Overview Implementasi Accrual-Based Budgeting Pada Sektor Publik Di Indonesia

(1)

SKRIPSI

OVERVIEW IMPLEMENTASI ACCRUAL-BASED BUDGETING PADA SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

OLEH

SRI RAHAYU 110503035

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Overview Implementasi Accrual-Based Budgeting Pada Sektor Publik Di Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 05 Oktober 2015 Yang Membuat Pernyataan

Sri Rahayu NIM. 110503035


(3)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana latar belakang kemunculan anggaran berbasis akrual serta bagaimana proses penerapannya dalam sistem pemerintahan di Indonesia yang memiliki berbagai peluang, tantangana serta strategi penerapan yang harus dilakukan dengan diadopsinya basis akrual tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang tidak bersifat menguji hipotesis, melainkan dimaksudkan untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam mengenai berbagai variabel atau bersifat mendeskripsikan keadaan masa lampau atau fenomena yang sedang terjadi saat ini. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data-data yang dikumpulkan terlebih dahulu oleh penulis, yaitu dari studi literatur, jurnal, buku teks, skripsi, makalah serta berbagai sumber yang berhubungan lainnya. Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun dan mendeskripsikan sehingga diperoleh hasil berupa gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengadopsian basis akrual secara penuh (accrual-based budgeting dan accounting) diterapkan oleh beberapa negara yang menjadi pelopor basis akrual di dunia, yaitu Selandia Baru (New Zealand), Australia, Inggris dan Kanada. Indonesia sendiri mengadopsi basis akrual belum secara penuh, yaitu untuk akuntansi dalam pelaporan keuangan. Dan Indonesia baru menerapkan basis akrual di tahun 2015 ini dengan harapan terciptanya sistem pemerintahan Indonesia yang transparan dan akuntabel.

Kata Kunci: Accrual-Based Budgeting, Accrual-Based Accounting, Sektor Publik


(4)

ABSTRACT

The research goal is to to find out how the background of the emergence of accrual-based budgeting and how the application process in the government system in Indonesia which has various opportunities, challenges and implementation strategies that have to do with the adoption of the accrual basis.

This research is a qualitative research that is not test the hypothesis, but rather intended to gain a deeper understanding of the various variables describing the circumstances or nature of the past or a phenomenon that is happening today. The type of data used in this research is secondary data. This research was conducted by analyzing data collected in advance by the author, that are obtained from literature, journals, textbooks, theses, papers and other related sources. The analysis technique used by the author in this research is descriptive qualitative method is a method that is done by collecting data, compiling and described in order to obtain results in the form of a clear picture of a problem.

Results of this research indicate that there is a full adoption of the accrual basis (accrual-based budgeting and accounting) applied by some countries which are the pioneers of the accrual basis in the world, New Zealand, Australia, England and Canada. Indonesia itself has not adopted the full accrual basis, it is to accounting in financial reporting. Indonesian and new implementing accrual basis in 2015 with hopes of creating a Indonesia government system that are transparent and accountable.

Key Words: Accrual-Based Budgeting, Accrual-Based Accounting, Public Sector


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan semangat, kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Overview Implementasi Accrual-Based Budgeting Pada Sektor Publik Di Indonesia”. Dan tak lupa pula shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih teristimewa kepada AyahandaMUHAMMAD USMAN dan Ibunda Almh. JARIAH. Dengan kasih sayangnya yang tak terhingga telah banyak memberikan bantuan moril dan materil serta memberikan do’a restu kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini. Dan kepada kakanda tercinta Sri Sudarningsih S.Pd, Sri Sutriani S.Pd, dan abangda tersayang Sudarmansyah dan Suhermansyah terima kasih telah memberikan motivasi yang begitu besar, bantuan moril serta materil, nasihat, perhatian, pendapat, serta kasih sayang yang tak dapat dibalas hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaiakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu


(6)

dalam memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi, bantuan dan kerja sama sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syamsul Bahri Trb, MM., Ak dan Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak sebagai Dosen Penguji dan Dosen Pembanding yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. 6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis USU yanng selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.


(7)

lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang selalu memberikan motivasi, do’a dan telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi ini. Amiin.

Medan, 12 Agustus 2015 Penulis

NIM:110503035 Sri Rahayu


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Konsep Anggaran Sektor Publik ... 8

2.1.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik ... 9

2.1.1.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik ... 11

2.1.2 Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik ... 16

2.1.2.1 Anggaran Operasional ... 16

2.1.2.2 Anggaran Modal... 16

2.1.3 Transformasi Basis Akuntansi Pada Sistem Pemerintahan Di Indonesia ... 18

2.1.4 Anggaran Basis Kas ... 21

2.1.5 Anggaran Basis Akrual ... 22

2.1.6 Perbedaan Anggaran Basis Kas Dengan Anggaran Basis Akrual ... 25

2.1.7 Perbedaan Manfaat Dan Kelemahan Penggunaan Basis Yang Berbeda... 27

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 28

2.3 Kerangka Konseptual ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 43

3.3.1 Jenis Data ... 43

3.3.2 Sumber Data ... 43

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.5 Teknik Analisis Data ... 44


(9)

4.1 Latar Belakang Kemunculan, Perkembangan dan Penerapan Anggaran Basis Akrual di Sektor Publik

dalam Dunia Internasional ... 46

4.1.1 Latar Belakang Munculnya Anggaran Basis Akrual (Accrual-Based Budgeting) ... 46

4.1.2 Implementasi Anggaran Basis Akrual Di Beberapa Negara ... 59

4.1.2.1 New Zealand (Selandia Baru) ... 62

4.1.2.2 Australia ... 74

4.1.2.3 Amerika ... 82

4.1.2.4 Kanada ... 85

4.2 Penerapan Anggaran Basis Akrual Pada Sektor Publik Dalam Sistem Pemerintahan Di Indonesia ... 88

4.2.1 Proses Implementasi Basis Akrual Dalam sistem Pemerintahan Di Indonesia ... 95

4.3 Peluang Dan Tantangan Serta Strategi Penerapan Anggaran Basis Akrual Di Indonesia ... 97

4.3.1 Peluang Penerapan Anggaran Basis Akrual Di Pemerintahan Indonesia ... 98

4.3.2 Tantangan Dalam Mengimplementasikan Basis Akrual Pada Sektor Publik Di Indonesia ... 100

4.3.3 Strategi Mengimplementasikan Accrual Based Budgeting Pada Sektor Publik Di Indonesia ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 109

5.1 Kesimpulan ... 109

5.2 Keterbatasan ... 111

5.3 Saran ... 111


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Antara Anggaran Basis Akrual Dengan Anggaran Basis Kas ... 26 Tabel 2.2 Perbedaan Manfaat Dan Kelemahan Anggaran Basis Kas

Dengan Anggaran Berbasis Akrual ... 27 Tabel 2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28 Tabel 4.1 Perbandingan Anggaran Tradisional Dengan Anggaran Basis

Pendekatan New Public Management (NPM) ... 53 Tabel 4.2 Status Akuntansi dan Penganggaran Akrual Di Negara-


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 41


(12)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana latar belakang kemunculan anggaran berbasis akrual serta bagaimana proses penerapannya dalam sistem pemerintahan di Indonesia yang memiliki berbagai peluang, tantangana serta strategi penerapan yang harus dilakukan dengan diadopsinya basis akrual tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang tidak bersifat menguji hipotesis, melainkan dimaksudkan untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam mengenai berbagai variabel atau bersifat mendeskripsikan keadaan masa lampau atau fenomena yang sedang terjadi saat ini. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data-data yang dikumpulkan terlebih dahulu oleh penulis, yaitu dari studi literatur, jurnal, buku teks, skripsi, makalah serta berbagai sumber yang berhubungan lainnya. Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun dan mendeskripsikan sehingga diperoleh hasil berupa gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengadopsian basis akrual secara penuh (accrual-based budgeting dan accounting) diterapkan oleh beberapa negara yang menjadi pelopor basis akrual di dunia, yaitu Selandia Baru (New Zealand), Australia, Inggris dan Kanada. Indonesia sendiri mengadopsi basis akrual belum secara penuh, yaitu untuk akuntansi dalam pelaporan keuangan. Dan Indonesia baru menerapkan basis akrual di tahun 2015 ini dengan harapan terciptanya sistem pemerintahan Indonesia yang transparan dan akuntabel.

Kata Kunci: Accrual-Based Budgeting, Accrual-Based Accounting, Sektor Publik


(13)

ABSTRACT

The research goal is to to find out how the background of the emergence of accrual-based budgeting and how the application process in the government system in Indonesia which has various opportunities, challenges and implementation strategies that have to do with the adoption of the accrual basis.

This research is a qualitative research that is not test the hypothesis, but rather intended to gain a deeper understanding of the various variables describing the circumstances or nature of the past or a phenomenon that is happening today. The type of data used in this research is secondary data. This research was conducted by analyzing data collected in advance by the author, that are obtained from literature, journals, textbooks, theses, papers and other related sources. The analysis technique used by the author in this research is descriptive qualitative method is a method that is done by collecting data, compiling and described in order to obtain results in the form of a clear picture of a problem.

Results of this research indicate that there is a full adoption of the accrual basis (accrual-based budgeting and accounting) applied by some countries which are the pioneers of the accrual basis in the world, New Zealand, Australia, England and Canada. Indonesia itself has not adopted the full accrual basis, it is to accounting in financial reporting. Indonesian and new implementing accrual basis in 2015 with hopes of creating a Indonesia government system that are transparent and accountable.

Key Words: Accrual-Based Budgeting, Accrual-Based Accounting, Public Sector


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat pada umumnya dikehidupan sehari-hari sangat akrab dengan keberadaan organisasi sektor publik di sekitar lingkungannya. Adapun institusi pemerintah seperti dinas pendidikan, puskesmas, dan universitas merupakan beberapa contoh dari organisasi sektor publik. Berbagai institusi tersebut menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat dengan prinsip nirlaba bukan seperti sektor swasta yang memiliki tujuan untuk memperoleh laba dari penyediaan barang dan jasa tersebut.

Istilah “sektor publik” pertama kali mulai digunakan pada tahun 1952. Di masa tersebut sektor publik sering dikaitkan dengan pembangunan dan lembaga pelaksana pembangunan. Menurut Ulum (2008), mulai pada tahun 1950-an dan 1960-an sektor publik memainkan peran utama sebagai pembuat dan pelaksana strategi pembangunan. Namun organisasi sektor publik sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat demi terciptanya kesejahteraan masyarakat sering sekali mencerminkan organisasi sektor publik sebagai organisasi yang tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi, kualitas rendah, kurang berinovasi, dan kurang kreativitas serta berbagai kekurangan lainnya. Gambaran masyarakat tentang organisasi sektor publik tersebut sangat merugikan mengingat fakta bahwa organisasi sektor publik adalah institusi yang mengelola uang yang sangat


(15)

besar dari masyarakat. Buruknya pengelolaan yang dilakukan organisasi sektor publik tersebut memunculkan kritikan keras dari masyarakat.

Pada tahun 1970-an ada kritikan dan serangan dari pendukung teori pembangunan radikal menunjukkan kesan ingin mempertanyakan kembali peran sektor publik dalam pembangunan. Yang sering menjadi pertanyaan berkaitan dengan benarkah sektor publik sebagai pembuat dan pelaksana strategi dapat menggerakkan dan mempertahankan pembangunan? Kritikan tersebut muncul karena sektor publik dilihat jauh tertinggal dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor swasta.

Kemudian pada tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan di beberapa negara industri maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan keras yang memandang lemah sekor publik tersebut. Berbagai perubahanpun dilakukan sebagai tanda gerakan reformasi pada sektor publik. Yang paling dikenal adalah konsep New Public Management yang disingkat NPM dan reinventing government di banyak negara terutama negara Anglo-Saxon. NPM sendiri berakar dari teori manajemen yang pada dasarnya beranggapan bahwa praktik bisnis komersial dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan praktik dan manajemen di sektor publik yang memprioritaskan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor publik, perlu untuk mengadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender (Compulsory Competitive Tendering-CCT), dan privatisasi perusahaan-perusahaan publik (Mardiasmo, 2002).


(16)

Adanya perubahan pada sektor publik tersebut juga mengakibatkan perubahan pada akuntansi sektor publik yang drastis dari sistem manajemen yang bersifat kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang lebih fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Penerapan konsep New Publik Management dapat dipandang sebagai modernisasi manajemen dan administrasi publik, depolitisasi kekuasaan, atau desentralisasi wewenang yang mendorong demokrasi untuk mewujudkan good governance.

Kemudian akuntansi sektor publik mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di sektor publik tersebut. Sebagai contoh adalah terjadinya perubahan pada sistem akuntansi dari akuntansi yang berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual. Perubahan akuntansi dari basis kas menjadi akuntansi berbasis akrual merupakan bagian penting dari proses reformasi sektor publik di negara-negara Anglo-Saxon. Dalam hal ini New Zealand yang dianggap paling maju dan sukses dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual telah mengadopsi sistem akuntansi tersebut sejak tahun 1991 yang kemudian diikuti oleh Jepang, Itali, dan negara-negara Eropa lainnya, meskipun di Itali sistem tersebut kurang efektif dan kurang sukses. Tujuan memperkenalkan sistem akuntansi akrual adalah untuk membantu meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi dan efektivitas pada organisasi sektor publik.

Djamhuri dan Mahmudi (2006) menarik kesimpulan tentang hubungan antara konsep New Public Management dengan reformasi akuntansi di organisasi sektor publik sebagai berikut : Implikasi penerapan model New Public Management adalah kebutuhan untuk melakukan serangkaian reformasi di sektor


(17)

publik, akuntansi yaitu, reformasi penganggaran, reformasi manajemen keuangan, reformasi audit, serta reformasi kelembagaan. Migrasi dengan akuntansi akrual dari cameral (cash basis) akuntansi dan entri tunggal merupakan salah satu bentuk reformasi akuntansi sektor publik.

Lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan yang luas untuk memperbaiki kinerjanya dan memanfaatkan sumber daya secara ekonomis, efisien, dan efektif. Memperbaiki kineja sektor publik memang bukan sekedar masalah teknis belaka, akan tetapi akuntansi sektor publik sebagai alat untuk menciptakan good public and corporate governance memiliki peran yang sangat vital dan signifikan (Renyowijoyo, 2008). Akuntansi sektor publik akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat untuk dilakukannya transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik.

Anggapan bahwa lembaga-lembaga sektor publik di beberapa negara berkembang telah mengalami kebangkrutan tidak sepenuhnya benar. Memang tidak dapat dibantah bahwa kinerja sektor publik dinilai buruk, namun kejadian tersebut tidak dialami oleh semua negara berkembang. Negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan Thailand memiliki pelayanan publik dan perusahaan-perusahaan publik yang baik kinerjanya, yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan nasional dan stabilitas politik (Renyowijoyo, 2008).

Kini setiap negara sekarang berusaha untuk melakukan perubahan sistem akuntansi pada organisasi sektor publik yang ada. Indonesia sendiri secara


(18)

bertahap telah mengalami perubahann. Seperti merubah sistem akuntansi basis kas menjadi sistem akuntansi berbasis akrual mulai tahun 2003 sampai tahun 2014 dan yang akan diterapkan secara sepenuhnya oleh lembaga pemerintahan di tahun 2015. Dalam perkembangan selanjutnya adalah basis akrual yang kemudian digunakan juga sebagai basis dalam penyusunan anggaran yang sering disebut accrual-based budgeting.

Menurut Mulyana, penerapan basis akrual pada akuntansi atau akrual-based accounting telah menjadi reformasi bersama di beberapa negara dengan tujuan untuk memperbaiki keterbatasan dan ketidakcukupan informasi yang disediakan oleh basis kas sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan (dalam Oktaviani 2014). Akan tetapi penerapan akuntansi berbasis akrual masih berfokus pada akuntansi untuk pelaporan keuangan dan tidak untuk anggaran. Sedangkan penerapan basis akrual untuk anggaran menjadi perdebatan diantara para ahli. Sehingga penelitian-penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa masih banyak perdebatan mengenai mana basis terbaik yang akan digunakan. Apakah basis yang sama, yaitu antara akuntansi dan anggaran lebih baik atau apakah perbedaan antara basis akuntansi dan anggaran justru lebih baik digunakan?

Berdasarkan beberapa sumber yang dijadikan referensi tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian kepustakaan mengenai pemahaman tentang accrual-based budgeting, bagaimana implementasi accrual-based budgeting tersebut dibeberapa negara yang telah menerapkannya, peluang dan tantangan yang mungkin dihadapi dalam penerapan accrual-based budgeting pada


(19)

sektor publik, serta strategi penerapan accrual-based budgeting di sektor publik di Indonesia. Oleh karena itu, judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Overview Implementasi Accrual-based budgeting pada Sektor Publik”. Melalui kajian literatur atau kepustakaan judul ini akan disajikan yang bertujuan untuk memberikan pandangan bagaimana accrual-based budgeting dapat diimplementasikan di sektor publik Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

1) Bagaimana latar belakang kemunculan accrual-based budgeting dan penerapannya di dunia internasional?

2) Bagaimana proses implemetasi accrual-based budgeting di Indonesia? 3) Apa saja yang menjadi peluang dan tantangan serta strategi penerapan

accrual-based budgeting di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk memahami bagaimana latar belakang kemunculan accrual-based budgeting dan penerapannya di dunia internasional.

2. Untuk memahami bagaimana proses implemetasi accrual-based budgeting di Indonesia.

3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi peluang dan tantangan serta strategi penerapan accrual-based budgeting di Indonesia.


(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan pemikiran mengenai accrual-based budgeting dan penerapannya di sektor publik.

b. Bagi akademis, penelitian ini berguna untuk memperluas wawasasan dan sudut pandang mengenai accrual-based budgeting dan penerapannya di sektor publik.

c. Bagi peniliti lanjutan, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan panduan untuk penelitian-penelitian di masa yang akan datang.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1 Konsep Anggaran Sektor Publik

Pada organisasi sektor publik dan sektor swasta, ada sedikit perbedaan dalam konsep penganggaran. Anggaran pada organisasi sektor publlik diinformasikan kepada publik untuk didiskusikan, dikritisi dan diberi masukan-masukan oleh publik sebelum anggaran tersebut disahkan oleh perwakilan publik, sedangkan pada sektor swasta anggaran adalah hal yang sangat rahasia bagi perusahaan dan tidak dipublikasikan untuk masyarakat umum. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik.

Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategik telah selesai disusun. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah disusun. Tahap penyusunan anggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Dengan kata lain anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan dari sebuah organisasi.


(22)

Menurut Mardiasmo (2002) bahwa anggaran sektor publik harus mencakup beberapa aspek berikut ini:

1. Aspek perencanaan 2. Aspek pengendalian, dan 3. Aspek akuntabilitas publik.

Penyusunan anggaran pada sektor publik harus diawasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif apabila diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang memiliki tugas untuk mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran.

2.1.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik

Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa, “Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran”. Dengan kata lain penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya.

Menurut Hongren (dalam Sasongko, 2010), anggaran adalah rencana kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen dalam satu periode yang tertuang secara kuantitatif, koordinasi antar bagian dalam perusahaan sehingga tujuan bersama perusahaan dapat tercapai.


(23)

Menurut Undang-undang Nomor 71 Tahun 2010, “Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.”

Menurut Blondal (dalam Mulyana 2009), “Anggaran adalah dokumen kunci dari manajemen sektor publik (pemerintah) dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran yang telah disetujui legislator (DPR/DPRD)”.

Sedangkan anggaran publik menurut Mardiasmo (2002) adalah rencana kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Selain itu Mardiasmo (2002) juga menyatakan bahwa, ”Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis”.

Maka jelaslah bahwa anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrument kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Pada organisasi sektor publik atau entitas pemerintahan, komposisi dan


(24)

besarnya anggaran secara langsung akan merefleksikan arah dan tujuan dari pelayanan masyarakat yang diharapkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa anggaran sektor publik adalah suatu rencana kerja yang dijadikan sebagai pedoman atas tindakan yang akan dilaksanakan dan digunakan oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang dinyatakan dalam bentuk ukuran finansial, yang memuat informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, yang diukur dalam satuan moneter untuk satu periode yang merefleksikan arah dan tujuan dari pelayanan masyarakat yang diharapkan.

2.1.1.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2002) anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan fiskal, alat politik, alat koordinasi dan komunikasi, alat penilaian kinerja, alat motivasi, dan alat menciptakan ruang publik.

1. Anggaran sebagai alat perencanaan (Planning Tool)

Anggaran yang merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang harus dilakukan oleh entitas pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.


(25)

Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk sebagai berikut:

(a) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengna visi dan misi yang ditetapkan.

(b) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternative sumber pembiayaannya.

(c) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun.

(d) Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian starategi. 2. Anggaran sebagai alat pengendalian (Control Tool)

Anggaran sebagai instrument pengendalian digunakan untuk menghindari adanya over spending, underspending, dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas. Anggaran merupakan alat untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program atau kegiatan pemerintah.

Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu anggaran digunakan untuk memberikan informasi dan meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekerja secara efisien, tanpa ada pemborosan.


(26)

Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu:

a. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan

b. Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances)

c. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) atas suatu varians

d. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.

3. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal tool)

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk alat menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan unrtuk mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. 4. Anggaran Sebagai Alat Politik (Political tool)

Anggaran dapat digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen


(27)

eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar masalah teknis tetapi lebih merupakan alat politik, karenanya pembuatan anggaran publik membutuhkan political skill, coalition holding, keahlian negoisasi, pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui akan menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.

5. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and Communication tool)

Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja di dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.

6. Anggaran Sebagai Alat Pinilaian Kinerja (Performance measurement tool)

Anggaran merupakan wujud komitmen dari pihakeksekutif kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan


(28)

dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran adan pelaksanaan efisiensi anggaran. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.

7. Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation tool)

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi,namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

8. Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere)

Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan DPR/MPR, masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang teroganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran publik untuk kepentingan mereka. Kelompok lain dari kemasyarakat yang kurang terorganisasi akan mnyampaikan aspirasinya melaui proses politik yang ada. Pengangguran dan tuna wisma dan kelompok lain yang kurang terorganisasi akan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan


(29)

suara mereka, mereka kan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan tindakan massa, melakukan boikot dan sebagainya. 2.1.2Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2002), berdasarkan jenis aktivitasnya anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Anggaran Operasional. 2. Anggaran Modal.

2.1.2.1 Anggaran Operasional

Anggaran digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikatagorikan dalam anggaran operasional adalah belanja rutin yaitu belanja yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran saja dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah. Disebut rutin karena pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap tahun.

Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain belanja administrasi umum dan belanja operasional dan pemeliharaan.

2.1.2.2 Anggaran Modal

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraann, perabot dan sebagainya. Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja modal adalah


(30)

pengeluaran yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaannya.

Pada dasarnya pemerintah tidak memiliki uang yang dimiliki sendiri, sebab seluruhnya adalah milik publik. Dalam sebuah msyarakat yang demokratis rakyat memberi mandat kepada pemerintah melalui pemilihan umum. Politisi mentranslasikan mandat tersebut melalui kebijakan dan program yang memberi manfaat lebih kepada pemilih yang direfleksikan dalam anggaran. Pemerintah tidak mungkin memenuhi semua permintaan stake-holdernya secara simultan, tetapi pemerintah akan memilih program yang menjadi prioritas. Disinilah fungsi anggaran yang akan digunakan sebagai alat politis dalam memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor tersebut.

Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan multi-fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat berjalan


(31)

dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.

Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika perkembangan manajemen sektor publik dan perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor publik. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan mendasar. Menurut Ulum (2004), kedua pendekatan tersebut adalah:

1. Anggaran tradisional atau anggaran konvensional

2. Pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New Public Management pendekatan ini merupakan cikal bakal munculnya anggaran basis akrual.

2.1.3 Transformasi Accrual-Based Accounting Pada Sistem PemerintahanDi Indonesia

Perubahan yang signifikan dari akuntansi pemerintahan di Indonesia adalah dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis kas menuju akrual (Cash Toward Accrual). Hal tersebut mengacu kepada praktik akuntansi di negara-negara yang sudah mengarah kepada akuntansi berbasis akrual (accrul-based accounting).Perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan merupakan bagian dari bangunan yang ingin dibentuk dalam reformasi di bidang keuangan


(32)

negara seperti yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut menganut basis kas menuju akrual (Cash Toward Accrual) yaitu menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Akuntansi yang berbasis kas mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas dan tidak mencatat aset dan kewajiban. Kelebihan menggunakan akuntansi berbasis kas adalah penerapannya yang sederhana dan mudah dipahami. Dan kekurangannya adalah kurang informatif karena hanya berisikan informasi tentang penerimaan, pengeluaran, saldo kas, tidak memberikan informasi tentang aset dan kewajiban. Sedangkan Cash Toward Accrual (akuntansi berbasis kas menuju akrual) atau yang sering disingkat CTA merupakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Kekurangan yang ada pada basis kas tersebut bisa bisa ditutupi oleh akuntansi berbasis akrual yang lebih informatif dan mendukung manajemen keuangan yang lebih baik.

Namun basis akrual ini juga masih mempunyai berbagai kendala lain, seperti adanya pilihan atas berbagai penilaian, pengakuan, dan pelaporan atas aset, kewajiban dan ekuitas. Dalam pengimplementasian


(33)

basis akrual ini juga memiliki kendala lain yaitu kompleksitas dari sistem pencatatan yang memerlukan dukungan komitmen dari pimpinan dan ketersediaan SDM dan sarana teknologi informasi untuk penerapannya. Sehingga dalam perubahan basis ini dilakukan secara bertahap.

Namun, penerapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Sehingga diterbitkanlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menganut basis akrual secara penuh, yang menggantikan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 tersebut akan dimulai pada tahun 2015.

Hal ini berarti bahwa Pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP yang baru yaitu SAP berbasis akrual. SAP disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Dengan demikian tahun ini adalah masa peralihan bagi instansi pemerintah untuk melakukan perubahan penggunaan basis akuntansi


(34)

dalam pencatatan dan pelaporan keuangan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Keuangan Negara.

2.1.4 Anggaran Basis Kas

Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.

Dalam penyajian laporan realisasi anggaran berbasis kas terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi:

1. Pendapatan –LRA. 2. Belanja.

3. Transfer. 4. Surplus/Defisit. 5. Pembiayaan.

6. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran.

Laporan realisasi anggaran berbasis kas yang selanjutnya disebut dengan LRA merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola, serta menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode pelaporan yang terdiri atas unsur pendapatan dan belanja.

Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat atau daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap


(35)

anggaran APBN atau APBD. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPRD. Sedangkan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD. Laporan realisasi anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

2.1.5 Anggaran Basis Akrual (Accrual-based budgeting)

Halim (dalam Akhyaruddin, 2013) anggaran berbasis akrual berarti mengakui dan mencatat anggaran dan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada saat kejadian, atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah atau daerah, tanpa memperhatikan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Menurut OECD-PUMA/SBO, 2002 (dalam Mulyana, 2009) penganggaran akrual, mencakup perencanaan basis akrual. Dalam hal ini penganggaran akrual menggabungkan penganggaran basis kas dengan transaksi non-kas termasuk aset, kewajiban, dan ekuitas. Sebagai contoh, anggaran akrual akan mencakup anggaran biaya, item-item non-kas seperti depresiasi dan pengelolaan dana pensiun. Hal ini memungkinkan anggaran akrual menyediakan informasi terkait implikasi pemanfaatan sumber daya atas aktivitas pemerintah yang sudah ditetapkan. Peruntukan anggaran untuk pemerintah/DPR juga dapat dikalkulasi dengan menggunakan basis akrual untuk membayar biaya total (full cost) operasi pemerintah tidak


(36)

tergantung pada saat kapan pengeluarannya terjadi. Sebaliknya, hal ini akan menimbulkan isu kompleksitas akuntansi dan manajemen kas yang harus diselesaikan sebelum basis akrual diimplementasikan (Irawan, 2013)

Dalam undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 telah mengisyaratkan penggunaan anggaran berbasis akrual. Hal tersebut tercermin dalam pasal 3 ayat 5 dan 6. UU Nomor 17 tahun 2003 yang menyatakan, “Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara/daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN/ APBD.” Sementara itu, pasal 12 dan 13 ayat 1 UU Nomor 1 Tahun 2004 menyatakan “APBN/APBD dalam satu tahun anggaran meliputi: hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih, penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Menurut Halim (dalam Akhyaruddin, 2013), dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 juga belum diatur tentang anggaran berbasis akrual, sehingga dapat dikatakan bahwa SAP tersebut bukan merupakan SAP Akrual penuh melainkan SAP berbasis akrual modifikasi.

Di lain pihak PP 71 Tahun 2010 dalam kerangka konseptualnya menyatakan bahwa jika suatu saat anggaran disusun dengan basis akrual, maka Laporan Realisasi Anggaran (LRA) juga harus disusun dengan basis


(37)

akrual (PP 71 tahun 2010 Kerangka Konseptual paragraph 44). Namun, menurut Halim dan Kusufi, faktanya sebagian besar praktik yang berlaku dalam penganggaran dan pelaporan pelaksanaan anggaran di Indonesia adalah berbasis kas (dalam Ardianto, 2013).

Atribut utama accrual-based budgeting dan accounting adalah penyajian informasi yang memadukan beban pada periode munculnya beban (incurred), sesungguhnya dipicu oleh fenomena pengakuan perolehan dan pencatatan aset berasal dari hutang (Hoesada, 2010). Anggaran akrual memecahkan hambatan tradisi lama teknologi apropriasi dalam cash based budgeting, yaitu persetujuan alokasi anggaran oleh DPR untuk pengeluaran kas untuk suatu periode anggaran kecuali modal lintas tahun anggaran atau semacamnya. Apabila anggaran kas adalah input based budgeting, maka anggaran akrual adalah input-output based budgeting pada sistem kepemerintahan berorientasi hasil (result-oriented government).

Beberapa negara mengadopsi sistem anggaran akrual dan akuntansi akrual karena sistem berorientasi hasil yang lebih baik (result oriented), lebih transparan dan akuntabel, manajemen diminta berfokus pada biaya atau beban (cost) ketimbang hanya berfokus pada pengeluaran (ekspenditure) dengan pemahaman lebih mendalam akan konsep penghasilan/pendapatan/surplus (income), beban (expenses) dan posisi keuangan (neraca) (Hoesada, 2010).


(38)

Maka basis akrual anggaran dan akuntansi membawa berbagai kebaikan publik seperti peningkatan transparansi biaya, gambaran biaya paripurna (full cost picture) atas suatu program, valuasi aset sektor publik, meningkatkan akuntabilitas dimata lembaga oversight (Hoesada, 2010).

Jika nantinya digunakan anggaran berbasis akrual maka implikasinya terhadap penandingannya adalah dengan pelaporan akuntansi akrual pula. Pada saat itu sesungguhnya analog dengan melaporkan laporan operasional (berbasis akrual) ditandingkan dengan realisasinya yang juga berbasis akrual sehingga dihasilkan anggaran selisih lebih/kurang dari operasi. Akibatnya adalah terdapat anggaran posisi keuangan yang juga menampung anggaran selisih lebih/kurang pada sisi ekuitasnya. Pada dasarnya terdapat tarik menarik antara perlunya menyusun anggaran yang kompleks namun memberi manfaat yang optimal atau anggaran yang sederhana namun terbatas dalam memberikan manfaat.

2.1.6 Perbedaan Anggaran Basis Kas dengan Anggaran Basis Akrual

Untuk melihat lebih jelas lagi tentang perbedaan antara anggaran basis kas dengan anggaran basis akrual dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:


(39)

Tabel 2.1

Perbedaan antara Anggaran Basis Akrual dengan Anggaran Basis Kas

No. Transaksi atau Peristiwa

Anggaran Basis Kas Anggaran Basis Akrual 1 Pengadaan aset Biaya perolehan

dianggarkan sebagai aset dan depresiasi operasi tahunan yang akan dicatat dalam anggaran Total biaya perolehan akan dianggarkan sebagai pengeluaran modal pada tahun perolehan 2 Penggunaan Aset

(Penganggaran Depresiasi)

Depresiasi yang setara atau senilai dengan potensi jasa yang dikonsumsi akan dianggarkan sebagai belanja tahunan selama masa manfaat aset

Tidak ada penganggaran yang dilakukan sehubungan dengan penggunaan aset maupun depresiasi 3 Penjualan Aset Harga jual aset akan

dicatat sebagi kas. Keuntungan atau kerugian diakui dari selisih antara harga jual dan nilai buku yang tercatat (harga beli dikurangi depresiasi).

Total penjualan akan dicatat sebagai kas, tetapi keuntungan atau kerugian diakui dari selisih antara harga jual dan harga beli.

4 Kewajiban di masa yang akan datang (misalnya pensiun)

Beban tahunan dan akumulasi kewajiban muncul dalam anggaran tahunan. Tidak ada anggaran yang terjadi sampai kewajiban itu harus dibayarkan. 5 Pengakuan pendapatan Pendapatan

dianggarkan pada saat terjadinya. Pendapatan dianggarkan apabila ada kepastian penerimaan kas. 6 Defisit dan surplus

anggaran yang ditimbulkan

Defisit anggaran yang ditimbulkan lebih kecil.

Defisit anggaran pada anggaran basis akrual biasanya lebih besar daripada


(40)

yang ditimbulkan anggaran basis kas.

Sumber : Wardhaningrum,dkk : 2014

2.1.7 Perbedaan Manfaat dan Kelemahan Penggunaan Basis Yang Berbeda

Adapun perbedaan pada manfaat dan kelemahan penggunaan basis yang berbeda antara anggaran dan akuntansi, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2

Perbedaan Manfaat dan Kelemahan Anggaran Basis Kas dengan Anggaran Basis Akrual

Anggaran Basis Kas, Akuntansi Basis Akrual

Anggaran Basis Akrual, Akuntansi Basis Akrual

Manfaat Kelemahan Manfaat Kelemahan

Anggaran berbasis kas telah lazim diterapkan pada sektor publik. Tidak memerlukan perubahan paradigma penganggaran. Tidak dapat ditandingkan antara anggaran berbasis kas dengan realisasi hasil operasional maupun posisi keuangan yang disajikan dalam basis akrual. Dapat dilakukan pengendalian atas posisi keuangan dan operasional dan organisasi. Terdapat kerumitan menentukan target anggaran atas pencapaian posisi keuangan dan hasil operasi di masa depan.

Sederhana pemahaman anggaran yang didasarkan pada kas dan hanya ditandingkan dengan realisasinya. Pada dasarnya hanya melihat apakah aliran kas masuk dan keluar yang dianggarkan telah dilaksanakan sesuai rencana tersebut. tidak melihat aspek Penganggaran tidak semata pada arus kas namun juga terhadap hasil akhir posisi keuangan dan operasi dari sebuah organisasi sehingga dapat Diperlukan pemahaman yang lebih atas interpretasi penyajian laporan anggaran dalam bentuk neraca, laporan operasional maupun laporan perubahan


(41)

efisiensi atas aktivitas tersebut.

diukur efisiensi pelayanan

publik.

ekuitas pada saat akan menyusun anggarannya. Anggaran tidak disajikan akrual sehingga tidak ada perubahan dari praktik yang berlaku sebelumnya. cost pelaporan masih rendah. Pengendalian atas pencapaian operasional dan posisi yang hendak dicapai entitas kurang dapat dilakukan. Dimungkinkan terjadi lebih banyak penyajian laporan, antara lain anggaran kas dan realisasinya, anggaran operasional (LO), dan realisasinya, anggaran posisi keuangan dan realisasinya, dst. Keterserapan anggaran kas sebagai tolok ukur keberhasilan menyebabkan kecenderungan menyamakan anggaran dengan realisasinya. Sumber: Ardianto : 2013

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun Judul Penelitian

Kata Kunci Hasil Penelitian J. B. Hockey

MP dan Mathias Cormann (2015)

Budget 2015-16 Budget Government, Financial, Fiscal Strategy Anggaran 2015-16 difokuskan pada membangun pekerjaan, pertumbuhan dan kesempatan dan menyediakan jalur kredibel kembali ke


(42)

surplus. Hal ini adalah tentang membangun fondasi yang kuat dan mengambil langkah-langkah berikutnya untuk mengatur

Australia untuk masa depan yang lebih sejahtera. Oktaviani Wardhaning rum Ari (2014) Overview Implementasi Accrual Based Budgeting Pada Entitas Pemerintahan Accrual-Based Budgeting, Accrual-Based Accounting, Anggaran Pemerintah, Basis Akuntansi Asumsi-asumsi agar accrual-based budgetingdapat diimplementasika n di entitas pemerintahan Indonesia diantaranya adalah rekrutmen dan pelatihan sumber daya manusia agar berkompeten dan profesional dalam pengelolaan keuangan, penyediaan teknologi sistem informasi yang mampu mengakomodasi persyaratan-persyaratan dalam penerapan full-accrual, dan komitmen dari para pengambil keputusan di seluruh jajaran pemerintahan Ardianto (2013) Analisis manfaat

dan kelemahan:

Analisis Manfaat Dan

Menyatakan bahwa penerapan


(43)

penggunaan basis anggaran dan basis akuntansi Kelemahan, Basis Anggaran, Basis Akuntansi

basis akrual pada pelaporan

keuangan sudah pada arah yang benar. Langkah selanjutnya menelaah lebih mendalam kelemahan dan kekuatan penggunaan sistem penganggaran yang berbeda basis dengan laporan akuntansinya. Arief Surya Irawan (2013) Transisi dari akuntansi berbasis akrual menuju penganggaran berbasis akrual Akuntansi Akrual, Penganggaran Akrual, Akuntansi Kas, Penganggaran Kas Evolusi menuju Akuntansi akrual mengarah kepada implementasi penganggaran akrual dapat dilakukan dengan 3 skenario yaitu penganggaran kas maupun akuntansi berbasis kas, penganggaran kas dan akuntansi berbasis akrual atau penganggaran akrual dan akuntansi berbasis akrual. Apapun metode perubahan yang dipilih tidak mengakibatkan kebutuhan akan informasi tentang kas menjadi berkurang. Bento Rodrigo International Public Tujuan utama


(44)

P.M dan Ricardo Corrêa Gomes (2013)

Experience With

Accrual-Budgeting In The Public Sector

Budgeting, Accrual Basis, Fiscal Policy

dari penelitian ini adalah untuk memahami pentingnya penganggaran akrual pada periode ketika Brasil telah mengadopsi basis akrual akuntansi. Selain itu, studi harus dilakukan untuk mempertimbangk an kekhasan model anggaran Brasil, politik lembaga dan karakteristik birokrasi Brasil berfokus tidak hanya pada pengalaman internasional. Pendekatan seperti ini diperlukan untuk menghindari adopsi dari model akrual tanpa mempertimbangk an kekhususan Administrasi publik Brasil. Rodica Gabriela Blidisel, Adina Popa, Andra Pop (2013) Budgetary And Accounting Experience In Public Sector- Comparative Case Study Accrual Accounting and Budgeting, Public Sector, The United Kingdom, Romania, International Public Sector Accounting Standards Penganggaran akrual dan sistem akuntansi memiliki banyak keuntungan dalam meningkatkan proses pengambilan keputusan, kontrol yang tepat dan


(45)

manajemen pengeluaran publik, yang melibatkan penggunaan indikator kinerja dan penggabungan tujuan departemen dalam anggaran. Basis akrual hanyalah alat untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang biaya sebenarnya dari lembaga-lembaga sektor publik. Perlu digunakan secara bersamaan pada akuntansi dan juga anggaran agar lebih efektif untuk mencapai perbaikan yang diinginkan dalam pengambilan keputusan di sektor publik. Jan Hoesada (2010) Accrual Budgeting dan Accrual Accounting pada Pemerintahan NKRI Accrual Budgeting, Accrual Accounting, Government, Reporting, Budget Statement Anggaran akrual dan akuntansi akrual bukan substitusi ketiadaan manajemen keuangan negara dan atau manajemen perbendaharaan yang baik. Untuk kebutuhan NKRI 2010-2020, anggaran berbasis


(46)

kas dan akuntansi berbasis akrual adalah pilihan terbaik, sehingga UU yang mewajibkan anggaran berbasis akrual perlu segera diamandemen. Marc Robinson (2009) Accrual Budgeting and Fiscal Policy Accrual Budgeting, Fiscal Sustainability , Fiscal Stabilization Policy, Net Worth, Control Totals, Net Lending, Aggregate Expenditure. Meskipun pada prinsipnya sistem penganggaran akrual sepenuhnya kompatibel dengan kebijakan fiskal yang baik, dalam prakteknya ada risiko yang cukup besar yang timbul dari kompleksitas akrual

penganggaran. Hanya jika sistem manajemen keuangan cukup kuat untuk memastikan implementasi yang efektif dari jumlah kontrol akrual dapat dikatakan bahwa penerapan penganggaran akrual tidak menimbulkan masalah bagi disiplin fiskal. Di bawah sistem penganggaran akrual, pusat kontrol


(47)

dari rilis uang tunai untuk kementerian pengeluaran tidak tersedia lagi sebagai instrumen untuk kontrol pusat, dan ini membuat kontrol pusat dari pelaksanaan anggaran jauh lebih menuntut daripada yang terjadi dalam sistem penganggaran kas. Department of finance (2007) Accrual based budgeting Accrual Based Budgeting, Financial Reporting, Cash Based Budgeting, Government Pelaksanaan penganggaran berbasis akrual akan memperkuat akuntabilitas dan transparansi proses pembangunan anggaran. Hal ini sejalan dengan upaya dalam memperkuat manajemen keuangan dalam GN (Government of Nunavut). Perubahan tersebut juga membuat laporan operasional mengalami surplus yang dibandingkan dengan penggunaan basis kas pada tahun sebelumnya yang mengalami


(48)

defisit. Allen Schick (2007) Performance Budgeting and Accrual Budgeting: Decision Rules or Analytic Tools? Accrual Budgeting, Performance Budgeting, Government Sector, Budget Rules Untuk sebagian besar negara, penganggaran kinerja dan penganggaran akrual cukup sebagai alat analisis. Ini adalah terbaik kedua solusi yang menjanjikan keuntungan lebih besar dalam penganggaran daripada yang datang dari mengejar inovasi mutakhir.

M. Peter Van Der Hoek (2005)

Accrual-Based Budgeting and Accounting in the Public Sector: The Dutch Experience Accrual-Based Budgeting, Accrual-Based Accounting, Public Sector. Tujuan pemerintah adalah untuk menyelesaikan proses ini pada tahun 2006. Meskipun beberapa kemajuan telah dibuat, tampaknya tidak mungkin bahwa tujuan ini akan sepenuhnya tercapai pada tahun 2006. Saat ini, departemen anggaran masih memberikan wawasan yang cukup ke dalam efek kebijakan yang bertujuan pada kementerian dan ke dalam kegiatan yang ingin dilakukan,


(49)

sedangkan hubungan antara pengeluaran dan tujuan, kinerja, dan sarana yang kurang jelas. Alasan penting untuk kekurangan ini adalah bahwa tujuan kebijakan belum dirumuskan secara terukur dalam hal indikator efek dan angka sasaran. Jon R. Blondal

(2004)

Issues in accrual budgeting Public Sector, Accrual Accounting, Accrual Budgeting, Benefits Of Accrual Budgeting Penelitian ini membahas pandangan pendukung dan dectractors penganggaran akrual dan berusaha untuk menyoroti

banyak " masalah teknis " yang mengelilingi pelaksanaannya . Penelitian ini juga telah mengamati dampak pada pengaturan kebijakan fiskal dan peran parlemen. Apa yang muncul jelas dari diskusi adalah disparitas macam pandangan antara masyarakat penganggaran pada keinginan


(50)

penganggaran akrual. Penelitian ini mengungkapkan bahwa ada berbagai macam model untuk menerapkan penganggaran akrual, beberapa cara yang lain yang lebih radikal. Ada tiga negara anggota yang telah

menerapkan penganggaran akrual penuh yang setiap negar memiliki model berbeda dalam banyak hal. Jon R. Blondal

(2003)

Accrual

accounting and Budgeting: key issues and recent developments Accrual Accounting, Accrual Budgeting, Accounting Standarts Akhirnya, harus ditekankan bahwa basis akrual bukan "peluru ajaib" untuk meningkatkan kinerja sektor publik. Ini hanyalah sebuah alat untuk mendapatkan informasi yang lebih baik tentang biaya sebenarnya dari pemerintah. Basis ini dapat digunakan secara efektif dan jika bersama-sama dengan sejumlah reformasi manajemen lainnya untuk mencapai perbaikan yang


(51)

pengambilan keputusan di pemerintahan diinginkan dalam pengambilan keputusan di pemerintahan Sarath Lakshman Athukorala (2003) Accrual Budgeting And Accounting In Government And It’s Relevance For Developing Member Countries Accrual Budgeting, Accrual Accounting, Government Penelitian Ini Menyimpulkan Bahwa Anggota Yang Termasuk Ke Dalam Dmc Mengadopsi Penganggaran Akrual Dan Akuntansi Harus Melakukannya Dengan Cara Yang Realistis Dan Praktis, Sebagai Sumber Dan Kapasitas Yang Memungkinkan. Penggunaan Metode Akrual Tersebut Direkomendasika n Dilakukan Secara Bertahap, Dimulai Dengan Pelaksanaan Standar Akuntansi Yang Baru Diumumkan. Dengan Demikian, Pemerintah Dmc Akan Dapat Meningkatkan Pengaturan Akuntansi Mereka Dengan Cara Yang Konsisten


(52)

Dengan

Adopsi Sukses Akhirnya Akuntansi Akrual.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual mengenai bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang perlu dianalisis untuk kemudian diuraikan dan disimpulkan.

Menurut OECD-PUMA/SBO, 2002 (dalam Mulyana, 2009) penganggaran akrual, mencakup perencanaan basis akrual. Dalam hal ini penganggaran akrual menggabungkan penganggaran basis kas dengan transaksi non-kas termasuk aset, kewajiban, dan ekuitas. Sebagai contoh, anggaran akrual akan mencakup anggaran biaya, item-item non-kas seperti depresiasi dan pengelolaan dana pensiun. Hal ini memungkinkan anggaran akrual menyediakan informasi terkait implikasi pemanfaatan sumber daya atas aktivitas pemerintah yang sudah ditetapkan. Peruntukan anggaran untuk pemerintah/DPR juga dapat dikalkulasi dengan menggunakan basis akrual untuk membayar biaya total (full cost) operasi pemerintah tidak tergantung pada saat kapan pengeluarannya terjadi. Sebaliknya, hal ini akan menimbulkan isu kompleksitas akuntansi dan manajemen kas yang harus diselesaikan sebelum basis akrual diimplementasikan (Irawan, 2013).


(53)

Beberapa negara mengadopsi sistem anggaran akrual dan akuntansi akrual karena sistem berorientasi hasil yang lebih baik (result oriented), lebih transparan dan akuntabel, manajemen diminta berfokus pada biaya atau beban (cost) ketimbang hanya berfokus pada pengeluaran (ekspenditure) dengan pemahaman lebih mendalam akan konsep penghasilan/pendapatan/surplus (income), beban (expenses) dan posisi keuangan (neraca) (Hoesada, 2010).

Maka basis akrual anggaran dan akuntansi membawa berbagai kebaikan publik seperti peningkatan transparansi biaya, gambaran biaya paripurna (full cost picture) atas suatu program, valuasi aset sektor publik, meningkatkan akuntabilitas dimata lembaga oversight (Hoesada, 2010).


(54)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Overview Implementasi Accrual-Based Budgeting Pada Sektor Publik Di Indonesia

Latar Belakang Munculnya Anggaran Basis Akrual (Accrual-Based Budgeting) Latar Belakang Kemunculan,

Penerapan Anggaran Basis Akrual (Accrual-Based Budgeting)di Sektor Publik Di Dunia Internasional

Implementasi Accrual Based Budgeting di New Zealand (Selandia Baru), Australia, Amerika Serikat, Kanada

Penerapan Anggaran Basis Akrual (Accrual-BasedBudgeting) Pada Sektor Publik Dalam Sistem Pemerintahan Di Indonesia

Proses Implementasi Basis Akrual Dalam Sistem Pemerintahan Di Indonesia

Peluang dan Tantangan serta Strategi Penerapan Anggaran Basis Akrual (Accrual-BasedBudgeting) Di Indonesia


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif. Menurut Rahmat (2009) yang menjadi salah satu alasan menggunakan penelitian kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metodi ini dapat digunakan untuk memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi, 2010) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku orang-orang yang diamati. Ditambahkan oleh Rurchan (dalam Basrowi, 2008) bahwa melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln (dalam Gulo, 2004), kata kualitatif menyatakan penekanan pada proses dan makna yang tidak diuji, atau diukur dengan setepat-tepatnya, dalam istilah-istilah kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensi. Strauss (dalam Gulo, 2004) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah penelitian kuantitatif adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang tidak diperoleh oleh alat-alat prosedur statistik atau alat-alat kuantifikasi lainnya.


(56)

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data-data yang diperoleh oleh penulis dari berbagai macam sumber seperti dari internet, jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku teks, skripsi dan dari berbagai sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian, sehinggga tempat dilakukannya penelitian tidak dapat dinyatakan secara spesifik.

Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama bulan April 2015 sampai dengan September 2015.

3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur, seperti buku, jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, makalah, laporan seminar, website, diskusi ilmiah, atau terbitan resmi pemerintah dan lembaga lembaga lain yang menunjang dengan obyek penelitian dan berkaitan dengan yang akan diteliti dalam hal ini mengenai penerapan anggaran berbasis akrual atau accrual-based budgeting.

3.3.2Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen atau data-data tertulis yang relevan dengan masalah perkembangan anggaran berbasis akrual terkait dengan latar belakang kemunculan dan


(57)

proses penerapannya di sektor publik, proses penerapannya anggaran berbasis akrual pada sektor publik dalam pemerintahan di Indonesia, peluang, tantangan dan strategi dari penerapan anggaran basis akrual dalam pemerintahan Indonesia. Menurut Lofland dalam Moleong (1999) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa metode deskriptif kualitatif. Metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, dan mendeskripsikan sehingga diperoleh hasil berupa gambaran yang jelas tentang perkembangan accrual-based budgeting terkait dengan latar belakang kemunculan dan proses penerapannya di sektor publik, proses penerapan accrual-based budgeting pada sektor publik dalam sistem pemerintahan di Indonesia, peluang, tantangan, dan strategi dari penerapan basis akrual dalam sistem pemerintahan di Indonesia.

3.5Teknik Analisis Data

Dalam membahas data yang ada, penulis menggunakan content analysis atau kajian isi. Holsti dalam Moleong (1999) menjelaskan bahwa content analiysis adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis. Setelah melakukan analysis content penulis


(58)

akan mendapatkan data yang digunakan dalam menjawab rumusan masalah.

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan teknik studi literatur (kepustakaan). Menurut Nazir (1988) studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Dalam penelitian ini buku-buku ilmiah, literatur, catatan-catatan , laporan-laporan penelitian, karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain yang ada hubungannya dengan perkembangan anggaran berbasis akrual terkait dengan latar belakang kemunculan dan proses penerapannya di sektor publik, proses penerapannya anggaran berbasis akrual pada sektor publik dalam pemerintahan di Indonesia, peluang, tantangan dan strategi dari penerapan anggaran basis akrual dalam pemerintahan Indonesia.


(59)

BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Latar Belakang Kemunculan, Perkembangan dan Penerapan Accrual- Based Budgeting di Sektor Publik Dalam Dunia Internasional

4.1.1 Latar Belakang Kemunculan dan Perkembangan Anggaran Basis Akrual

Pada dasarnya terdapat banyak pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor publik. Dan sebagai awal dari perkembangannya sistem anggaran sektor publik telah menjadi instrument multifungsi yagn digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pendekatan utama anggaran ada dua, yaitu anggaran tradisional dan anggaran pendekatan New Public Management.

Anggaran Tradisional

Ulum (2004) menyatakan bahwa, anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan negara berkembang dewasa ini. Dan terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism dan struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item. Ciri lain yang melekat yaitu cenderung sentralistis, bersifat spesifikasi, tahunan, dan menggunakan prinsip anggaran bruto.

Berdasarkan ciri-ciri dari anggaran tradisional tersebut maka anggaran tradisional tidak mampu mengungkapkan besarnya dana yang


(60)

dikeluarkan untuk setiap kegiatan, bahkan gagal dalam memberikan informasi tersebut.

1. Incrementalism

Anggaran tradisional bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengna menggunakan data tahunan sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam (Ulum, 2004).

Pada anggaran tradisional yang bersifat incrementalism ini cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan historis (historic cost of service) tanpa memperhatikan:

- Pengeluaran yang dikeluarkan adalah dibutuhkan dan menjadi prioritas.

- Pelayanan yang diberikan telah terdistribusi secara adil dan merata di masyarakat.

- Pelayanan diberikan secra ekonomis dan efisien.

- Pelayanan yang diberikan mempengaruhi pola kebutuhan publik.

Akibatnya akan memunculkan suatu item, program, atau kegiatan di tahun anggaran berikutnya yang sebenarnya item tersebut mungkin sudah tidak dibutuhkan.

2. Line-item

Line-item merupakan salah satu ciri utama yang melekat pada anggaran tradisional. Maksud dari sifat line-item ini adalah struktur yang


(61)

didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Dengan sifat tersebut tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan dan pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, meskipun sebenarnya secara riil item tertentu sudha tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang.

Pada dasarnya line-item dilandasi alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran. Dengan dalil tersebut anggaran disusun atas dasar sifat penerimaan dan pengeluaran, seperti pendapatan dari pemerintah atasan, pendapatan dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja barang dan lain sebagainya.

Dengan demikian penggunaan anggaran tradisional yang bersifat line-item ini nantinya tidak memungkinkan untuk dilakukan penilaian kinerja secara akurat, dan satu-satunya tolok ukur yang data digunakan semata-mata pada ketaatan dalam menggunakan dana yang diusulkan.

Kelemahan Anggaran Tradisional

Dilihat dari berbagai sudut pandang, Ulum (2004) memaparkan metode penganggaran tradisional memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan jangka panjang.


(62)

2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.

3. Lebih berorientasi pada input dari pada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumber daya, atau memonitor kinerja. Kinerja tersebut dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai.

4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit dicapai. Keadaan ini berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan, dan persaingan antar departemen. 5. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran

modal/investasi.

6. Anggaran tradisional bersifat tahunan yang sebenarnya terlalu pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik yang tidak diinginkan (korupsi dan kolusi).

7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya budget padding atau budgetary slack.

8. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran dan manipulasi anggaran.


(63)

Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.

Anggaran Publik dengan Konsep New Public Management Era New Publik Management

New Public Management adalah istilah yang pada awalnya dikenalkan oleh Christopher Hood pada tahun 1991. Jika dilihat dari perspektif historis, pendekatan manajemen modern di sektor publik muncul pertama kali di Eropa tahun 1980-an dan 1990-an sebagai reaksi terhadap tidak memadainya model administrasi publik tradisional. Kemudian Hood menyingkat istilah tersebut menjadi NPM. Selanjutnya mengalami beberapa bentuk inkarnasi, misalnya munculnya konsep “Managerialism”, “Market-based PublicAdministration”, “Post-bureacratic Paradigm”, dan “entrepreneurial Government”. Dan semua istilah ini memiliki makna yang sama akan tetapi istilah yang paling popular adalah New Public Management.

New Public Manajement (NPM) merupakan sistem manajemen administrasi publik yang paling aktual di seluruh dunia dan sedang direalisasikan di hampir seluruh negara industri. Selanjutnya sistem tersebut dikembangkan di wilayah anglo Amerika sejak pertengahan kedua tahun 1980-an dan telah mencapai status sangat tinggi khususnya di Selandia Baru. Perusahaan-perusahaan umum diprivatisasi, pasar tenaga kerja umum dan swasta dideregulasi, dan dilakukan pemisahan yang jelas


(64)

antara penetapan strategis wewenang negara oleh lembaga-lembaga politik dan pelaksanaan operasional wewenang oleh administrasi (pemerintah) dan oleh badan penanggung jawab melaksanakan tugas yang diserahkan oleh negara atas dasar perumusan “order” secara kuantitatif dan kualitatif, lalu disepakatilah anggaran biaya untuk pelaksanaan order tersebut (order kerja dan anggaran umum).

NPM adalah sistem manajemen desentral dengan perangkat-perangkat manajemen baru seperti controlling, benchmarking dan clean management; namun disisi lain, NPM juga dipahami sebagai privatisasi sejauh mungkin atas aktivitas pemerintah. Sebagaian besar penulis membedakan antara pendekatan menajemen sebagai perangkat baru pengendalian pemerintah dan pendekatan persaingan sebagai deregulasi secara maksimal serta penciptaan persaingan pada penyediaan layanan pemerintah kepada rakyat.

Menurut Lyika yang dikutip Ofoegbu and Grace (dalam Ritonga, 2015) menyatakan bahwa: New Public Management (NPM) adalah penerapan pendekatan manajemen sektor swasta dan teknik untuk manajemen sektor publik. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa pemerintah di seluruh dunia memeluk NPM dan terlibat dalam berbagai reformasi termasuk reformasi manajemen keuangan yang secara bertahap dan terus bergeser dari praktik akuntansi dasar kas tradisional untuk basis akuntansi akrual.


(65)

Sejak dikenalnya konsep NPM ini, yang merubah manajemen sektor publik secara drastis dari sistem manajemen tradisional yang kesannya kaku, birokratis, dan hierarkis, kemudian berubah menjadi model manajemen sektor publik yang lebih fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.

Perubahan tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah, salah satunya adalah model pemerintah yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (dalam Ulum, 2004) yang tertuang dalam pandangannya yang dikenal dengan konsep “Reinventing Government”. Perspektif baru tersebut adalah:

1. Pemerintah katalis: fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan publik.

2. Pemerintah milik masyarakat: memberdayakan masyarakat daripada melayani.

3. Pemerintah yang kompetitif: menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan publik.

4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.

5. Pemerintah yang berorientasi hasil: membiayai hasil bukan masukan. 6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan: memenuhi kebutuhan


(1)

lebih besar, pemahaman yang lebih mendalam, APBN/APBD yang masih berbasis kas, software atau sistem terkait yang harus disesuaikan dan aspek biaya yang cukup besar. Disisi lain peluang dari penerapan basis akrual pada anggaran yang kompleks memberi manfaat yang optimal. Dan untuk menghindari tantangan-tantangan yang ada maka diperlukan strategi-strategi untuk memperbesar peluang yang ada sehingga penerapan basis akrual dalam sistem pemerintahan di Indonesia dapat berjalan dengan baik.

5.2 Keterbatasan

Adapun keterbatasan berkaitan judul Overview Implementasi Accrual-Based Budgeting Pada Sektor Publik Di Indonesia yang menggunakan studi literatur antara lain sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan hal-hal yang menjelaskan implementasi accrual-based budgeting sangat terbatas dan kurang mendetail, khususnya tentang langkah-langkah pengimplementasian accrual-based budgeting di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

2. Selanjutnya yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah keterbatasan dalam memperoleh literatur yang berkaitan dengan accrual-based budgeting. Sumber diperoleh dari media internet, baik jurnal internasional maupun jurnal nasional, karena literatur terkait accrual-based budgeting masih jarang tersedia.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dalam penelitian studi literatur ini yang telah peneliti paparkan sebelumnya maka


(2)

1. Penerapan accrual-based accounting tidak harus selalu diikuti dengan penerapan accrual-based budgeting. Pemerintah Indonesia yang baru memulai penerapan accrual-based accounting harus mengadakan studi banding ke negara-negara yang sudah mengimplementasikan accrual-based budgeting lebih dulu dalam sistem pemerintahan. Hal tersebut untuk mengetahui bagaimana akibat yang akan diterima Indonesia sebagai dampak dari penerapan accrual-based budgeting tersebut. 2. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya

mengenai peluang dan tantangan-tantangan serta strategi penerapan accrual-based budgeting di Indonesia, baik yang menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif.

3. Karena keterbatasan yang ada, diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini agar diketahui keberhasilan dalam mengimplementasikan accrual-based budgeting pada sektor publik di Indonesia.

4. Bagi lembaga pendidikan, hendaknya mahasiswa diajarkan akan pentingnya mengetahui sejarah dan proses penerapan dan implementasi basis akrual di Indonesia. Dimana pada tahun ini yaitu 2015 adalah tahun dimana pemerintah secara menyeluruh wajib menerapkan basis akrual pada sistem pemerintahan Indonesia.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akhyaruddin, Muhammad, 2013. Tantangan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Pemerintahan Indonesia. http://kesiur.blogspot.com/2013/06/ tantangan-penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan indonesia. html?m=1 (02Agustus 2015).

Asian Development Bank. 2003. “Accrual Budgeting And Accounting In Government And Its Relevance For Developing Member Countries”. Manila: Asian Development Bank.

Athukorala, S.L., Reid B., 2003. “Accrual Budgeting and Accounting in Government and its Relevance for Developing Member Countries, Asian Development Bank, Regional and Sustainable Development Department”, pp.22

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), 2013. Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual : Konsep, Pemikiran,, dan Implementasi di Indonesia. Modul. http://star.bpkp.go.id/download/7/modul-program-beasiswa-star (03 Juni 2015).

Basrowi, Suwandi, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta, Jakarta.

BDK

Malang. http://www.bppk.kemenkeu.go.id/berita-malang/19947- workshop-implementasi-akuntansi-berbasis-akrual-menuju-negara-asean-pertama-yang-menerapkan-akuntansi-pemerintahan-berbasis-akrual (02 Agustus 2015).

Blidisel, Rodica. G. et al, 2013. “Budgetary and Accounting Experience in Public Sector-Comparative Case Study”,JEL codes: M41, H83.

Blondal, Jon. R. 2003. “Accrual Accounting and Budgeting Key Issues and Recent Developments”. OECD Jounrnal on Budgeting – Volume 3, Nomor 1. ISSN 1608-7143.

Blondal, Jon. R. 2004. “Issues in Accrual Budgeting”. OECD Journal on Budgeting – Volume 4, Nomor 1, ISSN 1608-7143.

Department of Finance, 2007. Accrual Based Budgeting.


(4)

Djamhuri, A. dan Mahmudi, 2006. “New Public Mananagement, accounting reform and institutional perspective of public sector accounting in indonesia”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi,Volume 3 hal 301-321.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Departemen Akuntansi, 2014. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif Program Strata Satu (S1), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara, Medan. Ghozali, M. A, 2013. Implementasi Akuntansi Akrual di Berbagai Negara :

Pelajaran yang Dipetik, Makalah Akuntansi Sektor Publik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Ghulam, Rhumy, 2014. Mencari Batu Pijakan bagi Akrualisasi Sektor Publik Di Indonesia (Studi atas Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Nepal, Hong Kong dan Selandia Baru). www.sliseshare.net/rhumydewa/studi-atas-penerapan-akuntansi-berbasis-akrual-di-nepal-hongkong-selandiabaru (02 Agustus 2015).

Gulo, W, 2004. Metodologi Penelitian. PT Gramedia, Jakarta.

Herdila, Heni. 2011. Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan (Sap) Berbasis Akrual

Hockey, J.B. dan Mathias Cormann. 2015. “Budget 2015-16, Budget Strategy and Outlook”. Budget Paper, Nomor 1, 12 Mei 2015.

Hoesada, Jan. 2010. “Accrual Budgeting dan Accrual Accounting Pada Pemerintah NKRI”. Jurnal Akuntani/Tahun XIV, Nomor 01, Januari 2010: 113-124.

Indriantoro, N. 2011, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Irawan, Arief. S. Transisi dari Akuntansi Berbasis Akrual Menuju Penganggaran Berbasis Akrual. 2014. http://star.bpkp.go.id/download/7/modul-program-beasiswa-star (03 Juni 2015).

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), 2010. “Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan”. Jakarta: KSAP.


(5)

Moleong, J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Monteiro, Bento R.P., dan Ricardo Corrêa Gomes. 2013. “Internasional Experience with Accrual Budgeting in the Public Sector”. R. Cont. Fin – USP, Sao Paulo, volume 24, nomor 62, p.1003-112, maio/jun./jul./ago. ISSN 1808-057X.

Mulyana, Budi. 2009. Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-Negara Lain: Tren Di Negara-Negara OECD. http://sutaryofe.staff.uns.ac.id/files/2011/ 10/Akuntansi-berbasis-akrual.pdf (03 Juni 2015).

Renyowijoyo, Muindro. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non-Laba, Edisi 2. Mitra Wacana Media, Jakarta.

Renyowijoyo, Muindro. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non-Laba. Mitra Wacana Media, Jakarta.

Republik Indonesia. 2002. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. http://www.anggaran.depkeu.go.id/peraturan/Keppres%2042%20-%202002%20-%20Pelaksanaan%20APBN.pdf (03 Juni 2015).

Republik Indonesia. 2002. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerint

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2004 tetang Perbendaharaan Negara.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010. Laporan

Realisasi Anggaran Berbasis Kas.

https://sibukkerjatugas.wordpress.com/2011/12/16/laporan-realisasi-anggaran-berbasis-kas/ (03 Juni 2015).


(6)

Robinson, Marc. 2009. “ Accrual Budgeting and Fiscal Policy”. IMF Working Paper. JEL. Clasification Nomor: H3, H6.

Sasongko, C. Dan Parulian, S.R. 2010. Anggaran. Jakarta:Penerbit Salemba Empat.

Schick, Allen, 2007. “Performance Budgeting and Accrual Budgeting: Decision Rules or Analytic Tools”. OECD Journal on Budgeting – Volume 7, Nomor 2, ISSN 1608-7143.

Simanjuntak, Binsar H, 2010. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Di Sektor Pemerintahan Di Indonesia. Disampaikan pada Kongres XI Ikatan Akuntansi Indonesia, Jakarta (https://www.scribd.com/doc/76222442/ Binsar-Paper-Kongres-Iai-9-Des-Implementasi-Akrual) (03 Juni 2015). Solehudi. 2012. “Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Di Sektor Pemerintahan

Di Indonesia”. Presentasi Seminar Akuntansi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Kuningan, Universitas Kuningan, Jawa Barat.

Syarif, Darman. 2015. Reformasi Manajemen Sektor Publik.

Ulum, Ihyaul, 2004. Akuntansi Sektor Publik. UMM Press. Malang.

Van der Hoek, M.P. 2005. “Accrual-Based Budgeting and Accounting in the Public Sector: The Dutch Experience”. MPRA Paper, Nomor 5906, Erasmus University Rotterdam.

Wardhaningrum, O.A et al, 2014.”Overview Implementasi Accrual-Based Budgeting pada Entitas Pemerintahan: Studi Literatur”, Dalam E-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi , Volume 1 (1) hal 56-66.