13
5. Tahap evaluasi, pada tahap ini penggunaan portofolio atau deskripsi peserta didik sangat disarankan karena data pribadi amat membantu
evaluasi terhadap peserta didik.
2.4. Kedudukan Pendekatan STM di dalam KTSP
Pendekatan STM yang dikembangkan tidak mengubah pokok-pokok bahasan yang ada dalam kurikulum tetapi membantu memperjelas pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang harus dikuasainya. Menurut Hadiat 1994: 94 , jika dilihat dari kedudukan pendekatan STM dalam kurikulum sebagai berikut:
1. Pendekatan STM menyempurnakan pencapaian tujuan kurikulum khususnya standar kompetensi
2. Pendekatan STM meningkatkan kebermaknaan pembelajaran sains bagi siswa.
3. Pendekatan STM mengaitkan bahan pelajaran dengan lingkungan hidup siswa, dengan demikian bahan-bahan, pengajaran lokal akan dengan
sendirinya dipelajari dengan baik. 4. Pendekatan STM meningkatkan ketrampilan intelektual siswa dan daya
berfikir positif, kritis, dan logis. 5. Program STM merupakan bahan pengajaran yang utuh antara kegiatan intra
dan eksra kurikuler. 6.
Program kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan STM tidak mengubah kegiatan belajar mengajar sains yang berlaku di sekolah.
14
7. Tidak semua pokok bahasan sain yang tercantum dalam Silabus dapat dikembangkan menjadi bahan pembelajaran dengan pendekatan STM.
8. Pendekatan STM meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan dan masyarakat.
2.5. Pembelajaran Koloid.
Dalam KTSP Kimia di SMU dijelaskan bahwa tujuan dan fungsi pengajaran kimia di SMU antara lain: 1 agar siswa mampu memahami konsep-
konsep kimia dan saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi, 2 meningkatkan kesadaran
tentang aplikasi sains yang dapat bermanfaat dan merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan dan menyadari pentingnya mengelola dan
melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat. Salah satu pokok bahasan yang banyak kaitannya dengan teknologi dan kehidupan sehari-hari
dalam Silabus KTSP Kimia SMU adalah pokok bahasan koloid. Dalam Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2004,
pokok bahasan koloid dijarkan di SMU kelas XI pada semester II, dengan kompetensi dasar sebagai beriukut Depdiknas, 2003: 56 :
1. Mengelompokkan sistem koloid berdasarkan hasil pengamatan dan
penggunaannya dalam industri. 2. Mengidentifikasi sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
15
3. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di
sekitarnya. Model pembelajaran yang dicobakan mencakup sub pokok materi:
1. Sistem Koloid Kompetensi dasar pada sub materi pokok sistem koloid adalah:
“Mengelompokkan sistem koloid berdasarkan hasil pengamatan dan penggunaannya dalam industri”. Isinya mencakup:
a. Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan
medium yang diguankan untuk mendispersikan disebut mesdium pendispersi. Kegiatan belajar yang disarankan meliputi: 1 mengamati
beberapa campuran untuk menyimpulkan perbedaan larutan sejati, sistem koloid dan suspensi, 2 membahas komponen-konponen koloid, 3
mengelompokkan campuran yang ada di lingkungan sekitar ke dalam larutan sejati, sistem koloid dan suspensi.
b. Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan medium pendispersi terdapat 8 macam sistem koloid. Kegiatan belajar yang disarankan meliputi: 1
menggolongkan sistem koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya, 2 Mengelompokkan koloid yang ada di lingkungannya
ke dalam beberapa macam sistem koloid, 3 mendiskusikan penggunaan sistem koloid dalam industri kosmetik, makanan, farmasi, dan
sebagainya.
16
2. Sifat Koloid Kompetensi dasar pada sub materi pokok sifat koloid adalah: “
Mengidentifikasi sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari “. Koloid mempunyai sifat-sifat antara lain Maria S. dan Dyah S, 2005:
a. Efek Tyndall dan gerak Brown Kegiatan belajar yang disarankan: 1 mengamati hasil campuran dengan
sorot cahaya, 2 mendiskusikan efek Tyndall yang terjadi di lingkungan sekitar.
b. Partikel koloid dapat bermuatan listrik elektroforesa karena partikel mempunyai sifat adsorpsi. Kegiatan belajar yang disarankan meliputi: 1
melakukan penjernihan sirup dengan menggunakan norit, 2 melakukan penjernihan gula yang kotor dengan menggunakan putihb telur, 3
mendiskusikan tentang penerapan sifat adsorsi koloid dalam kehidupan sehari-hari.
c. Koagulasi atau penggumpalan Kegiatan belajar yang disarankan meliputi: 1 melakukan percobaan
penambahan susu dengan jeruk nipis, 2 mengamati koagulasi koloid dan mambahas penyebabnya, 3 mendiskusikan contoh koagulasi dalam
kehidupan sehari-hari misal terjadinya penggumpalan pada saat air keruh diberi tawas, terjadinya delta di muara sungai.
d. Koloid dapat berbentuk koloid liofil dan liofob. Kegiatan belajar yang disarankan adalah: 1 melakukan percobaan
pembuatan lem dari tepung kanji, 2 melakukan percobaan pencampuran
17
air dengan FeOH
3
, 3 mendiskusikan contoh-contoh koloid liofil dan liofob dalam kehidupan sehari-hari dan mencari perbedaan sifat
keduanya. 3. Pembuatan Koloid
Kompetensi dasar pada sub materi pokok pembuatan koloid adalah: “Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya”.
Sistem koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu : cara kondensasi dan cara dispersi.
a. Cara kondensasi yaitu pembuatan koloid dengan cara memperbesar partikel terdispersi menjadi partikel koloid. Kegiatan pembelajaran yang
disarankan yaitu: 1 melakukan percobaan mereaksikan kalsium asetat jenuh dengan alkohol 95 , 2 menyimpulkan pembuatan koloid dengan
cara kondensasi, 3 menerima dan mendiskusikan bahwa pembuatan koloid dengan cara kondensasi melibatkan beberapa reaksi kimia.
b. Cara dispersi yaitu pembuatan koloid dengan cara memperkecil ukuran partikel terdispersi menjadi partikel koloid. Kegiatan pembelajaran yang
disarankan yaitu: 1 melakukan pembuatan kue agar-agar, 2 menerima informasi dan mendiskusikan bahwa pembuatan koloid cara dispersi
banyak digunakan dalam industri kosmetik dan industri cat.
2.6 Penggunaan Media Komputer dalam Pembelajaran.