New Zealand Selandia Baru

62 akrual modif mengacu ESA 95. 27 Spanyol Akrual Modifikasian Akrual Modifikasian ESA 95. Kas Modifikasian 28 Swedia Sejak 1994 Sejak 1994 ESA 95. Sedang dikenalkan akrual penuh 29 Swiss Ya Tidak Sedang dikenalkan akrual penuh. 30 Turki Tidak Tidak Tidak Sumber: Athukorala dan Reid 2003.

4.1.2.1 New Zealand Selandia Baru

Pemerintahan Selandia Baru New Zealand melakukan reformasi besar pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an Mulyana, 2009. Reformasi dilakukan karena pada tahun 1970-an sampai dengan periode 1980-an Selandia Baru mengalami pembengkakan utang, dari 21 di tahun 1975 sampai dengan 57,2 dari total GDP di tahun 1987. Reformasi yang dilakukan adalah mengubah manajemen pemerintahan dari sistem berbasis ketaatan, yang menggunakan aturan yang detail, restriktif dan plafon anggaran kas, menjadi rezim yang berbasis kinerja dan akuntabilitas. Pemerintah Selandia Baru mengeluarkan rekomendasi untuk memperbaiki tata kelola keuangan, antara lain menyiapkan pengukuran kinerja agar lebih sesuai dan spesifik, pendefinisian kembali tujuan dari sistem yang akan digunakan, pengadopsian akuntansi akrual secara penuh, 63 serta perubahan dalam penekanan pelaporan yang yang dihasilkan dari pelaporan yang berorientasi input menjadi output. Untuk mencapai keberhasilan dari penerapan reformasi ini, pemerintah Selandia Baru memerlukan upaya yang sungguh-sungguh baik di level strategi maupun level operasional dan membawa pada perubahan fundamental dan perubahan yang ekstensif baik dalam manajemen operasi sektor pemerintah sektor publik dan juga laporan keuangan yang disajikan untuk operasi tersebut. pengalaman Selandia Baru menunjukkan bahwa perubahan bukan sekedar wacana ataupun retorika tetapi sudah menjadi keberhasilan yang jauh lebih baik. Dari sisi keuangan menunjukkan hasil yang mengejutkan setelah mengalami defisit anggaran selama 20 tahun, kemudian berubah menjadi surplus dalam tiga tahun terakhir 1994-1996, dengan sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa surplus tersebut lebih dari sekedar sebuah siklus. Pengelolaan anggaran di Selandia Baru sebelum reformasi lebih dititikberatkan pada pembatasan alokasi anggaran belanja dengan fokus anggaran berbasis input. Kemudian dalam penerapan sistem yang baru yaitu penganggaran akrual dilakukan perubahan pada waktu yang sama di seluruh departemen. Hingga pada era reformasi, Undang- Undang Public Finance Act 1989 memberikan waktu dua tahun kepada departemen-departemen untuk mengembangkan sendiri sistem yang berbasis akrual, dalam kenyataannya sebagian besar departemen sudah 64 siap dengan sistem akrualnya dalam waktu satu tahun, sedangkan secara keseluruhan departemen sudah siap dalam waktu delapan belas bulan. Departemen secara individu menerima persetujuan untuk berpindah dari sistem yang lama ke sistem yang baru. Sehingga, pada tahun anggaran 19911992, tepatnya di bulan Juli tahun 1991 semua departemen di Selandia Baru melakukan penganggaran, pelaporan, dan menerima alokasi apropiasi dengan basis full-accrual Pallot dan Ian, 1996. Selandia Baru menjadi negara pertama yang sepenuhnya melaksanakan basis akrual penuh baik di tingkat nasional dan lembaga. Untuk mencapai tujuan ini Selandia Baru menjalankan tiga kebijakan, yaitu memisahkan fungsi komersial dari operasi pemerintah lainnya, menguatkan garis pertanggungjawaban menteri dan eksekutif dan merancang anggaran dan sistem manajemen keuangan untuk meningkatkan pengukuran kinerja sektor publik. Tahap Implementasi Departemen Keuangan Selandia Baru mulai mempersiapkan akuntansi akrual pada tahun 1987. Pemerintah mereformasi semua lini pemerintahan, mulai dari pelaksana para pejabat pengelola keuangan dan akuntan negara, sistem yang digunakan, hingga ke budaya yang dianut di setiap lembaga negara, yang tertuang di dalam Undang- Undang Public Finance Act 1989. Dalam undang-undang tersebut juga 65 menjelaskan penggunaan metode akrual untuk penganggaran dan pelaporan keuangan. Bagian-bagian pokok dari peraturan keuangan pada rezim baru yang diatur di dalam Public Finance Act 1989 adalah sebagai berikut: 1. Banyak control administrasi; 2. Menentukan output dalam proses apropriasi alokasi anggaran; 3. Membuat kepala eksekutif bertanggungjawab terhadap manajemen keuangan departemenlembaga; 4. Menetapkan peraturan-peraturan tentang pelaporan. Namun New Zealand pada era 1990-an, ketika itu Undang- Undang memberikan waktu dua tahun kepada departemen untuk mengembangkan sendiri sistem yang berbasis akrual. Ritonga 2015 menyatakan pada tahun 1992 New Zealand Selandia Baru berhasil membuat laporan keuangan dengan akuntansi akrual di seluruh entitas pemerintah. Dalam kenyataannya sebagian besar departemen sudah siap dengan sistem akrualnya dalam waktu satu tahun, sedangkan secara keseluruhan departemen sudah siap dalam waktu depalan belas bulan. Dikuatkan oleh Pajaruddin et al bahwa New Zealand butuh tiga tahun untuk menerapkan akuntansi akrual dan empat tahun untuk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi untuk seluruh pemerintah Beerson dalam Ritonga, 2015. Sehingga semua elemen kunci dari 66 sistem baru yaitu, penganggaran berbasis akrual, proses apropriasi dan proses pelaporan berubah pada saat yang sama. Kemudian sejak tahun 1994 pemerintah New Zealand Selandia Baru telah berhasil mengeluarkan laporan keuangan konsolidasi bulanan, setengah tahun, dan tahunan untuk seluruh negara bagian yang menyediakan gambaran yang lebih komprehensif terhadap seluruh sumber daya negara tersebut. Faktor-faktor Pendukung Implementasi Menurut Ghulam 2014 ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam mendukung reformasi yang dijalankan di Selandia Baru, antara lain: 1. Key People, adalah orang-orang yang berperan penting dalam proses reformasi keuangan yang dilakukan. Orang-orang tersebut terdiri dari politisi di dewan, bendahara negara di kementerian treasury, dan pejabat penyusun laporan keuangan financial management support service. 2. Axial principles, mencakup pemikiran konseptual dan penerapan ide-ide dan pengetahuan teoritis ke dalam prinsip yang disepakati dan digunakan dalam praktik. Komitmen tersebut berupa peniadaan intervensi politis selama adopsi sistem akuntansi akrual dilakukan serta pemberian insentif yang tepat dan sesuai bagi pelaksana keuangan negara untuk memacu kinerja dan tercapainya efektifitas di sektor publik. 67 3. Communicating ideas, merupakan penggunaan beragam sarana dalam penyampaian ide, informasi, dan rencana agar memperoleh timbal balik yang positif dari semua pelaksana keuangan negara selama proses reformasi keuangan dilakukan. 4. Contextual determinants, adalah kondisi atau peristiwa yang relevan dan berpengaruh dalam proses reformasi yang dilakukan di Selandia Baru. 5. Ethos, Hubungan kerja sama yang terjadi seperti antara perdana menteri David Lange dan para bendahara negara di kementerian dan lembaga negara lainnya. Hubungan tersebut menimbulkan simpati dari para pegawai pemerintah dimana mereka merasa dilibatkan dan memiliki peran dalam reformasi yang sedang dijalankan. Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di periode-periode sebelumnya sehingga disebut sebagai bureaucratic revolution. 6. Knowledge, mencakup theoritical knowledge, experiential knowledge, dan precedents. 7. Innovation, Dalam konteks Selandia Baru, tekanan yang diperoleh pemerintah akibat krisis keuangan di tahun 1970an mengharuskan adanya inovasi yang belum pernah dilakukan guna mengatasi krisis tersebut dalam waktu singkat, dan berhasil dilakukan dalam kepemimpinan perdana menteri David Lange. 68 8. Information, diperoleh dari data hasil penelitian dan pengalaman yang relevan. Contohnya adalah dalam laporan keuangan yang baru dengan menggunakan basis akrual menyediakan gambaran yang lebih komprehensif mengenai pengelolaan sumber daya oleh pemerintah, yang berujung pada akuntabilitas dan transparansi, serta terfasilitasinya penilaian kinerja pemerintah secara keseluruhan. 9. Concequences. Konsekuensi yang diterima pemerintah Selandia Baru adalah akuntansi berbasis akrual yang dijalankan pemerintah secara penuh, serta dengan dukungan dari berbagai faktor di atas, telah berhasil meningkatkan kinerja pemerintah. Tantangan Reformasi Penganggaran Dan Akuntansi Basis Akrual Di Selandia Baru Menurut Ritonga 2015 ada beberapa tantangan dalam penerapan basis akrual untuk penganggaran dan juga akuntansi sebagai basis baru sektor publik di Selandia baru. Hal tersebut dikarenakan tidak mudah untuk melakukan perubahan secara drastis dalam sistem pemerintahan di Selandia baru. Sehingga Selandia Baru sebagai pionir dalam penerapan akuntansi dan penganggaran pemerintahan berbasis akrual menemui berbagai tantangan ketika akan melaksanakan maupun ketika kebijakan tersebut telah dilaksanakan. Adapun jenis-jenis tantangan tersebut antara lain adalah: 1. Pengimplementasian sistem baru memerlukan biaya yang besar. 69 2. Terdapat risiko pengambilan keputusan yang buruk di awal implementasi. Hal ini diakibatkan pemerintah belum terbiasa menggunakan informasi akuntansi akrual. 3. Faktor sumber daya manusia. 4. Masalah penilaian aset sebagai warisan dari sistem akuntansi berbasis kas yang digunakan sebelumnya. Strategi Penerapan Basis Akrual Menurut Mulyana 2009, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk bisa menerapkan basis akrual di pemerintahan Selandia Baru, yaitu: 1. Komitmen untuk perubahan Dukungan dari para pemimpin di sektor publik, baik politisi maupun birokrasi, adalah faktor kunci di dalam keberhasilan implementasi rezim manajemen keuangan baru. 2. Manajemen Risiko Beberapa implementasi perubahan membawa risiko signifikan. Manajemen risiko adalah elemen kunci dari implementasi reformasi. Hal ini akan dicapai secara bertahap selama proses reformasi. 3. Implementasi pada Departemen-departemen Departemen secara individu menerima persetujuan untuk berpindah ke sistem yang baru. Untuk masing-masing semua elemen struktural dari sistem baru, termasuk penganggaran akrual, 70 proses apropriasi, dan proses pelaporan berubah pada waktu yang sama. Adapun migrasi yang terlibat pada setiap departemen adalah: - Spesifikasi oleh setiap departemen dalam konsultasi dengan pemerintah kelas luas dari output, yang kemudian menjadi dasar bagi alokasi berbasis akrual. - Setiap deaprtemen mengembangkan sistem berbasis akrual yang memberikan dasar pelaporan bulanan untuk Menteri dan Pelaporan Keuangan dan tahunan untuk Parlemen dan publik. - Pengembangan sistem alokasi biaya untuk memungkinkan alokasi semua biaya input ke output deaprtemen. - Pengembangan sistem manajemen kas termasuk pembukaan rekening bank sebuah departemen. - Pimpinan departemen bertanggung jawab penuh atas manajemen keuangannya termasuk integritas atas data yang diberikan kepada Menteri dan Perbendaharaan. 4. Pelatihan SDM Undang-undang Keuangan Publik mengharuskan disusunnya laporan keuangan oleh pemerintah Selandia Baru laporan konsolidasian dan oleh setiap departemen pemerintah dengan berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum PABUGAAP. Penggunaan PABU sangat memfasilitasi penerapan akuntansi di pemerintahan, dan akan memberikan hasil 71 terbaik dengan didukung oleh orang-orang yang terlatihberpengalaman, software, dan sistem. Aktivitas besar selama masa reformasi adalah melakukan kontrak signifikan antara departemen-departemen dengan perusahaan-perusahaan akuntansi dan penyedia software untuk mendukung sistem informasi dan manajemen keuangan. Hal tersebut juga membantu New Zealand memiliki satu tubuh akuntansi profesional meliputi akuntan pelatihan pendidikan, akuntan perusahaan, dan akuntan sektor publik. Institute of Chartered Accountant New Zealand kemudian tertarik dan mendukung proses reformasi, dan anggota-anggota yang menjadi lebih energik dan memberi banyak waktu untuk konversi mengorganisir dan sebaliknya memanfaatkan forum institute dalam hal mendorong dan mendidik. 5. Sistem Akuntansi Aktivitas utama selama masa reformasi adalah melakukan kontrak signifikan antara departemen-departemen dengan perusahaan- perusahaan akuntansi dan penyedia software untuk mendukung sistem informasi keuangan. Salah satu keuntungan dari sistem akuntansi akrual adalah bahwa aktivitas-aktivitas seperti komitmen atau order pembelian, penggajian, aset tetap, kreditor dan debitor menjadi dapat diintegrasikan ke dalam satu sistem, sehingga mengurangi proses ganda dan masalah rekonsiliasi yang biasa 72 terjadi bila digunakan sistem yang terpisah. Sehingga penghematan waktu dari sistem baru ini menjadi ciri yang utama. Sebuah implikasi yang sangat besar dari lingkungna yang baru ini bahwa sistem akuntansi yang tersentral telah termodularkan ke dalam sistem akuntnasi individu. Tentu hal ini sangat membantu fleksibilitas departemen karena tidak hanya menjamin bahwa sistem akuntansi yang tidak tertinggal teknologi tetapi mereka dapat terus memenuhi perubahan kebutuhan sebagai perubahan kegiatan departemen. 6. Akurasi Neraca Pembukaan Perhatian penting lainnya adalah upaya untuk menyusun neraca awal pembukaan dengan selengkap dan seakurat mungkin. Disini dibutuhkan peran auditor untuk membantu dan bersifat konstruktif dalam membantu departemen untuk mengumpulkan catatan yang dapat diaudit. 7. Biaya Modal Charging for Capital Kelemahan umum dari sistem manajemen keuangan pemerintah adalah adanya tendensi ke arah maksimalisasi anggaran belanja dan tidak adanya perhatian terhadap pengakumulaian aset yang rendah nilai gunanya. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah Selandia Baru membuat sistem pengenaan biaya pada departemen atas modal yang digunakannya. Biaya modal ini dikenakan terhadap kekayaan bersih net aset dari setiap 73 departemen. Sistem biaya modal ini memberikan dorongan agar departemen menghindari pengadaan aset yang kurang bernilai guna. 8. Alokasi biaya Cost Allocation Satu persyaratan yang diperlukan untuk memfokuskan sistem manajemen keuangan pada output adalah membangun sistem akuntansi biaya yang dapat mengalokasikan biaya terhadap output. Karena biaya output sudah memasukkan biaya modal, maka dimungkinkan untuk membandingkan biaya output yang dihasilkan suatu departemen dengan biaya output yang serupa yang dihasilkan pihak lain di sektor publik maupun swasta, dan juga dengan catatan tahun-tahun sebelumnya di departemen yang bersangkutan. Menurut Schick yang ditugaskan oleh Selandia Baru dalam mengevaluasi upaya reformasi negara pada tahun 1996, menemukan bahwa reformasi menghasilkan sektor negara yang lebih efisien, produktif, dan responsif. Namun ia juga mengidentifikasi berbagai masalah baik yang belum terpecahkan atau diciptakan oleh reformasi, banyak yang dapat dipahami sebagai akibat dari situasi bermasalah dari penganggaran berbasis akrual mencoba untuk bertidak seolah-olah instansi pemerintah adalah pesaing pasar. Padahal sebenarnya dalam banyak kasus tidak ada pasar yang kompetitif. Sebagaimana yang diungkapkan Scott yang juga menunjukkan perlunya perbaikan di bidang akuntabilitas yang 74 luas.Akan tetapi hingga saat ini Selandia Baru adalah salah satu negara yang paling sukses dalam menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual di sektor publiknya. Tingkat perubahan the degree of change dalam manajemen sektor publik di Selandia Baru dilalui dengan cepat dan sangat inovatif. Dengan mengadopsi metode akrual, Selandia Baru telah menunjukkan disiplin fiskal yang lebih baik meskipun sangat sulit untuk menentukan apakah reformasi langsung menyebabkan disiplin fiskal baru dan apakah reformasi telah benar-benar membaik.

4.1.2.2 Australia Latar Belakang