BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskriptif Data Penelitian
Pemerintah KabupatenKota yang menjadi populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah 33 tiga puluh tiga kabupatenkota yang berada di
Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan model regresi logistik dalam melakukan pengujian dengan bantuan SPSS untuk pengolahan datanya.
Dalam penelitian ini terdapat Pemerintah KabupatenKota yang mengungkapkan laporan keuangannya secara penuh dan yang tidak mengungkapkannya secara
penuh pada laporan keuangan yang diperiksa oleh BPK.
5.2 Statistik Deskriptif Variabel
Menurut Erlina 2011, Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan
diinterpretasikan. Statistik deskriptif pada penelitian ini akan menginterpretasikan variabel independen yakni total belanja, total aset, tingkat ketergantungan, dan
opini audit serta variabel dependen yakni pengungkapan laporan keuangan. Data – data yang berisi total belanja, total aset, tingkat ketergantungan, dan opini
audit diperoleh dari laporan keuangan pemerintah daerah LKPD yang terdapat pada ikhtisar hasil pemeriksaan keuangan BPK dari tahun 2009 – 2011. Dibawah
ini disajikan tabel yang merupakan hasil statistik deskriptif dari total belanja, total aset, tingkat ketergantungan, dan opini audit terhadap pengungkapan laporan
keuangan dari 33 tiga puluh tiga pemerintah daerah kabupatenkota di Provinsi
Sumatera Utara yang mencakup nilai minimum, nilai maximum, nilai mean, dan nilai standar deviasi dari setiap variabel independen tersebut.
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation
TOTAL BELANJA X
1
94 25.39
28.74 26.9288
.54772 TOTAL ASET X
2
94 24.54
30.76 27.5882
.96116 TINGKAT
KETERGANTUNGAN X
3
94 .52
.94 .8081
.07206 OPINI AUDIT X
4
94 1
5 2.69
.748 PENGUNGKAPAN
LAPORAN KEUANGAN Y 94
1 .72
.450 Valid N listwise
94
Sumber : lampiran IV
1. Total Belanja X
1
Total belanja pada penelitian ini merupakan total realisasi belanja daerah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural. Statistik
deskriptif variabel total belanja menunjukkan bahwa nilai minimum untuk total realisasi belanja daerah sebesar 25,39 dengan nilai total belanja
Rp. 106.628.543.938,21 terdapat pada Pemerintah Kabupaten Nias Barat di tahun 2010 dan nilai maksimumnya sebesar 28,74 dengan nilai total belanja
Rp. 3.041.037.853.628,4 terdapat pada Pemerintah Kota Medan di tahun 2011 sedangkan nilai rata-rata dari total realisasi belanja daerah sebesar 26,93 dengan
nilai total belanja berkisar Rp. 499.631.564.449,05 serta nilai standar deviasinya sebesar 0,55.
2. Total Aset X
2
Total aset pada penelitian ini merupakan total dari keseluruhan aset yang dimiliki pemerintah kabupatenkota dengan mentransformasikan ke dalam bentuk
logaritma natural. Statistik deskriptif variabel total aset menunjukkan bahwa nilai minimum untuk total aset sebesar 24,54 dengan nilai total aset
Rp. 45.497.787.268,- terdapat pada Pemerintah Kota Gunung Sitoli di tahun 2010 dan nilai maksimumnya sebesar 30,76
dengan nilai
total aset
Rp. 22.858.193.509.227,- terdapat pada Pemerintah Kota Medan di tahun 2011 sedangkan nilai rata-rata dari total aset sebesar 27,59 dengan nilai total aset
Rp. 966.861.006.178,- serta nilai standar deviasinya sebesar 0,96.
3. Tingkat Ketergantungan X
3
Tingkat ketergantungan pada penelitian ini merupakan total realisasi dana transfer yang terdiri dari Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus
DAK, dan Dana Bagi Hasil DBH dibagi dengan total pendapatan yang diterima oleh pemerintah kabupatenkota. Statistik deskriptif variabel tingkat
ketergantungan menunjukkan bahwa nilai minimum untuk tingkat ketergantungan sebesar 0,52 dengan jumlah dana transfer Rp. 1.422.441.737.194,- pada jumlah
pendapatan Rp. 2.747.359.034.421,34 terdapat pada Pemerintah Kota Medan di tahun 2011 dan nilai maksimumnya sebesar 0,94 dengan jumlah dana transfer
Rp. 611.580.296.984,- pada jumlah pendapatan Rp. 649.616.644.193,93 terdapat pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai di tahun 2010 sedangkan nilai
rata-rata dari tingkat ketergantungan sebesar 0,81 serta nilai standar deviasinya sebesar 0,07.
4. Opini Audit X
4
Opini audit pada penelitian ini berasal dari opini yang dikeluarkan oleh BPK sebagai auditor. Opini auditor ini diberikan nilai yang menyatakan peringkat
terhadap laporan keuangan pemerintah kabupatenkota yang diaudit oleh BPK
yang terdiri dari Wajar Tanpa Pengecualian WTP, Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan WTPdBP, Wajar Dengan Pengecualian WDP,
Tidak Memberikan Pendapat TMP, dan Tidak Wajar TW. Statistik deskriptif variabel opini audit menunjukkan bahwa nilai minimum untuk opini audit dengan
angka 1satu terdapat pada 2 dua Pemerintah KabupatenKota yang terdiri dari: − Pemerintah Kota Binjai di tahun 2009 dan 2010;
− Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan di tahun 2009 dan 2010; dan nilai maksimumnya dengan angka 5 lima terdapat pada 4 empat
Pemerintah KabupatenKota yang terdiri dari: − Pemerintah Kota Medan di tahun 2011;
− Pemerintah Kota Pematang Siantar di tahun 2011; − Pemerintah Kota Sibolga di tahun 2011;
− Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan di tahun 2011. sedangkan nilai rata-rata dari opini audit sebesar 2,69 serta nilai standar
deviasinya sebesar 0,75.
5. Pengungkapan Laporan Keuangan Y
Pengukuran pengungkapan laporan keuangan pada penelitian ini dengan menggunakan variabel dummy. Nilai 1 satu untuk pengungkapan laporan
keuangan yang diungkapkan secara penuh pada Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan Sumatera Utara dan Nilai 0 nol untuk pengungkapan laporan
keuangan yang tidak diungkapkan secara penuh pada Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan Sumatera Utara. Hasil dari statistik deskriptif variabel
pengungkapan laporan keuangan menunjukkan bahwa nilai minimum 0 nol terdapat pada Pemerintah Kabupaten Nias Utara pada tahun 2010 yang hanya
mengungkapkan 3 tiga butir pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan sedangkan nilai maksimum 1 satu terdapat pada 28 dua puluh delapan
pemerintah daerah kabupatenkota: − Pemerintah Kota Binjai pada tahun 2010 dan 2011;
− Pemerintah Kota Tebing Tinggi pada tahun 2009 - 2011; − Pemerintah Kota Pematang Siantar pada tahun 2009 - 2011;
− Pemerintah Kota Tanjung Balai pada tahun 2009 - 2011; − Pemerintah Kota Padang Sidempuan pada tahun 2009 - 2011;
− Pemerintah Kota Gunung Sitoli pada tahun 2010 dan 2011; − Pemerintah Kota Sibolga pada tahun 2009 - 2011;
− Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2011; − Pemerintah Kabupaten Langkat pada tahun 2009 - 2011;
− Pemerintah Kabupaten Karo pada tahun 2010 dan 2011; − Pemerintah Kabupaten Batubara pada tahun 2009 - 2011;
− Pemerintah Kabupaten Asahan pada tahun 2009 - 2011; − Pemerintah Kabupaten Dairi pada tahun 2009 - 2011;
− Pemerintah Kabupaten Simalungun pada tahun 2009 - 2011; − Pemerintah Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2011;
− Pemerintah Kabupaten Samosir pada tahun 2009 - 2011; − Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 2009 - 2011;
− Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Utara pada tahun 2010 dan 2011; − Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2009 - 2011;
− Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2009 - 2011; − Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2009 - 2011;
− Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2010 dan 2011; − Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara pada tahun 2009;
− Pemerintah Kabupaten Padang Lawas pada tahun 2010 dan 2011; − Pemerintah Kabupaten Nias pada tahun 2010 dan 2011;
− Pemerintah Kabupaten Nias Barat pada tahun 2010 dan 2011; − Pemerintah Kabupaten Nias Selatan pada tahun 2009 - 2011;
− Pemerintah Kabupaten Nias Utara pada tahun 2011.
5.3 Hasil Pengujian Hipotesis
Untuk menguji pengaruh total belanja, total aset, tingkat ketergantungan, dan opini audit terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan melakukan uji
regresi logistik pada SPSS dengan tingkat ketergantungan 5. Pengujian statistik pada penelitian ini menggunakan uji statistik regresi logistik untuk menilai model
fit dari variabel independen total belanja, total aset, tingkat ketergantungan, dan opini audit terhadap variabel dependennya pengungkapan laporan keuangan
yang terdiri dari: a.
Menilai Keseluruhan Model Overall Model Fit dengan menggunakan Likelihood ratio;
b. Menilai Goodness of Fit dengan cara: Pengujian Nagelkerke R Square,
Pengujian Hosmer and Lemeshow, dan Pengujian Classification Table.
5.3.1 Menilai Keseluruhan Model Overall Model Fit
Model Overall adalah model di dalam SEM Structural Equation Model yang melibatkan model struktural dan model pengukuran secara terintegrasi yang
menjadi keseluruhan model. Alat untuk mengukur overall fit adalah likehood ratio
chi square statistic. Chi Square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Model dikatakan baik fit apabila nilai Chi Square
rendah artinya semakin kecil nilai χ
2
maka semakin baik model tersebut. Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak
dengan data.
Tabel 5.2 Iteration History pada Block 0
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients Constant
Step 0 1
110.953 .894
2 110.865
.960 3
110.865 .961
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 110,865
c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.
Tabel 5.3 Iteration History pada Block 1
Iteration -2 Log
likelihood Coefficients
Constant X1
X2 X3
X4
Step 1 1
105.911 26.278
-1.169 .267
-2.038 .130
2 105.476
32.769 -1.435
.311 -2.684
.174 3
105.475 33.228
-1.452 .313
-2.740 .178
4 105.475
33.230 -1.452
.313 -2.740
.178 5
105.475 33.230
-1.452 .313
-2.740 .178
a. Method: Enter b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 110,865 d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than
,001.
Berdasarkan output dari tabel 5.2 dan 5.3 diatas maka dapat dilihat bahwa nilai -2 log likelihood pada block number = 0 sebesar 110,865 mengalami pengurangan
nilai pada block number = 1 menjadi 105,475, dan koefisien dari -2 log likelihood
pada block number = 0 sebesar 0,961 yang lebih besar dari alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.
5.3.2 Menilai Goodness of Fit
Untuk menilai Goodness of Fit dengan 3 tiga cara yaitu:
a. Pengujian Nagelkerke R Square
Uji Nagelkerke’s R Square dilakukan untuk melihat seberapa besar model yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan
variabel dependen Pengungkapan Laporan Keuangan dengan menggunakan variabel-variabel independen Total Belanja, Total Aset,
Tingkat Ketergantungan, dan Opini Audit yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui hasil pengujian ini dengan cara melihat
tabel 5.4 dibelakang ini.
Tabel 5.4 Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox Snell R Square Nagelkerke R Square
1 105.475
a
.056 .080
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Merujuk pada tabel diatas menunjukkan nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,080 yang berarti variabilitas variabel total belanja, total aset,
tingkat ketergantungan, dan opini audit yang dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan laporan keuangan adalah sebesar 8 sedangkan
sisanya sebesar 92 dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.
b. Pengujian Hosmer and Lemeshow
Uji Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test dilakukan untuk menguji hipotesis nol untuk mendapatkan bukti bahwa data empiris yang
digunakan cocok atau sesuai dengan model. Untuk mengetahui hasil pengujian ini dengan cara melihat tabel 5.5 dibawah ini.
Tabel 5.5 Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square
df Sig.
1 8.317
8 .403
Dari hasil pada tabel terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,403 yang berarti lebih besar dari 0,05 sehingga keputusannya adalah terima H0. Ini
menjelaskan bahwa dengan tingkat keyakinan 95 dapat diyakini bahwa model regresi logistik yang digunakan cukup mampu menjelaskan data.
c. Pengujian Classification Table
Untuk mengetahui hasil pengujian ini dengan cara melihat tabel 5.6 dibawah ini.
Tabel 5.6 Classification Table
Observed Predicted
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN
Percentage Correct
1
Step 1 PENGUNGKAPAN
LAPORAN KEUANGAN Y 6
20 23.1
1 1
67 98.5
Overall Percentage 77.7
a. The cut value is ,500
Classification Table menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan pemerintah daerah kabupatenkota
mengungkapkan laporan keuangannya adalah sebesar 77,7.
Ini menunjukkan bahwa sebanyak 26 dua puluh enam pemerintah daerah kabupatenkota 23,1 yang diprediksi tidak mengungkapkan laporan
keuangan dari total 94 sembilan puluh empat data pemerintah daerah kabupatenkota sebagai populasi sekaligus sampel selama 3 tiga tahun
periode penelitian 2009 – 2011 yang tidak mengungkapkan laporan keuangannya. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk kemungkinan
pemerintah daerah kabupatenkota yang mengungkapkan laporan keuangannya adalah sebesar 98,5. Ini berarti bahwa sebanyak 68 enam
puluh delapan pemerintah daerah kabupatenkota 98,5 yang diprediksi mengungkapkan laporan keuangannya dari total 94 sembilan puluh
empat data pemerintah daerah kabupatenkota sebagai populasi sekaligus sampel selama 3 tiga tahun periode penelitian 2009 – 2011 yang
mengungkapkan laporan keuangannya.
5.4 Pengujian Regresi Logistik
1. Pengujian Parsial Test
Untuk menilai Partial Test dengan melihat tabel 5.7 dibawah ini.
Tabel 5.7 Variables in the Equation
B S.E.
Wald df
Sig. ExpB
Step 1
a
X1 -1.452
.770 3.550
1 .060
.234 X2
.313 .457
.468 1
.494 1.367
X3 -2.740
3.968 .477
1 .490
.065 X4
.178 .348
.261 1
.610 1.194
Constant 33.230
16.181 4.217
1 .040
2.701E14 a. Variables entered on step 1: X1, X2, X3, X4.
Dari output variables in the equation diatas menunjukkan nilai signifikansi berdasarkan Wald statistik. Dengan mengacu pada nilai Wald yang tertinggi
sebesar 3,550 terdapat pada variabel total belanja X
1
terlihat bahwa Sig terkecil = 0,060 yang berarti lebih besar dari 0,05 sehingga keputusannya
adalah terima H0. Ini menjelaskan bahwa dengan tingkat keyakinan 95 total belanja, total aset, tingkat ketergantungan, dan opini audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Nilai-nilai pada kolom ExpB adalah odds ratio yang dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: a.
Jika dengan asumsi variabel lain konstan, maka kemungkinan pemerintah daerah kabupatenkota yang mengungkapkan laporan
keuangannya adalah sebesar 0,234 untuk setiap penambahan 1 Rupiah total belanja.
b. Jika dengan asumsi variabel lain konstan, maka kemungkinan
pemerintah daerah kabupatenkota yang mengungkapkan laporan keuangannya adalah sebesar 1,367 untuk setiap penambahan 1 Rupiah
total aset. c.
Jika dengan asumsi variabel lain konstan, maka kemungkinan pemerintah daerah kabupatenkota yang mengungkapkan laporan
keuangannya adalah sebesar 0,065 untuk setiap penambahan 1 Rupiah tingkat ketergantungan.
d. Jika dengan asumsi variabel lain konstan, maka kemungkinan
pemerintah daerah kabupatenkota yang mengungkapkan laporan keuangannya adalah sebesar 1,194 untuk setiap penambahan 1 nilai
opini audit yang diberikan oleh BPK Perwakilan Sumatera Utara terhadap laporan keuangan pemerintah daerah kabupatenkota.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas maka model yang dihipotesiskan fit pada data dengan model persamaan regresi logistik yang
dihasilkan adalah:
������������ ������������ �� = Ŷ = e
33.230+−1.452X1+ 0.313X2 +−2.740X3+0.178X4
1 + e
33.230+−1.452X1+ 0.313X2+−2.740X3+0.178X4
Keterangan: Ŷ
= Probabilitas Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah KabupatenKota. A
= Konstanta intersep
B
1,
B
2,
B
3,
B
4
= Koefisien Regresi Variabel Bebas
X
1
= Total Belanja
X
2
= Total Aset
X
3
= Tingkat Ketergantungan
X
4
= Opini Audit
e =
Eksponensial kemungkinan Interpretasi dari persamaan diatas sebagai berikut:
Bahwa log odds pemerintah daerah kabupatenkota yang mengungkapkan laporan keuangannya dipengaruhi oleh variabel total belanja X
1
, total aset X
2
, tingkat ketergantungan X
3
, dan opini audit X
4
. a. Jika X
2,
X
3,
dan X
4
dianggap konstan, maka probabilitas atau odds pemerintah daerah kabupatenkota yang mengungkapkan laporan keuangannya jika X
1
adalah sebesar -1,452, artinya pemerintah daerah kabupatenkota yang kemungkinan mengungkapkan total belanjanya pada laporan keuangannya
1,452 kali lebih kecil dibanding dengan yang tidak mengungkapkannya. b. Jika X
1,
X
3,
dan X
4
dianggap konstan, maka probabilitas atau odds pemerintah daerah kabupatenkota yang mengungkapkan laporan keuangannya jika X
2
adalah sebesar 0,313 artinya pemerintah daerah kabupatenkota yang kemungkinan mengungkapkan total asetnya pada laporan keuangannya 0,313
kali lebih besar dibanding dengan yang tidak mengungkapkannya. c. Jika X
1,
X
2,
dan X
4
dianggap konstan, maka probabilitas atau odds pemerintah daerah kabupatenkota yang mengungkapkan laporan keuangannya jika X
3
adalah sebesar -2,740 artinya pemerintah daerah kabupatenkota yang kemungkinan mengungkapkan tingkat ketergantungan pada laporan
keuangannya 2,740 kali lebih kecil dibanding dengan yang tidak mengungkapkannya.
d. Jika X
1,
X
2,
dan X
3
dianggap konstan, maka probabilitas atau odds pemerintah daerah kabupatenkota yang mengungkapkan laporan keuangannya jika X
4
adalah sebesar 0,178 artinya pemerintah daerah kabupatenkota yang kemungkinan mengungkapkan laporan keuangannya sehingga BPK dapat
memberikan opini auditnya 0,178 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak mengungkapkannya.
2. Pengujian Simultan Test
Tetapi bila menilai keseluruhan model Overall Model Fit untuk pengujian secara simultan dengan melihat pada tabel 5.8 dibelakang ini.
Tabel 5.8 Omnibus Test of Model Coefficients
Chi-square df
Sig. Step 1
Step 5.391
4 .250
Block 5.391
4 .250
Model 5.391
4 .250
Dari output Omnibus Test diatas terlihat bahwa Sig = 0,250 yang berarti lebih besar dari 0,05 sehingga keputusannya adalah terima H0. Ini
menjelaskan bahwa nilai G
2
chi-square sebesar 5,391 dengan p-value sebesar 0,250 yang berarti dengan tingkat keyakinan 95 tidak terdapat
satupun variabel independen total belanja, total aset, tingkat ketergantungan, opini audit yang berpengaruh terhadap variabel dependen
pengungkapan laporan keuangan. Sehingga model tidak dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
5.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas untuk mengetahui pengaruh total belanja, total aset, tingkat ketergantungan, dan opini audit terhadap
pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupatenkota maka dijelaskan sebagai berikut:
5.5.1 Pengaruh Total Belanja X
1
terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7 maka dapat dilihat bahwa variabel independen pertama yakni Total Belanja X
1
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah
daerah kabupatenkota artinya hasil pengujian ini menolak hipotesis penelitian
yaitu total belanja berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara. Hasil
penelitian ini sejalan dan mendukung hasil penelitian yang dilakukan Puspita, Martani 2010 yang menyatakan belanja daerah tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan dalam website pemerintah daerah yang dilakukan pada tahun 2010 pada pemerintah daerah di Indonesia sedangkan penelitian ini dilakukan pada
pemerintah daerah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara di tahun 2011. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan tempat dan waktu penelitian yang berbeda
tetapi hasil penelitiannya tetap sama dengan penelitian ini bahwa belanja daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan
pemerintah daerah kabupatenkota. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa besar kecilnya belanja daerah
kabupatenkota tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupatenkota. Puspita dan Martani 2010
berpendapat Pemerintah daerah yang memiliki belanja yang tinggi tidak secara otomatis akan melakukan pengungkapan konten informasi. Hal ini disebabkan
karena adanya kemungkinan belanja yang tinggi tidak mencerminkan tingkat pelayanan yang tinggi. Pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004 pasal 167 ayat 1,
belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban derah. Dalam hal ini
digunakan untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Dengan berlandaskan hukum pada Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tersebut maka
pemerintah daerah kabupatenkota dituntut untuk mengungkapkan penggunaan anggaran yang ada pada pos-pos belanja daerah. Dengan melihat hasil Statistik
deskriptif variabel total belanja menunjukkan bahwa nilai minimum untuk total realisasi belanja daerah sebesar 25,39 dengan
nilai total
belanja Rp. 106.628.543.938,21 terdapat pada Pemerintah Kabupaten Nias Barat di tahun
2010, nilai maksimumnya sebesar 28,74 dengan nilai total belanja Rp. 3.041.037.853.628,4 terdapat pada Pemerintah Kota Medan di tahun 2011,
dan nilai rata-rata dari total realisasi belanja daerah sebesar 26,93 dengan nilai total belanja berkisar Rp. 499.631.564.449,05. Ini menunjukkan sebagian besar
pemerintah daerah kabupatenkota yang memiliki Penerimaan Asli Daerah PAD yang jumlahnya kecil maka alokasi dari PAD tersebut lebih besar porsinya
digunakan untuk belanja rutin seperti belanja pegawai berupa gaji. Sedangkan untuk pelayanan kepada masyarakat khususnya untuk memenuhi prioritas
nasional maka pemerintah kabupatenkota sangat bergantung pada dana dari APBD Propinsi dan APBN. Merujuk dari nilai Nagelkerke R Square adalah
sebesar 0,080 berarti bahwa variabilitas variabel total belanja yang dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan laporan keuangan sebesar 8 dengan
begitu sisanya sebesar 92 dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya di luar model penelitian. Selanjutnya dengan merujuk pada hasil uji Hosmer and Lemeshow
yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,403 yang lebih besar dari alpha sebesar 0,05 hal ini menjelaskan bahwa dengan tingkat keyakinan 95 dapat
diyakini model regresi logistik yang digunakan cukup mampu menjelaskan data.
5.5.2 Pengaruh Total Aset X
2
terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7 maka dapat dilihat bahwa variabel independen kedua yakni Total Aset X
2
tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupatenkota artinya hasil pengujian ini menolak hipotesis penelitian yaitu total
aset berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini sejalan dan
mendukung hasil penelitian Hilmi, Martani 2009 yang menyatakan total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan
pemerintah provinsi. Penelitian yang dilakukan oleh Hilmi dan Martani dilakukan pada 29 dua puluh sembilan pemerintah provinsi di seluruh Indonesia pada
tahun 2009 sedangkan penelitian ini dilakukan pada 33 tiga puluh tiga pemerintah daerah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011.
Hasil ini menunjukkan walaupun terdapat perbedaan tempat dan waktu penelitian tetapi memberikan hasil yang sama bahwa total aset tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupatenkota. Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Puspita, Martani 2010 yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah total aset pemda mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat
pengungkapan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Martani adalah pada semua website pemerintah daerah di Indonesia di tahun 2010. Puspita
dan Martani 2010 berpendapat bahwa pemerintah daerah yang memiliki ukuran total aset yang besar akan melakukan pengungkapan konten informasi. Dalam
arti pemerintah daerah kabupatenkota yang memiliki total aset yang besar akan lebih kompleks dalam menjaga dan mengelola asetnya. Konsekuensinya
pemerintah daerah perlu mengungkapkan lebih lanjut tentang daftar aset yang dimiliki, pemeliharaan, dan pengelolaannya Suhardjanto, Yulianingtyas, 2011.
Dengan melihat hasil Statistik deskriptif variabel total aset menunjukkan bahwa nilai minimum untuk total aset sebesar 24,54 dengan nilai total aset
Rp. 45.497.787.268,- terdapat pada Pemerintah Kota Gunung Sitoli di tahun 2010, nilai maksimumnya sebesar 30,76 dengan
nilai total
aset Rp. 22.858.193.509.227,- terdapat pada Pemerintah Kota Medan di tahun 2011,
dan nilai rata-rata dari total aset sebesar 27,59 dengan nilai total aset Rp. 966.861.006.178,-. Ini menunjukkan hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupatenkota menjelaskan besar kecilnya nilai aset
dan banyak atau sedikitnya jumlah aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah kabupatenkota tidak mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan pemerintah
daerah kabupatenkota. Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan klasifikasi aset akibat kurangnya pengetahuan sumber daya manusia yang bertugas mengurus aset
mengenai penatausahaan aset daerah, aset pemerintah daerah kabupatenkota yang tidak didukung bukti kepemilikan yang kuat seperti kepemilikan aset tanah pada
instansi pemerintah yang mengalami pemekaran wilayah pada pemerintah daerah kabupatenkota, kurang baiknya penatausahaan aset yang dilakukan oleh
pemerintah daerah kabupatenkota seperti adanya aset yang sudah tidak berfungsi tetapi masih disajikan dalam laporan keuangan dikarenakan belum dilakukan
penghapusan aset yang dalam kondisi rusak, aset negara yang sulit atau tidak dapat diukur nilainya seperti penilaian aset daerah yang diperoleh dari pemerintah
pusat, adanya aset pemerintah daerah kabupatenkota yang tidak ada di dalam laporan keuangan disebabkan luasnya daerah kabupatenkota menjadi kesulitan
dalam melakukan inventarisasi aset. Berdasarkan hal diatas membuat
penatausahaan aset tidak optimal. Menurut Hilmi, Martani 2009 besaran kepemilikan aset oleh pemerintah daerah tidak mempengaruhi tingkat
pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Jumlah aset yang besar yang dimiliki oleh pemerintah daerah dengan total aset besar cenderung memiliki
kualitas pengelolaan aset yang kurang baik dan memperoleh catatan dari BPK. Merujuk pada hasil dari pengujian Nagelkerke’s R Square sebesar 0,080
berarti variabilitas variabel total aset yang dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan laporan keuangan sebesar 8 dan sisanya sebesar 92 dijelaskan
oleh variabel lainnya di luar model penelitian. Selanjutnya berdasarkan hasil dari pengujian Hosmer and Lemeshow yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar
0,403 lebih besar dari alpha sebesar 0,05 menjelaskan bahwa dengan tingkat keyakinan 95 dapat diyakini model regresi logistik yang digunakan cukup
mampu menjelaskan data.
5.5.3 Pengaruh Tingkat Ketergantungan X
3
terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7 maka dapat dilihat bahwa variabel independen ketiga yakni tingkat ketergantungan X
3
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah
daerah kabupatenkota artinya hasil pengujian ini menolak hipotesis penelitian yaitu tingkat ketergantungan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
laporan keuangan pemerintah daerah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini sejalan dan mendukung hasil penelitian Hilmi, Martani 2009
yang menyatakan tingkat ketergantungan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi di Indonesia pada tahun
2009, dan hasil penelitian Lestari, Martani 2008 yang menyatakan tingkat ketergantungan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan pemerintah kabupatenkota di Indonesia pada tahun 2008 sedangkan penelitian ini dilakukan pada pemerintah kabupatenkota di
Provinsi Sumatera Utara di tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya perbedaan tempat dan waktu penelitian tetapi menunjukkan hasil
yang sama dengan peneliti terdahulu bahwa tingkat ketergantungan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah
daerah kabupatenkota. Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Puspita, Martani 2010 yang menyatakan tingkat ketergantungan
mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat pengungkapan. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi
terhadap dana pemerintah pusat akan melakukan pengungkapan konten informasi yang tinggi pula. Penelitiannya dilakukan terhadap website pemerintah daerah di
Indonesia pada tahun 2010 dan hanya difokuskan pada dana alokasi umum DAU saja. Sedangkan peneliti melakukan penelitian untuk tingkat ketergantungan pada
dana alokasi umum DAU, dana alokasi khusus DAK, dan dana bagi hasil DBH disebabkan tingkat ketergantungan pemerintah daerah kabupatenkota
pada pemerintah pusat tidak pada dana alokasi umum DAU saja. Dengan melihat hasil Statistik deskriptif variabel tingkat ketergantungan
menunjukkan bahwa nilai minimum untuk tingkat ketergantungan sebesar 0,52 dengan jumlah dana transfer Rp. 1.422.441.737.194,- pada jumlah pendapatan
Rp. 2.747.359.034.421,34 terdapat pada Pemerintah Kota Medan di tahun 2011, nilai maksimumnya sebesar 0,94 dengan
jumlah dana
transfer
Rp. 611.580.296.984,- pada jumlah pendapatan Rp. 649.616.644.193,93 terdapat pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai di tahun 2010, dan nilai rata-rata
dari tingkat ketergantungan sebesar 0,81. Ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini menjelaskan besar kecilnya tingkat ketergantungan tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupatenkota. Hal ini bisa terjadi karena kemungkinan dalam era desentralisasi
hubungan pemerintah pusat dan daerah tidak terlalu erat sehingga tidak ada monitoring khusus pelaporan keuangan pemerintah daerah oleh pemerintah pusat.
Jika monitoring tidak digunakan maka tidak mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas laporan keuangannya Lestari, Martani, 2008. Padahal
sesuai dengan UU No.33 Tahun 2004 pasal 28 menjelaskan bahwa kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi
layanan dasar umum dan pada pasal 41 disebutkan daerah penerima Dana Alokasi Khusus DAK wajib menyediakan dana pendamping sekurang-kurangnya 10
dari alokasi DAK. Fungsi dari dana pendamping itu adalah menunjukkan komitmen dan tanggung jawab pemerintah daerah kabupatenkota dalam
pembiayaan kegiatan yang didanai dari Dana Alokasi Khusus DAK yang merupakan kewenangan daerah. Dana pendamping digunakan untuk mendanai
kegiatan yang bersifat kegiatan fisik berupa kegiatan diluar kegiatan administrasi proyek, penyiapan proyek fisik, kegiatan penelitian, kegiatan pelatihan dan
sebagainya. tujuan dari DAU adalah pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi agar mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah dengan mempertimbangkan atas dasar kebutuhan dan potensi daerah. Selanjutnya
tujuan dari DAK untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional dengan konsentrasi
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu dan untuk mendorong percepatan pembangunan
daerah. Jadi seharusnya pemerintah daerah kabupatenkota lebih terbuka lagi untuk mengungkapkannya karena didalamnya terdapat tanggungjawab pemerintah
daerah kabupatenkota terhadap pemerintah pusat dalam mengelola dana-dana tersebut.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian Nagelkerke’s R Square yang menghasilkan nilai sebesar 0,080. Ini berarti variabilitas variabel tingkat
ketergantungan yang dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan laporan keuangan adalah sebesar 8 dan sisanya sebesar 92 dijelaskan oleh variabel
lainnya di luar model penelitian. Pada hasil pengujian Hosmer and Lemeshow menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,403 lebih besar dari alpha yang sebesar
0,05 menjelaskan bahwa dengan tingkat keyakinan 95 dapat diyakini model regresi logistik yang digunakan cukup mampu menjelaskan data.
5.5.4 Pengaruh Opini Audit X
4
terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7 maka dapat dilihat bahwa variabel independen keempat yakni Opini Audit X
4
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah
daerah kabupatenkota artinya hasil pengujian ini menolak hipotesis penelitian yaitu opini audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan
keuangan pemerintah daerah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara. Dengan
melihat hasil statistik deskriptif variabel opini audit menunjukkan bahwa nilai minimum untuk opini audit dengan angka 1 satu terdapat pada 14 empat belas
Pemerintah KabupatenKota, nilai maksimumnya dengan angka 5 lima terdapat pada 4 empat Pemerintah KabupatenKota, dan nilai rata-rata dari opini audit
sebesar 2,69. Ini menunjukkan bahwa masih banyaknya pemerintah daerah kabupatenkota yang tidak memenuhi 7 tujuh butir pengungkapan dalam catatan
atas laporan keuangan atau tidak mengungkapkan laporan keuangannya secara penuh sesuai dengan yang diperintahkan oleh Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Hal ini dapat disebabkan karena masa peralihan dari cash basis kepada accrual basis.
Sebelumnya dalam membuat laporan keuangannya pemerintah daerah kabupatenkota mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2005 tetapi setelah keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 maka semua pemerintah daerah kabupatenkota
khususnya diwajibkan untuk mengacu pada PP No.71 Tahun 2010 tersebut sebagai pedoman dalam menyusun laporan keuangannya dan terdapatnya
penambahan butir pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan sehingga mungkin disebabkan penerapannya yang belum maksimal maka masih
terdapatnya pemerintah daerah kabupatenkota yang tidak melakukan pengungkapan secara penuh . Selanjutnya dengan merujuk pada hasil pengujian
Nagelkerke’s R Square yang sebesar 0,080 berarti variabilitas variabel opini audit yang dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan laporan keuangan sebesar 8
dan sisanya sebesar 92 dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model regresi. Pada hasil pengujian Hosmer and Lemeshow menghasilkan nilai signifikansi
sebesar 0,531 yang lebih besar dari pada alpha sebesar 0,05. Ini menjelaskan bahwa dengan tingkat keyakinan 95 dapat diyakini model regresi logistik yang
digunakan cukup mampu menjelaskan data.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN