Penerapan pendekatan savi : somatic, auditory, visual, intellectual untuk meningkatkan disposisi matematik siswa

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY,

VISUAL, INTELLECTUAL) UNTUK MENINGKATKAN

DISPOSISI MATEMATIK SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di MTs Al-Barkah Curug Tangerang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Ahmad Ivan Farhan NIM 109017000073

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Ahmad Ivan Farhan (109017000073), “Penerapan Pendekatan SAVI (Somatic,

Auditory, Visual, Intellectual) untuk Meningkatkan Disposisi Matematik Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pendekatan SAVI merupakan pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indra. Disposisi Matematik adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika. Melalui metode penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pendekatan SAVI dalam meningkatkan disposisi matematik siswa dan mendeskripsikan penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII A MTs Al Barkah Cukanggalih Tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Mei-Juni 2014.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan disposisi matematik siswa. Lebih lanjut, penerapan pendekatan SAVI juga dapat meningkatkan aktivitas belajar, respon positif, dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci : Disposisi Matematik, Pendekatan Pembelajaran, Pendekatan SAVI, Penelitian Tindakan Kelas.


(6)

ii

Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta

The SAVI Approach is learning which combines the physical movement with intellectual activity and the use of all the senses. Mathematical Disposition is the desire, the awareness, and the powerful dedication of student in learning mathematics and carrying out mathematical activities. Through the method of Classroom Action Research (CAR), the purpose of this research is identify the implementation of the SAVI approach in improving student’s mathematical disposition and describing the implementation of the SAVI approach in learning of Mathematics. This research was conducted in class VIII-A of MTs Al Barkah, Cukanggalih in academic year 2013/2014 on May until June 2014.

The result of the research showed that the implementation of the SAVI approach can be improving student’s mathematical disposition. Furthermore, the implementation of The SAVI approach also increased student’s learning activity, student’s positive respone, and student’s learning result.

Key Words : Mathematics disposition, The SAVI Approach, Learning’s Approach, Classroom Action Research.


(7)

iii

ﻳﺤﺭﻟﺍﻦ ﺤﺭﻟﺍﷲﺍ ﺳﺑ

Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa, perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Lia Kurniawati, M.Pd, Dosen Pembimbing akademik sekaligus sebagai

dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan, Semoga Ibu selalu berada dalam kemuliaanNya.

5. Ibu Tita Khalis Maryati, Dr.M.Kom, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan. Semoga Ibu selalu berada dalam kemuliaanNya.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada


(8)

iv

Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

8. Kepala MTs Al Barkah, Bapak Drs. Hasan Basri yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Seluruh dewan guru MTs Al Barkah, khususnya Ibu Dra. Juwita Rokhimah selaku guru mata pelajaran yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Serta siswa dan siswi MTs Al Barkah, khususnya kelas VIII-A. 10.Teristimewa untuk keluarga tercinta Ayahanda Hasan Basri, Ibunda Ida Farida

yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Adik Ahmad Ival Fadli, Rara Rafidatun Nabihah, Riri Rifdatun Nabihah, dan Athiya Izzatun Nisa serta semua keluarga yang selalu mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Dan untuk keluarga besar di Pondok Cabe terimakasih atas segala bantuannya.

11.Sahabatku Muhammad Khoirul Anam, Odhi Ramdhani, dan Ghufron Kamil yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan menjadi tempat berbagi untuk segala cerita selama penulisan skripsi ini.

12.Sahabat seperjuangan Wahyu Syaifullah, Frendy Astra, M. Anang Jatmiko, Muchtar, Johana, Mulyoko yang selalu merepotkan dan memberikan masukan positif kepada penulis.

13.Suci Nurpratiwi yang selalu meluangkan waktu untuk mengingatkan, menemani, membantu, dan memberikan doa serta motivasi penuh selama proses penyusunan skripsi. Terimakasih atas segala dukungannya, semoga selalu dipermudah dalam menggapai cita-cita.

14.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2009, khususnya kelas C. Terimakasih untuk doa dan semangatnya. Semoga kekeluargaan kita tetap terjalin dengan baik.


(9)

v

15.Kakak Kelas angkatan 2008 yang telah membantu memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin.

Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.

Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, 13 September 2014

Penulis


(10)

vi

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian . ... 7

BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoritik……… 9

1. Pendekatan SAVI ... 9

a. PengertianPendekatan SAVI ... 9

b. Karekteristik Pendekatan SAVI ... 11

c. Tahapan Pendekatan SAVI ... 15

2. Disposisi Matematika ... 18

a. PengertianDisposisi Matematika ... 18

b. Indikator Disposisi Matematika ... 19

3. Pembelajaran Matematika... 21

B. Penelitian yang Relevan ... 22

C. Pengajuan Konseptual Interpensi Tindakan ... 24


(11)

vii

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 26

C. Subjek Penelitian, Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 28

D. Tahap Intervensi Tindakan ... 29

E. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan . ... 34

F. Data dan Sumber ... 34

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

H. Teknik Pengumpulan Data ... 36

I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 37

J. Analisis Data dan Interpretasi Data... 39

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 42

BAB IV: DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan ... 43

1. Penelitian Pendahuluan ... 43

2. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 44

a. Tahap Perencanaan ... 44

b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ... 45

c. Tahap Pengamatan dan Analisis Data Siklus I ... 57

d. Tahap Refleksi ... 65

3. Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 66

a. Tahap Perencanaan ... 66

b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ... 67

c. Tahap Pengamatan dan Analisis Data Siklus II ... 77

d. Tahap Refleksi ... 85

B. Interpretasi Hasil Analisis ... 86

1. Disposisi Matematik Siswa ... 86

2. Aktivitas Siswa ... 89

3. Respon Siswa ... 91


(12)

viii

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... xiii


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Hasil Angket untuk Pernyataan Positif & Negatif ... 39

Tabel 3.2 Kriteria Kategori Hasil Skor Angket Disposisi Matematik Siswa.. 40

Tabel 4.1 Waktu Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 43

Tabel 4.2 Hasil Jaring-Jaring Kubus dan Balok Siswa ... 50

Tabel 4.3 Skor Angket Disposisi Matematik Siswa Siklus I ... 58

Tabel 4.4 Perhitungan Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 61

Tabel 4.5 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Siklus I ... 62

Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 64

Tabel 4.7 Hasil Jaring-jaring Prisma dan Limas Siswa ... 71

Tabel 4.8 Skor Angket Disposisi Matematik Siswa Siklus II ... 78

Tabel 4.9 Perhitungan Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 81

Tabel 4.10 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Siklus II ... 83

Tabel 4.11 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 85

Tabel 4.12 Perbandingan Rata-rata Skor Disposisi Matematik Siswa Siklus I dan Siklus II ... 87

Tabel 4.13 Perbandingan Indikator Disposisi Matematik Siswa Siklus I dan Siklus II ... 88

Tabel 4.14 Perbandingan Aktivitas Belajar Siklus I dan Siklus IItematika Siswa Siklus I dan Siklus II……… 90

Tabel 4.15 Perbandingan Presentase Rata-rata Respon Siswa Siklus I dan Siklus II ………. 92

Tabel 4.16 Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II….. 92


(14)

x

Gambar 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan ... 31

Gambar 4.1 Aktivitas Siswa Saat Diskusi Pertemuan Pertama ... 46

Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Saat PresentasiPertemuan Pertama ... 47

Gambar 4.3 Aktivitas Siswa Saat Membuat Jaring-jaring Kubus dan Balok . 49

Gambar 4.4 Hasil Jaring-jaring Kubus & Balok ... 51

Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Saat DiskusiPertemuan Ketiga ... 52

Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Saat PresentasiPertemuan Ketiga ... 53

Gambar 4.7 Aktivitas Siswa Saat DiskusiPertemuan Keempat ... 54

Gambar 4.8 Aktivitas Siswa Saat Presentasi Pertemuan Keempat ... 55

Gambar 4.9 Diagram Batang Indikator Disposisi Matematik Siklus I ... 58

Gambar 4.10 Aktivitas Siswa Saat DiskusiPertemuan Kelima ... 68

Gambar 4.11 Aktivitas Siswa Saat Presentasi Pertemuan Kelima ... 69

Gambar 4.12 Aktivitas Siswa Saat Membuat Jaring-jaring Prisma dan Limas 70 Gambar 4.13 Aktivitas Siswa Saat Diskusi Pertemuan Kedelapan ... 72

Gambar 4.14 Aktivitas Siswa Saat Presentasi Pertemuan Kedelapan ... 73

Gambar 4.15 Aktivitas Siswa Saat Diskusi Pertemuan Kesembilan ... 75

Gambar 4.16 Aktivitas Siswa Saat Presentasi Pertemuan Kesembilan ... 75


(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 99

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 121

Lampiran 3 LKS ... 140

Lampiran 4 Kisi-kisi Angket Disposisi Matematik sebelum diuji ... 171

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Angket ... 174

Lampiran 6 Hasil Uji Reabilitas Angket ... 177

Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Disposisi Matematik setelah diuji ... 178

Lampiran 8 Angket Disposisi Matematik ... 181

Lampiran 9 Hasil Jawaban Angket Disposisi Matematik Siswa Siklus I ... 184

Lampiran 10 Hasil Jawaban Angket Disposisi Matematik Siswa Siklus II ... 187

Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Angket Disposisi Matematik Siswa Siklus I . 190 Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Angket Disposisi Matematik Siswa Siklus II 193 Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 196

Lampiran 14 Rekapitulasi Presentase Aktivitas Siswa Siklus I ... 197

Lampiran 15 Rekapitulasi Presentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 198

Lampiran 16 Jurnal Harian Siswa ... 199

Lampiran 17 Hasil Jurnal Harian Siswa Siklus I ... 200

Lampiran 18 Hasil Jurnal Harian Siswa Siklus II ... 208

Lampiran 19 Rekapitulasi Presentase Respon Siswa Siklus I ... 215

Lampiran 20 Rekapitulasi Presentase Respon Siswa Siklus II ... 219

Lampiran 21 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ... 222

Lampiran 22 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes ... 224

Lampiran 23 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 226

Lampiran 24 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes... 228

Lampiran 25 Lembar Soal Tes Siklus I... 230

Lampiran 26 Lembar Soal Tes Siklus II ... 231


(16)

xii

Lampiran 31 Distribusi Frekuensi Tes Siklus I... 238

Lampiran 32 Distribusi Frekuensi Tes Siklus II ... 241

Lampiran 33 Lembar Pedoman Wawancara Guru ... 244

Lampiran 34 Hasil Wawancara Guru Siklus Pra Penelitian ... 245


(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan tujuan diberikannya matematika di sekolah, kita dapat melihat bahwa matematika sekolah memegang peranan sangat penting. Anak didik memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya, dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengola, menyajikan dan manafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu, agar mereka mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, memahami bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan sebagainya, dan agar siswa dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, serta bersikap positif dan berjiwa kreatif.

Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana tercantum dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan perrnyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagagsan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.1

1

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006), h.140.


(18)

Dari kelima tujuan pembelajaran matematika di atas, selain pengembangan kemampuan kognitif pembelajaran matematika pun perlu mengembangkan kemampuan afektif siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran matematika tidak hanya berkaitan tentang pembelajaran konsep prosedural dan aplikasinya, tetapi juga terkait dengan pengembangan minat dan ketertarikan terhadap matematika sebagai cara yang

powerful dalam menyelesaikan masalah. Pengembangan minat dan ketertarikan terhadap matematika tersebut akan membentuk kecenderungan yang kuat yang dinamakan disposisi matematis (mathematical disposition).2

Disposisi matematik adalah keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk berpikir dan berbuat secara matematik. Dengan demikian disposisi matematik bukan hanya mengenai sikap tetapi juga kecenderungan untuk berpikir secara matematik. Disposisi matematik siswa memuat bagaimana mendekati latihan-latihan dengan kepercayaan diri, mau mengeksplorasi metode-metode alternatif, tertarik dan mau menemukan hal-hal baru serta memiliki kecenderungan untuk merefleksi pemikiran mereka sendiri.3

Disposisi matematik merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa memerlukan disposisi yang akan menjadikan mereka gigih menghadapi masalah yang lebih menantang, untuk bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dan untuk mengembangkan kebiasaan baik di matematika.

Pada tahun 2011, Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) melakukan survei terhadap kemampuan matematika siswa kelas VIII, berdasarkan survei tersebut Indonesia memperoleh skor 386 dari skor rata-rata 500. Pada tahun 2007 Indonesia memperoleh skor 397 dan 411 pada tahun 2003. Hal ini

2

Nurbiati Widyasari, Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), h. 2.

3

National Council of Teachers of Mathematics, Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, (VA: NCTM Inc, 1989), h.233.


(19)

mestinya menjadi tamparan bagi bangsa Indonesia karena terjadi penurunan setiap 4 tahun sekali, yakni 11 poin pada tahun 2011 dan 14 poin pada tahun 2007.4

TIMSS juga mengukur sikap siswa terhadap matematika. Hasil yang didapat menunjukan 20% siswa Indonesia menyukai belajar matematika, 10% tidak menyukai belajar matematika, dan 70% biasa saja. Berdasarakan laporan TIMSS tersebut, terlihat bahwa siswa Indonesia yang menyukai belajar matematika masih rendah. Akan tetapi, sikap menyenangi matematika tersebut tidak dapat dipandang sebagai keseluruhan dari disposisi matematik. Hal ini dikarenakan disposisi matematik dipandang lebih dari sekedar bagaimana siswa menyenangi matematika.5

Meskipun sikap menyenangi matematika tidak dapat dipandang disposisi secara keseluruhan, namun sikap tersebut dapat dijadikan dasar untuk menumbuhkan sikap positif lainnya, seperti kepercayaan diri, minat terhadap matematika, melihat kegunaan matematika dan lain-lain. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perlunya meningkatkan sikap menyenangi matematika agar dapat berkembangnya sikap-sikap positif lainnya yang termuat dalam disposisi matematik, sehingga akan berdampak positif terhadap prestasi belajar matematika.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di sekolah MTs Al-Barkah kelas VIII, sikap positif yang ditunjukan siswa sangatlah kurang. Hal tersebut terlihat pada saat pelajaran matematika dimulai, banyak siswa yang masih berada diluar kelas dan mengulur-ngulur waktu untuk masuk kelas. Lalu saat pelajaran berlangsung, banyak siswa yang mengatakan tidak suka terhadap pelajaran matematika, siswa tidak mempunyai rasa ingin tahu dan kurangnya minat untuk belajar matematika, siswa banyak yang mengantuk, bercanda dengan teman, tidak fokus dengan materi yang disampaikan guru, dan sering mengeluh apabila diberikan tugas atau PR. Banyaknya siswa yang menyontek dan menyalin tugas temannya pada saat ulangan menunjukkan

4 Ina V.S. Mullis dkk., TIMSS 2011 International results in Mathematics (Amsterdam: IEA, 2012), h. 56.

5


(20)

banyak siswa yang sangat tidak percaya diri terhadap kemampuannya. Hal tersebut menunjukkan rendahnya disposisi matematik siswa di kelas VIII MTs Al-Barkah.

Jika rendahnya disposisi matematik tersebut tidak segera diatasi, siswa akan terus menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan cepat menyerah saat menemukan kesulitan. Siswa tidak lagi tahu dan mungkin tidak ingin tahu apa yang akan mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah sehingga muncul berbagai macam kecurangan. Hal tersebut membuat siswa tidak lagi mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan matematika mereka dan lambat laun akan kehilangan keinginan untuk mempelajari matematika padahal matematika memiliki karakteristik yang mengarahkan bahwa matematika merupakan kebutuhan di masa kini dan masa yang akan datang. Matematika diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lain, dan juga memberi peluang berkembangnya kemampuan yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan yang selalu berubah.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas mengenai disposisi matematik, diperlukan solusi dalam upaya peningkatan disposisi matematik tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkan kondisi tersebut adalah penerapan pendekatan yang kurang tepat dalam proses belajar-mengajar. Disposisi matematik akan terbentuk dan tumbuh jika siswa terbiasa bersikap kritis, cermat, objektif, kreatif, terbuka serta menghargai matematika juga terbiasa dengan kegiatan berpikir matematik.6 Dengan demikian guru harus menciptakan proses pembelajaran yang sedemikian rupa sehingga siswa terbiasa dengan kebiasaan yang dapat menumbuhkan disposisi matematik tersebut.

Banyak alternatif pembelajaran yang bisa digunakan guru untuk membuat proses pembelajaran yang optimal untuk meningkatkan disposisi matematik siswa, salah satu di antaranya adalah pendekatan pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, and Intellectual), yaitu salah satu pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran. Dilihat dari tahapan pembelajaran ini yang melibatkan

6

Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah: Berfikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya,


(21)

proses pengoptimalan siswa dalam memulai pelajaran dengan cara menumbuhkan motivasi terlebih dahulu agar siswa semangat untuk belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

Dalam pendekatan SAVI siswa dituntut ikut aktif dalam pembelajaran seperti melakukan percobaan, mengamati, mempresentasikan materi yang mereka peroleh, kemudian meyelesaikan permasalahan berdasarkan pengetahuan atau ilmu yang telah diperoleh siswa selama pembelajaran. Pasalnya siswa tidak hanya duduk diam dan mendengarkan guru berbicara di depan kelas. Dengan demikian, siswa akan lebih merasa yakin dan percaya diri dalam belajar, tidak mudah putus asa, dan termotivasi dalam belajar.

Unsur-unsur pembelajaran SAVI adalah Somatic dimana siswa belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditory dimana siswa belajar dengan berbicara dan mendengar, Visual yaitu siswa belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan

Intellectual siswa belajar dengan memecahkan masalah. Penerapan pembelajaran

Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) pada pembelajaran matematika dianggap penting untuk diterapkan karena dengan pembelajaran SAVI dapat mengoptimalkan seluruh panca indera dalam pembelajaran secara langsung dalam satu peristiwa, tidak hanya mendengar dan melihat penjelasan guru, tetapi adanya hal baru dimana ada media visual untuk dilihat, mendengarkan penjelasan selain guru, siswa berusaha untuk menerangkan dan mempraktekkan pelajaran, diskusi sesama teman, bertanya sesama teman dan guru sehingga pembelajaran siswa menjadi lebih aktif.

Berdasarkan uraian di atas, sangat menarik untuk dilakukan penelitian mengenai

“Penerapan Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) untuk


(22)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang memiliki minat dan ketertarikan untuk belajar matematika. 2. Kurangnya rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika.

3. Siswa malas dengan pelajaran matematika.

4. Guru kurang memberikan pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan membuat semangat siswa untuk belajar matematika.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka permasalahan ini dibatasi pada:

1. Penerapan pendekatan pembelajaran SAVI dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan disposisi matematik pada siswa kelas VIIIA MTs Al-Barkah.

2. Disposisi yang penulis maksud adalah keinginan, kecenderungan siswa untuk menilai dan bersikap positif terhadap matematika. Adapun indikator disposisi yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini adalah : 1) Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan gagasan; 2) Minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas matematik; 3) Gigih, tekun dalam mengerjakan tugas matematik; 4) Fleksibel dalam menyelidiki gagasan matematik, berusaha mencari strategi lain, kerja sama dan meghargai pendapat yang berbeda; dan 5) Melakukan refleksi atas cara berpikir dan tugas yang telah diselesaikan. 3. Pendekatan SAVI yang dimaksud adalah pendekatan pembelajaran yang

menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indra.


(23)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan dibatasi sebagaimana di atas, maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peningkatan disposisi matematik siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual)?

2. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI?

3. Bagaimana respon siswa dalam pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan SAVI?

4. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan peningkatan disposisi matematik siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, and Intellectual).

2. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan SAVI.

3. Mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI

4. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematik siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(24)

1. Sebagai informasi tentang penggunaan pendekatan pembelajaran SAVI

(Somatic, Auditory, Visual and Intellectual) dalam kegiatan pembelajaran. 2. Sebagai bahan wawasan bagi guru tentang salah satu pembelajaran yang dapat

digunakan dalam pengajaran matematika.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi yang ingin menerapkan pembelajaran dengan pendekatan SAVI.

4. Dapat menambah wawasan bagi penulis untuk bahan pengalaman dan referensi dalam tugas akhir kuliah.


(25)

9

KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teoritik

1. Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual)

a. Pengertian Pendekatan SAVI

Pendekatan SAVI merupakan salah satu pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran matematika. Dave Meier menyatakan bahwa, “Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera. Unsur-unsur yang terdapat dalam SAVI adalah somatik, auditori, visual dan intelektual. Keempat unsur ini harus ada dalam peristiwa pembelajaran, sehingga belajar bisa optimal.”1

Pendekatan belajar ini didasari oleh fakta bahwa setiap siswa memiliki gaya berfikir dan gaya belajar yang berbeda-beda. Sebagaimana dikemukakan oleh Bobbi De Porter tentang tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditorial, dan modalitas kinestetik. Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial belajar dengan cara mendengar, dan pelajar kinestetik belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.2

Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Tapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk

1

Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan), (Bandung: Kaifa, 2002), h. 91

2

Bobi DePorter, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 113.


(26)

kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut.

Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana kita menyerap dan mengola informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya belajar kita sendiri. Ada dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas), dan kedua, cara kita mengatur dan mengelola informasi tersebut (dominasi otak). Gaya belajar seseorang adalah kombinasi bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengelola informasi.3

Pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakan gerakan tubuh ( hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory

yang bermakan bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakan belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengindentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan.4

Dave Meier menyatakan orang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik, emosi, dan sosial yang positif, yaitu lingkungan yang tenang sekaligus mengugah semangat, ada rasa keutuhan, keamanan, minat dan kegembiraan

3Ibid.

, h. 110-112

4


(27)

sangat penting untuk mengoptimalkan pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas maka suasana belajar dikatakan baik apabila didukung dengan keadaan yang positif dan ada minat dari pembelajar sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran. Menurutnya ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan SAVI dalam kegiatan sehari-hari, antara lain:

1) Dapat terciptanya lingkungan yang positif (lingkungan yang tenang dan menggugah semangat).

2) Keterlibatan pembelajar sepenuhnya (aktif dan kreatif). 3) Adanya kerja sama di antara pembelajar.

4) Menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari pokok bahasan yang dipelajari.

5) Dapat menggunakan belajar kontekstual. 6) Dapat menggunakan alat peraga.5

b. Karakteristik Pendekatan SAVI

1) Somatic

Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh (soma). Istilah somatik sama artinya dengan kinestetik. Belajar somatik berarti belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan secara langsung.6 Belajar somatik sesuai untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Menurut Bobbi de Porter dkk para pelajar kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghapal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Jadi para pelajar kinestetik mengutamakan belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.7

Belajar somatik memerlukan usaha yang dapat merangsang pembelajar untuk melibatkan tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan

5

Meier, op. cit., h. 111-128.

6

Colin Rose, Accelerated Learnung For The 21st Century, (Bandung: Nuansa, 2009), h. 131. 7 DePorter, op. cit., h. 111-112.


(28)

suasana belajar yang dapat membuat pembelajar bangkit aktif secara fisik. Namun tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas aktif dan pasif secara fisik, dapat membantu keberhasilan seseorang dalam pembelajaran.

Belajar somatik dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, misalnya:

a) Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari langkah demi langkah seperti menyebutkan ada berapa sisi yang terdapat dalam kubus.

b) Menggunakan alat bantu (kerangka yang terbuat dari karton) saat belajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu.

c) Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan lain-lain).

d) Melakukan tinjauan lapangan, lalu lintas, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajarinya.8

2) Auditory

Belajar auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari seseorang mampu membuat beberapa area penting di dalam otak menjadi aktif.9

Proses pembelajaran tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik tanpa adanya keterlibatan indera pendengaran. Mendengar merupakan salah satu aktivitas dalam belajar. Penyampaian informasi, materi pembelajaran

8

Bobi DePorter, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2010), h. 124.

9


(29)

secara lisan maupun komunikasi antara guru dan siswa pada saat berinteraksi di kelas tidak mungkin dapat dilakukan apabila siswa tidak menggunakan telinganya untuk mendengar. Guru hanya membimbing siswa agar dalam proses pembelajaran, mereka dapat memanfaatkan indera pendengarnya secara maksimal sehingga kinerja telinga dan otak dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan hasil belajar yang sesuai dengan harapan.

Ciri-ciri tipe auditori adalah :

a) Suka mendengarkan radio, musik, sandiwara, drama, dan debat. b) Ingat dengan baik nama orang.

c) Bagus dalam mengingat fakta.

d) Suka berbicara dan punya perbendaharaan kata luas.

e) Menerima dan memberikan penjelasan arah dengan kata-kata (verbal). f) Suka mengungkapkan emosi secara verbal melalui perubahan nada

bicara atau vokal.

g) Suka bermmain musik, membuat cerita lucu, berdebat, dan berfilosofi.10 Belajar auditori yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi, dapat diterapkan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa yang memiliki cara belajar auditori harus diberikan suasana belajar yang mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari dan mengikutsertakan keterlibatan indera pendengaran mereka secara aktif, tidak hanya sekedar duduk untuk mendengarkan penjelasan guru semata.

Belajar auditori dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, misalnya:

a) Menyanyikan konsep kunci atau meminta siswa mengarang lagu mengenai konsep tersebut.

10


(30)

b) Setelah pembelajaran selesai, minta siswa memberitahukan teman di sebelahnya satu hal yang dia pelajari.

c) Gunakan pengulangan, minta siswa menyebutkan kembali konsep kunci dan petunjuk.

d) Gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin.11

3) Visual

Belajar visual adalah belajar dengan menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, menggunakan media dan alat peraga. Di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap orang lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. Dan mereka dapat belajar lebih baik lagi jika menciptakan peta gagasan, ikon, diagram, dan citra mereka sendiri dari hal-hal yang mereka pelajari.

Ciri-ciri pembelajar visual: a) Suka membaca.

b) Mengingat orang melalui penglihatan.

c) Memberi/menerima penjelasan arah lebih suka memakai peta/gambar. d) Menyatakan emosi melalui ekspresi muka.

e) Memiliki aktivitas kreatif, seperti: menulis, menggambar, melukis, dan merancang (mendesain).12

Belajar visual dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, misalnya:

a) Dorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan peta, diagram, warna.

11

DePorter, Quantum Teaching, op.cit., h. 123.

12


(31)

b) Gunakan bahasa ikon dalam presentasi dengan menciptakan symbol visual atau ikon yang mewakili konsep kunci.

c) Gantungkan gambar berisi informasi penting disekitar ruangan pada saat menyajikan materi.13

4) Intellectual

Belajar intelekual adalah dengan memecahkan masalah dan berpikir. Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Aspek intelektual dalam belajar dapat terlatih jika pembelajar terlibat dalam aktivitas seperti memecahkan masalah, melahirkan gagasan yang kreatif, mengajarkan perencanaan yang strategis, mencari dan menyaring informasi, dan merumuskan pertanyaan.

Menurut Dave Meier, intelektual adalah pencipta makan dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman diterapkan menjadi kearifan.14

c. Tahapan Pendekatan SAVI

Menurut Meier, Pembelajaran SAVI akan tercapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan jika empat tahap berikut dilaksanakan dengan baik. Empat tahap tersebut adalah sebagai berikut: 15

13

DePorter, Quantum Teaching. loc. cit.

14

Meier, op. cit., h. 99. 15Ibid., h. 103.


(32)

1) Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal sebagai berikut

a) Memberikan sugesti positif.

b) Memberikan pernyataan memberi manfaat kepada siswa. c) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna.

d) Membangkitkan rasa ingin tahu.

e) Menciptakan lingkungan fisik yang positif.

2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenakangkan, relavan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal yang dapat dilakukan dikelas adalah sebagai berikut:

a) Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan. b) Pengamatan fenomena dunia nyata.

c) Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh. d) Presentasi interaktif.

e) Grafik dan sarana yang menarik.

f) Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar. g) Proyek belajar berdasarkan kemitraan dan tim.

h) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok). i) Pengalaman belajar didunia nyata yang kontekstual. j) Pelatihan memecahkan masalah.


(33)

3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)

Pada tahap ini guru membantu siswa mengitegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik adalah sebagai berikut:

a) Aktivitas pemrosesan siswa.

b) Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali. c) Simulasi dunia nyata.

d) Permainan dalam belajar. e) Pelatihan aksi pembelajaran. f) Aktivitas pemecahan masalah. g) Refleksi dan artikulasi individu.

h) Dialog berpasangan atau berkelompok. i) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif.

j) Aktivitas praktis yang membangun ketrampilan. k) Mengajar balik.

4) Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup)

Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang dapat dilakukan di kelas adalah sebagai berikut.

a) Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera. b) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi.

c) Aktivitas pengeuatan penerapan. d) Materi penguatan pascasesi. e) Pelatihan terus menerus.

f) Umpan balik dan evaluasi kinerja. g) Aktivitas dukungan kawan.


(34)

2. Disposisi Matematika

a. Pengertian Disposisi Matematik

Kemampuan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika tidak hanya mencakup kemampuan kognitif saja, tetapi juga afekif. Kemampuan afektif yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap siswa dalam pembelajaran matematika adalah sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah16. Aspek tersebut merupakan diposisi matematik.

Disposisi matematik menurut Sumarmo adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.17 Sedangkan menurut Wardani (dalam Permana) mengatakan bahwa “Disposisi matematik adalah ketertarikan dan apresiasi terhadap matematika yaitu kecenderungan dan bertindak dengan positif, termasuk kepercayaan diri, keingintahuan, ketekunan, antusias dalam belajar, gigih menghadapi permasalahan, fleksibel, mau berbagi dengan orang lain, reflektif dalam kegiatan matematika.”18

Sejalan dengan kedua pendapat diatas Jeremy Kilpatrick, Jane Swafford, dan Bradford Findell menuliskan dalam artikelnya yaitu “productive disposition refers to the tendency to see sense in mathematics, to perceive it as both useful and worthwhile, to believe that steady effort in learning mathematics pays off, and to see oneself as an effective learner and doer of mathematics.”19 Yang artinya bahwa disposisi matematik mengacu pada kecenderungan untuk

16 Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006), h. 140.

17 Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah: Berpikir dan Diposisi Matematik serta Pembelajarannya, (Bandung : UPI, 2013), h.129.

18Yanto Permana, “Mengembangkan K

emampuan Pemecahan Masalah, dan Diposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik”, Disertasi pada Pascasarjana UPI Bandung, (Bandung: , 2010), h.44.

19

Jeremy Kilpatrick., etc, Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics, (Washington DC: National Academy, 2001), h. 131.


(35)

memandang perasaan dalam matematika, memandang bahwa matematika berguna dan berharga, mempercayai bahwa usaha yang terus-menerus dalam belajar matematika akan mendapatkan hasil, dan untuk memandang dirinya sendiri sebagai pembelajar yang efektif dan seorang matematikawan.

Kemudian Katz (dalam Ali) lebih khusus mendefinisikan disposisi sebagai kecenderungan untuk berperilaku secara sadar, teratur, dan sukarela untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks pembelajaran matematika disposisi matematik (mathematical disposition) berkaitan dengan bagaimana sikap siswa menyelesaikan masalah matematik, apakah percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah, bagaimana siswa bertanya, menjawab pertanyaan, mengkomunikasikan ide-ide matematik dan bekerja dalam kelompok.20

Dari penjelasan di atas disimpulkan secara singkat bahwa disposisi matematik adalah kecenderungan untuk memandang matematika sebagai hal yang bermanfaat, bersikap positif terhadap matematika dan terbiasa melakukan kegiatan matematik.

b. Indikator Diposisi Matematik

Menurut National Council of Teacher Mathematis menjelaskan bahwa untuk menilai disposisi matematik siswa bisa dilihat dari tujuh indikator berikut:21

1) Percaya diri menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah, menyampaikan ide dan pendapat.

2) Fleksibel dalam bermatematika dan mencoba menggunakan berbagai metode lain dalam memecahkan masalah.

3) Gigih dan tekun dalam mengerjakan tugas matematika.

20Ali Mahmudi, Tinjauan Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Disposisi Matematik, (Yogyakarta: FMIPA UNY, Makalah Seminar Nasional Pendidikan, 2010), h. 5. 21 National Council of Teachers of Mathematics, Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, (VA: NCTM Inc, 1989), h.233.


(36)

4) Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan yang baik terhadap matematika 5) Melakukan refleksi atas cara berpikir dan tugas yang telah diselesaikan. 6) Menghargai aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari dan disiplin

ilmu yang lain

7) Mengapresiasi matematika sebagai alat dan bahasa.

Kemudian Wardani (dalam Permana) mengungkapkan aspek-aspek yang diukur pada disposisi matematik, yaitu:22

1) Kepercayaan diri dengan indikator percaya diri terhadap kemampuan diri 2) Keingitahuan dari empat yaitu sering mengajukan pertanyaan, melakukan

penyelidikan, semangat dalam belajar, dan membaca sumber buku lain. 3) Ketekunan dengan indikator gigih/ tekun/ perhatian/ kesungguhan

4) Fleksibel, yaitu kerja sama/ berbagi pengetahuan, menghargai pendapat yang berbeda, berusaha mencari solusi/ strategi lain.

5) Refleksi terdiri dari dua indikator yaitu bertindak dan berhubungan dengan matematika, menyukai/rasa senang terhadap matematika.

Silver (dalam Sumarmo) menguraikan disposisi matematik kedalam beberapa komponen yaitu :23

1)rasa percaya diri (self confident), 2) rasa diri mampu (self efficacy), 3) rasa ingin tahu (curiousity),

4) senang mengerjakan tugas matematika, 5) rajin dan tekun (diligence),

6) fleksibel (flexibility), 7) reflektif.

Berdasarkan indikator-indikator disposisi matematis tersebut, maka indikator disposisi matematik dalam penelitian ini adalah:

22 Permana. loc. cit. h. 44.

23


(37)

1) Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan gagasan.

2) Minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas matematik 3) Gigih, tekun dalam mengerjakan tugas matematik.

4) Fleksibel dalam menyelidiki gagasan matematik, berusaha mencari strategi lain, kerja sama dan meghargai pendapat yang berbeda.

5) Melakukan refleksi atas cara berpikir dan tugas yang telah diselesaikan.

3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran berasal dari kata belajar yang diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pelatihan pengalaman individu akibat interaksi dengan lingkungannya.24 Belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan prilaku secara keseluruhan, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.25 Menurut Gage-Berliner belajar adalah suatu proses perubahan prilaku yang muncul karena pengalaman.26 Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu, berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

Pembelajaran adalah proses komunikasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadikan kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan serta proses perolehan ilmu dan pengetahuan. Pembelajaran dapat memberikan suasana lingkungan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.27 Dengan demikian, pembelajaran merupakan upaya untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

24

Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 139.

25

Sofwan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h.205

26

B. Uno. Loc. cit.

27

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI, 2001), h. 8-9.


(38)

Menurut Sumarmo, pembelajaran merupakan suatu proses, situasi, dan upaya yang dirancang guru sedemikian rupa sehingga membuat siswa belajar.28 Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran untuk memilih informasi baru yang berkaitan dengan pengetahuan awal siswa dan menciptakan lingkungan belajar.

Berdasarkan definisi di atas, pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan berupa kecakapan dan sikap. Dalam pembelajaran terdapat pengajar dan pembelajar, yaitu guru sebanyak pengajar dan siswa sebagai pembelajar. Adanya proses interaksi antara guru yang mengajarkan materi kepada siswa dan siswa menerima materi yang diajarkan guru untuk mendapatkan tujuan belajar yang diinginkan.

Matematika adalah ilmu yang memiliki bahasa simbol yang efisien dan menekankan proses deduktif, penalaran logis, terstruktur, serta sebagai ilmu bantu dalam kehidupan sehari-hari.29 Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang bilangan dan hubungan antara bilangan-bilangan yang didasari dengan penalaran untuk menemukan jawaban dalam suatu permasalahan, penalaran dalam menganalisis suatu masalah dan penalaran dalam menangkap suatu informasi secara sistematis.

Jadi dapat disimpulkan pembelajaran matematika adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan menggunakan penalaran untuk menganalisis suatu permasalahan secara sistematis, logis dan kritis.

B. Penelitian yang Relevan

1. Dian Novitasari dengan judul penelitian “Penerapan Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual) untuk Meningkatkan Aktivitas

28

Sumarmo, op. cit., h. 126.

29Ibid


(39)

Belajar Matematika Siswa”. Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Tangerang II Pamulang tahun pelajaran 2011/2012 kelas VIII. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dala dua siklus. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi, angket, jurnal harian untuk mengetahui respon siswa, wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa. Dokumentasi berupa foto-foto yang diambil pada saat pembelajaran berlangsung, dan tes hasil belajar. Hasil penelitian ini menunjukan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, hasil belajar matematika siswa, dan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika.

2. Ahmad Dimyati dengan judul penelitian “Penerapan Metode Hypnoteaching

untuk Meningkatkan Disposisi Matematika Siswa”. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMAN 1 Kab. Tangerang tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket, wawancara, catatan lapangan untuk mengetahui hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran, dan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran Hypnoteaching. Hasil penelitian ini menunjukan penerapan metode Hypnoteaching dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan disposisi matematik siswa dan respon positif siswa.

3. Agustyani Sari Ratna Dewi dengan judul penelitian “Penerapan Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, and Intellectual) untuk Meningkatkan Minat Belajar dan Pemahan Konsep Matematis Siswa Kelas VIII B SMPN 3 Depok Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, angket, dan tes. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan terhadap minat belajar dan pemahan konsep matematis siswa dengan menggunakan pendekatan SAVI.


(40)

C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan

Pembelajaran matematika tidak hanya menitikberatkan kepada kemampuan kognitif semata melainkan juga afektif mengingat bahwa reaksi afektif sebenarnya selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan aspek kognitif seseorang. Saat siswa mengerjakan tugasnya dan mempelajari bagaimana menyelesaikan tugas tersebut mereka secara bersamaan mempelajari apakah mereka suka atau tidak melakukakannya. Siswa mengatasi tugas-tugas sulit dengan lebih efektif ketika mereka menikmati apa yang mereka kerjakan, dan kesuksesan tersebut kemudian membuat merka gembira dan bangga terhadap dirinya sendiri. Begitu sebaliknya, siswa mungkin akan merasa cemas dan frustasi dalam mempelajari materi dan mengembangkan rasa tidak senang atau sikap negatif.

Sampai saat ini peserta didik masih menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga mempengaruhi kepada pandangan dan tindakannya terhadap matematika. Pandangan dan tindakan yang negatif tersebut membuat siswa tidak senang dalam mempelajari matematika yang kemudian mengakibatkan mereka malas dan acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Hal ini jelas menunjukan bahwa disposisi matematik siswa masih rendah, maka tujuan pembelajaran matematika yang ideal belum tercapai.

Jika rendahnya disposisi matematik tersebut tidak segera diatasi, siswa akan terus menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan cepat menyerah saat menemukan kesulitan. Siswa tidak lagi tahu dan mungkin tidak ingin tahu apa yang akan mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah sehingga muncul berbagai macam kecurangan. Hal tersebut membuat siswa tidak lagi mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan matematika mereka dan lambat laun akan kehilangan keinginan untuk mempelajari matematika padahal matematika memiliki karakteristik yang mengarahkan bahwa matematika merupakan kebutuhan di masa kini dan masa yang akan datang. Matematika diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lain, dan juga memberi peluang


(41)

berkembangnya kemampuan yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan yang selalu berubah.

Berdasarkan paparan kajian teori dan penelitian yang dijadikan rujukan di atas, diasumsikan bahwa salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan disposisi matematik adalah pendekatan SAVI. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran dengan berbuat dan bergerak (somatic), belajar berbicara dan mendengar (auditory), belajar dengan mengamati dan menggambar (visual), dan belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir (intellectual). Dilihat dari tahapan dalam pembelajaran SAVI yang melibatkan proses pengoptimalan siswa pada saat memulai pelajaran dengan menumbuhkan motivasi terlebih dahulu agar siswa semangat untuk belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

Pendekatan SAVI dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan disposisi matematik siswa. Dengan mengoptimalkan seluruh panca indera dalam pembelajaran secara langsung dalam satu peristiwa, tidak hanya mendengar dan melihat penjelasan guru, tetapi adanya hal baru dimana ada media visual untuk dilihat, mendengarkan penjelasan selain guru, siswa berusaha untuk menerangkan dan mempraktekkan pelajaran, diskusi sesama teman, bertanya sesama teman dan guru sehingga pembelajaran siswa menjadi lebih aktif.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritik yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) dapat meningkatkan Disposisi Matematik siswa kelas VIII A MTs Al-Barkah”.


(42)

26

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah MTs Al-Barkah Curug Tangerang yang beralamat di Jalan Cukanggalih II, Curug Tangerang 15810 di kelas VIII A. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap dimulai dari bulan Mei 2014 sampai Juni 2014 tahun ajaran 2013/2014.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.1 PTK secara umum bertujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambung sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional.2 Adapun tujuan utama pada penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan dan sikap siswa dalam pembelajaran di kelas, khususnya peningkatan disposisi matematik setelah siswa mengalami proses pembelajaran dengan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual).

Penelitian ini diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa siklus yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Penelitian dimulai dengan siklus I. Jika indikator keberhasilan yang diharapkan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Namun jika indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II, begitu seterusnya hingga indikator keberhasilan tercapai. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi3. Adapun uraian setiap tahapan siklus sebagai berikut:

1

Suharsimi Arikunto., dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara,2012), h.58

2

Burhan Elfanany, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Araska,2013), h. 2

3


(43)

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rancangan tindakan berdasarkan tujuan penelitiaan. Peneliti bekerja sama dengan guru bidang studi untuk menentukan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian. Peneliti membuat penjelasan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Selanjutnya peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelas dan menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, lembar wawancara, jurnal harian siswa, angket disposisi matematik dan soal tes untuk akhir siklus. 2. Pelaksanaan

Pada tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan. Peneliti menerapkan pendekatan SAVI dalam proses pembelajaran dan bertindak sebagai pelaku tindakan

3. Pengamatan

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Peneliti mengamati, menggali,dan mendokumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian. Peneliti juga mengobservasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi

Dalam tahap ini peneliti menganalisis dan mengkaji lebih dalam tindakan yang telah diterapkan berdasarkan data yang diperoleh. Peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil data yang diperoleh, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu ada perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya yang akan diterapkan pada penelitian berikutnya.


(44)

Tahapan model penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.4

Gambar 3.1

Model Penelitian Tindakan Kelas

C. Subjek Penelitian, Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A MTs Al-Barkah yang memiliki disposisi matematik rendah. Sedangkan objek penelitianya adalah seluruh proses dan hasil pembelajaran matematika yang dirancang untuk meningkatkan disposisi matematik siswa dengan menggunakan pendekatan SAVI.

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian yang berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran dengan pendekatan SAVI dan pengamat. Peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII A yang berperan sebagai pengamat dan penasehat peneliti

4

Elfanany, op. cit., h.16

Perencanaan

Pengamatan Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Perencanaan

Pengamatan Refleksi

SIKLUS II


(45)

Observasi Pendahuluan

1. Pembuatan surat izin penelitian

2. Menghubungi kepala sekolah dan guru bidang studi matematika 3. Mengamati proses pembelajaran dalam kelas

4. Wawancara dengan guru bidang studi tentang aktivitas belajar siswa

Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menggunakan pendekatan SAVI

2. Berdiskusi dengan guru bidang studi mengenai rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan

3. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)

4. Menyiapkan lembar angket disposisi matematik siswa yang digunakan untuk mengetahui skala disposisi matematik siswa.

5. Menyiapkan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran SAVI

6. Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran 7. Menyiapkan soal tes hasil belajar

8. Menyiapkan alat dokumentasi

dalam membuat rancangan, melakukan tindakan, mengobservasi proses pembelajaran dan merefleksi data yang telah terkumpul serta memperbaiki segala kekurangan untuk diperbaiki di siklus selanjutnya.

D. Tahap Intervensi Tindakan

Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya pendahuluan yang akan dilanjutkan dengan tindakan berupa siklus yang terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi pada siklus I. Penelitian akan dilanjutkan ke silkus II jika di akhir siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan.


(46)

b. Tahap Pelaksanaan 1. Peneliti menjelaskan materi pembelajaran

2. Peneliti memberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 3. Siswa melakukan kegiatan dalam LKS

4. Peneliti menjadi fasilitator siswa dalam melakukan kegiatan 5. Siswa melaporkan hasil kegiatan pembelajaran

6. Peneliti melakukan penilaian dalam lembar observasi aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung

7. Siswa mengisi jurnal haian terhadap pembelajaran SAVI

8. Siswa mengisi angket skala disposisi matematik dan hasil belajar siswa pada akhir siklus I

c. Tahap Pengamatan

1. Peneliti melakukan pengamatan tentang aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan

2. Peneliti mengumpulkan dokumentasi

d. Tahap Refleksi 1. Mengulas data yang telah terkumpul

2. Melakukan evaluasi untuk perbaikan siklus selanjutnya

Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam siklus II berdasarkan hasil perbaikan dari siklus I

2. Berdiskusi dengan guru bidang studi mengenai rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan

3. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk siklus II 4. Membuat lembar kerja siswa dan soal tes hasil belajar

5. Menyiapkan angket skala disposisi matematik siswa

6. Menyiapkan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran

7. Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran 8. Menyiapkan alat dokumentasi


(47)

b. Tahap Pelaksanaan 1. Peneliti menjelaskan materi selanjutnya

2. Peneliti meberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 3. Siswa melakukan kegiatan dalam LKS

4. Peneliti menjadi fasilitator siswa dalam melakukan kegiatan 5. Siswa melaporkan hasil kegiatan

6. Peneliti melakukan penilaian dalam lembar observasi aktivitas siswa saat pembelajarn berlangsung

7. Siswa mengisi jurnal harian tentang pembelajaran dengan pendekatan SAVI

8. Siswa mengisi angket skala disposisi matematik dan hasil belajar siswa pada akhir siklus II siswa

c. Tahap Pengamatan

1. Peneliti melakukan pengamatan tentang aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan

2. Peneliti mengumpulkan dokumentasi

d. Tahap Refleksi 1. Mengulas data yang telah terkumpul.

2. Membandingkan hasil observasi siklus I dan II

Tindakan dihentikan sampai siklus II apabila hasil hasil intervensi tindakan yang diharapkan tercapai. Jika belum tercapai tindakan dilanjutka ke siklus berikutnya

Gambar 3.2

Tahapan Intervensi Tindakan Adapun uraian tindakan pada tahapan penelitian adalah:

a. Observasi pendahuluan

1) Mengamati proses pembelajaran

Pengamatan proses pembelajaran dilakukan untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika di kelas berlangsung. Adapun aspek yang diamati meliputi kesiapan siswa dalam belajar, perhatian siswa terhadap


(48)

penjelasan guru, repon siswa terhadap pertanyaan yang diajukan, intensitas bertanya siswa, dan penggunaan buku pelajaran yang disiapkan.

2) Wawancara dengan guru tentang aktivitas belajar siswa

Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai masalah apa yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Adapun hal-hal yang ditanyakan meliputi sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung, respon siswa jika diminta untuk menjelaskan kembali materi atau jawaban di depan kelas, sikap siswa terhadap teman yang sedang menjelaskan, kebiasaan siswa mencontek, dan kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam hasil kerja siswa.

b. Siklus 1

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti merancang kegiatan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk meningkatkan disposisi matematik siswa dengan pendekatan SAVI. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan instrumen-instrumen yaitu angket skala disposisi matematik, jurnal harian siswa, lembar observasi aktivitas siswa, dan alat dokumentasi. Selain itu peneliti menyusun soal tes hasil belajar siswa pada akhir siklus I. 2) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual and Intellectual (SAVI) sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya, yaitu pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual and Intellectual (SAVI). Peneliti memberikan lembar Kerja Siswa (LKS) di mana siswa diarahkan untuk mengalami proses pembelajaran dengan pendekatan SAVI yang diasumsikan dapat meningkatkan disposisi matematik siswa. Setelah itu peneliti melakukan penilaian dalam observasi aktivitas siswa saat


(49)

pembelajaran berlangsung. Siswa mengisi jurnal harian dan angket skala disposisi matematik pada akhir siklus I. Dalam usaha perbaikan, perencanaan bersifat fleksibel terhadap perubahan yang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

3) Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti untuk mengamati aktivitas dalam pembelajaran dengan pendekatan SAVI di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran dan mengumpulkan dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajaran.

4) Tahap Refleksi

Pelaksanaan refleksi berupa evaluasi data-data yang telah dikumpulkan. Peneliti dan guru mata pelajaran berdiskusi untuk menganalisis dan mengevaluasi hasil data yang telah didapat. Evaluasi yang dilaksanakan antara lain meliputi kualitas pembelajaran dan disposisi matematik siswa, kendala-kendala yang dihadapi, dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan SAVI. Keseluruhan hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai pedoman untuk merancang tindakan yang akan dilaksanakan siklus II yang lebih baik sehingga kekurangan yang terdapat di siklus I tidak terjadi lagi dan indikator keberhasilan tercapai.

c. Siklus II

Tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I sehingga diharapkan kekurangan tidak terulang di siklus II dan indikator keberhasilan tercapai. Tahapan-tahapan pelaksanaan pada siklus II sama dengan tahapan-tahapan pelaksanaan pada siklus I, yaitu diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.


(50)

E. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah rendahnya disposisi matematik siswa kelas VIII A MTs Al-Barkah yang ditingkatkan dengan pendekatan

Somatic, Auditory, Visual and Intellectual (SAVI). Penerapan pendekatan SAVI dilakukan berdasarkan asumsi bahwa SAVI merupakan salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan disposisi matematik.

Adapun hasil yang diharapkan dari intervensi tindakan di atas yang merupakan indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Hasil angket skala disposisi matematik siswa dalam pembelajaran matematika mencapai rata-rata 70%.

2) Aktivitas siswa mencapai nilai rata-rata 70% dalam proses pembelajaran. 3) Respon positif siswa mencapai rata-rata 70% dalam pembelajaran

matematika.

4) Nilai hasil belajar siswa yang mencapai KKM 70%.

Jika keempat indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Namun sebaliknya, jika terdapat salah satu atau tiga indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian tindakan ini dilanjutkan ke siklus berikutnya.

F. Data dan Sumber

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam data, yaitu : 1. Data kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara guru dan dokumentasi berupa foto kegiatan.

2. Data kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa presentase angket skala disposisi matematik siswa, presentase aktivitas belajar siswa, presentase respon siswa, dan nilai hasil belajar setiap siklus.


(51)

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A MTs Al-Barkah yang diberikan treatment peningkatan disposisi matematik dengan pendekatan SAVI.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka terlebih dahulu dibuat instrumen penelitian yang terdiri dari :

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui permasalahan yang lebih mendalam dari guru bidang studi tentang kesulitan proses pembelajaran yang guru lakukan dan masalah yang dihadapi di kelas.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran sehingga dapat diketahui bagaimana keterlaksanaan proses pembelajaran SAVI di dalam kelas. Panduan lembar observasi mengacu kepada kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan pendekatan SAVI dan aspek yang diamati meliputi keaktifan siswa dalam mencari informasi, keaktifan siswa bertanya, keaktifan siswa dalam menyelesaikan LKS, keaktifan siswa menyusun bahan presentasi, keaktifan siswa mengajukan presentasi dan pendapat serta respon siswa terhadap teman yang mempresentasikan hasil kerja.

3. Lembar Angket Skala disposisi matematik

Lembar angket ini digunakan untuk mengetahui skala disposisi matematik siswa terhadap pembelajaran matematik malalui pendekatan SAVI. Angket dibuat berdasarkan skala diposisi matematika yang disusun dalam bentuk skala Likert, yang terdiri dari 40 butir pernyataan dan serangkaian pernyataan positif dan negatif berkenaan dengan aspek disposisi yang akan diukur, dengan pilihan


(52)

SS (sering sekali), SR (sering), KD (kadang-kadang), JR (jarang), dan TP (tidak pernah). 5

4. Jurnal Harian

Jurnal harian digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan SAVI.

5. Instrumen Tes

Instrumen tes ini berupa soal tes uraian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran SAVI yang diberikan setiap akhir siklus. Soal disusun berdasarkan indikator pembelajaran yang sebelumnya telah direncanakan dalam RPP.

6. Dokumentasi

Dokumentasi ini berupa gambar atau foto saat kegiatan penelitian berlangsung. Dokumentasi ini dibuat untuk memperkuat proses penelitian.

Instrumen yang akan diuji dengan validitas isi dan dilanjutkan dengan validitas konstruk yaitu angket disposisi matematik. Uji validitas dilakukan untuk menguji seberapa jauh instrumen mampu menghasilkan butir-butir atau pernyataan yang valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dengan validator instrumen penelitian ini adalah 2 orang yang ahli dalam hal ini yaitu dosen pembimbing. Sedangkan soal tes hasil belajar akan diuji dengan validitas empiris yaitu menguji ke lapangan dan menguji validitas dan reabilitas setiap butir soal.

H. Teknik Pengumpulan Data

Dengan instrumen yang telah ditetapkan, teknik penggunaanya dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

1. Lembar observasi.

Pengumpulan data dengan lembar observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan SAVI dalam

5

Ruseffendi, Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya, (Bandung: Tarsito, 2010), h. 135.


(53)

meningkatkan disposisi matematik siswa danmengungkapkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Peneliti dan kolabolator mengisi checklist pada lembar observasi pada setiap pertemuan pembelajaran.

2. Angket

Angket diberikan kepada semua siswa pada akhir siklus. Angket ini berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan disposisi matematik siswa. Angket dalam penelitian ini dibuat berdasarkan skala disposisi matematika antara lain dapat disusun dalam bentuk skala Likert yang terdiri dari serangkaian pernyataan positif dan negatif berkenaan dengan aspek disposisi yang akan diukur.

3. Jurnal harian

Jurnal harian digunakan untuk mengetahui respon siswa dengan diterapkannya pendekatan SAVI. Jurnal harian siswa diberikan setiap akhir pertemuan pembelajaran.

4. Tes

Diberikan kepada siswa setelah materi disampaikan untuk mengetahui kompetensi matematik yang dimiliki siswa.

5. Dokumentasi

Dokumentasi ini berupa gambar atau foto saat kegiatan penelitian berlangsung. Penggambilan gambar aktivitas siswa yang terjadi pada setiap tahapan proses pembelajaran dan dilakukan oleh peneliti.

I. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian sebaiknya diperiksa kevalidannya terlebih dahulu agar mendapatkan instrumen yang valid. Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur dan mengevaluasi apa yang seharusnya diukur.

Instrumen yang mengukur disposisi matematik siswa adalah angket skala disposisi matematik siswa. Angket dalam penelitian ini adalah hasil adaptasi dari Prof. Dr. Utari Sumarmo dalam buku yang berjudul ”Kumpulan Makalah: Berpikir


(54)

dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya” pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI tahun 2013. Serta diperkuat oleh Yanto Permana pada

sekolah pascasarjana UPI Bandung tahun 2010 yang berjudul “Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Disposisi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Model Elicting Activities”. Agar angket skala disposisi

matematik mendapatkan hasil pertimbangan teoritik yang lebih terpercaya maka dilakukan pertimbangan kembali oleh orang yang dianggap ahli pada bidang tersebut, salah satunya adalah dosen pembimbing. Angket akan diuji dengan validitas isi dan dosen pembimbing melakukan pertimbangan yang ditinjau dari validitas konstruk, maka instrumen angket sudah layak digunakan.

Teknik pemeriksaan kepercayaan data yang digunakan terhadap data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan data respon siswa adalah dengan menggunakan metode triangulasi. Metode triangulasi merupakan metode yang memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang yang berfungsi untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data. Metode triangulasi data terhadap data aktivitas siswa diperoleh data yang dihasilkan dari lembar observasi aktivitas siswa. Sedangkan metode triangulasi data terhadap data respon siswa diperoleh data yang dihasilkan dari jurnal harian siswa. Dengan metode triangulasi diharapkan dapat memperkuat dan mengarahkan data aktivitas siswa dan data respon siswa.

Teknik pemeriksaan kepercayaan data yang digunakan terhadap data hasil belajar siswa adalah dengan uji validitas empiris yaitu menguji validitas, reabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal tes hasil belajar pada tiap butir soal. Untuk menguji validitasnya diukur dengan teknik korelasi product moment dengan menghitung korelasi skor butir dengan skor total dan reliabilitasnya diuji dengan rumus Alpha Cronbach.


(55)

J. Analisis Data dan Interpretasi Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Data di analisis untuk mengetahui peningkatan disposisi matematik siswa dengan penerapan pendekatan SAVI, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan penerapan pendekatan SAVI, respon siswa dengan penerapan pendekatan SAVI, dan peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan metode pendekatan SAVI. Data yang diperoleh dalam penelitian merupakan data kuantitatif dan kualitatif.

1. Analisis Angket Disposisi Matematik

Angket digunakan untuk mengetahui skor skala disposisi matematik siswa dengan penerapan pendekatan SAVI. Angket terdiri dari serangkaian pernyataan positif dan pernyataan negatif dengan pilihan jawaban respons Sering sekali (Ss), Sering (Sr), Kadang-kadang (Kd), Jarang (Jr), dan Tidak pernah (Tp). Skor untuk pernyataan positif dan negatif pada angket adalah sebagai berikut.6

Tabel 3.1

Skor Hasil Angket untuk Pernyataan Positif dan Negatif Skor

Alternatif Jawaban Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

5 1 Sering sekali (Ss)

4 2 Sering (Sr)

3 3 Kadang-kadang (Kd)

2 4 Jarang (Jr)

1 5 Tidak pernah (Tp)

6

Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah: Berfikir dan Disposisi Matematik Serta Pembelajarannya, (Bandung: UPI,2013), h. 228.


(56)

Hasil angket disposisi matematik siswa dianalisis dengan langkah-langkah, yaitu :

a. Menghitung skor setiap butir pernyataan sesuai dengan pedoman dan kriteria yang telah ditetapkan

b. Mengelompokkan setiap butir pernyataan sesuai aspek disposisi matematik yang telah dirumuskan

c. Menghitung jumlah skor tiap butir pernyataan selanjutnya menghitung skor akhir disposisi matematik siswa dengan cara mengubah skor yang diperoleh menjadi skor berstandar 100 dengan menggunakan rumus sebagai berikut :7

d. Skor akhir angket disposisi yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan dengan ketentuan yang terdapat dalam tabel berikut ini :8

Tabel 3.2

Kriteria Kategori Hasil Skor Angket Disposisi Matematik Siswa

Interval Skor Kategori

Sangat Tinggi

Tinggi

Rendah

Sangat Rendah

2. Lembar Observasi Siswa

a. Menganalisis data semua aktivitas siswa pada setiap akhir pertemuan

b. Menghitung berapa banyak siswa yang melakukan aktivitas pada langkah pembelajaran dengan pendekatan SAVI

7

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik: Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.102.

8

Tim Peneliti Program Pascasarjana UNY, Pedoman Penilaian Afektif, (Yogyakarta:DEPDIKNAS,2003-2004), h.22.


(57)

c. Menghitung persentase siswa yang melakukan aktivitas pada langkah pembelajaran dengan pendekatan SAVI

d. Membandingkan nilai persentase aktivitas siswa antara siklus I dengan siklus II.

3. Jurnal Harian Siswa

a. Merangkum pendapat siswa pada setiap akhir pertemuan

b. Mengelompokkan ke dalam kategori respon positif, netral, dan negatif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI.

c. Menghitung berapa banyak siswa yang memiliki respon positif dan respon negatif

d. Menghitung persentase siswa yang memiliki respon positif dan respon negatif setiap siklus

e. Membandingkan nilai persentase siswa yang memiliki respon positif dan respon negatif siklus I dengan siklus II

4. Tes Hasil Belajar Siswa

a. Menghitung skor setiap butir tes


(58)

c. Menghitung nilai rata-rata kelas atau mean ( ) dengan rumus :9

Keterangan :

Mean yang dicari ∑ Jumlah tiap skor dalam sebaran

Banyak skor

d. Membandingkan skor hasil tes dengan KKM

e. Mengelompokkan skor hasil tes siswa yang mencapai KKM dengan yang tidak mencapai KKM dengan membuat persentase skor hasil tes siswa yang mencapai KKM dan persentase skor hasil tes siswa yang tidak mencapai KKM.

f. Membandingkan skor hasil tes siklus I dan siklus II.

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pada siklus I selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu peningkatan disposisi matematik siswa, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus II sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Penelitian ini akan berakhir, apabila telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu disposisi matematik siswa mengalami peningkatan.

9


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

238