b. Usia dan jenis kelamin pasien Berdasarkan usia, pasien dengan usia 46 – 55 tahun persentase penggunaan
analgetika yang paling tinggi yaitu 33,43 Tabel 4.2, hal ini sama dengan penelitian Eko 2013 yang menyatakan insiden nyeri meningkat dengan
bertambahnya umur. Nyeri yang yang biasa diderita pasien yang mengalami penuaan berkaitan dengan kelainan muskuloskeletal osteoartritis, artritis
inflamasi, stenosis spinal, degenerasi diskus, dan nyeri neuropatik. Eko, 2013. Dan dlihat dari jenis kelamin, pasien berjenis kelamin perempuan lebih banyak
menggunakan analgetika dengan persentase 62 Tabel 4.2. Hal ini sama dengan penelitian Soeroso 2007 yang menyatakan penggunaan analgetika lebih banyak
pada pasien berjenis kelamin perempuan, dilihat dari persentase insiden nyeri lebih sering dialami oleh perempuan, salah satunya yaitu osteoartritis meningkat
lebih tajam pada perempuan dibandingkan laki-laki yaitu pada usia 50 tahun usia menopause hal ini menandakan bahwa adanya peran hormon akibat
pengurangan kadar estrogen pada pascamenopause yang menyebabkan pengeluaran β-endorfin berkurang, sehingga ambang sakit juga berkurang
menimbulkan keluhan nyeri di daerah kemaluan, tulang, dan otot Soeroseo, 2007.
4.2.2 Persentase potensi interaksi obat analgetika pada subjek penelitian
Potensi interaksi obat analgetika terjadi pada 146 lembar resep dari 721 total lembar resep, maka diperoleh persentase potensi interaksi obat analgetika 20,25
Tabel 4.3. Penelitian sebelumnya juga menyatakan telah terjadi interaksi obat dengan persentase 28,85 pada pasien rawat jalan poli kardiovaskular di RSUP
H. Adam Malik medan Bakri, 2011. Adanya ditemukan potensi interaksi obat ini
Universitas Sumatera Utara
dapat berhubungan dengan penurunan dosis terapi atau bahkan semakin meningkatnya toksisitas oleh karena semakin meningkatnya efektifitas suatu obat
Drugs.com, 2014. Monitoring terkait efek yang mungkin ditimbulkan oleh interaksi obat ini sangat diperlukan.
4.2.3 Obat analgetika yang sering mengalami potensi interaksi pada subjek penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh obat analgetika yang sering mengalami potensi interaksi adalah natrium diklofenak 42,78, meloksikam
22,22 dan asam mefenamat 12,22 Tabel 4.6. Hasil yang diperoleh dipengaruhi dari tingginya peresepan obat yang melibatkan obat-obat tersebut di
RSUP H. Adam Malik Medan salah satunya yaitu di poli penyakit dalam, terutama natrium diklofenak yang persentase penggunaannya paling tinggi. Jenis
kejadian potensi interaksi paling banyak yang melibatkan natrium diklofenak adalah natrium diklofenak-telmisartan, natrium diklofenak-irbesartan. Jenis
kejadian potensi interaksi paling banyak melibatkan meloksikam adalah meloksikam-irbesartan, meloksikam-telmisartan dan untuk asam mefenamat
adalah asam mefenamat-telmisartan, asam mefenamat-irbesartan, mekanisme dari potensi interaksi ketiga obat analgetika tersebut, NSAID diketahui mengurangi
efek obat golongan Angiostensin Reseptor Blocker ARB dengan mekanisme farmakodinamik antagonisme. NSAID menghambat sintesa prostaglandin untuk
vasodilatasi ginjal, mempengaruhi homeostasis cairan dan dapat mengurangi efek antihipertensi. Manajemen yang dilakukan tekanan darah pasien harus lebih
dipantau setelah memulai, penghentian, atau perubahan dosis NSAID. Fungsi ginjal juga harus dievaluasi secara periodik. Drugs.com, 2014.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Mekanisme potensi interaksi obat analgetika subjek penelitian