswa apabila pembelajaran memiliki kegiatan yang menarik siswa untuk mempelajarinya. Motivasi
belajar pada materi fisika yang rendah menyebabkan siswa tidak dapat belajar secara optimal di kelas. Dari ilmu sains, kebanyakan siswa mengungkapkan lebih menyukai
materi biologi yang menurut mereka cukup mudah untuk dipahami dibandingkan dengan materi fisika yang banyak menggunakan persamaan matematis.
Guru memiliki peran sebagai motivator yang memiliki kewajiban untuk menumbuhkan motivasi siswa melalui pembelajaran yang menarik perhatian siswa.
Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik Sardiman,
21
2004: 77. Motivasi belajar siswa pada pelajaran fisika dapat tumbuh dan berkembang sehingga siswa mampu mengamati berbagai fenomena di
lingkungannya, mengkaitkannya dengan materi fisika, mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta melakukan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses
ilmiah sehingga menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa.
2.5 Hasil Belajar
Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar mengajar, baik sengaja atau tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari
proses belajar-mengajar ini akan diperoleh suatu hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar Sardiman, 2004: 19.
Sudjana 1989: 38 menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar merupakan tolak ukur yang bisa dijadikan acuan sejauh mana keberhasilan siswa yang di dapatkan dari proses pembelajaran. Dari hasil belajar, seorang Guru
dapat mengetahui apakah proses pembelajaran berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran atau tidak.
Sudjana menambahkan bahwa hasil belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu: 1. Ranah Kognitif: Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah Afektif: Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
22
3. Ranah Psikomotorik: Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan
refleks, keterampilan
gerakan dasar,
kemampuan perseptual,
keharmonisanketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpreatif.
Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar fisika berkenaan dengan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini dikarenakan pembelajaran fisika merupakan
pembelajaran yang tidak hanya memberi penilaian terhadap pengetahuan saja tetapi juga keterampilan dan sikap siswa selama pembelajaran. Dalam pembelajaran fisika
yang dipadukan dengan model pembelajaran SAVI dan pembiasaan kerja ilmiah diharapkan meningkatkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dan
meningkatkan keterampilan siswa.
2.6 Cahaya dan Pemantulan Cahaya