89
4.2 Implementasi Accrual-Based Budgeting Pada Sektor Publik
Dalam Sistem Pemerintahan Di Indonesia
Dalam proses implementasi basis akrual memang menyajikan berbagai tantangan yang cukup besar baik dari segi kesiapan peraturan
teknis pelaksanaan, struktur dan infrastruktur organisasi pemerintahan, budaya, sistem dan prosedur, hingga kesiapan sumberdaya
manusianya. Demi terlaksananya upaya penerapan basis akrual dengan
sebaik-baiknya semua elemen perlu melakukan perubahan.
Solehudi 2012 menjelaskan, perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sebelum reformasi belum menggembirakan.
Saat itu, akuntansi pemerintahan di Indonesia belum berperan sebagai alat untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi pemerintah
dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode tersebut, output yang dihasilkan oleh akuntansi pemerintahan di
Indonesia sering tidak akurat, terlambat, dan tidak profesional, sehingga tidak dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan.
Blondall dkk dalam Oktaviani et al, 2014 memaparkan, reformasi yang didorong era New Public Management di Indonesia muncul pada
tahun 1988 yaitu dengan adanya tuntutan masyarakat mengenai demokrasi dan tuntutan transparansi pengelolaan keuangan dana
publik oleh pemerintah. Sistem penganggaran Indonesia bertransformasi pada tahun 19971998 disebabkan oleh krisi ekonomi
dan politik yang terjadi.
90 Pada tahun 1997, krisis keuangan yang menerpa Indonesia
seolah membangunkan kesadaran bangsa Indonesia dari tidur nyenyak yang panjang. Kemudian tahun 1998 kesadaran akan perlunya
perbaikan pengelolaan keuangan negara semakin membesar hingga munculnya tuntutan pergantian kepala pemerintahan yang dianggap
lamban dalam memberikan profession mengambil keputusan serta melaksanakan tindakan perbaikan. Pergantian kepala pemerintahan
tersebut merupakan titik awal pelaksanaan reformasi keuangan negara. Kemudian, dalam proses reformasi ini perbaikan pengelolaan
keuangan negara terus dilakukan secara berkelanjutan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan
membangun sistem pengendalian internal yang kokoh. Pasca reformasi 1998, dilakukanlah
upaya untuk memperbaiki kinerja, menggalakkan akuntabilitas dan transparansi
pengelolaandana publik. Upaya ini mendapat momentum dengan reformasi keuangan negara di penghujung tahun 1990-an.Hal tersebut
dapat dilihat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah dan PP Nomor 108 Tahun 2000 tentang Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Di tahun 2003
diterbitkan Undang-undang UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang sebagai acuan dalam pengembangan sistem
pengelolaan keuangan negara dan daerah.Di dalam Undang-Undang
91 Nomor 17 Tahun 2003 telah mengisyaratkan penggunaan anggaran
berbasis akrual. Dalam perjalanan reformasi pengelolaan keuangan negara
dibidang akuntansi, pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah PP Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan SAP yang kemudian digantikan dengan Peraturan Pemerintah PP Nomor 71 Tahun 2010.SAP tersebut disusun oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP yang independen dan ditetapkan dengna PP setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksaan Keuangan BPK. PP Nomor 71 Tahun 2010 merupakan peraturan yang
menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan yang disusun dengan berlandaskan pada penggunaan basis akrual accrual. Penggantian PP
Nomor 24 Tahun 2005 didasarkan pada ketentuan yang ada dalam pasal 36 ayat 1 UU Nomor 17 Tahun 2003 dan Pasal 70 ayat 2 UU
Nomor 1 Tahun 2004 yang menetapkan bahwa basis akrual dalam sistem akuntansi pemerintahan selambat-lambatnya dilaksanakan 5
lima tahun setelah UU Nomor 17 Tahun 2003 ditetapkan atau pada Tahun Anggaran 2008.
Ritonga 2015 menjelaskan bahwa perubahan mendasar yang dipersiapkan adalah untuk secara bertahap akan menggantikan
akuntansi yang berbasis kas dengan akrual. Dalam sistem akuntansi berbasis akrual dapat diukur biaya pelayanan jasa pemerintahan,
92 efisiensi serta kinerja Pemerintah. Dalam sistem berbasis akrual juga
dapat diketahui kewajiban kontijensi pemerintah karena dicatat komitmen atau hak maupun kewajiban kontijensi negara terutama
untuk penerimaan maupun pengeluaran yang melampaui masa satu tahun anggaran. Anggaran berbasis akrual akan memungkinkan
perencanaan anggaran jangka panjang yang melebihi satu tahun anggaran.
Ritonga 2015 menjelaskan bahwa, sitem akuntansi pemerintahan di Indonesia memakai basis cash toward to accrual
CTA. Perubahan basis akuntansi dari CTA menjadi akrual membawa dampak terhadap perubahan tahapan pencatatan dan jenis laporan
keuangan yang dihasilkan.Namun proses pelaporan penganggaran akan menghasilkan laporan realisasi anggaran yang tetap
menggunakan basis kas, sedangkan basis akuntansi untuk pelaporan keuangan lainnya akan menggunakan basis akrual. Akan tetapi untuk
entitas pelaporan yang sudah siap, dapat menerapkan akuntansi pemerintahan full-accrual accrual-based accounting dan accrual-
based budgeting. Akuntansi berbasis akrual memang hampir selalu diiringi
dengan panganggaran berbasis akrual. Namun menurut Widjajarso 2010, bahwa penerapan basis akrual tidak harus diikuti dengan
penerapan anggaran berbasis akrual. Alasan utamanya adalah bahwa anggaran berbasis akrual sangat sulit dimengerti oleh pemerintah dan
93 juga para stakehorlders lainnya. Kemudian Monteiro 2013 juga
menyatakan bahwa rezim penganggaran akrual tidak harus dilaksanakan tanpa terlebih dahulu dieksplorasi dan dibahas dalam
akademisi. Juga dijelaskan oleh Schick 2007 bahwa dalam penganggaran akrual, isu-isu jauh lebih kompleks, berkaitan dengan
penilaian aset, pengakuan pendapatan, penurunan depresiasi, modal biaya, dan lainnya yang belum terselesaikan.
Langkah Penerapan Basis Akrual
Terlepas dari kondisi masing-masing negara dalam penerapan basis akrual untuk akuntansi dan penganggarannya, dan tidak
bermaksud untuk melemahkan semangat “towards accrual”, satu pendapat Asian Development Bank dalam Widjajarso, 2010 dalam
makalah berjudul “Accrual Budgeting and Accounting in Government and it’s Relevance for Developing Member Countries” dapat dijadikan
referensi, yakni tujuh rekomendasi bagi negara berkembang dalam menerapkan basis akrual, yaitu:
1. Kehati-hatian dalam memilih strategi penerapan basis akrual.
2. Komitmen politik merupakan salah satu kunci penting.
3. Tujuan yang ingin dicapai harus dikomunikasikan.
4. Perlunya tenaga akuntan yang andal.
5. Sistem infoemasi akuntansi harus memadai.
6. Badan audit tertinggi harus memiliki sumberdaya yang tepat.
94
Faktor Pendukung Keberhasilan Implementasi Basis Akrual
Penerapan basis akrual secara bertahap-tahap adalah pilihan yang paling rasional. Sebelum implementasi basis akrual dilaksanakan,
setiap entitas pelaporan perlu mempersiapkan beberapa kondisi yang untuk mendukung keberhasilan implementasi tersebut, yaitu:
1. Manajemen Perubahan
Entitas pelaporan perlu merencakan dan melakukan sosialisasi secara seluruh pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan akuntansi
akrual untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan perlunya perubahan basis. Perubahan basis akrual ini sebaiknya
juga dimasukkan dalam kerangka kerja reformasi birokrasi. 2.
Komitmen pimpinan puncak terhadap akuntansi akrual Pimpinan dari setiap entitas pelaporan juga harus mempunyai
komitmen yang tinggi untuk membangun tata kelola dan sistem pengendalian internal organisasi yang baik.
3. Entitas sudah mempunyai sistem prosedur yang telah berjalan
dengan baik dengan menggunakan basis yang mengarah ke basis akrual
Pimpinan dari masing-masing entitas pelaporan perlu memastikan bahwa sistem dan prosedur iperasional keuangan secara umum,
khususnya sistem dan prosedur yang selama ini menggunakan basis kas menuju akrual telah dijalankan dengan baik.
95 4.
Telah mempunyai sistem informasi akuntnasi yang baik yang dapat menyajikan laporan keuangan yang lengkap terutama berkaitan
dengan aset dan kewajiban, termasuk melaksanakan konsolidasi laporan keuangan.
5. Menyiapkan rencana implementasi berbasis akrual
Perencanaan tersebut harus meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan keberhasilan implementasi akuntansi akrual, seperti
penyiapan dan pelatihan sumber daya manusia, penyusunan sistem dan prosedur berbasis akrual, hingga pembangunan sistem
informasi akuntansi yang berbasis akrual. 6.
Menyiapkan sumber daya manusia yang mempunyai kapastias dan keahlian akuntansi dan manajemen organisasi yang memadai untuk
melaksanakan perubahan.
4.2.1 Proses Implementasi Basis Akrual Dalam Sistem
Pemerintahan Di Indonesia
Sistem akuntansi berbasis akrual merupakan sistem akuntansi modern yang banyak diterapkan di negara maju. Berdasarkan UU No.
17 Tahun 2003 pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya 5 tahun. Terbitnya
PP 71 tahun 2010 merupakan implementasi Undang-Undang tersebut, walaupun untuk penerapannya dapat dilakukan secara bertahap.
Ritonga 2015 menjelaskan ada beberapa langkah yang telah dan akan
96 dilakukan dalam rangka mengimplementasikan basis akrual pada
akuntansi untuk pelaporan keuangan di Indonesia sebagai berikut ini: Tahun 2010:
Mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan
akuntansi berbasis akrual,
Menyiapkan dan menetapkan SAP berbasis akrual,
Menyiapkan Rencana Implementasi SAP berbasis akrual. Tahun 2011:
Menyiapkan peraturan dan kebijakan untuk penerapan akuntansi
berbasis akrual,
Menyusun proses bisnis dan sistem akuntansi untuk penerapan akuntansi berbasis akrual.
Tahun 2012:
Mengembangkan Sistem Akuntansi dan pedoman yang akan digunakan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual,
Melaksanakan capacity building berupa training dan sosialisasi
SAP berbasis akrual kepada seluruh stakeholders yang terlibat,
Mengembangkan teknologi informasi termasuk sistem aplikasi yang akan digunakan.
Tahun 2013:
Melakukan uji coba implementasi Konsolidasi LK, penyempurnaan sistem dan capacity building,
Penyusunan peraturan yang berkaitan.
97 Tahun 2014:
Implementasi secara paralel penerapan basis CTA dan akrual
dalam Laporan Keuangan, tetapi Laporan Keuangan yang diberi opini oleh BPK adalah berbasis CTA,
Konsolidasi Laporan KL dan BUN dengan basis akrual,
Evaluasi dan finalisasi sistem yang akan digunakan.
Tahun 2015:
Penerapan implementasi penuh akuntansi berbasis akrual di Indonesia. Laporan Keuangan yang diberi opini adalah yang
berbasis akrual,
Dan bagi entitas pemerintahan yang telah dapat menyelenggarakan accrual-based budgeting.
4.3Peluang Dan Tantangan Serta Strategi Penerapan Accrual-
Based Budgeting Di Indonesia
Pengalaman beberapa negara yang telah menerapkan basis akrual terlebih dahulu menunjukkan bahwa bukan hal mudah untuk
menerapkan sistem baru ke dalam sektor publik atau entitas pemerintah. Berbagai peluang untuk mengimplementasikan basis baru
juga disertai dengan tantangan-tantangan yang kompleks yang membutuhkan strategi-strategi penerapan yang matang. Dilihat dari
perjuangan Indonesia dalam menerapkan basis baru yang butuh waktu lama adalah salah satu tantangan yang dihadapi pemerintah Indonesia.
Berikut adalah pembahasan mengenai peluang dan tantangan serta
98 strategi yang harus dihadapi dalam proses implementasi basis akrual
ke dalam sektor publik atau entitas pemerintah Indonesia.
4.3.1 Peluang dalam Mengimplementasikan Basis Akrual Pada
Sektor Publik Indonesia
Ritonga 2015 menyatakan bahwa perkembangan opini yang diperoleh dari tahun ke tahun mulai dari ditebitkannya UU Nomor 17
Tahun 2003 telah menunjukkan peningkatan yang positif dari tahun 2003 sampai dengan 2011. Perkembangan tersebut dipandang
pemerintah sebagai peluang untuk menerapkan basis akrual pada Standar Akuntansi Pemerintah SAP.
Ritonga 2015 menjelaskan bahwa kelebihan dari penggunaan basis akrual akan menciptakan banyak peluang yang
harusnya dapat dilihat dari akan diterapkannya basis akrual pada pemerintahan, diantaranya sebagai berikut:
1. Pengguna dari laporan keuangan pemerintah ada para pihak
yang berkepentingan secara umum terhadap realisasi anggaran. Pengguna laporan keuangan pemerintah adalah:
a. Badan legislatif baik DPR maupun DPRD serta badan-
badan pemerintaha lainnya dalam rangka menilai pemerintah dalam pengelolaan sumber daya, dan bentuk konsistensi atas
perundang-undangan; b.
Masyarakat yang memberikan pendapatan dan sumber daya yang diperlukan untuk operasional pemerintahan, yang
99 menerima pelayanan dari pemerintah dan siapa pemilik
manfaat dari uang publik dan 99rofessi tersebut. 2.
Para investor pada sekuritas pemerintah Investor dan kreditor tersebut menyediakan sumber daya keuangan
bagi pemerintah. Pemerintah memiliki kepentingan dalam memberikan investor dan kreditor informasi yang berguna dalam
mengevaluasi pemerintah atau kemampuan unit tertentu untuk membiayai kegiatan-kegiatannya dan untuk memenuhi kewajiban
dan komitmen; 3.
Pelaporan keuangan pemerintah yang baik juga akan memberikan persepsi lembaga pemeringkat pemberi kredit, investasi, dan
lainnya Berdasarkan rangking lembaga pemeringkat maka citra negara akan meningkat dan dapat mengundang para investor untuk
berinvestasi ke dalam negeri baik langsung ataupun portofolio dalam bentuk saham atau obligasi pemerintah. Terbukti dengan
membaiknya investasi terhadap negara-negara yang telah menerapkan basis akrual pada akuntasipemerintahan mereka.
Menurut Irawan 2013 bahwa pemerintah bisa saja memutuskan untuk mengadopsi akuntansi berbasis akrual sebagai
langkah awal sebelum mengaplikasikan penganggaran akrual yang cenderung lebih komplek implementasinya. Akumulasi pengalaman
implementasi akuntansi akrual dan ketersediaan data historis akan memberikan kontribusi positif pada saat transisi ke penganggaran
100 akrual.Dengan demikian saat pemerintah Indonesia transisi ke
penganggaran akrual tersebut, dapat mempelajari pengalaman- pengalaman sebelumnya.
4.3.2 Tantangan dalam Mengimplementasikan Basis Akrual
Pada Sektor Publik Di Indonesia
Keberhasilan perubahan basis akrual pada pemerintahan untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan
lebih akuntabel memerlukan upaya dan kerja sama dari berbagai pihak. Karena dalam penerapan basis akrual di Indonesia tentunya tidak
mudah. Terdapat banyak tantangan yang harus di hadapi dari upaya untuk mengimplementasikan basis akrual ke dalam sistem
pemerintahan Indonesia. Irawan2014 memaparkan bahwa dalam menerapkan sistem akuntansi dan penganggaran basis akrual
memunculkan banyak tantangan antara lain: 1.
Transformasi manajemen berdasarkan kas menjadi berdasar prasyarat akrual
2. Memperoleh perhatian dan meyakinkan anggota parlemen
3. Mengahadapi standar persaingan
4. Memutuskan pilihan antara sentralisasi atau desentralisasi sistem
software 5.
Meningkatkan fungsi finansial 6.
Menghadapi tumbuhnya kebutuhan akuntan professional 7.
Mengurangi kompleksitas sistem.
101 Kemudian yang menjadi pertanyaan, apakah penganggaran di
sektor publik cukup dengan akuntansi berbasis akrual dengan anggaran berbasis kas, atau perlu dilakukan penyelarasan pada basisnya?
Beberapa pandangan mengenai hal itu berbeda-beda. Dimana ada negara yang telah berhasil mengimplementasikan basis yang sama
dalam sistem pemerintahan. Ada pula yang belum mengimplementasikan karena beberapa alasan yang sudah diterima
oleh persatuan negara-negara dunia. Namun yang perlu diperhatikan adalah keefektifan dan keefisiensian serta keekonomisan merupakan
tujuan yang harus dicapai organisasi sektor publik yang nantinya harus dikendalikan dengan perencanaan yang mengarah pada tujuan tersebut.
Laporan atas operasi entitas pemerintah yang berdasar pada PP Nomor 71 Tahun 2010 dikenal dengan istilah Laporan Operasional,
seharusnya juga mendapat porsi penganggaran sebelum pelaksanaan operasinya. Implikasinya adalah anggaran harus disusun dengan basis
yang sama dengan Laporan Operasional, yang tidak lain menggunakan basis akrual. Kondisi pendendalian ini dapat dicapai hanya dengan
menggunakan basis yang sama antara penganggaran dengan akuntansi. Menurut Ardianto 2014 menyatakan, disisi lain terdapat
hambatan dalam menyamakan basis anggaran dengan basis akuntansi, antara lain:
1. Akan bertambah upaya effort untuk menyajikan laporan. Hal
tersebut dikarenakan
laporan akan ditandingkan dengan
102 ralisasinya. Setidaknya disamping menggunakan LRA yang
berbasis akrual, maka tentu untuk pengambilan keputusan terkait kas dan Laporan Anggaran Kas dan realisasinya Anggaran Cash
Flow juga masih diperlukan sulit ditinggalkan. 2.
Kebiasaan dalam membaca anggaran berbasis kas dibanding anggaran berbasis akrual di sektor pemerintahan menyebabkan
kemungkinan salah interpretasi bagi pengguna jika diubah ke basis akrual. Dengan demikian diperlukan upaya pemahaman bagi para
pihak yang berkepentingan stakeholder. 3.
APBNAPBD masih berbasis kas dan tidak mudah langsung merubah ke basis akrual.
4. Software atau sistem terkait penyajian laporan harus disesuaikan
untuk menghasilkan penandingan yang setara antara format anggaran akrual dan format laporan keuangan akrual. Kondisi
ini memerlukan penyamaan kode akun dan sebagainya agar setiap pos yang dilaporkan telah terdapat dalam pos yang dianggarkan.
Jika tidak cermat kondisi ini juga dapat menimbulkan permasalahan teknis.
5. Aspek biaya juga perlu menjadi pertimbangan. Karena setiap
perubahan tentu memerlukan biaya, dengan demikian perlu pula ditinjau asas kemanfaatan dari perubahan yang dilakukan.
Pada PP Nomor 71 Tahun 2010 mensyaratkan entitas pelaporan untuk menyajikan setidaknya 7 jenis laporan, yaitu:
103 1.
Laporan Realisasi Anggaran LRA. 2.
Laporan perubahan saldo anggaran lebih SAL. 3.
Neraca. 4.
Laporan operasional LO. 5.
Laporan Arus Kas LAK. 6.
Laporan Perubahan Ekuitas. 7.
Catatan atas laporan keuangan CALK. Termasuk ke dalam laporan pelaksanaan anggaran adalah
poin 1 satu dan 2 dua. Selebihnya adalah laporan finansial. Apabila digunakan anggaran berbasis akrual, maka implikasi terhadap
penandingannya adalah dengan pelaporan akuntansi akrual pula. Akibatnya akan lebih banyak laporan yang akan disajikan.
Dilihat dari sisi manfaat, anggaran akrual yang kompleks dalam penyusunannya memberikan manfaat yang optimal, sedangkan
anggaran kas yang sederhana memberikan manfaat yang terbatas. Beberapa pengakuan dalam anggaran basis kas yang harus
diubah jika penganggaran berbasis akrual diterapkan, antara lain: 1.
Pengakuan pendapatan Jika basis akrual diterapkan, pendapatan diakui pada saat timbul
hak dari pemerintah. Masalahnya adalah dalam hak pajak yang menganut self assessment dimana wajib pajak menghitung sendiri
kewajiban pajaknya, hak tersebut menjadi belum final karena masih dimungkinkan adanya restitusi meskipun sudah ada SPT,
104 sehingga dokumen yang dijadikan dasar penentuan hak tagih pajak
menjadi masalah. 2.
Pengakuan belanja atau beban Dalam makalah Memeorandum Pembahasan Penerapan Basis
Akrual dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia, masalah pengakuan belanjabeban juga sudah diungkap. Jika basis akrual
diterapkan,penggunaan istilah belanja menjadi tidak tepat, sehingga terminologi belanja seharusnya diganti dengan beban
atau biaya. Sebagaimana menurut Departemen Keuangan 2007 bahwa biaya dalam penganggaran akrual perkiraan yang lebih
akurat dan lengkap. Widjajarso 2010 menambahkan bahasan dengan
menghubungkan aspek lain., yakni jenis-jenis laporan keuangan. LRA dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, terminologi belanja
sudah tepat dan hal ini juga sesuai dengan peraturan perundangan berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
4.3.3 Strategi Dalam Mengimplementasikan Basis Akrual Pada Sektor Publik Di Indonesia
Peluang yang dilihat pemerintah Indonesia untuk mengimplementasikan basis akrual ke dalam sistem pemerintahan
diikuti oleh beberapa tantangan dalam proses penerapannya. Maka perlu dipertimbangkan beberapa hal untuk menggapai keberhasilan
dalam penerapan tersebut. pertimbangan tersebut adalah strategi-
105 strategi yang perlu dipersiapkan agar tantangan yang ada tidak menjadi
hambatan yang besar yang bisa menghentikan pemerintah Indonesia dalam menerapkan basis akrual tersebut.
Authokorala yang dikutip oleh Widjajarso dalam Ritonga, 2015 menyatakan bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penerapan basis akrual antara lain: 1.
Kehati-hatian dalam memilih strategi penerapan akrual Secara umum terdapat dua model utama dalam penerapan basis
akrual pada sistem akuntansi pemerintahan, yaitu big bang dan model betahap. Selandia Baru yang merupakan pelopor pendekatan
big bang mampu membuktikan bahwa basis akrual dapat dilaksanakan dengan waktu yang singkat untuk seluruh unit
pemerintahan. Kesuksesan penerapan di Selandia Baru karena tiga faktor yang mendukung, yakni adanya krisis fiskal, dukungan
dari para politisi, dan adanya reformasi birokrasi yang memberikan fleksibiltas kepada SDM.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah dapat diketahuinya masal ah yang mngkin timbul dan cara penyelesaiannya selama
masa transisi, basis kas masih dapat dilakukan secara pararel untuk mengurangi resiko kegagalan.
2. Komitmen politik merupakan salah satu kunci penting
Komitmen politik dalam penerapan basis akrual bagi negara berkembang menjadi sangat esensial, sehingga komitmen politik
106 ini diperlukan untuk menghilangkan adanya kepentingan yang
tidak sejalan. 3.
Tujuan yang ingin dicapai harus dikomunikasikan Hasil dan manfaat yang ingin dicapai melalui penerapan basis
akrual harus secara intens dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
4. Perlunya tenaga akuntan yang andal
Tenaga akuntan yang professional sangat diperlukan karena jika kekurangan tenaga akuntan akan menyebabkan penundaan dalam
penerapan basis akrual pada pemerintahan tersebut. 5.
Sistem informasi akuntansi harus memadai Informasi akuntansi berbasis kas merupakan titik penting dalam
pergantian basis ke akrual. 6.
Badan audit tertinggi harus memiliki sumber daya yang tepat Badan Audit memegang kunci yang sangat penting dalam
penerapan basis akrual. Diperlukan waktu beberapa tahun untuk melakukan profesionalisme tenaga audit seperti yang dilakukan
oleh Selandia Baru. 7.
Penerapan basis akrual harus merupakan bagian dari reformasi birokrasi
Penerapan basis akrual tidak hanya dilihat sebagai masalah teknik akuntansi saja, tetapi penerapan ini membutuhkan perubahan
budaya organisasi dan harus merupakan bagian dari reformasi
107 birokrasi secara menyeluruh. Informasi yang dihasilkan dengan
basis akrual akan menjadi berharga dan sukses apabila informasi yang dihasilkan digunakan sebagai dasar untuk membuat
kebijakan publik yang lebih baik. Perubahan ini tidak otomatis terjadi, tapi perlu secara aktif dipromosikan secara berkelanjutan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan basis akrual diharapkan akan memberikan
manfaat yang lebih besar bagi pemerintah Indonesia, masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan tersebut, maupun bagi para
pengembangan profesi akuntansi dibandingkan dengan basis kas. Namun pemerintah belum menerapkan basis akrual secara penuh yaitu
untuk akuntansi dan penganggarannya. Pemerintah Indonesia baru mengimplementasikan basis akrual pada akuntansi untuk pelaporan
keuangan sebagai mana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 bahwa perubahan dari basis kas menjadi basis
akrual dalam akuntansi pemerintah merupakan reformasi dibidang keuangan negara. Perubahan basis akuntansi dari basis kas menuju
basis akrual dilakukan secara bertahap. Hal tersebut sesuai dengan pilihan KSAP yang menerapkan strategi dalam penyusunan basis
akrual yakni penyusunan secara bertahap mulai dengan awal diterbitkannya PP Nomor 24 Tahun 2005 yang di dalamnya
mengatur tentang penggunaan basis kas menuju akrual. Setelah itu pemerintah menggantinya dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 yang
108 secara tegas mengharuskan penggunaan basis akrual dengan bertahap
yang akan diterapkan pada tahun 2015.
109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan