Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Lokasi Penelitian Kajian Pustaka

23 Berdasarkan hal-hal diatas itulah tradisi lisan Batombe yang terdapat di Nagari Abai, Kec. Sangir Batang Hari, Kab Solok Selatan, Sumatera Barat tersebut perlu untuk di teliti. Halini dilakukan untuk dapat menjelaskan hal-hal penting dan untuk mengetahui segala sesuatu mengenai bentuk pertunjukan Batombe tersebut. Diantaranya untuk mengetahui makna dan arti dari isi pantun pada tradisi lisan Batombe yang terdapat di Kenagarian Abai, Kec. Sangir Batang Hari, Kab. Solok Selatan, Sumatera Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya makapermasalahan yang dapat diajukan adalah Apa makna dan arti dari isi pantun dalam tradisi lisan Batombe tersebut?. Penelitian ini akan dipermudah dengan perumusanmasalah yang bertujuan untuk mendapatkan fokus objek kajian dan sekaligus juga sebagai pembatas bagi permasalahan yang diteliti agar tidak meluas. Rumusanmasalah ini diuraikan ke dalam 2 dua pertanyaan penelitian yaitu : 1. Bagaimana tata cara pelaksanaan tradisi lisan Batombe saat ini 2. Apa makna dan arti dari isi pantun yang disampaikan pemain dalam tradisi lisan Batombe

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana tradisi lisan Batombe tersebut dilaksanakan, selain itu juga untuk mengetahui makna dan arti isi pantun dari tradisi lisan Batombe dan melihat perubahan apa yang terjadi dalam tradisi lisan Batombeyang terdapat di Nagari Abai, Kec. Sangir Batang Hari, Kab. Solok Selatan, Sumatera Barat. Universitas Sumatera Utara 24

1.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kanagarian Abai, Kec. Sangir Batang Hari, Kab. Solok Selatan, Sumatra Barat. Hal ini didasari karena di daerah tersebut terdapat tradisi lisan batombe.

1.5 Kajian Pustaka

Tradisi yaitu berasal dari kata traditium yang berarti segala sesuatu yangdiwarisi dari masa lalu Murgiyanto, 2004:2. Selain itu, menurut Finnegan dalam La Sudu 2012:8 tradisi merupakan istilah umum yang biasa digunakan dalam ujaran keseharian dan juga istilah yang digunakan oleh antropolog, peneliti folklor, dan sejarahwan lisan. Ada perbedaan-perbedaan makna mengenai tradisi itu sendiri, misalnya dimaknai sebagai kebudayaan, sebagai keseluruhan; berbagai cara melakukan sesuatu berdasar cara yang telah ditentukan; proses pewarisan praktik, ide atau nilai; produk yang diwariskan; dan sesuatu dengan konotasi lampau. Sesuatu yang disebut dengan tradisi pada umumnya menjadi kepemilikan keseluruhan komunitas dibanding individu atau kelompok tertentu. Tradisi tidak ditulis dan merupakan pemarkah identitas kelompok. Menurut Sibarani 2012:123 tradisi lisan adalah kegiatan budaya tradisional suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dengan media lisan dari satu generasi ke generasi lain baik tradisi itu berupa susunan kata-kata lisan verbal maupun tradisi lain yang bukan lisan non-verbal. Selanjutnya Hoed dalam sudu 2012:8 mendefenisikan tradisi lisan adalah berbagai pengetahuan dan adat istiadat yang secara turun temurun disampaikan secara lisan. Universitas Sumatera Utara 25 Lord dalam sudu 2012:8 memberikan batasan tradisi lisan sebagai sesuatu yang dituturkan dalam masyarakat. Hal ini berarti bahwa unsur melisankan bagi penutur dan unsur mendengarkan bagi penerima menjadi kata kuncinya. Roger Tol dan Pudentia dalam sudu 2012:8 mengemukakan bahwa tradisi lisan tidak hanya mencakup cerita rakyat, mitos, legenda dan dongeng, tetapi juga mengandung berbagai hal yang menyangkut hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya,misalnya kearifan lokal, sistem nilai, pengetahuan tradisional, sejarah, hukum adat, pengobatan, sistem kepercayaan dan religi, astrologi, dan berbagai hal seni. Batombe termasuk salah satu cakupan tradisi lisan yang berbentuk puisi rakyat yang dapat dituturkan atau disampaikan secara lisan.Tradisi lisan dalam masyarakat pasti memiliki wujud. Selanjutnya Sibarani 2012:48-49 mengemukakan wujud tradisi lisan itu dapat berupa: 1 tradisi berkesusastraan lisan seperti tradisi menggunakan bahasa rakyat,tradisi penyebutan ungkapan tradisional, tradisi pertanyaan tradisional atauteka-teki, berpuisi rakyat, melantunkan nyanyian rakyat, dan menabalkangelar bangsawan; 2 tradisi pertunjukan dan permainan rakyat seperti kepercayaan rakyat,teater rakyat, permainan rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara atauritual, dan pesta rakyat; 3 tradisi teknologi tradisional seperti arsitektur rakyat, ukiran rakyat,pembuatan pupuk tradisional, kerajinan tangan rakyat, keterampilanjahitan pakaian, keterampilan perhiasan adat, pengolahan makanan danminuman rakyat, dan peramuan obat-obatan tradisional; Universitas Sumatera Utara 26 4 tradisi pelambangan atau simbolisasi seperti tradisi gerak isyarattradisonal, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat; dan 5 tradisi musik rakyat seperti tradisi mempertunjukkan permainan gendang,seruling, dan alat-alat musik lainnya. Apa itu tradisi Batombe? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, telah dijelaskan bahwa Batombe tersebut merupakan kesenian tradisi lisan berbalas pantun. Menurut buku profil Budaya dan Pariwisata Kabupaten Solok Selatan, hasil kerjasama Bapedda Solok Selatan dan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisi Padang dalam Koran “Haluan” 2013:6 Batombe adalah salah satu bentuk kesastraan Minangkabau yang dimiliki oleh masyarakat Abai. Batombe ini adalah sejenis pantun yang berfungsi sebagai sebuah ungkapan rasa dan perasaan hati yang memiliki makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Abai. Dengan kata lain, Batombe merupakan tradisi lisan berbalas pantun antara pria dan perempuan yang sudah menjadi budaya Minangkabau. Batombe yaitu tradisi lisan berbalas pantun, memurut Djamaris 2001:18 pantun merupakan bentuk tradisi lisan yang paling sering digunakan dalam tradisi minangkabau, pantun dalam masyarkat Minangkabau biasanya disebut puisi Minangkabau, Pantun merupakan bentuk puisi tradisional Indonesia yang paling tua. Tiap bait kuplet pantun biasanya terdiri dari empat baris yang bersajak ab- ab. Umumnya tiap baris terdiri dari 4-8 kata. Baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi pantun. Lebih lanjut Djamarisdalam ensiklopedia Indonesia di jelaskan bahwa pantun adalah puisi rakyat yang paling tua dan paling umum di Indonesia. Pantun Universitas Sumatera Utara 27 merupakan bentuk sastra rakyat yang tidak tertulis. Isi pantun biasanya berkaitan dengan perasaan rindu dendam, kesedihan, gurauan, pengajaran, norma-norma, dan lain-lain. Pantun mempunyai bait yang terdiri dari empat baris atau lebih sampai dua belas baris dengan delapan sampai dua belas suku kata pada tiap-tiap barisnya. Baris pertama bersajak dengan baris ketiga dan baris kedua dengan baris keempat. Bagian pertama pantun baris pertama dan kedua disebut dengan sampiran dan bagian kedua baris ketiga dan keempat disebut dengan bagian isi. Pembeda antara pantun Minangkabau dengan pantun dalam pandangan yang umum dapat kita lihat dari ciri-ciri pantun Minangkabau menurut Navis, 1984:235 yaitu ciri pertama, sebuah pantun dapat dikatakan sebagai pantun Minangkabau jika pantun tersebut lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Minangkabau. Keberadaan pantun tersebut terletak dalam koridor dari, oleh, dan untuk masyarakat Minangkabau. Dengan pantun tersebut, masyarakat Minangkabau menyatakan pikiran dan perasaannya, serta membangun komunikasi antara sesamanya. Dengan cara tersebut pula, seseorang akan pengetahui maksud dan kehendak lawan bicaranya, sehigga terjadilah perilaku komunikasi yang diinginkan. Navis juga menjelaskan bahwa pantun termasuk salah satu bentuk tradisi lisan yang terpenting bagi masyarakat Minangkabau. Pantun sering menjadi buah bibir, bunga kabar, dan hiasan dalam berpidato pasambahan. tradisi lisan berupa pantun sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat Minangkabau. Pada umumnya masyarakat Minangkabau mengenal dan dapat berpantun, terutama masyarakat yang belum kuat pengaruh budaya lain, atau masyarakat yang kuat mempertahankan adat istiadatnya. Bagi masyarakat yang seperti itu, pantun merupakan bagian dari hidup mereka. Pantun telah Universitas Sumatera Utara 28 mendarah daging bagi mereka. Akan terasa aneh atau cando janggal apabila mereka tidak mengenal dan memahami pesan yang terdapat dalam sebuah pantun. Kedua, sebuah pantun dapat dikatakan sebagai pantun Minangkabau jika bahasa yang digunakan adalah bahasa Minangkabau. Dan yang ketiga, sebuah pantun dapat dikatakan sebagai pantun Minangkabau jika benda-benda, peristiwa- peristiwa, lokasi, dan lain-lain yang dikemukakan dalam bagian sampiran atau bagian isi pantun diambil atau berasal dari alam Minangkabau, atau sesuatu yang bernuansa Minangkabau. Metafor-metafor yang dipakai tersebut pada umumnya sudah dikenal dengan baik dan sangat familiar dengan orang Minangkabau. Mereka tidak akan mengambil sesuatu perlambang yang tidak mereka ketahui atau yang bukan berasal dari alam mereka. Pengambilan metafor yang demikian akan memudahkan mereka memahami kandungan isi pantun. Melalui pemahaman tersebut, akan dapat diketahui maksud dan tujuan sebuah pantun, sehingga komunikasi yang diinginkan dapat diwujudkan. Keempat, Pantun Minangkabau diyakini oleh masyarakat Minangkabau sebagai miliknya, milik bersama sebagai bagian dari kebudayaan mereka. Rasa kepemilikan ini disebabkan oleh karena pantun dan berpantun merupakan sesuatu yang telah mentadisi bagi mereka tradisi lisan. Tradisi lisan tersebut selalu mereka pertahankan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pantun Minangkabau bukan milik orang per orang, akan tetapi merupakan milik kolektif masyarakat Minangkabau atau milik bersama, pantun terdapat pada hampir setiap perilaku berbahasa, baik pada penggunaan bahasa dalam hal Universitas Sumatera Utara 29 berkesenian rabab 9 , batombe 10 , randai 11 , selawat dulang 12 , saluang 13 Formula menurut Sweeney dalam sudu 2001:11 dimaksudkan dalam arti luas yaitubunyi, kata, atau peristiwa yang digunakan untuk mengungkapkan , dan lain- lain, pasambahanpidato adat, maupun dalam perilaku berbahasa sehari-hari. Dari penjelasan Navis sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pantun dalam tradisi lisan Batombeadalah pantun Minangkabau yang berasal dari tradisi lisan masyarakat abai, kec. Sangir Batang Hari kab. Solok Selatan dan dijadikan tradisi milik bersama, bahasa yang digunakan dalam tradisi Batombe yaitu bahasa asli Minangkabau dan bahasa asli masyarakat abai itu sendiri, dalam isi pantunnyaBatombe menggunakan metafora atau penyimbolan dari benda-benda, peristiwa, lokasi yang terdapat di alam Minangkabau. Di dalam memainkan tradisi lisan Batombe, Seorang pemain Batombe dalam membawakan karyanya tersebut tidaklah menghafal namun mengingat sebagian besar formula. Teeuw, 1994: 4 mengatakan bahwa tuturan lisan seorang pemain Batombe dengan menciptakankembali tuturan tersebut yang akan dibawakannya dengan secara spontan tanpa menghafal setiap bait pantun yang akan dibawakannya. Sehingga masing-masing pemain Batombe memiliki gaya dan ciri khas dalam pertunjukannya. Dengan demikian, setiap pemain tradisi lisan Batombe jarang ada penghafalan, tetapi faktor ingatan manusia amatbereperan dalam hal tersebut. 9 Rabab adalah alat musik gesek tradisional khas Minangkabau, bentuknya seperti biola 10 Batombe adalah tradisi kesenian berbalas pantun 11 Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu. 12 Selawat dulang adalah tradisi lisan Minangkabau, pertunjukkan dua orang membacakan hafalan teks diiringi tabuhan dulang atau gendang lebar terbuat dari kulit sapi 13 Saluang adalah alat music tiup tradisi khas Minangkabau, bentuknya seperti seruling Universitas Sumatera Utara 30 gagasan.Senada dengan hal itu, Achadiati dalam sudu 2001:11 mengatakan bahwa formula merupakan alat yang membantu orang untuk menemukan kembalipikiran yang tersimpan dalam ingatan, diantaranya rima, paralelisme, aliterasi,ansonasi, strukutur-struktur tetap yang digunakan dalam tradisi lisan. Formula memiliki fungsi yang penting bagi pemain Batombe dalammembawakan karyanya. Tuloli 1994: 21 memaparkan fungsi formula adalah 1mempermudah daya ingat tukang cerita terhadap garis besar cerita yang akandirakit menjadi cerita yang utuh pada saat penampilan atau yang disebut skemacerita, 2 mempermudah pencerita untuk menyusun baris-barisyang sama polanya dalam waktu yang singkat pada saat bercerita, 3memperindah cara penceritaan karena irama akan teratur oleh adanya perulanganformula-formula pada pola-pola baris yang sama, dan 4 pencerita melahirkanarti atau makna cerita secara tepat dalam baris. Formula yang digunakan dalam isi pantun Batombe mengandung metafora, setiap metafora diungkapkan melalui simbol-simbol yang terdapat dalam isi pantun Batombe. Hal-hal tersebut diungkapkan dalam simbol-simbol tertentu, tiap simbol mengandung makna yang bertujuan mengekspresikan perasaan-perasaan, suasana hati dari pemain Batombe. Sebagai mana penjelasan tersebut diungkapkan oleh Clifford Geertz dalam Saifuddin 2005:288 dengan definisi kebudayaan sebagai: 1 suatu sistem keteraturan dari makna dan simbol- simbol, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka; 2 suatu pola makna-makna yang ditransmisikan secara historis yang terkandung dalam bentuk-bentuk simbolik, yang melalui bentuk-bentuk Universitas Sumatera Utara 31 simbolik tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap terhadap kehidupan; 3 suatu peralatan simbolik bagi pengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik dari informasi; dan 4 oleh karena kebudayaan adalah suatu sistem simbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan, dan diinterpretasi. Menurut Saifuddin 2005:289-290 Simbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara, atau bentuk-bentuk tertulis yang diberi makna oleh manusia. Bentuk primer dari simbolisasi oleh manusia adalah melalui bahasa. Tetapi manusia juga berkomunikasi dengan menggunakan tanda dan simbol dalam lukisan, tarian, musik, arsitektur, mimik wajah, gerak-gerik, postur tubuh, perhiasan, pakaian, ritus, agama, kekerabatan, nasionalitas, tata ruang, pemilikan barang, dan banyak lagi lainnya. Manusia dapat memberikan makna kepada setiap kejadian tindakan, atau objek yang berkaitan dengan pikiran, gagasan dan emosi. Kajiankeilmuan yang meneliti mengenai simbol atau tanda dan konstruksi makna yang terkandung dalam simbol tersebut dinamakan dengan Semiotik. Menurut Littlejohn 2009:53 teori semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimanatanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisidi luar tanda-tanda atau simbol itu sendiri.Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah simbol atau menafsirkanmakna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan.Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologistertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat di manasimbol tersebut diciptakan. Kode kultural yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting Universitas Sumatera Utara 32 untuk mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yangterbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah simbol. Sebagai salah satu kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik tentunya melihat bagaimana budaya menjadi landasan pemikiran dari pembentukanmakna dalam suatu tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,konvensi-konvensi yang memungkinkan simbol-simbol tersebut mempunyai arti. Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi : 1. maksud pembicara; 2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; 3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, dan 4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa Harimurti Kridalaksana, 2001: 132. 1.6.Metode Penelitian 1.6.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang didasarkan pada data- data yang diperoleh di lapangan. Sebelum terjun ke lapangan, peneliti terlebih dahulu dibekali dengan seperangkat teori yang berkaitan dengan objek supaya kendala di lapangan tidak mempengaruhi terhadap hasil yang didapatkan. Penelitian dilakukan dengan dilengkapi handycame, recorder, dan wawancara dengan penonton, baik yang terlibat langsung dalam pertunjukan maupun yang tidak. Hal ini dilakukan supaya data yang didapat betul-betul akurat dan hidup. Universitas Sumatera Utara 33 Pertunjukan dan perekaman dilakukan secara alami, baik terhadap pemain, penonton maupun orang-orang yang paham dengan tradisi kesenian Batombe. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana pertunjukan tersebut dilakukan dengan apa adanya. Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan metode etnografi, teknik wawancara dan observasi. Penelitian ini mengambil objek tradisi kesenian Batombeyang dilaksanakan di Kenagarian Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan, karena tradisi lisan Batombe lahir, tumbuh dan berkembang di daerah tersebut. Wawancara dilakukan setelah pertunjukan usai atau ketika narasumber dalam waktu luang. Selain itu peneliti juga mewancarai tokoh adat dan orang yang mengerti tentang Batombe. Penentuan informan didasarkan atas pengetahuan dan pengalamannya terhadap pertunjukan Batombe. Para informan tersebut terdiri atas pemain Batombe, penontonyang diwawancarai adalah yang sudah sering, jarang, atau belum sama sekali menonton pertunjukan Batombe.Penonton akan memberikan suasana tertentu dalam pertunjukan. Tanggapan juga diminta kepada niniak mamak 14 , cadiak pandai 15 Setelah data terkumpul, dilakukan transkripsi dan analisis. Data ditranskipsikan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan konteks masyarakat pendukungnya. Setelah itu baru data dianalisis dengan , tokoh agama, dan pejabat pemerintah setempat tentang pengetahuannya terhadap pertunjukan Batombe. 14 Niniak mamak adalah seorang laki-laki dari suatu kaum yang dituakan. Bisa juga disebut penghulu adat 15 Cadiak pandai adalah pemimpin masyarakat yang memiliki pengetahuan dan wawasan ynag luas serta pemikiranyang dapat mencari jalan keluar dari setiap masalah yang sedang dihadapimasyarakat Minangkabau Universitas Sumatera Utara 34 menggunakan pendekatan simbolik untuk melihat makna, nilai-nilai, pesan dan amanat yang terkandung dalam pantun Batombe itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 35

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN