43
BAB 3 METODE PENELITIAN
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka pemecahan masalah. Metode penelitian merupakan usaha
yang dilakukan dalam penelitian ilmiah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode yang digunakan disesuaikan
dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai, sehingga penelitian dapat berjalan secara sistematis. Berdasarkan hal tersebut, maka aspek-aspek yang akan
dibahas di dalam metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa bimbingan dan konseling. Berdasarkan tujuan tersebut
maka jenis penelitian yang paling sesuai untuk judul penelitian tingkat komunikasi interpersoal mahasiswa bimbingan dan konseling Unnes angkatan
2011, 2012 dan 2013 yaitu jenis penelitian survei dengan metode deskriptif kuantitatif. Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Pendekatan deskriptif kuantitatif merupakan metode penelitian untuk meneliti dan
mendeskripsikan hasil data yang berupa angka-angka dan telah dianalisis sebelumnya menggunakan angka-angka.
Menurut Sukardi 2011: 157 penelitian deskriptif merupakan penelitian yang hanya untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan, berbagai
kondisi, situasi, dan fenomena yang terjadi. Selanjutnya, Sugiyono 2009: 207- 208 menjelskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dengan apa adanya membuat kesimpulan yang
digeneralisasikan. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan secara sistemasis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey deskriptif hal ini dikarenakan peneliti bermaksud ingin mengetahui gambaran secara sistematis,
faktual yang akurat mengenai fakta yang ada serta fenomena yang terjadi mengenai tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa jurusan Bimbingan dan
Konseling Unnes angkatan 2011, 2012, dan 2013.
3.2 Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan dipaparkan tentang 1 identifikasi variabel penelitian dan 2 definisi operasional variabel penelitian.
3.2.1. Identifikasi Variabel
Di dalam suatu penelitian dibutuhkan variabel untuk diteliti. Menurut Sugiyono 2007: 2 variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus
peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan lainnya dalam kelompok itu.
Sedangkan menurut Arikunto 2006: 118 variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Berdasarkan
definisi-definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa variabel penelitian adalah gejala atau objek yang menjadi fokus dan titik perhatian suatu penelitian. Variabel
penelitian ini merupakan variabel tunggal. Dalam penelitian ini variabel tunggalnya yaitu komunikasi interpersonal.
3.2.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah batasan yang jelas, nyata, konkrit, sehingga veriabel dapat diukur. Komunikasi interpersonal
adalah proses menyampaikan dan menerima pesan yang dilakukan dua orang atau lebih, baik verbal dengan menggunakan kata-kata maupun non verbal
menggunakan isyarat-isyarat non linguistik, yang mana dalam komunikasi interpersonal terjadi proses saling mempengaruhi antara komunikator dan
komunikan. Dalam komunikasi interpersonal dibagi menjadi beberapa indikator yaitu: 1 keterbukaan opennes, 2 empati empathy, 3 dukungan supportive,
4 perasaan positif positiveness, 5 kesetaraan equality, 6 umpan balik yang tinggi, 7 akibat baik, dan 8 arus pesan dua arah.
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.3.1. Populasi
Dalam suatu penelitian dibutuhkan populasi untuk diteliti. Menurut Sugiyono 2007: 55 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyeksubyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan akhirnya ditarik kesimpulan.
Pendapat yang sama dikatakan oleh Arikunto 2006: 130 bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah kelompok yang terdiri dari obyeksubyek yang ditetapkan untuk dipelajari, diteliti, dan akhirnya dipilih untuk ditarik kesimpulan.
Populasi yang akan diteliti sesuai dengan judul yang dipilih adalah seluruh mahasiswa bimbingan dan konseling Unnes angkatan 2011, 2012, dan 2013.
Dengan rincian jumlah mahasiswanya adalah: angkatan 2011 berjumlah 107 mahasiswa, angkatan 2012 berjumlah 123 mahasiswa dan angkatan 2013
berjumlah 131 mahasiswa. Apabila dijumlahkan maka total populasi adalah 361 mahasiswa.
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Mahasiswa
No. Angkatan
Jumlah Mahasiswa
1. 2011
107 2.
2012 123
3. 2013
131 Total
361
3.3.2. Sampel dan Teknik Sampling
Sugiyono 2009:118 mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Adanya berbagai keterbatasan
dalam melakukan penelitian, maka dalam populasi hanya diambil beberapa untuk dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya, Arikunto 2006: 131 menyatakan
bahwa sempel adalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang diteliti. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dari sampel adalah
sebagian dari populasi yang mewakili untuk dijadikan fokus penelitian dari mahasiswa masing-masing angkatan 2011, 2012 dan 2013.
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Menurut
Sugiyono 2009:120 teknik ini digunakan apabila anggotaunsur dalam populasi tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Alasan digunakannya teknik ini
yaitu: 1 Responden yang akan diambil adalah mahasiswa dengan angkatan yang
berbeda, yaitu mahasiswa angkatan 2011, 2012 dan 2013. 2 Jumlah mahasiswa setiap angkatan tidak sama, dan jumlah populasi berstrata
maka sampelnya juga berstrata. 3 Untuk menyeimbangkan data yang akan diperoleh maka dalam menentukan
responden dilakukan secara acak. Dalam penelitian ini mengacu dengan pendapat Arikunto 2006:134 yang
mengatakan apabila populasi kurang dari 100 orang maka diambil seluruhnya, namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang maka sampel diambil
sebesar 10-15-20-25 atau lebih. Dalam hal ini jumlah populasi sebesar 361 maka peneliti mengambil 30 dari tiap angkatan. Angkatan 2011 sebanyak
27 mahasiswa, angkatan 2012 sebanyak 31 mahasiswa, dan angkatan 2013
sebanyak 33 mahasiswa. Untuk rincian lengkapnya dijabarkan seperti berikut ini: Tabel 3.2
Perhitungan Responden Sesuai Semester Angkatan
Jumlah Mahasiswa Jumlah Responden
Angkatan 2011 107
107x30100= 32 Angkatan 2012
123 123x30100= 37
Angkatan 2013 131
131x30100= 40 Jumlah Total Responden
109 Mahasiswa
3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai 1 metode pengumpul data, 2 alat pengumpul data dalam penelitian, dan 3 prosedur penyusunan instrumen.
Adapun pemaparan tersebut sebagai berikut.
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Menurut Arikunto 2006: 149 dijelaskan bahwa metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
penelitian. Kaitannya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan metode skala psikologis. Menurut Azwar 2013:6
karakteristik dari skala psikologis adalah cenderung digunakan untuk mengukur aspek afektif yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang mengungkap indikator
dari perilaku secara tidak langsung mengungkap perilaku, respon jawaban yang berbeda diinterpretasikan yang berbeda pula. Selanjutnya menurut Sutoyo
2009:170 mengatakan bahwa skala psikologi digunakan untuk mengungkap aspek kepribadian individu. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
skala psikologis adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengungkap perilaku secara tidak langsung melalui indikator perilaku dari aspek-
aspek kepribadian.
3.4.2 Alat Pengumpulan Data
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai skala komunikasi interpersonal. Skala yang digunakan berisi pernyataan-pernyataan tentang komunikasi
interpersonal dalam keseharian. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model skala likert. Skala likert yang dimaksudkan dalam penelitian
ini digunakan untuk mengukur variabel keperilakuan, dalam hal ini yaitu komunikasi interpersonal pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang angkatan 2011, 2012 dan 2013.
3.4.3 Penyusunan Instrumen
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengadaan instrumen penelitian ini melalui beberapa tahap. Menurut Arikunto 2006:166 prosedur yang ditempuh
dalam penyusunan instrumen adalah perencanaan, penulisan butir soal, penyuntingan, uji coba, analisis hasil, revisi, dan instrumen jadi. Sedangkan dalam
penelitian ini, langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam penyusunan instrumen dapat dilihat pada bagan berikut:
Gambar 3.1 Bagan Penyusunan Instrumen
Gambar 3.1 merupakan langkah-langkah dalam menyusun instrumen, yaitu pertama peneliti menyusun kisi-kisi pengembangan instrumen yang meliputi
variabel, indikator, deskriptor dan nomor item. Penyusunan butir-butir skala didasarkan atas kisi-kisi skala yang telah dikontruksi sesuai landasan teori yang
telah dikaji dan dikembangkan. Setelah skala disusun, butir-butir skala diujicobakan kepada sejumlah mahasiswa Bimbingan dan Konseling Unnes
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas intrumen. Sehingga dengan kriteria Teori
Kisi-kisi Instrumen
Uji Coba Revisi
Instrumen Jadi
tertentu dapat ditentukan butir intrumen yang dapat digunakan dan tidak dapat digunakan.
Pada skala komunikasi interpersonal ini terdapat lima pilihan jawaban yaitu SS Sangat Sesuai, S Sesuai, KS Kurang Sesuai, TS Tidak Sesuai, dan
STS Sangat Tidak Sesuai. Pemberian skoring pada angket berdasarkan skala likert. Pada jawaban diberlakukan angka skor, sehingga analisis dilakukan
berdasarkan skor tersebut. Data yang dihasilkan berupa data interval. Berikut kategori jawaban dan cara pemberian skor angket ini adalah
Tabel 3.3 Kategori Penskoran Skala
Kategori Skor Pernyataan
Positif Negatif
SS Sangat Sesuai 5
1 S Sesuai
4 2
KS Kurang Sesuai 3
3 TS Tidak Sesuai
2 4
STS Sangat Tidak Sesuai 1
5
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Skala Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Jurusan Bimbingan
Dan Konseling Universitas Negeri Semarang Angkatan 2011, 2012 Dan 2013 Variabel
Indikator Deskriptor
Nomor Item +
-
Komunikasi Interpersonal
1. Keterbukaan 1.1 Memulai menunjukan
perhatian kepada lawan bicara.
2 4
8
1.2 Merespon lawan bicara.
7 9
6 1.3 Membagi perasaan
atau pengalaman kepada lawan bicara.
10 5
3 1
2. Empati 2.1 Melihat realita dari
sudut pandang orang lain.
15 17
11
2.2 Menghayati perasaan dan pikiran yang
15 21
13
dirasakan lawan bicara.
2.3 Mampu mengontrol emosi.
14 12
20 18
16
3. Dukungan 3.1 Menyampaikan
perasaan dan persepsi tanpa menilai.
24 25
28 30
3.2 Mampu membangkitkan minat
lawan bicara untuk mengikuti
pembicaraan. 27
31 26
3.3 Bersikap jujur tidak menyelimuti
motif yang terpendam.
29 22
23
4. Rasa Positif 4.1 Memberikan penialain
positif terhadap diri sendiri
32 35
39 36
4.2 Memberikan penilaian positif terhadap lawan
bicara. 40
38 37
34 33
5. Kesetaraan 5.1 Menempatkan diri
setara dengan lawan bicara.
42 45
46 48
49
5.2 Mengkomunikasikan penghargaan pendapat
dan keyakinan. 47
44 43
41
6. Umpan Balik 6.1 Mendengarkan aktif
51 53
54 55
57
6.2 Merespon atau menanggapi apa yang
dikatakan lawan bicara.
58 56
52 50
7. Akibat baik 7.1 Pesan yang diberikan
dapat meningkatkan pemahaman.
60 62
63 64
66
7.2 Menghindari salah paham.
67 65
61 59
8. Arus pesan dua arah
8.1 Saling memberi dan menerima informasi.
69 71
72 8.2 Tidak mendominasi
pembicaraan. 74
73 70
68
3.5 Uji Instrumen Penelitian
Pada bagian ini akan dipapakan mengenai 1 validitas instrumen, 2 reliabilitas instrumen, dan 3 teknik analisis data. Adapun pemaparan bagian
tersebut sebagai berikut.
3.5.1.Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat Arikunto 2006:168. Validitas suatu
instrumen sangat penting karena tanpa instrumen yang valid, data atau penelitian akan memiliki kesimpulan bias. Dari pemaparan diatas, uji validitas yang tepat
untuk intrumen penelitian ini yaitu validitas internal. Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen
secara keseluruhan. Pada pengujian ini hanya menganalisis keseluruhan instrumen dengan butir-butir dan faktor-faktor penyusun instrumen tersebut. Hasil uji coba
dihitung dengan rumus korelasi product moment. mengkorelasikan skor tiap item instrumen dalam skor total.
√ Keterangan:
rxy = Validitas instrumen koefisien korelasi N = Jumlah responden
X = Skor butir soal
Y = Skor total soal ΣX = Jumlah skor butir soal
ΣY = Jumlah skor total soal ΣX²= Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣY²= Jumlah kuadrat skor total soal Hasil perhitungan selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf
signifikan 5. Apabila hasil perhitungan r hitung lebih besar dari r tabel maka instrumen dikatakan valid, apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrumen
dikatakan tidak valid. Berdasarkan analisis hasil try out diketahui bahwa dari 94 butir soal
terdapat 20 butir tidak valid, yaitu nomor 6, 10, 11, 12, 17, 18, 21, 30, 33, 40, 41, 43, 46, 51, 58, 64, 66, 71, 81, 93 karena memiliki r
hitung
r
tabel
α = 5 dengan N = 30. 20 butir soal tersebut dihilangkan karena sudah ada butir-butir soal lain yang
dipandang sudah dapat mewakili dari tiap-tiap indikator yang diungkap. Dengan demikian jumlah item yang digunakan untuk penelitian sebanyak 74 butir soal,
kemudian disusun kembali penomorannya untuk mengambil data penelitian. Perhitungan selengkapnya terlampir pada lampiran.
3.5.2.Reliabilitas
Arikunto 2006:178 memaparkan reliabilitas yaitu suatu penilaian instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur Azwar, 2013:111. Dapat disimpulkan bahwa reliabilitas
merujuk pada suatu pengertian suatu instrumen sukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu model Skala Likert sehingga data yang diperoleh adalah data interval. Data interval adalah data yang
memiliki jarak yang sama tetapi tidak memiliki nilai nol absolut mutlak. Mencari reliabilitas instrumen yang berbentuk skala dapat dilakukan dengan
rumus Alpha. Pengujian reliabilitas dengan teknik Koefisien Alfa dilakukan untuk jenis data interval Sugiyono, 2007:276. Adapun rumus tersebut adalah sebagai
berikut:
r
11
Keterangan:
r
11
= reliabilitas instrumen K
= banyak butir pertanyaan = jumlah varians butir
= jumlah varians total Dari hasil perhitungan reliabilitas kemudian hasil tersebut dikonsultasikan
dengan nilai r
tabel
apabila r
hitung
r
tabel
maka butir soal dikatakan reliabel. Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00
semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel Arikunto, 2013:112 . Kriteria indeks reliabilitas menurut Balian dalam
Soehartono, 2000:86 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Indeks Reliabilitas
No. Interval
Kriteria
1. 0,7
Sangat rendah 2.
0,70 - 0,79 Rendah
3. 0,80
– 0,84 Cukup
4. 0,85
– 0,89 Tinggi
5. 0, 90
– 1, 00 Sangat tinggi
Dengan taraf signifikansi yang digunakan adalah 5 dan jumlah responden 30 N, maka diperoleh r
table
= 0,361. Berdasarkan uji coba diperoleh hasil uji reliabilitas r
hitung
= 0,900 , maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel dan termasuk dalam indeks reliabilitas sangat tinggi karena r
hitung
= 0,900 r
table
= 0,361.
3.5.3.Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah cara yang ditempuh untuk mengurai data menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan
dipresentasikan. Data yang terkumpul perlu diolah untuk mengetahui kebenaran
sehingga diperoleh hasil yang meyakinkan.
3.5.3.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif prosentase dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa BK UNNES angkatan 2011, 2012 dan 2013. Rumus penghitungan persentase data menurut Ali
1982:82 dipaparkan sebagai berikut.
Keterangan: = Nilai persentase
F = Jumlah Frekuensi siswa dalam indikatorskor total dari hasil data
N = Jumlah total siswadata tertinggi dari penskoran
Skala komunikasi interpersonal menggunakan skor 1 sampai 5 dengan jumlah item sebanyak 74. Panjang kelas interval kriteria komunikasi interpersonal
dapat ditentukan dengan cara berikut: Presentase skor maksimum 55 x 100 = 100
Presentase skor minimum 15 x 100 = 20
Rentangan presentase skor 100 - 20= 80
Panjang kelas interval rentang kriteriabanyak kriteria= 805 = 16
Banyaknya kriteria yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. Dengan demikian interval kelas skor dan persentase yaitu:
Tabel 3.6 Interval Kelas Skor Persentase dan Kategori
No Interval Persentase
Kategori
1. 85-100
Sangat tinggi 2.
69-84 Tinggi
3. 53-68
Sedang 4.
37-52 Rendah
5. 20-36
Sangat rendah Kriteria komunikasi interpersonal pada Tabel 3.5 akan mempermudah
peneliti dalam menentukan prosentase gambaran tingkat komunikasi interpersonal pada mahasiswa. Sehingga dapat diketahui tinggi rendahnya tingkat pada masing-
masing angkatan. Kriteria tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1 Sangat tinggi, yaitu apabila mahasiswa sudah memiliki niat sepenuhnya untuk
memulai menunjukan perhatian kepada lawan bicara, merespon lawan bicara
serta membagi perasaan atau pengalaman kepada lawan bicara. Mahasiswa dapat melihat realita dari sudut pandang orang lain dan menghayati perasaan
dan pikiran yang dirasakan lawan bicara dengan mendalam namun tetap bias mengontrol emosi agar tidak larut terlalu dalam dengan apa yang dirasakan
lawan bicara. Mahasiswa dapat dengan mudah menyampaikan perasaan dan persepsi tanpa menilai, memiliki cara-cara untuk membangkitkan minat
lawan bicara dalam mengikuti pembicaraan serta terbiasa bersikap jujur tidak menyelimuti motif yang terpendam. Mahasiswa selalu memberikan penialain
positif terhadap diri sendiri serta terhadap lawan bicara. Mahasiswa tidak membeda-bedakan status dan golongan lawan bicara atau dapat dikatakan
dapat menempatkan diri setara dengan lawan bicara sehingga penghargaan pendapat dan keyakinan dapat dikomunikasikan dengan sangat baik. Saat
berkomunikasi mahasiswa mendengarkan dengan aktif serta memberikan respon atau menanggapi apa yang dikatakan lawan bicara dengan baik. Dalam
menyampaikan mengindari salah paham dan pesan-pesan yang disampaikan dapat bermanfaat untuk lawan bicara. Antara komunikator dan komunikan
saling memberi dan menerima informasi secara bergantian. Namun salah satu pihak tidak ada yang mendominasi percakapan tersebut. Serta informasi yang
diberikan dapat meningkatkan pemahaman lawan bicara. 2 Tinggi, yaitu apabila mahasiswa sudah memiliki niat untuk memulai
menunjukan perhatian kepada lawan bicara, merespon lawan bicara serta membagi perasaan atau pengalaman kepada lawan bicara. Mahasiswa dapat
melihat realita dari sudut pandang orang lain dan menghayati perasaan dan
pikiran yang dirasakan lawan bicara namun tetap bias mengontrol emosi agar tidak larut terlalu dalam dengan apa yang dirasakan lawan bicara. Ketika
mahasiswa diajak berkomunikasi mahasiswa juga tidak menghakimi perkataan yang disampaikan oleh lawan bicara, tidak memiliki motif tertentu
yang terpendam, dan mampu memotivasi lawan bicara agar mau terus melakukan komunikasi. Mahasiswa dapat memberikan penialain positif
terhadap diri sendiri serta terhadap lawan bicara. Mahasiswa tidak membeda- bedakan status dan golongan lawan bicara atau dapat dikatakan dapat
menempatkan diri setara dengan lawan bicara sehingga penghargaan pendapat dan keyakinan dapat dikomunikasikan dengan baik. Saat
berkomunikasi mahasiswa mendengarkan dengan aktif serta memberikan respon atau menanggapi apa yang dikatakan lawan bicara dengan baik. Dalam
menyampaikan mengindari salah paham dan pesan-pesan yang disampaikan dapat bermanfaat untuk lawan bicara. Selain itu ciri-ciri mahasiswa dengan
kategori komunikasi antarpribadi yang tinggi harus mampu melakukan komunikasi yang interaktif dengan lawan bicara, artinya antara komunikator
dan komunikan saling memberi dan menerima informasi secara bergantian. Namun salah satu pihak tidak ada yang mendominasi percakapan tersebut.
3 Sedang, yaitu apabila mahasiswa sudah memiliki niat untuk membuka diri dan membagi perasaan atau pengalaman kepada lawan bicara. Mahasiswa
juga tidak terbawa dengan perasaan lawan bicara, tetapi mampu memahami apa yang dirasakan dan yang dipikirkan oleh lawan bicara. Ketika mahasiswa
diajak berkomunikasi mahasiswa juga tidak menghakimi perkataan yang
disampaikan oleh lawan bicara dan tidak memiliki motif tertentu yang terpendam. Mahasiswa selalu memberikan penilaian positif kepada lawan
bicara dan mampu menjaga tingkah laku agar selalu positif. Mahasiswa juga mampu memperlakukan lawan bicara secara horisontal dan positif dan selalu
menghargai perbedaan. Ketika mahasiswa memberikan responpun selalu sesuai dengan apa yang dipersepsikan oleh lawan bicara dan respon diberikan
segera setelah lawan bicara menyampaikan pendapatnya. Selain itu ciri-ciri mahasiswa dengan kategori komunikasi antarpribadi yang sedang harus
mampu melakukan komunikasi yang interaktif dengan lawan bicara, artinya antara komunikator dan komunikan saling memberi dan menerima informasi
secara bergantian. 4 Rendah, yaitu apabila mahasiswa belum memiliki niat untuk membuka diri
sepenuhnya dan hanya membagi perasaan atau pengalaman kepada orang tertentu saja. Mahasiswa kadang-kadang masih terbawa dengan perasaan
lawan bicara dan masih salah dalam memahami apa yang dipikirkan oleh lawan bicara. Ketika mahasiswa diajak berkomunikasi mahasiswa juga
terkadang masih menghakimi perkataan yang disampaikan oleh lawan bicara. Mahasiswa hanya memberikan penilaian positif kepada orang tertentu saja.
Mahasiswa juga belum mampu memperlakukan semua orang secara horisontal dan positif. Ketika mahasiswa memberikan responpun belum
sesuai dengan apa yang dimaksud oleh lawan bicara dan respon tidak segera diberikan.
5 Sangat rendah, yaitu apabila mahasiswa belum memiliki niat untuk membuka diri sepenuhnya kepada lawan bicara. Mahasiswa masih terbawa dengan
perasaan lawan bicara. Ketika mahasiswa diajak berkomunikasi mahasiswa sering menghakimi perkataan yang disampaikan oleh lawan bicara.
Mahasiswa sulit memberikan penilaian positif kepada lawan bicara. Mahasiswa juga masih membeda-bedakan perlakukan kepada lawan bicara.
Ketika mahasiswa memberikan respon masih lambat dan tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh lawan bicara.
3.5.3.2. Uji Normalitas Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Uji
normalitas data bertujuan untuk mengetahui variabel dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Bila data tidak normal, maka statistik parametris
tidak dapat digunakan sehingga perlu digunakan statistik nonparametris. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer
SPSS dengan rumus Kolmogorov-Smirnov, apabila signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas komunikasi
interpersonal pada 109 mahasiswa BK UNNES diperoleh signifikansi sebesar 0,744 sehingga data termasuk berdistribusi normal. Untuk hasil lengkapnya dapat
dilihat pada lampiran. 3.5.3.3. Uji Anava
Uji anava yang digunakan adalah analisis varians tunggal one way anava dilakukan untuk menguji komparatif rata-rata k sampel bila pada setiap sampel
hanya terdiri atas satu kategori Sugiyono, 2009:265. Teknik ini bertujuan untuk
melihat perbedaan tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa BK UNNES angkatan 2011, 2012 dan 2013. Penggunaan analisis varians dilandasi pada
asumsi bahwa sampel diambil secara random, data berdistribusi normal, varians antar sampel homogen Sugiyono, 2009:174. Analisis varians tunggal dihitung
dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS. Apabila F
hitung
lebih besar dari F
tabel
dan taraf signifikansi berada dibawah 0,05 , maka hasilnya yaitu terjadi perbedaan yang signifikan. Untuk hasil lengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
62
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang, dilanjutkan dengan keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini.
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang akan dipaparkan berikut ini mengacu pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa
jurusan Bimbingan dan Konseling Unnes pada angkatan 2011, 2012 dan 2013 serta perbedaan tingkat komunikasi interpersonal pada tiap angkatan. Untuk
mengungkap hal tersebut dalam penelitian ini menggunakan instrumen skala komunikasi interpersonal. Ada delapan indikator yang diukur dalam peneitian ini
yaitu: 1 keterbukaan opennes, 2 empati empathy, 3 dukungan supportiveness, 4 rasa positif positiveness, 5 kesetaraan equality, 6
adanya umpan balik yang tinggi, 7 adanya akibat baik, dan 8 adanya arus pesan dua arah.
4.1.1 Tingkat Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Jurusan Bimbingan
dan Konseling Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2011, 2012 dan 2013.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 109 responden yang diambil dari 30 pada setiap angkatan seperti yang telah
dijelaskan pada bab 3. Untuk memperoleh data secara obyektif dan lengkap