Kesimpulan KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

196 WTI signifikan mempengaruhi penawaran tenaga kerja tetapi responnya inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang, kecuali upah WTI elastis dalam jangka panjang. 5. Upah rata-rata di setiap wilayah dipengaruhi secara positif oleh upah minimum regional, PDRB wilayah dan upah rata-rata tahun sebelumnya. Kebijakan upah minimum regional berintegrasi dengan upah rata-rata yang diterima oleh pekerja dan signifikan namun respon perubahan upah terhadap perubahan kebijakan upah minimum regional adalah inelastis, kecuali di wilayah Sumatera adalah elastis dalam jangka panjang. 6. Jumlah penduduk miskin di masing-masing wilayah berhubungan secara negatif terhadap peningkatan PBRB, upah rata-rata dan belanja pelayanan publik, namun demikian secara statistik hanya upah di Jawa-Bali yang signifikan. Respon perubahan jumlah penduduk miskin terhadap perubahan jumlah PDRB, upah dan belanja pelayan publik adalah inelastis untuk setiap periode waktu. 7. Migrasi masuk secara umum dipengaruhi secara positif oleh tingkat perbedaan upah wilayah tujuan dengan wilayah asal dan secara negatif di pengaruhi oleh tingkat kepadatan penduduk dan kemiskinan di wilayah tujuan. Respon perubahan migrasi masuk terhadap perubahan variabel tersebut adalah inelastis dalam jangka pendek dan umumnya elastis dalam jangka panjang. 8. Migrasi keluar dari wilayah tertentu ke wilayah lain dipengaruhi secara negatif antara perbedaan dan rasio upah antarwilayah, dan secara positif dipengaruhi oleh 197 tingkat pengangguran atau jumlah penawaran tenaga kerja di masing-masing wilayah. 9. Ekspor wilayah tertentu ke wilayah tujuan dipengaruhi secara positif oleh harga ekspor, PDRB wilayah itu sendiri dan jumlah populasi wilayah tujuan ekspor. Sebaliknya impor suatu wilayah dipengaruhi secara negatif oleh harga impor dan secara positif dipengaruhi PDRB wilayah itu sendiri. 10. Respon perubahan ekspor terhadap perubahan harga dan PDRB adalah inelastis, kecuali untuk eskpor wilayah Jawa-Bali ke daerah tujuan Sumatera dan WTI adalah elastis dalam jangka panjang. 11. Respon perubahan impor terhadap perubahan harga impor dan PDRB juga inelastis, kecuali respon perubahan import wilayah WTI dari daerah asal Sumatera dan Jawa-Bali terhadap perubahan harga adalah elastis dalam jangka panjang. 12. Kebijakan peningkatan UMR berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran, karena selain disebabkan oleh permintaan tenaga kerja yang menurun juga disebabkan oleh migrasi masuk yang tinggi ke wilayah tersebut. Disisi lain kebijakan peningkatan UMR berdampak pada meningkatnya ketimpangan antar wilayah, kecuali dilakukan di wilayah Suumatera dan Jawa- Bali. 13. Kebijakan peningkatan belanja pelayanan publik dapat meningkatkan kinerja wilayah itu sendiri dan wilayah lainnya yang digambarkan dari kenaikan PDRB, 198 penurunan tingkat kemiskinan, jumlah pengangguran dan neraca perdagangan. Sementara ketimpangan cenderung meningkat kecuali jika dialokasikan di WTI. 14. Peningkatan investasi swasta dan pemerintah memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan kinerja perekonomian wilayah, dimana PDRB meningkat, penduduk miskin dan jumlah pengangguran menurun serta neraca perdagangan positif. Stimulus investasi dalam rangka untuk mengejar pertumbuhan yang tinggi, ketimpangan selalu menjadi korban karena akumulasi pendapatan perorangan dan perusahaan setinggi mungkin memang harus diciptakan demi membentuk formasi modal yang kuat guna merangsang investasi dan pertumbuhan ekonomi, kecuali investasi tersebut dialokasikan di WTI maka pertumbuhan tinggi dan diikuti oleh distribusi pendapatan yang semakin merata. 15. Untuk mengurangi ketimpangan pendapatan antarwilayah instrumen kebijakan yang dapat dilakukan adalah 1 peningkatan UMR di wilayah Sumatera dan Jawa-Bali, 2 peningkatan belanja pelayanan publik di wilayah Timur Indonesia, 3 peningkatan investasi swasta di wilayah Timur Indoneesia, dan 4 peningkatan investasi pemerintah di wilayah Timur Indoneesia.

7.2. Implikasi Kebijakan

Untuk mengurangi tingkat pengangguran di masing-masing wilayah, peningkatan investasi swasta dan pemerintah dapat digunakan sebagai instrumen kebijakan pemerintah daerah, karena selain dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menurunkan jumlah penduduk miskin, juga dapat menurunkan migrasi bersih wilayah Jawa-Bali yang berasal dari wilayah Sumatera dan Wilayah Timur 199 Indonesia tanpa mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa-Bali bahkan jumlah penduduk yang menganggur di wilayah Jawa-Bali dapat berkurang cukup besar. Stimulus investasi swasta dan pemerintah memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan kinerja perekonomian wilayah yang ditunjukkan oleh kenaikan PDRB, penduduk miskin dan jumlah pengangguran yang menurun serta neraca perdagangan positif, tetapi ketimpangan cenderung mengalami peningkatan, kecuali dialokasikan di WTI. Untuk mengurangi ketimpangan antarwilayah instrumen kebijakan dapat digunakan dengan 1 peningkatan UMR di wilayah Sumatera dan Jawa-Bali, 2 peningkatan belanja pelayanan publik, investasi swasta dan pemerintah di wilayah Timur Indonesia. Dalam hal ini diperlukan koordinasi dan dukungan pemerintah pusat yang berkepentingan dengan ketimpangan pendapatan antarwilayah .

7.3. Saran Penelitian Lanjutan

Terdapat berbagai keterbatasan dalam studi ini, maka disarankan perlu dilakukan penelitian-penelitian lanjutan di masa yang akan datang, terutama bagi peneliti yang berminat mengkaji lebih jauh tentang dampak keterkaitan wilayah, antara lain: 1. Spesifikasi model yang dibangun dengan melakukan agregasi wilayah menjadi tiga wilayah besar, hal ini menurut hemat penulis cukup baik karena memang membutuhkan data arus migrasi dan perdagangan berdasarkan daerah asal dan tujuan, namun disarankan pada level wilayah yang lebih kecil, seperti level