Keragaan Model Keterkaitan Wilayah di Indonesia

79 Pada tabel tersebut terlihat bahwa PDRB wilayah Sumatera dipengaruhi secara positif oleh jumlah tenaga kerja, dan secara statisitik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 85 persen. Respon perubahan perubahan PDRB wilayah Sumatera terhadap perubahan permintaan tenaga kerja adalah inelastis dalam jangka pendek, dan elastis dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa di wilayah Sumatera, jumlah tenaga kerja berperan penting dalam meningkatkan output atau PDRB wilayah Sumatera. Tabel 7. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Produk Domestik Regional Bruto Wilayah Sumatera Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep PDRB Sumatera -98767 0.4315 - - Tenaga kerja Sumatera 15.06875 0.1256 1.0174 - Investasi swasta Sumatera 4596.926 0.0368 0.1735 - Investasi pemerintah Sumatera 1908.953 0.0142 0.2417 - Selain jumlah tenaga kerja, investasi swasta juga memberikan pengaruh yang positif terhadap PDRB Sumatera dan pengaruhnya secara statistik adalah signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen, namun respon PDRB terhadap perubahan investasi swasta dalam jangka pendek adalah inelastis. Investasi pemerintah juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan PDRB wilayah Sumatera, dan hal ini secara statistik juga berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 95 persen. Namun demikian, respon perubahan investasi pemerintah terhadap perubahan PDRB wilayah Sumatera adalah inelastis dalam jangka pendek. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan investasi swasta ataupun investasi pemerintah sebesar satu persen, hanya dapat meningkatkan PDRB wilayah Sumatera kurang dari satu persen. 80 Jelas bahwa di wilayah Sumatera tenaga kerja memiliki peranan yang lebih penting dari investasi, baik investasi swasta maupun investasi pemerintah. Dalam hal ini untuk menjaga kenaikan PDRB instrumen-instrumen yang terkait dengan pasar tenaga kerja perlu menjadi perhatian bagi pemerintah daerah wilayah Sumatera seperti upah minimum regional dan perbaikan fasilitas infrastruktur untuk mendorong para investor masuk ke wilayah Sumatera.

5.2.1.2. Respon PDRB Wilayah Jawa-Bali

Hasil pendugaan parameter dan uji statistik persamaan PDRB wilayah Jawa- Bali dapat dilihat pada Tabel 8. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa PDRB wilayah Jawa-Bali dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, investasi swasta dan investasi pemerintah. PDRB wilayah Jawa-Bali secara statistik dipengaruhi secara positif oleh jumlah tenaga kerja dan secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 95 persen.. Tabel 8. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Produk Domestik Regional Bruto Wilayah Jawa-Bali Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep PDRB Jawa-Bali -993562 0.0079 - - Tenaga kerja Jawa-Bali 26.78527 0.0018 2.3046 - Investasi swasta Jawa-Bali 5443.312 0.0111 0.2623 - Investasi pemerintah Jawa-Bali 826.0789 0.0232 0.1344 - Respon perubahan PDRB Jawa-Bali terhadap perubahan permintaan tenaga kerja Jawa-Bali adalah elastis dalam jangka pendek, artinya bahwa di Jawa-Bali, tenaga kerja berperan penting dalam meningkatkan PDRB wilayah Jawa-Bali. Selain jumlah tenaga kerja, investasi swasta juga memberikan pengaruh yang positif 81 terhadap PDRB Jawa-Bali dan pengaruh investasi swasta tersebut secara statistik signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen, namun demikian respon PDRB terhadap perubahan investasi swasta dalam jangka pendek adalah inelastis. Investasi pemerintah juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan PDRB wilayah Jawa-Bali, dan hal ini secara statistik juga berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 95 persen. Namun demikian, respon perubahan PDRB Jawa- Bali terhadap perubahan investasi pemerintah adalah inelastis dalam jangka pendek. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan investasi swasta ataupun investasi pemerintah sebesar satu persen, hanya dapat meningkatkan PDRB wilayah Jawa-Bali kurang dari satu persen. Jelas bahwa di wilayah Jawa-Bali tenaga kerja memiliki peranan yang lebih penting dari investasi, baik investasi swasta maupun investasi pemerintah. Dalam hal ini untuk menjaga kenaikan PDRB instrumen-instrumen yang terkait dengan pasar tenaga kerja perlu menjadi perhatian bagi pemerintah daerah wilayah Jawa-Bali seperti upah minimum regional dan perbaikan fasilitas infrastruktur untuk mendorong para investor masuk ke wilayah Jawa-Bali.

5.2.1.3. Respon PDRB Wilayah Timur Indonesia

Hasil pendugaan parameter PDRB wilayah Timur Indonesia WTI dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, investasi swasta dan investasi pemerintah. Hasil estimasi blok PDRB ditampilkan pada Tabel 9. Pada tabel tersebut terlihat bahwa PDRB wilayah Timur Indonesia secara statistik dipengaruhi secara positif oleh jumlah tenaga kerja dan secara statisitk berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen. Respon perubahan PDRB wilayah Timur Indonesia terhadap 82 perubahan tenaga kerja adalah elastis dalam jangka pendek, hal ini mengindikasikan bahwa di wilayah Timur Indonesia, tenaga kerja berperan penting dalam meningkatkan PDRB wilayah Timur Indonesia. Tabel 9. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Produk Domestik Regional Bruto Wilayah Timur Indonesia Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep PDRB WTI -205756 0.0020 - - Tenaga kerja WTI 21.43525 0.0002 1.8642 - Investasi swasta WTI 6108.865 0.0012 0.2165 - Investasi pemerintah WTI 1152.337 0.0308 0.1465 - Variabel nvestasi swasta juga memberikan pengaruh yang positif terhadap PDRB wilayah Timur Indonesia dan secara statistik signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen, namun respon perubahan PDRB WTI terhadap perubahan investasi swasta dalam jangka pendek adalah inelastis. Investasi pemerintah juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan PDRB wilayah Timur Indonesia, dan hal ini secara statistik juga berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 95 persen. Namun demikian, respon perubahan PDRB wilayah Timur Indonesia terhadap perubahan investasi pemerintah adalah inelastis dalam jangka pendek. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan investasi swasta ataupun investasi pemerintah sebesar satu persen, hanya dapat meningkatkan PDRB wilayah Timur Indonesia kurang dari satu persen. Jelas bahwa di wilayah Timur Indonesia tenaga kerja memiliki peranan yang lebih penting dari investasi, baik investasi swasta maupun investasi pemerintah. 83 Dari hasil estimasi blok PDRB untuk setiap wilayah respon perubahan PDRB masing-masing wilayah terhadap perubahan permintaan tenaga kerja adalah elastis sedangkan variabel investasi pemerintah maupun investasi swasta responnya inelastis. Hal ini menunjukkan perlu dukungan infrastruktur darat dan laut terutama didaerah wilayah Timur Indonesia dan wilayah Sumatera, sedangkan wilayah Jawa- Bali terutama ditujukan kepada peningkatan infrastruktur dan fasilitas pasar tenaga kerja.

5.2.2. Blok Permintaan Tenaga Kerja

Blok permintaan tenaga kerja dalam penelitian ini terdiri dari 3 persamaan struktural, yaitu persamaan struktural permintaan tenaga kerja wilayah Sumatera, permintaan tenaga kerja wilayah Jawa-Bali dan permintaan tenaga kerja wilayah Indonesia Timur. Berikut adalah hasil estimasi persamaan permintaan tenaga kerja.

5.2.2.1. Respon Permintaan Tenaga Kerja Wilayah Sumatera

Berdasarkan hasil estimasi yang telah dilakukan terhadap persamaan permintaan tenaga kerja dalam perekonomian wilayah diperoleh dugaan mengenai persamaan permintaan tenaga kerja dimasing-masing wilayah. Hasil estimasi ditampilkan pada Tabel 10, dimana terlihat bahwa permintaan tenaga kerja wilayah Sumatera secara statisitik tidak berbeda nyata dengan nol. Dari hasil tersebut dapat diketahui juga bahwa permintaan tenaga kerja di wilayah Sumatera berhubungan negatif terhadap upah rata-rata yang diterima pekerja di wilayah Sumatera, dalam arti bahwa ketika upah tenaga kerja meningkat, maka permintaan akan tenaga kerja akan 84 menurun lebih kecil dari kenaikan upah itu sendiri. Secara ekonomi hal ini adalah make sense, kenaikan harga upah tenaga kerja merupakan biaya produksi bagi sebuah perusahaan. Respon perubahan upah tenaga kerja terhadap perubahan permintaan tenaga kerja adalah inelastis, yang menunjukkan bahwa ketika upah meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya berdampak pada penurunan permintaan tenaga kerja sebesar 0.001 persen dalam jangka pendek dan 0.261 persen dalam jangka panjang. Tabel 10. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja Wilayah Sumatera Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep tenaga kerja Sumatera 536.7946 0.7178 Upah Sumatera -0.678170 0.4970 -0.0164 -0.2691 Belanja pelayanan publik Sumatera 0.002834 0.8524 0.0018 0.0290 PDRB Sumatera 0.001729 0.3958 0.0256 0.4206 Net ekspor Sumatera 0.139461 0.6564 0.0251 0.4120 Lag tenaga kerja Sumatera 0.939113 .0001 Belanja pelayanan publik berpengaruh positif terhadap permintaan tenaga kerja dan responnya inelastis baik jangka pendek maupun jangka panjang artinya peningkatan belanja pelayanan publik sebesar satu persen, ceteris paribus, akan meningkatkan permintaan tenaga kerja sebesar 0.001 persen dalam jangka pendek dan 0.030 persen dalam jangka panjang. PDRB yang merupakan proxy dari output wilayah Sumatera secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, meskipun dari segi ekonomi memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan permintaan tenaga kerja. Respon perubahan output 85 terhadap perubahan permintaan tenaga kerja adalah inelastis untuk setiap periode waktu. Ekspor bersih wilayah Sumatera berpengaruh positif terhadap peningkatan permintaan tenaga kerja, meskipun secara statistik tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen. Dalam model Ricardian, menyimpulkan bahwa negara-negara akan mengekspor barang-barang yang tenaga kerjanya memproduksi dengan relatif lebih efisien, dan mengimpor barang-barang yang tenaga kerjanya memproduksi dengan relatif kurang efisien. Dengan kata lain, pola produksi suatu negara ditentukan oleh keunggulan komparatif Krugman Obstfeld, 1997, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor juga akan mendorong pada permintaan tenaga kerja. Jumlah permintaan tenaga kerja berbeda nyata dengan nol terhadap peubah bedakala, hal ini menunjukkan bahwa terdapat tenggang waktu yang relatif lambat bagi perusahaan menyesuaikan jumlah permintaan tenaga kerja dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.2.2. Respon Permintaan Tenaga Kerja Wilayah Jawa-Bali

Berdasarkan hasil estimasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa permintaan tenaga kerja di wilayah Jawa-Bali berhubungan negatif terhadap selisih upah tenaga kerja sekarang dengan tahun sebelumnya yang diterima pekerja di wilayah Jawa-Bali dan secara statisitik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 80 persen, meskipun responnya adalah inelastis baik dalam jangka pendek 0.034 maupun jangka panjang 0.049. Artinya bahwa ketika upah tenaga 86 kerja meningkat, maka permintaan akan tenaga kerja akan menurun lebih kecil dari kenaikan upah itu sendiri. Tabel 11. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja Wilayah Jawa-Bali Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep tenaga kerja Jawa-Bali 28721.12 0.0007 Selisih upah sekarang dengan tahun lalu Jawa-Bali -25.615 0.1894 - 0.034 -0.049 Belanja pelayanan publik Jawa-Bali 0.0311 0.4132 0.011 0.015 PDRB Jawa-Bali 0.0086 0.0142 0.101 0.145 Lag net ekspor Jawa-Bali 0.0509 0.4011 0.035 0.049 Lag tenaga kerja Jawa-Bali 0.3052 0.0952 Belanja pelayanan publik tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan tenaga kerja, meskipun demikian dari segi ekonomi masih memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan permintaan tenaga kerja dan responnya inelastis baik jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya peningkatan belanja pelayanan publik sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya akan meningkatkan permintaan tenaga kerja sebesar 0.011 persen dalam jangka pendek dan 0.015 persen dalam jangka panjang. PDRB yang merupakan proxy dari output wilayah Jawa-Bali secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, meskipun dari segi ekonomi masih memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan permintaan tenaga kerja. Respon perubahan output terhadap perubahan permintaan tenaga kerja adalah inelastis untuk setiap periode waktu. Ekspor bersih tahun sebelumnya wilayah Jawa-Bali tidak berpengaruh nyata secara statistik, namun masih memberikan pengaruh positif bagi peningkatan 87 permintaan tenaga kerja. Respon perubahan permintaan tenaga kerja terhadap ekspor bersih tahun sebelumnya adalah inelastis baik jangka pendek maupun jangka panjang artinya peningkatan ekspor bersih tahun sebelumnya sebesar satu persen, ceteris paribus, akan meningkatkan permintaan tenaga kerja sebesar 0.034 persen dalam jangka pendek dan 0.049 persen dalam jangka panjang. Jumlah permintaan tenaga kerja berbeda nyata dengan nol pada taraf tingkat kepercayaan 95 persen terhadap peubah bedakala, hal ini menunjukkan bahwa terdapat tenggang waktu yang relatif lambat bagi perusahaan menyesuaikan jumlah permintaan tenaga kerja dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.2.3. Respon Permintaan Tenaga Kerja Wilayah Timur Indonesia

Hasil pendugaan parameter persamaan permintaan tenaga kerja dalam perekonomian wilayah diperoleh bahwa permintaan tenaga kerja di wilayah Timur Indonesia berhubungan negatif terhadap upah rata-rata yang diterima pekerja di wilayah Timur Indonesia, dalam arti bahwa ketika upah tenaga kerja meningkat, maka permintaan akan tenaga kerja akan menurun lebih kecil dari kenaikan upah itu sendiri. Respon perubahan permintaan tenaga kerja terhadap perubahan upah tenaga kerja adalah inelastis. Jika upah meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya berdampak pada penurunan permintaan tenaga kerja sebesar 0.018 persen dalam jangka pendek dan 0.110 persen dalam jangka panjang. Belanja Pelayanan Publik BPP tidak berpengaruh nyata secara positif terhadap permintaan tenaga kerja dan responnya inelastis baik jangka pendek maupun jangka panjang, artinya 88 peningkatan BPP sebesar satu persen, ceteris paribus, akan meningkatkan permintaan tenaga kerja sebesar 0.008 persen dalam jangka pendek dan 0.049 persen dalam jangka panjang. Tabel 12. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja Wilayah Timur Indonesia Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep tenga kerja WTI 1716.228 0.2864 - - Upah WTI -0.69127 0.4852 -0.0183 -0.1102 Belanja pelayanan publik WTI 0.01038 0.4210 0.0082 0.0495 PDRB WTI 0.00461 0.2736 0.0530 0.3196 Net ekspor WTI 0.34897 0.6558 0.0163 0.0982 Lag tenaga kerja WTI 0.83431 .0001 - - PDRB yang merupakan proxy dari output wilayah Timur Indonesia secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, meskipun dari segi ekonomi masih memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan permintaan tenaga kerja. Respon perubahan output terhadap perubahan permintaan tenaga kerja adalah inelastis untuk setiap periode waktu. Ekspor bersih wilayah Timur Indonesia tidak berpengaruh nyata secara statistik, namun masih memberikan pengaruh positif bagi peningkatan permintaan tenaga kerja. Respon perubahan permintaan tenaga kerja terhadap perubahan ekspor bersih adalah inelastis baik jangka pendek maupun jangka panjang, artinya peningkatan ekspor bersih sebesar satu persen, ceteris paribus, akan meningkatkan permintaan tenaga kerja sebesar 0.016 persen dalam jangka pendek dan 0.098 persen dalam jangka panjang. Jumlah permintaan tenaga kerja secara statistik berbeda nyata dengan nol terhadap peubah bedakala, hal ini menunjukkan bahwa terdapat tenggang waktu yang 89 relatif lambat bagi perusahaan menyesuaikan jumlah permintaan tenaga kerja dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.3. Blok Penawaran Tenaga Kerja

Seperti blok permintaan tenaga kerja, blok penawaran tenaga kerja dalam penelitian ini juga terdiri dari 3 persamaan struktural, yaitu persamaan penawaran tenaga kerja wilayah Sumatera, penawaran tenaga kerja Jawa-Bali dan penawaran tenaga kerja wilayah Timur Indonesia. Berikut adalah Hasil Pendugaan Parameter.

5.2.3.1. Respon Penawaran Tenaga Kerja Wilayah Sumatera

Hasil pendugaan yang telah dilakukan terhadap persamaan penawaran tenaga kerja wilayah Sumatera diketahui bahwa tingginya perbedaan upah sekarang dan tahun lalu, tingginya perbedaan migrasi bersih sekarang dan tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap besaran penawaran tenaga kerja di wilayah Sumatera seperti terlihat pada Tabel 13 dibawah ini. Tabel 13. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Penawaran Tenaga Kerja Wilayah Sumatera Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep angkatan kerja Sumatera 3024.659 0.0378 - - Selisih upah sekarang dengan upah tahun sebelumnya Sumatera 2.254265 0.4721 0.0041 0.0167 Selisih migrasi bersih sekarang dengan migrasi bersih tahun sebelumnya Sumatera 0.208346 0.8688 0.0017 0.0068 Trend 66.83309 0.0615 - - Lag Angkatan Kerja Sumatera 0.755029 .0001 - - Pada Tabel 13 diatas terlihat bahwa penawaran tenaga kerja di wilayah Sumatera berpengaruh positif dan secara statistik signifikan pada taraf kepercayaan 90 99 persen. Respon perubahan penawaran tenaga kerja terhadap perubahan upah sekarang denga tahun sebelumnya adalah inelastis baik untuk dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya bahwa ketika selisih upah sekarang dan tahun sebelumnya meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, penawaran tenaga kerja di wilayah Sumatera akan meningkat sebesar 0.004 persen dalam jangka pendek dan 0.016 persen dalam jangka panjang. Disamping perbedaan upah sekarang dan tahun sebelumnya yang terdapat di wilayah Sumatera tersebut, perbedaan migrasi bersih sekarang dan tahun sebelumnya juga memberikan pengaruh positif bagi peningkatan penawaran tenaga kerja di wilayah Sumatera, meskipun responnya inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Meskipun demikian hal ini perlu mendapat perhatian yang serius karena migrasi bersih tidak selalu memberikan dampak yang positif bagi kinerja perekonomian wilayah. Migrasi bersih akan menjadi baik, jika di suatu wilayah tersebut tersedia lapangan pekerjaan yang dapat menampung para migran yang masuk, jika tidak akan berdampak sebaliknya, dimana ketika migrasi bersih meningkat maka dapat meningkatkan jumlah pengangguran suatu wilayah. Secara umum dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa penawaran tenaga kerja di wilayah Sumatera memiliki kecenderungan yang menaik, dengan rata-rata kenaikan sebesar 66 orang untuk setiap tahunnya. Penawaran tenaga kerja wilayah Sumatera berbeda nyata dengan nol terhadap peubah bedakala, hal ini menunjukkan bahwa terdapat tenggang waktu yang relatif 91 lambat para pekerja untuk menyesuaikan kembali pada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.3.2. Respon Penawaran Tenaga Kerja Wilayah Jawa-Bali

Hasil pendugaan yang telah dilakukan terhadap persamaan penawaran tenaga kerja wilayah Jawa-Bali diketahui bahwa upah wilayah Jawa-Bali, migrasi bersih wilayah Jawa-Bali berpengaruh positif terhadap besaran penawaran tenaga kerja di wilayah Jawa-Bali. Meskipun demikian, dalam jangka pendek respon perubahan penawaran tenaga kerja terhadap perubahan upah wilayah Jawa-Bali adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika upah pekerja meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, jumlah penawaran tenaga kerja di wilayah Jawa-Bali akan meningkat sebesar 0.045 persen dalam jangka pendek dan 0.1036 persen dalam jangka panjang seperti yang terlihat pada Tabel 14. Disamping upah pekerja yang terdapat di wilayah Jawa- Bali tersebut, migrasi bersih juga memberikan pengaruh positif bagi peningkatan penawaran tenaga kerja di wilayah Jawa-Bali, meskipun responnya inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang . Tabel 14. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Penawaran Tenaga Kerja Wilayah Jawa-Bali Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep angkatan kerja Jawa-Bali 20237.30 0.0101 - - Upah Jawa-Bali 7.768132 0.0174 0.0452 0.1036 Net migrasi Jawa-Bali 3.583079 0.1639 0.0110 0.0251 Lag angkatan kerja Jawa-Bali 0.563602 0.0014 - - Jumlah penawaran tenaga kerja wilayah Jawa-Bali berbeda nyata dengan nol terhadap peubah bedakala, hal ini menunjukkan bahwa terdapat tenggang waktu yang 92 relatif lambat para pekerja untuk menyesuaikan kembali pada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.3.3. Respon Penawaran Tenaga Kerja Wilayah Timur Indonesia

Hasil pendugaan yang telah dilakukan terhadap persamaan penawaran tenaga kerja wilayah Timur Indonesia diketahui bahwa tingginya perbedaan upah sekarang dan tahun sebelumnya, migrasi bersih berpengaruh positif terhadap besaran penawaran tenaga kerja di wilayah Timur Indonesia seperti terlihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Penawaran Tenaga Kerja Wilayah Timur Indonesia Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep angkatan kerja WTI 731.6821 0.3763 - - Selisih upah sekarang dengan upah tahun sebelumnya WTI 4.584373 0.1762 0.1149 2.8123 Net migrasi WTI 0.136241 0.9136 0.0007 0.0172 Lag angkatan kerja WTI 0.959150 .0001 - - Pada Tabel 15 diatas terlihat bahwa penawaran tenaga kerja di wilayah Timur Indonesia berpengaruh positif dan secara statistik signifikan pada taraf kepercayaan 80 persen. Meskipun demikian, respon perubahan penawaran tenaga kerja terhadap perubahan perbedaan upah sekarang dengan tahun sebelumnya adalah inelastis untuk jangka pendek namun jangka panjang elastis. Artinya bahwa ketika tingginya selisih upah sekarang dan tahun sebelumnya meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, penawaran tenaga kerja di wilayah Timur Indonesia akan meningkat sebesar 0.114 persen dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang meningkat sebesar 2.812 persen. 93 Migrasi bersih memberikan pengaruh positif bagi peningkatan penawaran tenaga kerja di wilayah Timur Indonesia, namun responnya inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa ketika selisih upah sekarang dan tahun sebelumnya meningkat satu persen, ceteris paribus, penawaran tenaga kerja di wilayah Timur Indonesia akan meningkat sebesar 0.0007 persen dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang meningkat sebesar 0.017 persen. Penawaran tenaga kerja wilayah Timur Indonesia berbeda secara statistik berbeda nyata dengan nol terhadap peubah bedakala pada tarf kepercayaan 95 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat tenggang waktu yang relatif lambat para pekerja untuk menyesuaikan kembali pada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.4. Blok Upah

Blok harga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upah rata-rata pekerja. Blok upah rata-rata pekerja terdiri dari 3 persamaan struktural, yaitu persamaan upah rata-rata pekerja wilayah Sumatera, upah rata-rata pekerja wilayah Jawa-Bali dan upah rata-rata pekerja wilayah Timur Indonesia. Berikut adalah hasil estimasi persamaan upah untuk setiap wilayah.

5.2.4.1. Respon Upah Wilayah Sumatera

Berdasarkan hasil pendugaan yang telah dilakukan terhadap persamaan upah rata-rata wilayah Sumatera dapat diketahui bahwa Upah Minimum Regional UMR wilayah Sumatera berpengaruh positif terhadap upah rata-rata yang diterima oleh 94 pekerja. Hal ini mengindikasikan bahwa Upah Minimum Regional yang ditetapkan pemerintah daerah berintegrasi dengan upah rata-rata yang diterima oleh para pekerja. Tabel 16. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Upah Wilayah Sumatera Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep upah Sumatera 14.10745 0.6368 - - UMR Sumatera 0.302191 0.1382 0.1398 1.0241 PDRB Sumatera 0.000044 0.7102 0.0270 0.1975 Lag upah Sumatera 0.863449 .0001 - - Secara statistik terlihat bahwa UMR wilayah Sumatera berpengaruh nyata terhadap kenaikan upah pekerja pada taraf kepercayaan 85 persen, namun respon perubahan upah terhadap perubahan UMR adalah inelastis dalam jangka pendek tetapi elastis dalam jangka panjang. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa kenaikan upah sebesar satu persen dalam jangka pendek hanya meningkatkan upah pekerja sebesar 0.145 persen, sedangkan dalam jangka panjang meningkat lebih dari satu persen yakni sebesar 1.003 persen. Jika dilihat lebih jauh bahwa kenaikan UMR dalam jangka panjang akan mendorong kenaikan pendapatan bagi para pekerja yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan. Namun demikian perlu diantisipasi bahwa tidak semua perusahaan dalam suatu industri mampu menanggung biaya tersebut, karena kenaikan upah tersebut dapat memicu rendahnya permintaan akan tenaga kerja yang akhirnya akan memperburuk kinerja perekonomian wilayah yang digambarkan pada meningkatnya jumlah pengangguran. Dari Tabel 16 diatas dapat dikatakan bahwa Produk Domestik Regional Bruto yang merupakan gambaran dari output wilayah berpengaruh positif terhadap 95 kenaikan upah di wilayah Sumatera, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, dan secara ekonomi juga respon perubahan output wilayah Sumatera terhadap perubahan upah rata-rata yang diterima pekerja adalah inelastis, baik jangka pendek 0.026 maupun dalam jangka panjang 0.182, artinya bahwa kenaikan output sebesar satu persen, hanya berdampak pada peningkatan upah rata-rata pekerja kurang dari satu persen untuk setiap waktu. Upah rata-rata pekerja wilayah Sumatera dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, yang mengindikasikan bahwa upah rata-rata yang diterima oleh pekerja memiliki tenggang waktu yang relatif lama dalam menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.4.2. Respon Upah Wilayah Jawa-Bali

Berdasarkan hasil pendugaan yang telah dilakukan terhadap persamaan upah rata-rata wilayah Jawa-Bali dapat diketahui bahwa Upah Minimum Regional UMR wilayah Jawa-Bali berpengaruh positif terhadap upah rata-rata yang diterima oleh pekerja. Hal ini mengindikasikan bahwa UMR berintegrasi dengan upah rata-rata. Tabel 17. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Upah Wilayah Jawa-Bali Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep upah Jawa-Bali 18.95507 0.0237 UMR Jawa-Bali 1.032627 .0001 0.5244 0.9652 Pertumbuhan PDRB Jawa-Bali 11.65339 0.8086 0.0040 0.0073 Lag upah Jawa-Bali 0.456689 0.0030 Secara statistik diketahui bahwa UMR di wialayah Jawa-Bali berpengaruh nyata terhadap kenaikan upah pekerja pada taraf kepercayaan 99 persen, namun respon perubahan upah Jawa-Bali terhadap perubahan UMR adalah inelastis baik 96 dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan upah sebesar satu persen dalam jangka pendek hanya meningkatkan upah pekerja sebesar 0.52 persen, sedangkan dalam jangka panjang akan meningkat sebesar 0.96 persen. Pertumbuhan PDRB wilayah Jawa-Bali yang merupakan gambaran dari output wilayah berpengaruh positif terhadap kenaikan upah di wilayah Jawa-Bali, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, begitu juga secara ekonomi bahwa respon perubahan output wilayah Jawa-Bali terhadap perubahan upah rata-rata yang diterima para pekerja adalah inelastis, baik dalam jangka pendek 0.004 maupun jangka panjang 0.008, artinya bahwa kenaikan output yang diwakili oleh PDRB wilayah sebesar satu persen, hanya berdampak pada peningkatan upah rata- rata pekerja kurang dari satu persen. Secara umum upah rata-rata pekerja wilayah Jawa-Bali dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, yang mengindikasikan bahwa upah rata-rata yang diterima oleh pekerja memiliki tenggang waktu yang relatif lama dalam menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.4.3. Respon Upah Wilayah Timur Indonesia

Persamaan upah rata-rata wilayah Timur Indonesia diketahui bahwa UMR wilayah Timur Indonesia berpengaruh positif terhadap upah rata-rata yang diterima oleh pekerja. Secara statistik terlihat bahwa UMR di wilayah Timur Indonesia berpengaruh nyata terhadap kenaikan upah pekerja pada taraf kepercayaan 99 persen, tetapi respon perubahan upah rata-rata terhadap perubahan UMR adalah inelastis 97 dalam jangka pendek, artinya bahwa kenaikan upah sebesar satu persen dalam jangka pendek akan meningkatkan upah pekerja sebesar 0.760 persen. Tabel 18. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Upah Wilayah Timur Indonesia Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep upah WTI 49.90476 0.1417 - - UMR WTI 1.689909 .0001 0.7606 - PDRB WTI 0.000255 0.3273 0.1111 - Pertumbuhan PDRB yang merupakan gambaran dari output wilayah berpengaruh positif terhadap kenaikan upah di wilayah Timur Indonesia, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol dan secara ekonomi respon perubahan output wilayah Timur Indonesia terhadap perubahan upah rata-rata yang diterima pekerja adalah inelastis dalam jangka pendek 0.011, artinya bahwa kenaikan output sebesar satu persen akan meningkatkan upah pekerja sebesar 0.001 persen.

5.2.5. Blok Kemiskinan

Blok kemiskinan terdiri dari 3 persamaan struktural, yaitu persamaan jumlah penduduk miskin di wilayah Sumatera, persamaan jumlah penduduk miskin di wilayah Jawa-Bali dan persamaan jumlah penduduk miskin di wilayah Timur Indonesia. Berikut adalah Hasil Pendugaan Parameter kemiskinan untuk setiap wilayah.

5.2.5.1. Respon Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Sumatera

Masalah kemiskinan adalah sesuatu yang menjadi tolak ukur bagi tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Semakin banyak masyarakat yang hidup 98 dalam kondisi miskin di suatu daerah mencerminkan bahwa daerah tersebut masih belum sejahtera. Berbagai upaya harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Upaya yang harus dilakukan antara lain dengan berusaha menigkatkan PDRB, upah minimum regional, dan belanja pelayanan publik. Tabel 19. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Sumatera Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR PDRB Sumatera -0.002740 0.5661 -0.1106 -0.9592 Upah Sumatera -0.613400 0.6206 -0.0404 -0.3503 Belanja pelayanan publik Sumatera -0.009140 0.6579 -0.0155 -0.1348 Trend 92.05752 0.1669 0.2783 2.4135 Lag kemiskinan Sumatera 0.884676 .0001 - - Peningkatan PDRB diharapkan dapat menurunkan jumlah penduduk miskin melalui mekanisme peningkatan lapangan kerja yang dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja. Hal ini terlihat dari hasil pendugaan bahwa kenaikan PDRB wilayah Sumatera berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin, meskipun secara statistik tidak signifikan dan secara ekonomi juga terlihat bahwa responnya inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan PDRB wilayah Sumatera sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0.110 persen dalam jangka pendek dan 0.951 persen dalam jangka panjang seperrti terlihat pada Tabel 19 diatas. Upah rata-rata yang diterima pekerja berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin, meskipun secara statistik tidak signifikan dan secara ekonomi juga inelastis untuk setiap waktu. Begitu juga halnya dengan instrumen belanja pelayanan 99 publik, tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi penurunan jumlah penduduk miskin di wilayah Sumatera. Jika dibandingkan ketiga variabel PDRB, upah dan belanja pelayanan publik terlihat bahwa peranan peningkatan output dalam hal ini PDRB wilayah Sumatera memiliki peranan yang lebih besar dalam menurunkan jumlah penduduk miskin, terutama dalam jangka panjang, dimana elastisitasnya hampir mendekati satu. Secara umum dari hasil pendugaan dapat diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di wilayah Sumatera memiliki kecenderungan yang menaik. Jumlah penduduk miskin di wilayah Sumatera dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, artinya jumlah penduduk miskin di wilayah Sumatera relatif lama untuk menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.5.2. Respon Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Jawa-Bali

Berdasarkan hasil pendugaan yang telah dilakukan terhadap persamaan jumlah penduduk miskin wilayah Jawa-Bali dapat diketahui bahwa PDRB berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin yang berada di wilayah Jawa- Bali. Walaupun secara statistik tidak signifikan dan secara ekonomi juga terlihat bahwa responnya inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan PDRB wilayah Jawa-Bali sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya mampu menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0.069 persen dalam jangka pendek dan 0.156 persen dalam jangka panjang. Upah rata-rata yang diterima pekerja berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin, secara statistik signifikan pada taraf kepercayaan 85 persen namun 100 secara ekonomi respon perubahan jumlah penduduk miskin terhadap perubahan upah wilayah Jawa-Bali adalah inelastis baik dalam jangka pendek -0.118 dan jangka panjang -0.267. Begitu juga halnya dengan instrumen belanja pelayanan publik, tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi penurunan jumlah penduduk miskin di wilayah Jawa-Bali. Tabel 20. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Jawa-Bali Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep kemiskinan Jawa-Bali 2888.311 0.0842 - - PDRB Jawa-Bali -0.002000 0.7889 -0.0692 -0.1563 Upah Jawa-Bali -6.403310 0.1298 -0.1182 -0.2670 Belanja pelayanan publik Jawa-Bali -0.028440 0.7425 -0.0284 -0.0642 Trend 483.3519 0.2569 - - Lag kemiskinan Jawa-Bali 0.557418 0.0241 - - Secara umum dari hasil pendugaan dapat diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di wilayah Jawa-Bali memiliki kecenderungan yang menaik, dengan rata-rata kenaikan sebesar 483 orang untuk setiap tahunnya. Jumlah penduduk miskin di wilayah Jawa-Bali dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, yang mengindikasikan bahwa jumlah penduduk miskin di wilayah Jawa-Bali relatif lama untuk menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.5.3. Respon Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Timur Indonesia

Berdasarkan hasil pendugaan yang telah dilakukan terhadap persamaan jumlah penduduk miskin wilayah Timur Indonesia dapat diketahui bahwa PDRB berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin yang berada di wilayah Timur Indonesia. Walaupun secara statistik tidak signifikan dan secara ekonomi juga terlihat 101 bahwa responnya inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan PDRB wilayah Timur Indonesia sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya mampu menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0.061 persen dalam jangka pendek dan 0.118 persen dalam jangka panjang seperti terlihat pada Tabel 21. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan PDRB suatu wilayah dapat menurunkan jumlah penduduk miskinnya, sehingga dibutuhkan upaya dari pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Tabel 21. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Timur Indonesia Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep kemiskinan WTI 5799.700 0.0109 PDRB WTI -0.003770 0.7648 -0.0613 -0.1184 Upah WTI -2.235100 0.0504 -0.0834 -0.1612 Pertumbuhan BPP WTI -1.887790 0.6837 -0.0021 -0.0041 Trend 60.41293 0.6400 0.1018 0.1967 Lag kemiskinan WTI 0.482511 0.0146 Upah rata-rata yang diterima pekerja berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin, secara statistik signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen namun secara ekonomi respon perubahan jumlah penduduk miskin WTI terhadap perubahan upah adalah inelastis baik dalam jangka pendek -0.083 dan jangka panjang -0.161. Begitu juga halnya dengan instrumen belanja pelayanan publik, tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi penurunan jumlah penduduk miskin di wilayah Timur Indonesia dan secara ekonomi juga terlihat bahwa responnya inelastis baik dalam jangka pendek -0.002 maupun dalam jangka panjang -0.004. Artinya bahwa kenaikan pengeluaran belanja publik wilayah Timur Indonesia sebesar satu persen, 102 ceteris paribus, hanya mampu menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0.002 persen dalam jangka pendek dan 0.004 persen dalam jangka panjang. Dari hasil estimasi tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menaik, dengan rata-rata kenaikan sebesar 60 orang untuk setiap tahunnya. Jumlah penduduk miskin di wilayah Timur Indonesia juga dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, yang mengindikasikan bahwa jumlah penduduk miskin di wilayah Timur Indonesia relatif lama untuk menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.6. Blok Migrasi

Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain merupakan hal yang sering terjadi. Sifat dasar manusia yang berusaha mencari penghasilan yang lebih baik dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya, mendorong masyarakat untuk pindah bermigrasi dari tempat asalnya ke daerah lain yang lebih menjanjikan dalam menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat menjadi sesuatu yang berdampak positif maupun negatif bagi daerah yang ditinggalkan maupun daerah tempat tujuan. Dampak positif terjadi jika orang yang pergi meninggalkan daerah asal, adalah orang yang memang menganggur atau tidak bekerja. Sedangkan dampak negatifnya adalah jika orang yang pergi tersebut memiliki potensi yang tinggi dan kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan daerah tersebut. Adapun daerah tujuan para migran juga menerima dampak positif dan negatif dari migrasi tersebut. Pengaruh positif berupa datangnya imigran yang punya potensi, 103 keterampilan dan keahlian yang cukup besar, sehingga dapat memberikan kemajuan bagi daerah tujuan. Sebaliknya pengaruh negatif terjadi, jika imigran yang datang tersebut adalah imigran gelap yang datang untuk mencari pekerjaan lebih baik dengan bermodalkan keterampilan dan keahlian yang minim bahkan tidak ada. Sehingga kehadiran mereka memungkinkan bertambah banyaknya jumlah pengangguran pada daerah yang dituju. Dalam penelitian ini, blok migrasi terdiri dari 12 persamaan struktural, yaitu terdiri dari 6 persamaan migrasi masuk berdasarkan daerah asal origin dan 6 persamaan migrasi keluar berdasarkan daerah tujuan destination, dan 6 persamaan identitas yaitu migrasi bersih berdasarkan asal dan tujuan untuk setiap wilayah.

5.2.6.1. Respon Migrasi Masuk Wilayah Sumatera dari Wilayah Jawa Bali

Berdasarkan hasil pendugaan dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang bermigrasi ke wilayah Sumatera dari wilayah Jawa-Bali dipengaruhi secara positif oleh selisih upah wilayah Sumatera dengan upah wilayah Jawa-Bali, namun secara statistik berbeda tidak berbeda nyata dengan nol. Secara ekonomi juga terlihat bahwa responnya inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, artinya bahwa kenaikan selisih upah wilayah Sumatera dengan upah wilayah Jawa-Bali sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya mampu meningkatkan jumlah penduduk yang bermigrasi masuk ke Sumatera dari wilayah Jawa-Bali sebesar 0.046 persen dalam jangka pendek dan 0.282 persen dalam jangka panjang. Ini mengindikasikan bahwa penduduk wilayah Jawa-Bali signal upah di wilayah Sumatera masih merupakan faktor yang penting untuk masuk ke wilayah Sumatera. 104 Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Masuk Wilayah Sumatera dari Wilayah Jawa-Bali Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi masuk Sumatera dari Jawa-Bali 141.974 0.1961 - - Selisih upah Sumatera dengan upah Jawa-Bali 0.2326 0.7136 0.0461 0.2820 Kepadatan penduduk Sumatera -1118.71 0.2562 -0.2731 -1.6716 Lag migrasi masuk Sumatera dari Jawa-Bali 0.8366 .0001 - - Kepadatan penduduk wilayah Sumatera berpengaruh negatif terhadap peningkatan jumlah migrasi masuk ke wilayah Sumatera. Hasil ini make sense, karena tingginya kepadatan penduduk di wilayah Sumatera akan direspon oleh migran dari wilayah Jawa-Bali semakin sedikit berpindah ke wilayah Sumatera, dan responnya inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Migrasi masuk wilayah Sumatera dari wilayah Jawa-Bali dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, yang mengindikasikan bahwa migrasi masuk wilayah Sumatera dari wilayah Jawa-Bali relatif lama untuk menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.6.2. Respon Migrasi Masuk Wilayah Sumatera dari Wilayah Timur

Indonesia Berdasarkan hasil pendugaan dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang bermigrasi ke wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia dipengaruhi secara positif oleh rasio upah di wilayah Sumatera dengan upah di wilayah Timur Indonesia, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol dan secara ekonomi juga terlihat bahwa responnya inelastis dalam jangka pendek, artinya bahwa kenaikan rasio upah wilayah Sumatera dengan upah wilayah Timur Indonesia sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya mampu meningkatkan jumlah penduduk yang 105 bermigrasi masuk ke Sumatera dari wilayah Timur Indonesia sebesar 0.380 persen dalam jangka pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk wilayah Timur Indonesia signal upah di wilayah Sumatera masih merupakan faktor yang penting untuk masuk ke wilayah Sumatera. Tabel 23. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Masuk Wilayah Sumatera dari Wilayah Timur Indonesia Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi masuk Sumatera dari WTI 198.547 0.0040 Rasio upah Sumatera dengan upah WTI 8.560307 0.4123 0.3803 Kepadatan Penduduk wilayah Sumatera -3592.630 0.0013 -10.9090 Trend 6.850516 0.0003 Kepadatan penduduk di wilayah Sumatera berpengaruh positif terhadap peningkatan migrasi masuk ke wilayah Sumatera dan secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 . Secara ekonomi juga terlihat bahwa responnya elastis dalam jangka pendek, artinya bahwa peningkatan kepadatan penduduk di wilayah Sumatera sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan jumlah penduduk yang bermigrasi masuk ke Sumatera dari wilayah Timur Indonesia sebesar 10.909 persen dalam jangka pendek. Secara umum dari hasil pendugaan dapat diketahui bahwa migrasi masuk ke wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menaik, dengan rata-rata kenaikan sebesar 6 orang untuk setiap tahunnya

5.2.6.3. Respon Migrasi Masuk Wilayah Jawa-Bali dari Wilayah Sumatera

Berdasarkan hasil pendugaan dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang bermigrasi ke wilayah Jawa-Bali dari wilayah Sumatera dipengaruhi secara positif 106 oleh rasio upah wilayah Jawa-Bali dengan upah wilayah Sumatera, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol dan secara ekonomi juga terlihat bahwa responnya inelastis dalam jangka pendek namun elastis dalam jangka panjang, artinya bahwa kenaikan rasio upah wilayah Jawa-Bali dengan upah wilayah Sumatera sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu meningkatkan jumlah penduduk yang bermigrasi masuk ke Jawa-Bali dari wilayah Sumatera sebesar 0.232 persen dalam jangka pendek dan sebesar 1.937 persen dalam jangka panjang. Artinya bahwa penduduk wilayah Sumatera signal upah di wilayah Jawa-Bali merupakan faktor yang penting untuk masuk ke wilayah Jawa-Bali. Tabel 24. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Masuk Wilayah Jawa-Bali dari Wilayah Sumatera Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi masuk Jawa-Bali dari Sumatera 127.10 0.4023 - - Rasio upah Jawa-Bali dengan upah Sumatera 157.37 0.4796 0.232 1.937 Kepadatan penduduk wilayah Jawa-Bali -214.64 0.5589 - 0.365 -3.048 Lag migrasi masuk Jawa-Bali dari Sumatera 0.8801 .0001 - - Kepadatan penduduk di wilayah Jawa-Bali berpengaruh negatif terhadap migrasi masuk ke wilayah Jawa-Bali dari wilayah Sumatera dan secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, begitu juga secara ekonomi terlihat bahwa responnya inelastis dalam jangka pendek namun elastis dalam jangka panjang, artinya bahwa peningkatan kepadatan penduduk di wilayah Jawa-Bali sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan migrasi masuk ke Jawa-Bali dari wilayah Sumatera sebesar 0.365 persen dalam jangka pendek dan sebesar 3.048 persen dalam jangka 107 panjang. Migrasi masuk wilayah Jawa-Bali dari wilayah Sumatera dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala.

5.2.6.4. Respon Migrasi Masuk Wilayah Jawa-Bali dari Wilayah Timur

Indonesia Berdasarkan hasil pendugaan dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang bermigrasi ke wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia dipengaruhi secara positif oleh selisih upah Jawa-Bali dengan upah wilayah Timur Indonesia, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol dan secara ekonomi juga terlihat bahwa responnya inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, artinya bahwa kenaikan selisih upah Jawa-Bali dengan upah wilayah Timur Indonesia sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya mampu meningkatkan jumlah penduduk yang bermigrasi masuk ke Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia sebesar 0.079 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.562 persen untuk jangka panjang. Tabel 25. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Masuk Wilayah Jawa-Bali dari Wilayah Timur Indonesia Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi masuk Jawa-Bali dari WTI 332.4997 0.5965 - - Selisih upahJawa-Bali dengan upah WTI 0.353119 0.4483 0.0791 0.5621 Kepadatan penduduk wilayah Jawa-Bali -519.192 0.6056 -1.2825 -9.1112 Trend 9.657733 0.4398 - - Lag migrasi masuk Jawa-Bali dari WTI 0.859243 .0001 - - Kepadatan penduduk di wilayah Jawa-Bali berpengaruh negatif terhadap migrasi masuk ke wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, namun secara ekonomi terlihat bahwa responnya elastis baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, artinya bahwa 108 peningkatan kepadatan penduduk di wilayah Jawa-Bali sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan migrasi masuk ke Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia sebesar 1.282 persen dalam jangka pendek dan sebesar 9.111 persen dalam jangka panjang. Secara umum terlihat bahwa migrasi masuk ke wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 9 orang untuk setiap tahunnya. Migrasi masuk ke wilayah Jawa- Bali dari wilayah Timur Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala. 5.2.6.5. Respon Migrasi Masuk Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Sumatera Berdasarkan hasil pendugaan diketahui bahwa jumlah penduduk yuang bermigrasi ke wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera dipengaruhi secara positif oleh selisih upah wilayah Timur Indonesia dengan wilayah Sumatera walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, namun secara ekonomi terlihat bahwa respon perubahan migrasi masuk WTI terhadap perubahan selisih upah WTI dengan Sumatera adalah inelastis baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, artinya bahwa kenaikan selisih upah wilayah Timur Indonesia dengan wilayah Sumatera sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya mampu meningkatkan migrasi masuk wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera sebesar 0.004 persen untuk jangka pendek dan sebesar 0.015 persen untuk jangka panjang. Tabel 26. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Masuk Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Sumatera Label Parameter Prob |t| Elastisitas 109 Estimate E SR E LR Intersep migrasi masuk WTI dari Sumatera 5.516371 0.3870 Selisih upah WTI dengan upah Sumatera 0.007592 0.5502 0.0044 0.0157 Kepadatan penduduk WTI -93.4462 0.6549 -0.2296 -0.8214 Lag migrasi masuk WTI dari Sumatera 0.720481 .0001 Kepadatan penduduk di wilayah Timur Indonesia berpengaruh negatif terhadap migrasi masuk ke wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, dan secara ekonomi terlihat bahwa responnya juga inelastis baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, artinya bahwa peningkatan kepadatan penduduk di wilayah Timur Indonesia sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya mampu menurunkan migrasi masuk ke Timur Indonesia dari wilayah Sumatera sebesar 0.229 dalam jangka pendek dan sebesar 0.821 persen dalam jangka panjang. Migrasi masuk ke wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakalanya.

5.2.6.6. Respon Migrasi Masuk Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Jawa-

Bali Berdasarkan hasil pendugaan diketahui bahwa jumlah penduduk yang bermigrasi ke wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali dipengaruhi secara positif oleh selisih upah wilayah Timur Indonesia dengan upah Jawa-Bali, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol dan secara ekonomi juga terlihat bahwa responnya inelastis baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, artinya bahwa kenaikan selisih upah wilayah Timur Indonesia dengan upah Jawa-Bali sebesar satu persen, ceteris paribus, hanya mampu meningkatkan jumlah penduduk 110 yang bermigrasi masuk ke wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali sebesar 0.094 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.320 persen dalam jangka panjang. Tabel 27. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Masuk Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Jawa-Bali Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi masuk WTI dari Jawa-Bali 62.11428 0.1602 - - Selisih upah WTI dengan upahJawa-Bali 0.153303 0.1622 0.0949 0.3203 Kepadatan penduduk WTI -1414.96 0.3041 -0.3168 -1.0694 Lag migrasi masuk WTI dari Jawa-Bali 0.703768 .0001 - - Kepadatan penduduk di wilayah Timur Indonesia berpengaruh negatif terhadap migrasi masuk wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, namun secara ekonomi terlihat bahwa responnya inelastis dalam jangka pendek namun elastis dalam jangka panjang, artinya bahwa peningkatan kepadatan penduduk di wilayah Timur Indonesia sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan migrasi masuk ke Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali sebesar 0.316 dalam jangka pendek dan sebesar 1.069 persen dalam jangka panjang. Migrasi masuk ke wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakalanya.

5.2.6.7. Respon Migrasi Keluar Wilayah Sumatera ke Wilayah Jawa Bali

Berdasarkan hasil pendugaan diketahui bahwa migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Jawa- Bali dipengaruhi secara negatif oleh rasio upah Sumatera dengan upah Jawa-Bali. Artinya bahwa semakin tinggi rasio upah wilayah Sumatera dengan upah Jawa-Bali maka semakin kecil jumlah migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Jawa-Bali, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol, dan 111 responnya juga inelastis baik dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan selisih upah wilayah Timur Indonesia dengan upah Jawa- Bali sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Jawa-Bali sebesar 0.059 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.423 persen dalam jangka panjang. Tabel 28. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Keluar Wilayah Sumatera ke Wilayah Jawa-Bali Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi keluar Sumatera ke Jawa-Bali 80.6609 0.4137 - - Rasio upah Sumatera dengan upah Jawa-Bali -8.27008 0.8743 -0.0598 -0.4238 Jumlah pengangguran Sumatera 0.004113 0.9155 0.0203 0.1442 Lag migrasi keluar Sumatera ke Jawa-Bali 0.858914 .0001 - - Tingginya tingkat pengangguran di wilayah Sumatera akan mendorong meningkatnya jumlah migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Jawa-Bali. Secara statistik dapat dikatakan bahwa tingkat pengangguran di Sumatera tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Jawa-Bali dan secara ekonomi juga responnya inelastis baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Artinya bahwa jika tingkat pengangguran meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, maka arus migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Jawa-Bali akan meningkat sebesar 0.020 persen dalam jangka pendek dan meningkat sebesar 0.144 persen dalam jangka panjang. Hal ini dapat berdampak buruk bagi wilayah Jawa-Bali, jika penduduk yang datang dari Sumatera tidak dapat diserap di pasar tenaga kerja. 112 Migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Jawa-Bali dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, yang mengindikasikan bahwa migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Jawa-Bali relatif lama untuk menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.6.8. Migrasi Keluar Wilayah Sumatera ke Wilayah Timur Indonesia

Berdasarkan hasil pendugaan diketahui bahwa migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Timur Indonesia dipengaruhi secara negatif oleh selisih upah Sumatera dengan upah wilayah Timur Indonesia. Artinya bahwa semakin tinggi upah wilayah Sumatera dengan upah Jawa-Bali maka semakin kecil jumlah migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Jawa-Bali, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol. Respon perubahan migrasi keluar wilayah Sumatera ke WTI terhadap perubahan selisih upah Sumatera dengan upah WTI adalah inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan selisih upah wilayah Sumatera dengan upah wilayah Timur Indonesia sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Timur Indonesia sebesar 0.001 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.006 persen dalam jangka panjang. Tabel 29. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Keluar Wilayah Sumatera ke Wilayah Timur Indonesia Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi keluar Sumatera ke WTI 3.60875 0.6856 - - Selisih upah Sumatera dengan upah WTI -0.00769 0.3910 -0.0017 -0.0062 Penawaran tenaga kerja di Sumatera 0.00002 0.5948 0.0088 0.0321 Trend -0.05274 .0001 - - 113 Lag migrasi keluar Sumatera ke WTI 0.72674 0.4986 - - Tingginya penawaran tenaga kerja di wilayah Sumatera akan mendorong meningkatnya jumlah migrasi keluar ke wilayah Timur Indonesia. Secara statistik dapat dikatakan bahwa penawaran tenaga kerja di wilayah Sumatera tidak berpengaruh nyata dengan nol terhadap migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Timur Indonesia dan begitu juga secara ekonomi responnya inelastis baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Artinya bahwa, jika penawaran tenaga kerja wilayah Sumatera meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, maka migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Timur Indonesia akan meningkat sebesar 0.008 persen untuk jangka pendek dan sebesar 0.032 untuk jangka panjang. Migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Timur Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, yang mengindikasikan bahwa migrasi keluar wilayah Sumatera ke wilayah Timur Indonesia relatif lama untuk menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.6.9. Migrasi Keluar Wilayah Jawa-Bali ke Wilayah Sumatera

Berdasarkan hasil pendugaan diketahui bahwa jumlah penduduk wilayah Jawa-Bali yang keluar bermigrasi ke wilayah Sumatera dipengaruhi secara negatif oleh rasio upah wilayah Jawa-Bali dengan upah Sumatera. Artinya bahwa semakin tinggi rasio upah wilayah Jawa-Bali dengan upah Sumatera maka semakin kecil jumlah migrasi wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera dan secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol dan responnya juga inelastis dalan jangka pendek dan dalam jangka panjang responnya elastis. Artinya bahwa kenaikan rasio upah wilayah 114 Jawa-Bali dengan upah wilayah Sumatera sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan migrasi keluar wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera sebesar - 0.305 persen dalam jangka pendek dan sebesar 1.959 persen dalam jangka panjang. Tabel 30. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Keluar Wilayah Jawa-Bali ke Wilayah Sumatera Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi keluar Jawa-Bali ke Sumatera 53.61675 0.6856 - - Rasio upah Jawa-Bali dengan upah Sumatera -177.3970 0.3910 - 0.305 -1.959 Penawaran tenaga kerja di Jawa-Bali 0.002475 0.5948 0.323 2.075 Lag migrasi keluar Jawa-Bali ke Sumatera 0.843922 .0001 - - Tingginya penawaran tenaga kerja di wilayah Jawa-Bali akan mendorong meningkatnya jumlah migrasi keluar ke wilayah Sumatera. Secara statistik dapat dikatakan bahwa penawaran tenaga kerja di wilayah Jawa-Bali tidak berpengaruh nyata dengan nol terhadap migrasi keluar wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera. Secara ekonomi, respon perubahan migrasi keluar wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera terhadap perubahan penawaran tenaga kerja di Jawa-Bali adalah inelastis dalam jangka pendek, dan dalam jangka panjang adalah elastis. Artinya bahwa, jika penawaran tenaga kerja wilayah Jawa-Bali meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, maka migrasi keluar wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera akan meningkat sebesar 0.323 persen untuk jangka pendek dan sebesar 2.075 persen dalam jangka panjang. Migrasi keluar wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, yang mengindikasikan bahwa migrasi keluar wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera relatif lama untuk menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi. 115

5.2.6.10. Migrasi Keluar Wilayah Jawa-Bali ke Wilayah Timur Indonesia

Berdasarkan hasil pendugaan diketahui bahwa jumlah penduduk wilayah Jawa-Bali yang keluar bermigrasi ke wilayah Timur Indonesia dipengaruhi secara negatif oleh selisih upah wilayah Jawa-Bali dengan upah wilayah Timur Indonesia. Artinya bahwa semakin tinggi selisih upah wilayah Jawa-Bali dengan upah wilayah Timur Indonesia maka semakin kecil jumlah migrasi wilayah Jawa-Bali ke wilayah Timur Indonesia dan secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf tingkat kepercayaan 99 dan responnya inelastis dalam jangka pendek. Artinya bahwa kenaikan selisih upah wilayah Jawa-Bali dengan upah wilayah Jawa-Bali sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan migrasi keluar wilayah Jawa-Bali ke wilayah Timur Indonesia sebesar 0.201 persen dalam jangka pendek. Tabel 31. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Keluar Wilayah Jawa-Bali ke Wilayah Timur Indonesia Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi keluar Jawa-Bali ke WTI 39.64582 0.4986 - - Selisih upah Jawa-Bali dengan upah WTI -0.63919 .0001 -0.2013 - Penawaran tenaga kerja Jawa-Bali 0.00232 0.1072 0.5296 - Trend -5.22095 0.0003 - - Tingginya penawaran tenaga kerja di wilayah Jawa-Bali akan mendorong meningkatnya jumlah migrasi keluar ke wilayah Timur Indonesia. Secara statistik dapat dikatakan bahwa penawaran tenaga kerja di wilayah Jawa-Bali berpengaruh nyata dengan nol pada taraf tingkat kepercayaan 85 persen, namun secara ekonomi responnya inelastis dalam jangka pendek. Artinya bahwa, jika penawaran tenaga kerja wilayah Jawa-Bali meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, maka 116 migrasi keluar wilayah Jawa-Bali ke wilayah Timur Indonesia akan meningkat sebesar 0.529 persen untuk jangka pendek. Secara umum terlihat bahwa migrasi keluar wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun dengan rata-rata penurunan sebesar 5 orang untuk setiap tahunnya.

5.2.6.11. Migrasi Keluar Wilayah Timur Indonesia ke Wilayah Sumatera

Berdasarkan hasil pendugaan diketahui bahwa jumlah penduduk wilayah Timur Indonesia yang keluar bermigrasi ke wilayah Sumatera dipengaruhi secara negatif oleh rasio upah wilayah Timur Indonesia dengan upah wilayah Sumatera. Artinya bahwa semakin tinggi rasio upah wilayah Timur Indonesia dengan upah wilayah Sumatera maka semakin kecil migrasi keluar wilayah Timur Indonesia ke wilayah Sumatera dan secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol dan responnya inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan rasio upah wilayah Timur Indonesia dengan upah wilayah Sumatera sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan migrasi keluar wilayah Timur Indonesia ke wilayah Sumatera sebesar 0.532 persen dalam jangka pendek dan sebesar 2.124 persen dalam jangka panjang. Tabel 32. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Keluar Wilayah Timur Indonesia ke Wilayah Sumatera Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi keluar WTI ke Sumatera -0.05446 0.9942 Rasio upah WTI dengan upah Sumatera -4.41366 0.7198 -0.5321 -2.1240 Penawaran tenaga kerja di WTI 0.00076 0.4920 1.5865 6.3331 Lag migrasi keluar WTI ke Sumatera 0.74950 .0001 117 Tingginya penawaran tenaga kerja di wilayah Timur Indonesia akan mendorong meningkatnya jumlah migrasi keluar ke wilayah Sumatera. Secara statistik dapat dikatakan bahwa penawaran tenaga kerja di wilayah Timur Indonesia tidak berpengaruh nyata dengan nol, namun secara ekonomi responnya elastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya bahwa, jika penawaran tenaga kerja wilayah Timur Indonesia meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, maka migrasi keluar wilayah Timur Indonesia ke wilayah Sumatera akan meningkat sebesar 1.586 persen dalam jangka pendek dan sebesar 6.333 persen dalam jangka panjang. Migrasi keluar wilayah Timur Indonesia ke wilayah Sumatera dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, yang mengindikasikan bahwa migrasi keluar wilayah Timur Indonesia ke wilayah Sumatera relatif lama untuk menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.6.12. Migrasi Keluar Wilayah Timur Indonesia ke Wilayah Jawa-Bali

Berdasarkan hasil pendugaan diketahui bahwa jumlah penduduk wilayah Timur Indonesia yang keluar bermigrasi ke wilayah Jawa-bali dipengaruhi secara negatif oleh selisih upah wilayah Timur Indonesia dengan upah wilayah Jawa-Bali. Artinya bahwa semakin tinggi selisih upah wilayah Timur Indonesia dengan upah wilayah Jawa-Bali maka semakin kecil migrasi keluar wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa-bali dan secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf tingkat kepercayaan 95 persen dan responnya juga elastis baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan selisih upah wilayah Timur Indonesia 118 dengan upah wilayah Jawa-Bali sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan migrasi keluar wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa-Bali sebesar 1.461 persen dalam jangka pendek dan sebesar 8.654 persen dalam jangka panjang. Tabel 33. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Migrasi Keluar Wilayah Timur Indonesia ke Wilayah Jawa-Bali Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep migrasi keluar WTI ke Jawa-Bali -313.218 0.0090 Selisih upah WTI dengan upah Jawa-Bali -0.860620 0.0301 -1.4616 -5.4251 Penawaran tenaga kerja di WTI 0.027143 0.0017 1.6056 8.6549 Lag migrasi keluar WTI ke Jawa-Bali 0.882363 .0001 Jumlah penawaran tenaga kerja di wilayah Timur Indonesia akan mendorong meningkatnya jumlah migrasi keluar ke wilayah Jawa-Bali dan secara statistik jumlah penawaran tenaga kerja di wilayah Timur Indonesia berpengaruh nyata dengan nol pada taraf tingkat kepercayaan 99 persen. Respon perubahan migrasi keluar wilayah WTI ke wilayah Jawa-Bali terhadap perubahan jumlah penawaran tenaga kerja di WTI adalah adalah elastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya bahwa, jika penawaran tenaga kerja wilayah Timur Indonesia meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, maka migrasi keluar wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa-Bali akan meningkat sebesar 1.605 persen dalam jangka pendek dan sebesar 8.654 persen dalam jangka panjang. Migrasi keluar wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa-Bali juga dipengaruhi oleh peubah bedakala dan secara statistik signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen, yang mengindikasikan bahwa migrasi keluar wilayah Timur 119 Indonesia ke wilayah Jawa-Bali relatif lama untuk menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.7. Blok Perdagangan

Dengan adanya perdagangan akan memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian suatu daerah. Karena dengan melakukan pertukaran antara daerah satu dengan yang lain, akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Suatu daerah yang memiliki keunggulan komparatif atas suatu barang biaya produksi yang lebih murah akan memproduksi sendiri barang tersebut, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun untuk diekspor ke daerah lain. Begitu pula sebaliknya, daerah tersebut akan mengimpor dari daerah lain, atas suatu barang dimana daerah tersebut tidak unggul secara komparatif. Kondisi perekonomian suatu daerah dimana semua kebutuhan konsumsi masyarakat dipenuhi dari produksi sendiri, menimbulkan berbagai macam masalah bagi daerah yang bersangkutan. Masalah itu antara lain biaya untuk memproduksi sendiri adalah lebih mahal dibandingkan kalau membelinya dari daerah lain. Oleh karena itu kegiatan perdagangan seharusnya dilakukan oleh setiap daerah dalam upaya mendorong kemajuan perekonomiannya. Sebagaimana diketahui bahwa suatu daerah akan melakukan ekspor ke daerah lain atas barang dimana daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif. Blok perdagangan terdiri dari 18 persamaan endogen, 12 persamaan struktural dan 6 persamaan identitas. Persamaan struktural terdiri dari 6 persamaan ekspor berdasarkan daerah tujuan destination dan 6 persamaan impor berdasarkan daerah 120 asal origin. Sedangkan 6 persamaan identitas tersebut adalah ekspor bersih berdasarkan daerah tujuan dan asal untuk setiap wilayah.

5.2.7.1. Ekspor Wilayah Sumatera ke Wilayah Jawa Bali

Harga ekspor wilayah Sumatera berpengaruh positif terhadap peningkatan ekspor wilayah Sumatera ke wilayah Jawa-Bali, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol. Respon perubahan ekspor wilayah Sumtera ke wilayah Jawa-Bali terhadap perubahan harga ekspor Sumatera ke wilayah Jawa-Bali adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa ketika harga ekspor Sumatera meningkat, ceteris paribus, jumlah ekspor Sumatera ke wilayah Jawa-Bali akan meningkat sebesar 0.0234 persen dalam jangka pendek dan 0.0846 persen dalam jangka panjang Tabel 34. Tabel 34. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Ekspor Wilayah Sumatera ke Wilayah Jawa-Bali Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Ekspor Sumatera ke Jawa-Bali 896.5316 0.2732 - - Harga Ekspor Sumatera 0.282838 0.7766 0.0233 0.0838 PDRB Jawa-Bali 0.001167 0.0459 0.1414 0.5093 Populasi Sumatera -0.028360 0.3298 -0.5498 -1.9800 Lag Ekspor Sumatera ke Jawa-Bali 0.722338 .0001 - - Tingginya tingkat pendapatan wilayah Jawa-Bali yang diwakili oleh PDRB Jawa-Bali berpegaruh positif terhadap peningkat jumlah eskpor Sumatera ke wilayah Jawa-Bali dan secara statistik signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen. Meskipun secara statistik signifikan, namun respon perubahan jumlah ekspor Sumatera ke wilayah Jawa-Bali terhadap perubahan PDRB wilayah Jawa-Bali adalah inelastis baik 121 dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya kenaikan harga eskpor, hanya direspon oleh kenaikan jumlah ekspor kurang dari satu persen. Dilihat dari sisi permintaan domestik, besarnya jumlah penduduk wilayah Sumatera, akan menurunkan jumlah ekspor Sumatera ke Jawa-Bali. Meskipun secara statistik pengaruh besarnya jumlah penduduk wilayah Sumatera tidak signifikan, namun respon perubahan ekspor wilayah Sumatera ke Jawa-Bali terhadap perubahan jumlah penduduk adalah inelastis dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang adalah elastis. Artinya bahwa kenaikan jumlah penduduk wilayah Sumatera sebesar satu persen hanya menurunkan jumlah ekspor sebesar 0.549 persen dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang turun sebesar 1.980 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk dalam jangka panjang akan dapat menurunkan ekspor wilayah secara tajam, oleh karena diperlukan kebijakan menjaga peningkatan pertumbuhan penduduk. Peningkatan pertumbuhan penduduk dapat diantisipasi dari masuknya migrasi ke wilayah Sumatera, melalui reformasi peraturan tentang administrasi kependuduk dan dapat juga dilakukan melalui program keluarga berencana. Karena peningkatan jumlah penduduk dalam jangka panjang, secara langsung akan menurunkan jumlah ekspor wilayah Sumatera, yang akan searah dengan menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan jumlah pengangguran dan kemiskinan di wilayah Sumatera. Peubah bedakala jumlah ekspor wilayah Sumatera ke wilayah Jawa-Bali secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah ekspor wilayah Sumatera ke wilayah 122 Jawa-Bali relatif lambat menyesuaikan kembali pada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.7.2. Ekspor Wilayah Sumatera ke Wilayah Timur Indonesia

Harga ekspor wilayah Sumatera berpengaruh positif terhadap peningkatan ekspor wilayah Sumatera ke wilayah Timur Indonesia, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol. Respon perubahan ekspor wilayah Sumtera ke WTI terhadap perubahan harga ekspor Sumatera adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa ketika harga ekspor Sumatera meningkat, ceteris paribus, jumlah ekspor Sumatera ke wilayah Timur Indonesia akan meningkat sebesar 0.110 persen dalam jangka pendek dan 0.178 persen dalam jangka panjang. Tabel 35. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Ekspor Wilayah Sumatera ke Wilayah Timur Indonesia Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Ekspor Sumatera ke WTI 47.05912 0.9669 - - Harga Ekspor Sumatera 1.336438 0.3083 0.1105 0.1785 PDRB WTI 0.000488 0.8707 0.0429 0.0693 Populasi WTI 0.024741 0.5868 0.4422 0.7143 Lag Ekspor Sumatera ke WTI 0.380866 0.0444 - - Tingginya tingkat pendapatan wilayah Timur Indonesia yang diwakili oleh PDRB wilayah Timur Indonesia berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah eskpor Sumatera ke wilayah Timur Indonesia walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata dengan nol dan responnya juga inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya kenaikan harga eskpor, hanya direspon oleh kenaikan jumlah ekspor kurang dari satu persen Tabel 35. Dari sisi permintaan 123 domestik, besarnya jumlah penduduk wilayah Timur Indonesia, akan meningkatkan jumlah ekspor Sumatera ke wilayah Timur Indonesia, walaupun secara statistik pengaruh besarnya jumlah penduduk wilayah Timur Indonesia tidak signifikan, respon perubahan ekspor wilayah Sumatera ke Timur Indonesia terhadap perubahan jumlah penduduk wilayah Timur Indonesia adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan jumlah penduduk wilayah Timur Indonesia sebesar satu persen hanya menurunkan jumlah ekspor sebesar 0.442 persen dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang turun sebesar 0.714 persen. Peubah bedakala jumlah ekspor wilayah Sumatera ke wilayah Timur Indonesia secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 95 persen, artinya bahwa jumlah ekspor wilayah Sumatera ke wilayah Timur Indonesia relatif lambat menyesuaikan kembali pada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.7.3. Ekspor Wilayah Jawa-Bali ke Wilayah Sumatera

Harga ekspor wilayah Jawa-Bali berpengaruh positif terhadap peningkatan ekspor wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera dan secara statistik juga berbeda nyata dengan nol pada taraf tingkat kepercayaan 99 . Respon perubahan ekspor wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera terhadap harga ekspor Jawa-Bali adalah inelastis dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang responnya adalah elastis. Artinya bahwa ketika harga ekspor Sumatera meningkat, ceteris paribus, jumlah 124 ekspor Jawa-Bali ke wilayah Sumatera akan meningkat sebesar 0.413 persen dalam jangka pendek dan 1.042 persen dalam jangka panjang. Tabel 36. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Ekspor Wilayah Jawa-Bali ke Wilayah Sumatera Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Ekspor Jawa-Bali ke Sumatera -8260.77 0.0493 - - Harga Ekspor Jawa Bali 7.68831 .0001 0.4133 1.0424 PDRB Sumatera 0.02064 0.0227 0.3232 0.8153 Populasi Sumatera 0.09827 0.5404 0.2462 0.6211 Lag Ekspor Jawa-Bali ke Sumatera 0.60354 .0001 - - Dari Tabel 36 diatas juga dapat dikatakan bahwa tingginya tingkat pendapatan wilayah Sumatera yang diwakili oleh PDRB Sumatera berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah eskpor Jawa-Bali ke wilayah Sumatera dan secara statistik juga berpengaruh nyata dengan nol pada taraf tingkat kepercayaan 95 , meskipun responnya inelastis baik dalam jangka pendek sebesar 0.323 maupun dalam jangka panjang sebesar 0.815. Artinya kenaikan harga eskpor, hanya direspon oleh kenaikan jumlah ekspor kurang dari satu persen. Dilihat dari sisi permintaan domestik, besarnya jumlah penduduk wilayah Sumatera, akan meningkatkan jumlah ekspor Jawa-Bali ke wilayah Sumatera. Secara statistik pengaruh besarnya jumlah penduduk wilayah Sumatera tidak signifikan dan respon perubahan ekspor wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera terhadap perubahan jumlah penduduk wilayah Sumatera juga adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kenaikan jumlah penduduk wilayah Sumatera sebesar satu persen hanya menurunkan jumlah ekspor 125 sebesar 0.246 persen dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang turun sebesar 0.621 persen. Peubah bedakala jumlah ekspor wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah ekspor wilayah Jawa-Bali ke wilayah Sumatera relatif lambat menyesuaikan kembali pada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.7.4. Ekspor Wilayah Jawa-Bali ke Wilayah Timur Indonesia

Harga ekspor wilayah Jawa-Bali berpengaruh positif terhadap peningkatan ekspor wilayah Jawa-Bali ke wilayah Timur Indonesia dan secara statistik juga berbeda nyata dengan nol pada taraf tingkat kepercayaan 90 . Respon perubahan ekspor wilayah Jawa-Bali ke WTI terhadap perubahan harga ekspor adalah inelastis dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang responnya adalah elastis. Artinya bahwa ketika harga ekspor Jawa-Bali meningkat, ceteris paribus, jumlah ekspor Jawa-Bali ke wilayah Timur Indonesia akan meningkat sebesar 0.212 persen dalam jangka pendek dan 1.037 persen dalam jangka panjang. Tabel 37. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Ekspor Wilayah Jawa-Bali ke Wilayah Timur Indonesia Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Ekspor Jawa-Bali ke WTI -5476.93 0.1163 - - Harga Ekspor Jawa Bali 7.234645 0.0963 0.2122 1.0370 PDRB perkapita WTI 1336.532 0.0823 0.2238 1.0939 Lag Ekspor Jawa-Bali ke WTI 0.795376 .0001 - - 126 Pada Tabel 37 diatas dapat dikatakan bahwa tingginya tingkat pendapatan wilayah Timur Indonesia yang diwakili oleh PDRB perkapita wilayah Timur Indonesia berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah eskpor Jawa-Bali ke wilayah Timur Indonesia dan secara statistik juga berpengaruh nyata dengan nol pada taraf tingkat kepercayaan 90 , meskipun responnya inelastis dalam jangka pendek 0.212, namun dalam jangka panjang responnya adalah elastis sebesar 1.037, artinya kenaikan harga eskpor direspon oleh kenaikan jumlah ekspor kurang dari satui satu persen sedangkan dalam jangka panjang lebih dari satu persen. PDRB perkapita penduduk WTI berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah ekspor Jawa-Bali ke WTI. Secara statistik PDRB perkapita WTI tersebut signifikan mempengaruhi jumlah ekspor wilayah Jawa-Bali, meskipun dalam jangka pendek responnya inelastis, tetapi elastis dalam jangka panjang. Artinya bahwa ketika PDRB perkapita WTI meningkat, ceteris paribus, jumlah ekspor Jawa-Bali ke wilayah Timur Indonesia akan meningkat sebesar 0.223 persen dalam jangka pendek dan 1.093 persen dalam jangka panjang. Peubah bedakala jumlah ekspor wilayah Jawa-Bali ke wilayah Timur Indonesia secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah ekspor wilayah Jawa-Bali ke wilayah Timur Indonesia relatif lambat menyesuaikan kembali pada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.7.5. Ekspor Wilayah Timur Indonesia ke Wilayah Sumatera

127 Perbedaan harga ekspor wilayah Timur Indonesia tahun sekarang dengan tahun lalunya berpengaruh positif terhadap peningkatan ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Sumatera. Secara statistik juga berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 85 , meskipun responnya adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa ketika perbedaan harga ekspor wilayah Timur Indonesia tahun sekarang dengan tahun lalunya meningkat, ceteris paribus, jumlah ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Sumatera akan menurun sebesar 0.002 persen dalam jangka pendek dan 0.009 persen dalam jangka panjang. Tabel 38. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Ekspor Wilayah Timur Indonesia ke Wilayah Sumatera Label Parameter Prob|t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Ekspor WTI ke Sumatera -270.791 0.1901 - - Selesih harga ekspor sekarang dgn tahun lalu WTI 2.136634 0.0290 -0.0029 -0.0096 PDRB Sumatera 0.000148 0.7605 0.0808 0.2725 Populasi Sumatera 0.010174 0.2443 0.8881 2.9962 Lag Ekspor WTI ke Sumatera 0.703573 .0001 - - Pada Tabel 38 dapat dikatakan bahwa tingginya tingkat pendapatan wilayah Timur Indonesia yang diwakili oleh PDRB wilayah Timur Indonesia berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah eskpor Timur Indonesia ke wilayah Sumatera, meskipun secara statistik tidak berpengaruh nyata dengan nol dan responnya juga inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya kenaikan pendapatan di wilayah Sumatera, hanya direspon oleh kenaikan jumlah ekspor kurang dari satu persen. Dilihat dari sisi permintaan domestik, besarnya jumlah penduduk wilayah Sumatera, akan meningkatkan jumlah ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah 128 Sumatera. Secara statistik pengaruh besarnya jumlah penduduk wilayah Sumatera tidak signifikan dan respon perubahan ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Sumatera terhadap perubahan jumlah penduduk wilayah Sumatera juga adalah inelastis dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang responnya adalah elastis. Artinya bahwa kenaikan jumlah penduduk wilayah Sumatera sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah ekspor sebesar 0.888 persen dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang naik sebesar 2.996 persen. Peubah bedakala jumlah ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Sumatera secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Sumatera relatif lambat menyesuaikan kembali pada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.7.6. Ekspor Wilayah Timur Indonesia ke Wilayah Jawa-Bali

Selisih harga ekspor wilayah Timur Indonesia tahun sekarang dengan tahun lalunya berpengaruh positif terhadap peningkatan ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa-Bali. Namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol dan responnya juga inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa ketika perbedaan harga ekspor wilayah Timur Indonesia tahun sekarang dengan tahun lalunya meningkat, ceteris paribus, jumlah ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa-Timur akan meningkat sebesar 0.0001 persen dalam jangka pendek dan 0.010 persen dalam jangka panjang. 129 Pada Tabel 39 diketahui bahwa tingginya tingkat pendapatan wilayah Jawa- Bali yang diwakili oleh PDRB wilayah Jawa-Bali berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah eskpor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa-Bali, meskipun secara statistik tidak berpengaruh nyata dengan nol dan responnya juga inelastis baik dalam jangka pendek sebesar 0.163 dan dalam jangka panjang 0.918. Artinya kenaikan pendapatan di wilayah Jawa-Bali, hanya direspon oleh kenaikan jumlah ekspor kurang dari satu persen. Tabel 39. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Ekspor Wilayah Timur Indonesia ke Wilayah Jawa-Bali Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Selesih harga ekspor sekarang dgn tahun lalu WTI 1.867298 0.0703 0.0018 0.0103 PDRB Jawa-Bali 0.000163 0.2397 0.1633 0.9169 Populasi Jawa-Bali 0.000283 0.3908 0.0537 0.3017 Lag Ekspor WTI ke Jawa-Bali 0.821862 .0001 - - Dari sisi permintaan domestik, besarnya jumlah penduduk wilayah Jawa-Bali, akan meningkatkan jumlah ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa-Bali. Secara statistik pengaruh besarnya jumlah penduduk wilayah Jawa-Bali tidak signifikan dan respon perubahan ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa- Bali terhadap perubahan jumlah penduduk wilayah Jawa-Bali juga adalah inelastis baik dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan jumlah penduduk wilayah Sumatera sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah ekspor sebesar 0.053 persen dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang naik sebesar 0.302 persen. Peubah bedakala jumlah ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa- Bali secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, 130 artinya bahwa jumlah ekspor wilayah Timur Indonesia ke wilayah Jawa-Bali relatif lambat menyesuaikan kembali pada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.

5.2.7.7. Impor Wilayah Sumatera dari Wilayah Jawa Bali

Harga impor wilayah Sumatera berpengaruh negatif terhadap jumlah impor wilayah Sumatera dari Jawa-Bali, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol. Respon perubahan jumlah impor wilayah Sumatera dari Jawa-Bali terhadap perubahan harga impor Sumatera adalah inelastis baik dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. Artinya, ketika harga impor Sumatera meningkat, ceteris paribus, jumlah impor Sumatera dari wilayah Jawa-Bali akan menurun sebesar 0.058 persen dalam jangka pendek dan 0.107 persen dalam jangka panjang. Tabel 40. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Impor Wilayah Sumatera dari Wilayah Jawa-Bali Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Sumatera dari Jawa-Bali 114.6061 0.0674 - - Harga Impor Sumatera -0.04560 0.4615 -0.0580 -0.1073 PDRB Sumatera 0.000332 0.3489 0.1892 0.3499 Trend 3.247255 0.4999 0.1386 0.2563 Lag Impor Sumatera dari Jawa-Bali 0.459412 0.0110 - - Pendapatan wilayah Sumatera yang ditunjukkan oleh PDRB Sumatera berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah impor Sumatera dari wilayah Jawa- Bali meskipun secara statistik tidak signifikan. Respon perubahan jumlah impor wilayah Sumatera dari Jawa-Bali terhadap perubahan PDRB wilayah Sumatera adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan pendapatan wilayah Sumatera sebesar satu persen hanya 131 meningkatkan jumlah impor Sumatera dari wilayah Jawa-Bali sebesar 0.189 persen dalam jangka pendek dan 0.349 persen dalam jangka panjang. Jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Jawa-Bali memiliki kecenderungan yang menaik, dengan kenaikan rata-rata sebesar 3.34 ribu ton pertahun. Peubah bedakala jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Jawa-Bali secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Jawa-Bali relatif lambat menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi yang terjadi.

5.2.7.8. Impor Wilayah Sumatera dari Wilayah Timur Indonesia

Harga impor wilayah Sumatera berpengaruh negatif terhadap jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol. Respon perubahan jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia terhadap perubahan harga impor Sumatera adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal dapat diartikan bahwa ketika harga impor wilayah Sumatera mengalami peningkatan sebesar satu persen, ceteris paribus, maka jumlah impor Sumatera dari wilayah Timur Indonesia akan menurun sebesar 0.067 persen dalam jangka pendek dan 0.132 persen dalam jangka panjang. Tabel 41. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Impor Wilayah Sumatera dari Wilayah Timur Indonesia Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Impor Sumatera dari WTI 296.4699 0.0360 - - 132 Harga Impor Sumatera -0.07780 0.4480 -0.0677 -0.1320 PDRB Sumatera 0.00027 0.6555 0.1045 0.2038 Trend -0.70600 0.9247 - - Lag Impor Sumatera dari WTI 0.48727 0.0144 - - Tingginya tingkat pendapatan wilayah Sumatera yang ditunjukkan oleh PDRB Sumatera berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah impor Sumatera dari wilayah Timur Indonesia meskipun secara statistik tidak signifikan. Respon perubahan jumlah impor wilayah Sumatera dari Timur Indonesia terhadap perubahan pendapatan wilayah Sumatera adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan pendapatan wilayah Sumatera sebesar satu persen hanya meningkatkan jumlah impor Sumatera dari wilayah Timur Indonesia sebesar 0.104 persen dalam jangka pendek dan 0.203 persen dalam jangka panjang. Secara umum terlihat bahwa jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, dengan kenaikan rata-rata sebesar 0.70 ribu ton pertahun. Peubah bedakala jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia relatif lambat menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi yang terjadi. 5.2.7.9. Impor Wilayah Jawa-Bali dari Wilayah Sumatera Harga impor wilayah Jawa-Bali berpengaruh negatif terhadap jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah Sumatera, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol. Respon perubahan jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah 133 Sumatera terhadap perubahan harga impor Jawa-Bali adalah inelastis baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Artinya, ketika harga impor Jawa-Bali meningkat, ceteris paribus, jumlah impor Jawa-Bali dari wilayah Sumatera akan menurun sebesar 0.071 persen dalam jangka pendek dan 0.209 persen dalam jangka panjang. Tabel 42. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Impor Wilayah Jawa- Bali dari Wilayah Sumatera Label Paramete r Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Impor Jawa Bali dari Sumatera 556.5878 0.3357 - - Harga Impor Jawa-Bali -0.32030 0.7050 -0.0713 -0.2087 PDRB Jawa-Bali 0.00427 0.0064 0.8047 2.3568 Trend -93.9476 0.0606 - - Lag Impor Jawa Bali dari Sumatera 0.65855 .0001 - - Tingginya tingkat pendapatan wilayah Jawa-Bali yang ditunjukkan oleh PDRB Jawa-Bali berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah impor Jawa-Bali dari wilayah Sumatera dan secara statistik signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Respon perubahan jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah Sumatera terhadap perubahan pendapatan wilayah Jawa-Bali adalah inelastis dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang adalah elastis. Artinya bahwa kenaikan pendapatan wilayah Jawa-Bali sebesar satu persen hanya meningkatkan jumlah impor Jawa-Bali dari wilayah Sumatera sebesar 0.804 persen dalam jangka pendek tetapi untuk jangka panjangnya sebesar 2.356 persen Tabel 42. Secara umum terlihat bahwa jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, dengan kenaikan rata-rata sebesar 93.9 ribu ton pertahun. Peubah bedakala jumlah impor wilayah Sumatera 134 dari wilayah Sumatera secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah Sumatera relatif lambat menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi yang terjadi.

5.2.7.10. Impor Wilayah Jawa-Bali dari Wilayah Timur Indonesia

Harga impor wilayah Jawa-Bali berpengaruh negatif terhadap jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia dan secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 80 persen. Respon perubahan jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia terhadap perubahan harga impor Jawa-Bali adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya, ketika harga impor Jawa-Bali meningkat, ceteris paribus, jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia akan menurun sebesar 0.291 persen dalam jangka pendek dan 0.776 persen dalam jangka panjang. Tabel 43. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Impor Wilayah Jawa- Bali dari Wilayah Timur Indonesia Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Impor Jawa Bali dari WTI 2341.519 0.0394 - - Harga Impor Jawa-Bali -2.05655 0.1653 -0.2911 -0.7762 PDRB Jawa-Bali 0.00576 0.0167 0.6903 1.8404 Trend -113.398 0.1638 - - Lag Impor Jawa Bali dari WTI 0.62492 .0001 - - Tingginya tingkat pendapatan wilayah Jawa-Bali yang ditunjukkan oleh PDRB Jawa-Bali berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah impor Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia dan secara statistik signifikan pada taraf kepercayaan 135 95 persen. Respon perubahan jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia terhadap perubahan pendapatan wilayah Jawa-Bali adalah inelastis dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang adalah elastis. Artinya bahwa kenaikan pendapatan wilayah Jawa-Bali sebesar satu persen hanya meningkatkan jumlah impor Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia sebesar 0.690 persen dalam jangka pendek namun untuk jangka panjangnya sebesar 1.840 persen Tabel 43. Secara umum terlihat bahwa jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, dengan kenaikan rata-rata sebesar 112.82 ribu ton pertahun. Peubah bedakala jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia relatif lambat menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi yang terjadi.

5.2.7.11. Impor Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Sumatera

Berdasarkan hasil estimasi yang telah dilakukan diperoleh bahwa harga impor wilayah Timur Indonesia berpengaruh negatif terhadap jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera dan secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen. Respon perubahan jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera terhadap perubahan harga wilayah impor Timur Indonesia adalah inelastis dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang besarannya adalah elastis. Artinya, ketika harga impor WTI meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, maka jumlah impor WTI dari wilayah Sumatera menurun 136 sebesar 0.935 persen jangka pendek dan 2.015 persen jangka panjang. Sebaliknya, besarnya PDRB WTI berhubungan positif terhadap jumlah permintaan impor WTI dari wilayah Sumatera, tetapi secara statistik tidak signifikan dan responnya inelastis untu setiap waktu. Tabel 44. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Impor Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Sumatera Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Impor WTI dari Sumatera 142.8285 0.0046 - - Harga Impor WTI -0.17219 0.0058 -0.9351 -2.0198 PDRB WTI 0.00020 0.3123 0.3033 0.6552 Trend -1.18191 0.5689 - - Lag Impor WTI dari Sumatera 0.53704 0.0003 - - Jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, dengan kenaikan rata-rata sebesar 1.18 ribu ton pertahun. Peubah bedakala jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera relatif lambat menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangan-nya dalam merespon situasi perubahan ekonomi yang terjadi.

5.2.7.12. Impor Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Jawa-Bali

Berdasarkan hasil estimasi yang telah dilakukan diperoleh bahwa harga impor wilayah Timur Indonesia berpengaruh negatif terhadap jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali dan secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 95 persen. Respon perubahan jumlah impor wilayah Timur 137 Indonesia dari wilayah Jawa-Bali terhadap perubahan harga impor wilayah Timur Indonesia adalah inelastis dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang besarannya adalah elastis. Artinya, ketika harga impor wilayah Timur Indonesia meningkat, ceteris paribus, jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali akan menurun sebesar 0.690 persen dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang menurun sebesar 2.279 persen. Tabel 45. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Impor Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Jawa-Bali Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Impor WTI dari Jawa-Bali 63.51817 0.0415 - - Harga Impor WTI -0.07277 0.0526 -0.6900 -2.2795 Pertumbuhan PDRB WTI 8.10874 0.7388 0.0132 0.0437 Trend -0.06582 0.9224 - - Lag Impor WTI dari Jawa-Bali 0.69731 .0001 - - Tingginya pertumbuhan pendapatan wilayah Timur Indonesia yang ditunjukkan oleh PDRB wilayah Timur Indonesia berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali meskipun secara statistik tidak signifikan. Respon perubahan jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali terhadap perubahan pendapatan wilayah Timur Indonesia adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan pendapatan wilayah Timur Indonesia sebesar satu persen hanya meningkatkan jumlah impor Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali sebesar 0.013persen dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang sebesar 0.043. Secara umum terlihat bahwa jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, sebesar 0.06 ribu ton 138 pertahun. Peubah bedakala jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali relatif lambat menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangan-nya dalam merespon situasi perubahan ekonomi yang terjadi.

VI. DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH

6.1. Validasi Model

Simulasi kebijakan bertujuan untuk menganalisis dampak berbagai alternatif kebijakan dengan cara mengubah nilai peubah kebijakannya. Akan tetapi sebelum melakukan alternatif simulasi kebijakan terlebih perlu dilakukan validasi model untuk melihat apakah nilai dugaan sesuai dengan nilai aktual masing-masing peubah endogen Pindyck dan Rubinfield, 1991. Model keterkaitan wilayah di Indonesia telah diuji dengan suatu simulasi dasar untuk periode sampel pengamatan 1975-2008. Indikator validasi statistik yang digunakan adalah Root Mean Square Percent Error RMSPE yang bertujuan untuk mengukur seberapa dekat nilai masing-masing peubah endogen hasil pendugaan mengikuti nilai data aktualnya selama periode pengamatan atau dengan kata lain seberapa jauh penyimpangannya dalam ukuran persen. Selain itu, juga digunakan statistik proporsi bias U M , proporsi regresi U R , proporsi distribusi U D dan juga statistik Theil’s inequality coefficient U untuk mengevaluasi kemampuan model bagi analisis simulasi historis. Pada dasarnya jika makin kecil nilai RMSE, RMSPE dan U-Theil’s, maka pendugaan model semakin baik. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 1 dan 0. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, sebaliknya jika U =1, maka pendugaan model adalah naif. Berikut ini disajikan hasil validasi model keterkaitan wilayah di Indonesia seperti yang tertera pada Tabel 46. 140 Tabel 46. Hasil Pengujian Validasi Model Nama Variabel RMS Error Bias UM Reg UR Dist UD U PDRB Sumatera 58.71 0.0100 0.1100 0.8800 0.0913 PDRB Jawa-Bali 68.12 0.0000 0.0300 0.9700 0.0996 PDRB WTI 39.02 0.0100 0.0900 0.9000 0.0663 Permintaan Tenaga Kerja Sumatera 8.26 0.0400 0.4200 0.5300 0.0379 Permintaan Tenaga Kerja Jawa-Bali 5.86 0.0000 0.0700 0.9300 0.0274 Permintaan Tenaga Kerja WTI 5.72 0.0200 0.1000 0.8800 0.0276 Penawaran Tenaga Kerja Sumatera 9.48 0.0500 0.4300 0.5200 0.0435 Penawaran Tenaga Kerja Jawa-Bali 5.29 0.0000 0.1200 0.8800 0.0257 Penawaran Tenaga Kerja WTI 6.33 0.0200 0.1200 0.8600 0.0299 Upah Sumatera 38.25 0.0000 0.2200 0.7800 0.0846 Upah Jawa-Bali 14.98 0.0000 0.0100 0.9900 0.0349 Upah WTI 17.62 0.0000 0.0000 1.0000 0.0602 Jumlah Penduduk Miskin Sumatera 36.32 0.4700 0.3600 0.1700 0.1455 Jumlah Penduduk Miskin Jawa-Bali 11.07 0.0000 0.0200 0.9800 0.0651 Jumlah Penduduk Miskin WTI 8.35 0.0000 0.0100 0.9900 0.0432 Mig masuk Sumatera dari Jawa-Bali 55.26 0.0000 0.0100 0.9900 0.1828 Mig masuk Sumatera dari WTI 70.68 0.0000 0.0100 0.9900 0.1843 Mig masuk Jawa-Bali dari Sumatera 44.97 0.0900 0.0100 0.9000 0.1398 Mig masuk Jawa-Bali dari WTI 88.44 0.0000 0.0000 1.0000 0.1649 Mig masuk WTI dari Sumatera 48.65 0.1100 0.0700 0.8200 0.1733 Mig masuk WTI dari Jawa-Bali 37.13 0.0000 0.0000 1.0000 0.1453 Mig keluar Sumatera ke Jawa-Bali 55.36 0.0200 0.1100 0.8700 0.1535 Mig keluar Sumatera ke WTI 53.13 0.0300 0.0100 0.9700 0.1372 Mig keluar Jawa-Bali ke Sumatera 47.72 0.0000 0.1000 0.9000 0.1559 Mig keluar Jawa-Bali ke WTI 38.71 0.0000 0.1400 0.8600 0.1314 Mig keluar WTI ke Sumatera 85.86 0.0200 0.0200 0.9600 0.1653 Mig keluar WTI ke Jawa-Bali 48.53 0.0200 0.0200 0.9600 0.1408 Ekspor Sumatera ke Jawa-Bali 27.72 0.0000 0.0200 0.9800 0.1288 Ekspor Sumatera ke WTI 13.23 0.0000 0.0000 1.0000 0.0688 Ekspor Jawa-Bali ke Sumatera 23.37 0.0500 0.2600 0.6900 0.0469 Ekspor Jawa-Bali ke WTI 40.14 0.0000 0.3300 0.6600 0.0996 Ekspor WTI ke Sumatera 24.80 0.0000 0.0200 0.9800 0.0791 Ekspor WTI ke Jawa-Bali 37.23 0.0000 0.3200 0.6800 0.1071 Impor Sumatera dari Jawa-Bali 15.30 0.0000 0.0400 0.9600 0.0724 Impor Sumatera dari WTI 16.85 0.0000 0.0400 0.9600 0.0798 Impor Jawa-Bali dari Sumatera 59.07 0.0000 0.0300 0.9700 0.2083 Impor Jawa-Bali dari WTI 41.28 0.0000 0.0500 0.9500 0.1767 Impor WTI dari Sumatera 15.88 0.0100 0.0300 0.9600 0.0748 Impor WTI dari Jawa-Bali 23.53 0.0000 0.0000 1.0000 0.0911