TINGKAT KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ANGKATAN TAHUN 2011, 2012 DAN 2013
i
TINGKAT KOMUNIKASI INTERPERSONAL
MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN
KONSELING UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ANGKATAN TAHUN 2011, 2012 DAN 2013
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian studi strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Aldilla Firdausi
1301409020
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
(2)
(3)
(4)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Persembahan :
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Papa dan Mamaku tercinta yang selalu
memberikan cinta dan do’a yang tiada henti
mengalir untukku.
Kakak dan Adikku tersayang yang selalu memberi warna hidupku.
Sahabat-sahabatku BK’09. Almamaterku.
“Lisanmu adalah kunci bagimu untuk memilih dua jalan, selamat atau celaka” “Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”– Evelyn Underhill-
(5)
v
K
ATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Tingkat Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2011, 2012 dan 2013”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa jurusan BK UNNES angkatan 2011, 2012 dan 2013.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan pengarahan, kritik, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan ijin penelitian, bimbingan, saran, serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Awalya, M.Pd., Kons. Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan motivasi sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
(6)
vi
5. Dra. Mth. Sri Hartati, M.Pd., Kons. Dosen Pembimbing I yang dengan sabar membimbing dan memberikan saran dan motivasi sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
6. Bapak, Ibu dosen Bimbingan dan Konseling yang telah ikut membantu memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak ibu pegawai tata usaha Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah membantu administrasi surat menyurat penelitian.
8. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling khususnya angkatan tahun 2011, 2012 dan 2013 yang telah bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
9. Keluarga besar BK angkatan 2009 yang selalu memberikan dukungan, semangat dan kenangan indah selama menjalani hari-hari di kampus.
10. Teman baikku Luthfi Putra Fahmi yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku Enam Srikandi, Konyil, Alfath-LA, dan KKN CCM yang telah memberi warna di hidupku.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
(7)
vii ABSTRAK
Firdausi, Aldilla. 2013. Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2011, 2012 dan 2013. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Mth. Sri Hartati, M.Pd., Kons. dan Pembimbing II Drs. Eko Nusantoro, M.Pd.
Kata Kunci: Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Secara rasional memiliki komunikasi interpersonal yang baik bagi mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling adalah penting dengan tujuan dapat memperoleh kelancaran sebagai bekal ketika nantinya menjadi konselor profesional. Penelitian ini dilakukan berdasar fenomena di kampus bahwa masih banyak mahasiswa yang kesulitan dan merasa canggung dalam memulai percakapan. Mahasiswa yang sulit mengajukan pertanyaan, mahasiswa yang kurang menghargai ketika orang lain sedang berbicara, dan mahasiswa yang sulit memberi masukan kepada teman. Permasalahan yang akan dibahas adalah tingkat kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang angkatan tahun 2011, 2012 dan 2013,
dan perbedaan tingkat komunikasi interpersonal pada tiap angkatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling angkatan tahun 2011, 2012 dan 2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling Universitas Negeri Semarang angkatan 2011, 2012 dan 2013. Sampel yang digunakan sebanyak 109 mahasiswa dari 30% mahasiswa pada tiap angkatan, dengan rincian bahwa mahasiswa angkatan 2011 sebanyak 32 mahasiswa, angkatan 2012 sebanyak 37 mahasiswa dan angkatan 2013 sebanyak 40 mahasiswa. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif prosentase dan untuk melihat perbedaan pada tiap tingkat menggunakan rumus one way anava.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata tingkat kemampuan komunikasi interpersonal pada angkatan 2011 sebesar 71%, angkatan 2012 sebesar 70% dan angkatan 2013 sebesar 69%. Setelah data melalui uji varian hasil yang diperoleh adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal pada tiap angkatan karena signifikansinya diatas 0,05%. Indikator yang memperoleh skor tertinggi adalah empati, sedangkan yang memperoleh skor terendah adalah keterbukaan.
Dari hasil penelitian tersebut , dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan komunikasi interpersonal yang tertinggi diperoleh angkatan 2011 dan kemampuan komunikasi interpersonal yang terendah diperoleh angkatan 2013 serta tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal pada tiap angkatan. Hendaknya bagi jurusan bimbingan dan konseling terus membuat inovasi agar bisa terus mengembangkan sekaligus meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa BK.
(8)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
3.5.1 Manfaat Penelitian ... 6
3.5.2 Manfaat Teoritis ... 7
3.5.3 Manfaat Praktis ... 7
1.4 Sistematikan Penulisan Skripsi ... 7
BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Komunikasi Interpersonal ... 11
2.2.1 Pengertian Komunikasi ... 11
2.2.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 12
2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 13
2.2.4 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 18
2.2.5 Bentuk-bentuk Komunikasi Interpersonal ... 22
2.2.6 Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal ... 23
2.2.7 Komunikasi Interpersonal yang Efektif ... 28
2.2.8 Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Komunikasi Interpersonal .... 33
2.3 Hipotesis ... 41
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 43
3.2 Variabel penelitian ... 44
3.2.1 Identifikasi Variabel ... 44
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 45
3.3 Populasi Sampel dan Teknik Sampling ... 45
3.3.1 Populasi ... 45
(9)
ix
3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 48
3.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 48
3.4.2 Alat Pengumpulan Data ... 48
3.4.3 Penyusunan Instrumen ... 49
3.5 Uji Instrumen Penelitian ... 52
3.5.1 Validitas ... 52
3.5.2 Reliabilitas ... 53
3.5.3 Metode Analisis Data ... 55
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 62
4.2 Tingkat Komunikasi Interpersonal Angkatan 2011, 2012 dan 2013 ... 62
4.3 Perbedaan Tingkat Komunikasi Interpersonal Angkatan 2011, 2012 dan 2013 ... 68
4.4 Pembahasan ... 70
4.5 Keterbatasan Penelitian ... 80
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 82
5.2 Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
(10)
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Bagan Penyusunan Insrumen ... 49 4.1 Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Angkatan
2011, 2012 dan 2013 ... 63 4.2 Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Angkatan
2011 ... 64 4.3 Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Angkatan
2012. ... 66 4.4 Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Angkatan
2013 ... 67 4.5 Grafik Perbedaan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Unnes Angkatan
(11)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Daftar Jumlah Mahasiswa ... 46
3.2 Perhitungan Responden Tiap Angkatan ... 47
3.3 Kategori Penskoran Skala ... 50
3.4 Kisi-Kisi Instrumen ... 50
3.5 Kriteria Indeks Reliabilitas ... 55
3.6 Interval Kelas, Skor, Prosentase dan Kategori ... 56
4.1 Tingkat Komunikasi Interpersonal Angkatan 2011, 2012 dan 2013 ... 63
4.2 Tingkat Komunikasi Interpersonal Angkatan 2011 ... 64
4.3 Tingkat Komunikasi Interpersonal Angkatan 2012 ... 65
4.4 Tingkat Komunikasi Interpersonal Angkatan 2013 ... 67
4.5 Perbedaan Tingkat Komunikasi Interpersonal Angkatan 2011, 2012 dan 2013 ... 68
(12)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Observasi Komunikasi Interpersonal ... 86
2. Hasil Observasi Komunikasi Interpersonal ... 88
3. Kisi-kisi instrumen sebelum try out ... 91
4. Kisi-kisi instrument setelah try out ... 93
5. Instrumen Skala Tingkat Komunikasi Interpersonal sebelum try out ... 95
6. Intrumen Skala Tingkat Komunikasi Interpersonal setelah try out ... 101
7. Tabulasi Perhitungan Validitas Uji Coba ... 106
8. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Uji coba ... 110
9. Hasil Perhitungan Tingkat Komunikasi Interpersonal Angkatan 2011 ... 112
10. Hasil Perhitungan Tingkat Komunikasi Interpersonal Angkatan 2012 ... 115
11. Hasil Perhitungan Tingkat Komunikasi Interpersonal Angkatan 2013 ... 118
12. Hasil Uji Normalitas Data ... 121
13. Hasil Perhitungan One Way Anava ... 122
14. Daftar Nama Responden Angkatan 2011, 2012 dan 2013 ... 124
15. Daftar Hadir Responden ... 127
16. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 134
(13)
1
1.1
Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu aktifitas fundamental yang merupakan suatu peristiwa sosial bagi kehidupan manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang berhubungan dengan manusia lainnya, oleh karena itulah komunikasi merupakan usaha yang dilakukan setiap individu untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Menurut Sugiyo (2005: 1) dalam istilah komunikasi mengandung pengertian memberitahukan dan menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan, nilai dan pikiran yang disampaikan kepada penerima informasi. Menurut Rakhmat (2007: 14) komunikasi interpersonal merupakan kemampuan yang penting dalam menjalin hubungan dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Selanjutnya, Sugiyo (2005: 3) mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal merupakan proses sosial yang mana individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi satu sama lain. Adapun ciri-ciri dari komunikasi interpersonal adalah adanya keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, kesamaan, arus pesan dua arah, konteks hubungan tatap muka, tingkat umpan balik tinggi, adanya akibat/dampaik baik, dan dalam suasana non formal.
Komunikasi juga merupakan landasan bagi berlangsungnya suatu proses konseling. Konseling merupakan profesi yang biasa disebut helping proffesions. Proses pemberian bantuan tersebut terjadi dalam suatu proses wawancara
(14)
konseling yang di dalamnya terdapat interaksi dan komunikasi interpersonal antara dua pihak yaitu konselor dan konseli. Keberhasilan dalam proses konseling juga sangat ditentukan oleh keefektifan komunikasi antara konselor dan konseli. Winkel (2006: 348) mengatakan bahwa dalam proses konseling menonjolkan empat aspek yang terdapat di dalamnya, yaitu terjadi komunikasi antarpribadi, berlangsung suatu proses, terdapat pertemuan tatap muka, dan adanya tanggapan dari konselor yang bersifat membantu. Sebagai tenaga profesional, seorang konselor harus memiliki dan memahami komunikasi interpersonal yang efektif guna membantu dalam membina komunikasi dengan konseli.
Secara rasional memiliki komunikasi interpersonal yang baik adalah sangat penting bagi mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling yang merupakan calon konselor, sehingga komunikasi interpersonal yang telah dimiliki dapat digunakan sebagai bekal untuk membantu membina komunikasi yang efektif dan efisien dengan konseli ketika nantinya telah menjadi konselor profesional. Suatu profesi yang di dalamnya terjadi interaksi secara langsung dengan orang lain membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik. Selain sebagai bekal ketika nantinya telah berprofesi sebagai seorang konselor, komunikasi interpersonal juga dapat bermanfaat untuk menunjang kehidupan sehari-hari yang lebih efektif baik ketika kegiatan di dalam kampus maupun di luar kampus. Setiap orang yang berada dalam suatu lingkungan akan saling berkomunikasi dan bekerjasama untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Dalam belajar di kampus mahasiswa tidak mungkin sendiri, selalu ada orang lain yang dibutuhkan untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Sebuah
(15)
kerjasama yang baik akan terwujud apabila mahasiswa berkomunikasi secara efektif dalam lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Supratiknya (2009: 9) yang mengemukakan beberapa manfaat dari komunikasi interpersonal bagi remaja yaitu (1) membantu perkembangan intelektual dan sosial remaja, (2) membantu remaja mengetahui identitas atau jati diri mereka, (3) membantu memahami realitas di sekelilingnya, dan (4) membantu menyehatkan mental remaja.
Berdasarkan pengamatan dari penulis dalam keseharian di kampus, tidak semua mahasiswa bimbingan dan konseling memenuhi aspek-aspek individu yang memiliki komunikasi interpersonal yang baik. Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena yang terjadi pada mahasiswa bimbingan dan konseling Unnes adalah sebagai berikut: pada mahasiswa angkatan 2011 beberapa mahasiswa masih ada yang merasa canggung dalam memulai percakapan dengan temannya, serta mahasiswa yang sulit mengajukan pertanyaan ketika membutuhkan suatu informasi artinya mahasiswa tersebut belum memiliki keterbukaan. Masih ada pula mahasiswa yang malah tersenyum ketika mendengarkan temannya bercerita mengenai kesedihan yang sedang dialami yang artinya mahasiswa tersebut belum memiliki empati. Kasus lain juga sering peneliti lihat dimana ada mahasiswa yang selalu mendominasi pembicaraan, seakan-akan tidak memberikan kesempatan yang lain untuk berbicara yang artinya mahasiswa tersebut belum dapat melakukan komunikasi dua arah.
Pada mahasiswa angkatan 2012, beberapa mahasiswa canggung untuk memulai menyapa orang lain cenderung menunggu disapa terlebih dahulu yang
(16)
artinya mahasiswa masih kurang dalam keterbukaan. Ada juga mahasiswa yang kurang menghargai ketika temannya sedang bercerita yaitu hanya mendengarkan tanpa memberikan tanggapan yang artinya dalam komunikasi tersebut belum terdapat umpan balik. Hal lain dijumpai beberapa mahasiswa yang banyak membicarakan keburukan orang lain sehingga dapat dikatakan dalam komunikasi tersebut tidak terdapat dampak baik.
Pada mahasiswa angkatan 2013, beberapa mahsiswa masih malu untuk memulai menyapa terlebih dahulu dan memilih menundukan kepala ketika bertemu temannya yang artinya mahasiswa tersebut belum memiliki keterbukaan. Ketika ada teman presentasi di depan kelas, banyak dari mahasiswa yang malah tidak memperhatikan, mereka terkesan tidak peduli. Beberapa mahsiswa juga cenderung menyendiri tidak terlibat dalam kegiatan kelompok bersama teman lainnya artinya mahasiswa tersebut tidak memiliki keterbukaan serta perasaan setara dengan teman lainnya. Hal lain banyak dijumpai mahasiswa yang tidak memberikan masukan ketika temannya membutuhkan pendapat, dapat dikatakan dalam komunikasi tersebut tidak terdapat umpan balik. Mahasiswa juga banyak yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan yang dirasakan dengan apa adanya.
Hal tersebut merupakan perilaku-perilaku yang seharusnya tidak ditunjukkan oleh mahasiswa BK. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan dan perhatian khusus ketika hal tersebut terjadi pada mahasiswa bimbingan dan konseling Unnes yang sejak awal telah dipersiapkan untuk menjadi calon konselor profesional. Dengan adanya fenomena tersebut, maka penulis ingin melakukan
(17)
penelitian dengan tujuan ingin melihat tingkat komunikasi interpersonal yang dimiliki mahasiswa jurusan bimbingan dan perbedaan tingkat komunikasi interpersonal pada tiap angkatan. Karena sebagai seorang calon konselor profesional, mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling tentunya harus berkomunikasi interpersonal yang baik guna membantu membina komunikasi yang efektif dan efisien dengan konseli serta bermanfaat juga untuk menunjang kehidupan sehari-hari yang lebih efektif baik dalam kegiatan di dalam kampus maupun di luar kampus.
Dalam upaya untuk mengetahui tingkat komunikasi interpersonal pada mahasiswa bimbingan dan konseling, maka penulis ingin menyusun penelitian
yang dikemas dalam sebuah judul “Tingkat Komunikasi Interpersonal Mahasiswa
Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2011, 2012 dan 2013”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan utama yang akan dibahas adalah tingkat komunikasi interpersonal pada mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang angkatan tahun 2011, 2012 dan 2013, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2011, 2012 dan 2013?
(18)
1.2.2 Apakah ada perbedaan tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2011, 2012 dan 2013?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan utama yang akan dibahas adalah tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling Universitas Negeri Semarang angkatan tahun 2011, 2012 dan 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling Universitas Negeri Semarang angkatan tahun 2011, 2012 dan 2013
1.3.2.2 Untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling Universitas Negeri Semarang angkatan tahun 2011, 2012 dan 2013.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(19)
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang pentingnya komunikasi interpersonal dimiliki oleh seorang calon konselor.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi jurusan BK FIP UNNES
Dapat menggunakan informasi tentang tingkat komunikasi interpersonal pada mahasiswa bimbingan dan konseling Unnes sebagai landasan membantu meningkatkan komunikasi interpersonal pada mahasiswa.
1.4.2.2 Bagi mahasiswa BK FIP UNNES
Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai pentingnya komunikasi interpersonal dimiliki oleh seorang calon konselor.
1.5
Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi merupakan gambaran mengenai garis besar keseluruhan isi skripsi agar dapat memahami maksud karya penulisan, serta merupakan susunan permasalahan yang akan dikaji dengan langkah-langkah pembahasan yang tersusun dalam bab-bab sistematika skripsi yang terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, lembar pengesahan, motto, dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran.
(20)
Bab 1 Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi.
Bab 2 Tinjauan Pustaka, pada bab ini berisi uraian mengenai materi yang melandasi penelitian yaitu meliputi pengertian komunikasi, pengertian komunikasi interpersonal, ciri-ciri komunikasi interpersonal, bentuk-bentuk komunikasi interpersonal, unsur-unsur komunikasi interpersonal, tujuan komunikasi interpersonal, dan faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi interpersonal.
Bab 3 Metode Penilitian berisi uraian metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Metode penelitian ini meliputi jenis penelitian, design penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, kabsahan data, dan analisis data.
Bab 4 Hasil penelitian, berisi hasil-hasil penelitian dan pembahasannya. Bab 5 Penutup, berisi tentang penyajian simpulan hasil penelitian dan penyajian saran sebagai implikasi dari hasil penelitian.
Bagian akhir, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung.
(21)
9
Dalam suatu penelitian ilmiah membutuhkan adanya landasan teoritik yang kuat. Hal ini bertujuan agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, khususnya dalam menjawab permasalahan yang diajukan. Teori-teori yang digunakan sebagai landasan akan dapat menunjukan alur berfikir dari proses penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini.
2.4
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Tujuan dari penelitian tersebut adalah sebagai bahan masukan bagi pemula dan untuk membandingkan antara penelitian satu dengan penelitian yang lain. Penelitian terdahulu yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prastha (2012) dapat dilihat bahwa indikator efeektivitas kerja dan komunikasi interpersonal sudah dapat berjalan dengan baik dan optimal. Setelah dilakukan pengujian signifikansi dapat disimpulkan bahwa terdapat peranan yang positif dari komunikasi interpersonal pimpinan terhadap upaya meningkatkan efektivitas kerja karyawan. Dari penelitian tersebut dapat menjadi gambaran bahwa suatu profesi yang di dalamnya terjadi interaksi secara langsung dengan orang lain membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik. Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan,
(22)
yaitu pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling maka diharapkan mahasiswa BK sebagai calon konselor juga harus memiliki komunikasi interpersonal yang baik agar menunjang pelaksanaan konseling.
Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Lesmana (2005) diperoleh kesimpulan bahwa di Indonesia hampir semua jenis pekerjaan dituntut persyaratan kemampuan komunikasi interpersonal, meskipun tidak dalam kategori tinggi. Sedangkan di Hongkong, hampir semua jenis pekerjaan dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi interpersonal dan termasuk dalam kategori tinggi. Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua jenis pekerjaan di manapun menuntut para pekerjanya memiliki komunikasi interpersonal yang baik. Oleh sebab itu, sebagai seorang mahasiswa bimbingan dan konseling yang mana nantinya akan bekerja sebagai seorang konselor juga harus memiliki komunikasi interpersonal yang baik untuk menunjang pelaksanaan profesinya.
Berikutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Tahar (2010) diperoleh kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal adalah hal penting untuk berjalannya suatu organisasi dalam mengatasi beragam masalah. Apabila suatu organisasi/perusahaan melakukan komunikasi interpersonal yang efektif, baik itu antara atasan dengan para karyawan maupun antar karyawan, maka karyawan akan menjadi lebih produktif dan lebih baik dalam melakukan pekerjaannya. Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa komunikasi interpersonal sangat diperlukan untuk berbagai jenis pekerjaan guna menunjang tercapainya tujuan yang diinginkan dari pekerjaan tersebut.
(23)
2.5
Komunikasi Interpersonal
Dalam sub bab ini, penjelasan komunikasi interpersonal dimulai dari definisi komunikasi, komunikasi interpersonal interpersonal sampai dengan faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi interpersonal, berikut penjelasannya:
2.2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Istilah komunikasi
berasal dari bahasa latin “communicare” yang artinya memberitahukan atau
berpartisipasi. Kata komunis berarti milik bersama atau berlaku dimana-mana,
sehingga “communis opinio” memiliki arti pendapat umum atau pendapat
mayoritas (Liliweri, 1997: 3). Raymond S. Ross (dalam Wiryanto, 2004: 6) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. Gerald (dalam Fauzan 2008: 1) menjelaskan bahwa komunikasi terjadi jika sumber mengirim pesan secara sadar dan sengaja untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Selanjutnya, Sugiyo (2005: 1) menyatakan bahwa dalam komunikasi mengandung pengertian memberitahukan dan menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan, nilai, dan pikiran dengan maksud agar menggugah partisipasi antara orang yang memberi atau menyampaikan informasi dan orang yang menerima informasi.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau
(24)
lebih dengan tujuan tertentu. Terdapat dua bentuk dalam komunikasi personal, yaitu komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal (Liliweri, 1997: 7). Namun, dalam penelitian ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah mengenai komunikasi interpersonal.
2.2.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Tan (dalam Liliweri 1997) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi tatap muka antara dua atau lebih. Sedangkan menurut De Vito (dalam Suranto 2011: 5) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan oleh satu orang dan oleh orang lain atau kelompok kecil orang dengan berbagai dampak dari umpan balik yang diberikan. Selanjutnya, Winkel (2006: 242) menjelaskan komunikasi interpersonal merupakan bentuk tingkah laku seseorang baik secara verbal maupun non verbal yang dikirimkan oleh seseorang kepada orang lain. Lebih lanjut, berikut pengertian komunikasi interpersonal menurut Sugiyo (2005: 3):
“Komunikasi interpersonal adalah komunikasi dimana orang-orang
yang terlibat dalam komunikasi menganggap orang lain sebagai pribadi dan bukan objek yang disamakan dengan benda, dan komunikasi antarpribadi merupakan suatu pertemuan (encounter)
diantara pribadi-pribadi.”
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses menyampaikan dan menerima pesan yang dilakukan dua orang atau lebih dalam kelompok kecil secara langsung baik verbal dengan menggunakan kata-kata maupun non verbal menggunakan isyarat-isyarat non linguistik yang mana di dalamnya terjadi proses saling mempengaruhi.
(25)
2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal
Suranto (2011: 14) menyebutkan ada lima ciri dari komunikasi interpersonal, berikut ini ringkasannya:
1) Arus pesan dua arah.
Komunikasi interpersonal menempatkan pemberi dan penerima pesan dalam posisi yang sejajar sehingga penyampaian pesan mengikuti arus dua arah dapat berganti peran secara tepat.
2) Suasana nonformal.
Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana nonformal sehingga pesan komunikasi biasanya bersifat lisan, bukan tertulis.
3) Umpan balik segera.
Komunikasi interpersonal biasanya mempertemukan komunikan dengan komunikator secara tatap muka sehingga respon dapat diketahui dengan segera baik secara verbal maupun non verbal.
4) Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat.
Komunikasi interpersonal merupakan metode dalam komunikasi yang menuntut komunikan dan komunikator berada dalam jarak dekat secara fisik maupun psikologis, yakni berada dalam satu lokasi tertentu dan keintiman hubungan individu.
5) Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara stimultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal.
(26)
Antara komunikan dan komunikator saling mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun non verbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan yang ingin dicapai dalam komunikasi.
De Vito (dalam Sugiyo 2005: 4) mengemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal meliputi lima ciri yaitu: (1) keterbukaan (opennes), (2) empati
(empathy), (3) dukungan (supportiveness), (4) rasa positif (positiveness), (5) kesamaan (equality). Liliweri (1997: 13) merumuskan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu sebagai berikut:
“(1) spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka; (2) tidak memiliki tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu; (3) terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas; (4) mengakibatkan dampak yang disengaja maupun tidak disengaja; (5) kerap kali berbalas-balasan; (6) mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan; (7) harus membuahkan hasil; dan (8) menggunakan lambang-lambang
yang bermakna”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri komunikasi interpersonal menurut Liliweri yaitu terjadi secara sepontan dan kebetulan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dan mengakibatkan dampak baik yang saling mempengaruhi. Lebih lanjut Sugiyo (2005: 5-9) menyebutkan sepuluh ciri-ciri dari komunikasi interpersonal sebagai berikut :
1) Keterbukaan,
Adanya kesediaan untuk membuka diri, merespon serta merasakan pikiran dan perasaan antara komunikator dan komunikan. Dengan memiliki keterbukaan diri nantinya komunikan dan komunikator akan aman serta saling memahami satu sama lain, sehingga komunikasi akan berjalan dengan baik, lebih bermakna, dan efektif.
(27)
2) Empati,
Empati artinya ikut merasakan, dan menempatkan pikiran, perasaan, dan keinginan orang lain yang diajak berkomunikasi sehingga suasana komunikasi akan menunjang berkembangnya suasana hubungan yang didasari atas saling pengertian dan penerimaan.
3) Dukungan,
Dalam komunikasi antar pribadi sikap memberi dukungan atau suasana yang mendukung harus diberikan oleh komunikator kepada komunikan agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi.
4) Rasa positif,
Sikap positif yang dimaksud adalah adanya kecenderungan pada diri komunikator untuk memberikan penilaian positif terhadap komunikan. 5) Kesamaan,
Kesamaan artinya antara komunikan dan komunikator tidak ada yang merasa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain maka tidak akan terasa ada jarak dalam komunikasi sehingga komunikasi dapat berjalan lancar.
6) Arus pesan yang cenderung dua arah,
Dalam komunikasi interpersonal, antara komunikator dan komunikan memiliki hubungan dua arah yakni saling memberi dan menerima informasi. 7) Konteks hubungan tatap muka,
Dalam komunikasi antar pribadi berlangsung dengan adanya ikatan psikologis yang saling mempengaruhi secara langsung dan intens.
(28)
8) Tingkat umpan balik yang tinggi,
Dalam komunikasi antarpribadi terjadi respon umpan balik secara langsung. Pada hakekatnya komunikasi adalah membagi pesan secara langsung antara komunikan dengan komunikator.
9) Interaksi minimal dua orang.
Suatu komunikasi dapat dikatakan komunikasi antarpribadi apabila terjadi sekurang kurangnya antara dua orang.
10) Adanya akibat baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja
Komunikasi antarpribadi harus dapat memberikan akibat yang baik bagi komunikan maupun komunikator baik direnacankan ataupun tidak direncanakan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari komunikasi interpersonal adalah:
1) Keterbukaan (Opennes)
Keterbukaan berarti adanya kesediaan untuk membuka diri, merespon serta merasakan pikiran dan perasaan antara komunikator dan komunikan. Dengan memiliki keterbukaan diri nantinya komunikan dan komunikator akan aman serta saling memahami satu sama lain, sehingga komunikasi akan berjalan dengan baik, lebih bermakna, dan efektif.
2) Empati (Empathy)
Empati artinya ikut merasakan, dan menempatkan pikiran, perasaan, dan keinginan orang lain yang diajak berkomunikasi , melihat realita dari sudut pandang orang lain tanpa lebur di dalamnya, memahami perasaan dan pikiran yang dirasakan orang lain sehingga suasana komunikasi akan menunjang
(29)
berkembangnya suasana hubungan yang didasari atas saling pengertian dan penerimaan.
3) Dukungan (Supportif)
Dalam komunikasi interpersonal diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi.
4) Rasa positif (Positiveness)
Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak berdasarkan penilaian yang baik. Dalam komunikasi interpersonal hendaknya antara komunikator dan komunikan saling menunjukan sikap positif sehingga hubungan komunikasi dapat terjadi. Rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri sendiri maupun lawan bicara.
5) Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah walaupun terdapat perbedaan dalamn kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya. Apabila antara komunikator dan komunikan tidak ada yang merasa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain maka tidak akan terasa ada jarak dalam komunikasi sehingga komunikasi dapat berjalan lancer dan efektif.
(30)
6) Tingkat umpan balik tinggi
Dalam komunikasi interpersonal terjadi respon umpan balik secara langsung. Pada hakekatnya komunikasi adalah membagi pesan secara langsung antara komunikan dengan komunikator. Dalam komunikasi interpersonal ditandai dengan adanya ketergantungan interaktif dan terjadinya respon dari komunikan dan komunikator.
7) Adanya dampak baik.
Komunikasi antarpribadi harus dapat memberikan akibat yang baik bagi komunikan maupun komunikator baik direnacankan ataupun tidak direncanakan. Akibat baik akan muncul apabila informasi yang disampaikan dapat menambah pemahaman baru. Selain itu, komunikasi juga akan memiliki dampak baik apabila pesan yang disampaikan tidak menimbulkan kesalahpahaman.
8) Arus pesan dua arah
Dalam komunikasi interpersonal, antara komunikator dan komunikan memiliki hubungan dua arah yakni saling memberi dan menerima informasi. Komunikasi interpersonal menempatkan pemberi dan penerima pesan dalam posisi yang sejajar sehingga penyampaian pesan mengikuti arus dua arah dapat berganti peran secara tepat.
2.2.4 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan suatu kegiatan atau tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Adapun tujuan dari komunikasi interpersonal menurut Suranto (2011: 19-22) adalah:
(31)
1) Mengungkapkan perhatian kepada orang lain.
Pada prinsipnya komunikasi interpersonal hanya dimaksudkan untuk menunjukkan adanya perhatian kepada orang lain dan untuk menghindarkan kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek.
2) Menemukan diri sendiri.
Seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik pribadi berdasarkan informasi yang didapat dari orang lain.
3) Menemukan dunia luar.
Dengan melakukan komunikasi interpersonal maka akan memperoleh kesempatan untuk mengetahui berbagai kejadian di dunia luar berdasarkan informasi yang penting dan aktual dari orang lain.
4) Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis.
Kebutuhan yang paling mendasar dalam diri manusia adalah kebutuhan untuk membentuk dan membina hubungan baik dengan orang lain.
5) Mempengaruhi sikap dan tingkah laku.
Dalam prinsip komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain, yang mana pesan tersebut bertujuan untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku secara langsung maupun secara tidak langsung.
6) Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu.
Dalam beberapa suasana saat melakukan komunikasi interpersonal dapat memberikan suasana rileks dan mendatangkan kesenangan.
(32)
7) Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi.
Dengan melakukan komunikasi interpersonal yang baik maka dapat terjadi pendekatan secara langsung berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi sehingga akan memiliki dampak baik bagi komunikan maupun komunikator.
8) Memberikan bantuan (konseling)
Komunikasi interpersonal dapat digunakan sebagai proses kegiatan pemberian bantuan bagi orang lain yang memerlukan.
Sedangkan De Vito (dalam Sugiyo 2005: 10) berpendapat bahwa tujuan dari komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi sebagai berikut: 1) Belajar
Dengan melakukan komunikasi antar pribadi maka akan dapat memperluas wawasan tentang objek kejadian maupun dunia luar.
2) Berhubungan
Dengan melakukan komunikasi antar pribadi bertujuan untuk menjaga relasi atau interaksi dengan orang lain serta mengoptimalkan kemampuan untuk senantiasa menilai diri dan orang lain secara positif.
3) Mempengaruhi
Komunikasi antar pribadi bertujuan untuk mempengaruhi orang lain agar mengikuti apa yang dikemukakan oleh komunikator sehingga dapat berpartisipasi dalam kegiatan bersama.
(33)
4) Bermain
Komunikasi antar pribadi bukan hanya bertujuan untuk pengetahuan, melainkan juga untuk bersenang-senang untuk mengurangi stres dan ketegangan.
5) Membantu
Para ahli seperti psikolog dan konselor menggunakan kemampuan komunikasi antar pribadi untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi kliennya.
Lebih lanjut, Sugiyo (2005: 11) menyebutkan sembilan tujuan dari komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal seperti berikut ini:
“ (1) Menemukan diri sendiri, (2) menemukan dunia luar,
(3) membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain, (4) mengubah sikap dan perilaku diri sendiri, (5) bermain dan hiburan, (6) belajar, (7) mempengaruhi orang lain, (8) merubah pendapat orang
lain, dan (9) membantu orang lain.”
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki tujuan untuk membantu seseorang menjalin hubungan dan interaksi yang baik dan bermakna dengan orang lain, membantu seseorang mengetahui dan memahami karakteristik pribadi keadaan dirinya sendiri serta mengoptimalkan sikap positif yang dimiliki untuk senantiasa menilai diri dan orang lain secara positif.
(34)
2.2.5 Bentuk-bentuk Komunikasi Interpersonal
Proses komunikasi interpersonal akan terjadi apabila pengirim pesan menyampaikan informasi baik berupa lambang verbal maupun non verbal kepada penerima pesan. Lebih lengkapnya akan dijelaskan seperti berikut:
2.2.5.1 Komunikasi Verbal
Komunikasi secara verbal yaitu komunikasi dengan menggunakan kata-kata. Cara mengungkapkan perasaan tergantung pada kesadaran dan penerimaan terhadap perasaan tersebut. Menurut Johnson (dalam Supratiknya 2009: 57) ada empat cara mendeskripsikan perasaan secara jelas, yaitu dengan: (a) mengidentifikasi atau menyebutkan nama dari perasaan tersebut, misalnya untuk
mengungkapkan perasaan bahagia dengan kalimat “Saya sangat bahagia”; (b)
menggunakan kalimat kiasan perasaan, misalnya untuk mengungkapkan perasaan sakit hati dengan kalimat “hati saya tersayat-sayat mendengar itu”; (c) mengungkapkan bentuk tindakan yang ingin dilakukan, misalnya mengatakan
“Saya merasa ingin menampar wajahnya” untuk mengungkapkan kebencian
terhadap seseorang; (d) mengungkapkan dengan kiasan kata-kata, misalnya untuk
mengungkapkan kondisinya yang bahaya dengan menggunakan kalimat “Saya merasa seperti diujung tanduk”.
2.2.5.2 Komunikasi Non verbal
Liliweri (1997: 31) menyatakan bahwa dalam komunikasi interpersonal menggunakan tanda-tanda informasi verbal maupun non verbal dalam menyampaikan pesan, sehingga pesan yang disampaikan dapat menunjukan kedekatan hubungan antara komunikator dan komunikan serta pesan yang
(35)
disampaikan dapat diterima oleh lawan komunikasi secara baik dan mendapat umpan balik secara tepat. Sugiyo (2005: 120) menjelaskan bahwa komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat-isyarat non linguistik untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, misalnya: sorot mata, raut muka, ekspresi wajah, jeda dalam berbicara, gerak tubuh, dan sebagainya. Melalui pesan
nonverbal dapat menunjukkan tujuan dan respon emosional yang apa adanya. Selanjutnya, Johnson (dalam Supratiknya 2009: 62) menyebutkan ciri-ciri dari perilaku nonverbal yaitu merupakan kebiasaan yang jarang kita sadari, berfungsi untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, untuk mengungkapkan emosi yang benar-benar dirasakan, memiliki makna yang berbeda di lingkungan budaya yang berbeda dan memiliki makna yang berbeda pula pada setiap orang.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua bentuk komunikasi dalam komunikasi interpersonal yaitu dalam bentuk komunikasi
verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi secara verbal yaitu komunikasi dengan menggunakan kata-kata yang langsung diucapkan, sedangkan komunikasi
non verbal merupakan komunikasi yang menggunakan isyarat-isyarat non linguistik untuk menyampaikan pesan kepada komunikan sehingga dapat menunjukan respon emosional secara langsung.
2.2.6 Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal
Dalam proses komunikasi interpersonal terdapat unsur-unsur atau komponen komunikasi yang paling berperan sesuai dengan karakteristik unsur
(36)
tersebut. Sugiyo (2005: 23) menyebutkan ada enam unsur yang terdapat dalam komunikasi interpersonal, diantaranya yaitu:
1) Sumber/ Komunikator
Sumber atau komunikator yaitu orang yang berkomunikasi membagi informasi sebagai titik awal dalam proses komunikasi. Dalam komunikasi antarpribadi komunikator sekaligus sebagai penerima informasi. Karakteristik komunikator sangat dipengaruhi oleh latar belakang komunikator, seperti jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, tempat tinggal, dan lain-lain.
2) Tujuan (destination)
Maknanya tujuan dalam komunikasi antarpribadi adalah tujuan apa yang ingin dicapai. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan komunikasi adalah suatu usaha untuk membawa oarang lain ke sudut pandang komunikator sesuai yang diharapkan. Tujuan setiap komunikator berbeda-beda tergantung aktivitas komunikasi antarpribadi yang dilakukan.
3) Penerima
Penerima merupakan seseorang yang menjadi sasaran dari proses komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi interpersonal penerima juga sekaligus sebagai komunikator.
4) Pesan (message)
Dalam komunikasi interpersonal pesan merupakan segala sesuatu yang ingin disampaikan dalam bentuk verbal maupun non verbal yang memiliki makna sebagai terjemahan, gagasan, maksud dan tujuan komunikasi.
(37)
5) Saluran yang digunakan dalam komunikasi antar pribadi.
Efektivitas dalam komunikasi interpersonal sangat ditentukan oleh pemilihan saluran yang akan digunakan dalam komunikasi. Saluran tersebut dapat melalui pendengaran, penglihatan, rabaan atau yang lain.
6) Umpan balik
Umpan balik dalam komunikasi interpersonal digunakan sebagai kontrol untuk tindakannya sendiri dan sebagai pedoman untuk tindakan selanjutnya. Pada dasarnya hakekat komunikasi interpersonal adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mengikuti saran dari komunikastor.
Selanjutnya, Suranto (2011: 7) menyebutkan sembilan unsur atau komponen yang saling berkaitan dalam komunikasi interpersonal:
1) Sumber/Komunikator
Sumber atau komunikator yaitu orang yang menciptakan, memformulasikan, menyampaikan pesan dan memiliki keinginan untuk membicarakan keadaan internal baik emosional maupun informasional.
2) Encoding
Encoding merupakan aktifitas mengungkapkan isi pikiran melalui pemilihan dalam bentuk verbal atau non verbal ke dalam simbol-simbol atau kata-kata. 3) Pesan
Pesan merupakan hasil dari encoding, yang mewakili keadaan komunikator yang berupa seperangkat simbol-simbol yang berbentuk verbal maupun non verbal.
(38)
4) Saluran
Saluran merupakan media yang digunakan unyuk menyampaikan informasi antara komunikator dan komunikan berada pada situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk keduanya dapat berkomunikasi tatap muka. 5) Penerima/komunikan
Penerima atau komunikan adalah sesorang yang menerima, memahami dan menginterpretasi pesan yang telah disampaikan oleh komunikator.
6) Decoding
Decoding merupakan proses pemberian makna yang terjadi proses melalui indera yang berupa kata dan simbol kemudian diubah dalam pengalaman-pengalaman yang memiliki makna.
7) Respon
Respon adalah tanggapan komunikan terhadap pesan yang telah disampaikan oleh komunikator. Respon dapat bersifat positif, negatif maupun netral tergangtung tanggapan yang diberikan.
8) Gangguan (noise)
Noise merupakan hal-hal yang mengganggu dan membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan baik yang berupa fisik maupun psikis. 9) Konteks Komunikasi
Ada tiga dimensi dalam konteks komunikasi yaitu dimensi ruang yang merujuk pada tempat terjadinya komunikasi, konteks waktu yang merujuk pada waktu terjadinya komunikasi dilakukan, dan konteks nilai yang merujuk pada nilai-nilai apa saja yang terdapat pada suasana komunikasi.
(39)
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi interpersonal adalah:
1) Komunikator
Komunikator adalah seseorang yang mengirim atau memberikan pesan kepada orang lain baik berupa ungkapan perasaan maupun informasi. Komunikator sangat dipengaruhi oleh banyak faktor latar belakang, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, dan lain-lain.
2) Komunikan
Komunikan adalah penerima atau sasaran pesan yang disampaikan oleh komunikator.
3) Pesan
Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan komunikator kepada komunikan dalam bentuk verbal maupun non verbal.
4) Tujuan
Tujuan merupakan adanya sasaran yang ingin dicapai dalam proses komunikasi interpersonal.
5) Saluran
Saluran merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan informasi antara komunikator dan komunikan, dapat berupa alat indera maupun media perantara ketika antara komunikator dan komunikan berada pada situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk keduanya dapat berkomunikasi tatap muka.
(40)
6) Respon
Respon merupakan tanggapan komunikan terhadap pesan yang telah disampaikan oleh komunikator. Respon dapat bersifat positif, negatif maupun netral tergangtung tanggapan yang diberikan. Respon atau umpan balik juga dapat berfungsi sebagai kontrol efektivitas komunikasi interpersonal.
2.2.7 Komunikasi Interpersonal yang Efektif
Efektivitas dalam komunikasi interpersonal sangat penting karena apabila komunikasi interpersonal yang dilakukan tidak efektif maka tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai. Mulyana (dalam L.Tubbs: 2000) mengatakan bahwa komunikasi yang efektif membutuhkan kepekaan dan keterampilan yang dapat dilakukan setelah mempelajari proses komunikasi dan kesadaran akan respon yang terjadi ketika sedang berkomunikasi .
Verderber (dalam L.Tubbs: 2000) mengatakan bahwa “Komunikasi yang
efektif adalah komunikasi dalam mana makna yang distimulasikan serupa atau
sama dengan yang dimaksudkan komunikator, atau makna bersama”. De Vito
(dalam Sugiyo 2005: 14) mengungkapkan komunikasi interpersonal dikatakan efektif ditinjau dari dua model yaitu:
1) Model yang pertama yaitu model humanistik yang meliputi a. Adanya keterbukaan (opennes)
Kualitas keterbukaan paling sedikit terdiri atas tiga aspek, yaitu:
(1) Antara komunikator dan komunikan harus memiliki kemauan untuk terbuka saling menyampaikan informasi tentang sesuatu yang rahasia.
(41)
(2) Komunikator merespon dengan spontan dan tanpa alasan terhadap komunikasi yang sedang berlangsung.
(3) Adanya perasaan dan pemikiran bahwa apa yang kita ungkapkan adalah berasal dari diri sendiri sehingga harus bertanggung jawab atas ucapan tersebut.
b. Empati
Empati maksudnya adalah komunikator turut merasakan seperti apa yang komunikan rasakan. Cara untuk meningkatkan empati adalah dengan: (1) tidak melakukan evaluasi atau memberikan label atas perilaku orang lain. (2) mencoba mencari tahu tentang orang lain sehingga akan memahami latar belakang apa yang mempengaruhi perasaan atau perilaku orang tersebut. (3) mencoba berperan sebagai orang tersebut.
Empati bisa dilakukan dengan verbal maupun non verbal. Secara verbal meliputi: memantulkan kembali perasaan orang lain, menghindari kalimat tanya karena akan membuat seseorang defensif, menyimpulkan pesan orang lain yang bermakna ganda, dan membuka diri terhadap orang lain. Sedangkan secara non verbal dapat dilakukan dengan cara melalui ekspresi wajah, melalui kontak mata, dan sentuhan.
c. Dukungan
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dapat mendorong atau memotivasi orang lain. Sikap suportif juga dapat ditunjukan dalam sikap deskriptif bukan evaluatif dan ditunjukkan dengan spontan bukan strategi.
(42)
d. Rasa positif
Individu mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara yaitu menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang lain. Sikap positif mengacu dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terwujud apabila seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya penting untuk interaksi yang efektif.
e. Kesamaan (equality)
Kesamaan dapat diwujudkan dengan memberikan penghargaan tanpa syarat terhadap orang lain.
2) Model yang kedua adalah pragmatis atau mengenai prilaku yang meliputi a. Menejemen interaksi
Manajemen interaksi yang dimaksud adalah mengelola suatu interaksi dan percakapan yang penuh makna tanpa adanya kecanggungan. Komunikasi antarpribadi akan berlangsung efektif apabila komunikator dan komunikan mampu memanajemen interaksi yang baik.
b. Kesegeraan
Kesegeraan yaitu suatu aktifitas yang mengarah pada keterlibatan antara komunikator dengan komunikan untuk mencapai kata sepakat. Kesegeraan dapat dilakukan dengan verbal maupun non verbal.
(43)
c. Kepercayaan
Kepercayaan maksudnya adalah tidak adanya kecemasan atau ketakutan untuk menyampaikan informasi. Kepercayaan dapat dibangun dengan memulai untuk membuka percakapan.
d. Ekspresi
Cara yang dapat digunakan dalam mengkomunikasikan eskpresi yaitu dengan mendengar aktif, mengindari kata-kata yang membosankan diulang-ulang, menyimpulkan pesan ganda, mengungkapkan kemauan untuk berbagi perasaan, dan secara non verbal dapat dilakukan dalam vokal, nada suara, volume, ritme dan ekspresi wajah.
e. Orientasi.
Kemampuan komunikator untuk menyesuaikan dengan komunikan selama komunikasi antarpribadi berlangsung. Kemampuan ini dapat dilakukan dengan verbal maupun non verbal.
Suranto (2011: 80) juga menjelaskan lima hukum komunikasi interpersonal yang efektif dapat dilakukan dengan:
1) Respect (menghargai)
Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran komunikasi. Apabila komunikasi dilakukan dengan rasa sikap saling menghargai dan menghormati akan meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi.
(44)
2) Empathy (empati)
Empati maksudnya adalah dapat untuk menempatkan diri pada situasi dan kondisi tertentu. Komunikator turut merasakan seperti apa yang komunikan rasakan.
3) Audible (diterima)
Audible artinya dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Dalam hal ini berarti pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
4) Clarity (keterbukaan)
Dalam berkomunikasi interpersonal perlu dikembangkan sikap terbuka agar dapat terbangun kepercayaan antara pemberi dengan penerima pesan.
5) Humble (rendah hati).
Untuk membangun rasa menghargai orang lain, perlu didasari dengan sikap rendah hati yang dimiliki.
Selanjutnya Winkel (2006: 241-242) menjelaskan bahwa terdapat beberapa aspek agar memiliki komunikasi interpersonal yang hangat dan produktif, yaitu: (1) saling percaya, (2) memahami (empati), (3) terbuka apa adanya, (4) memberi dukungan serta menjaga komunikasi yang telah terjalin baik secara verbal maupun non verbal.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa persamaan keefektifan keterampilan komunikasi interpersonal dilihat dari beberapa aspek yaitu adanya keterbukaan (opennes), empati (empathy), motivasi atau dukungan, rasa positif (positiveness) dan kesetaraan (equality) yang
(45)
dilakukan dalam bentuk verbal dengan menggunakan kata-kata maupun non verbal menggunakan isyarat-isyarat non linguistik.
2.2.8 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal yang Efektif Dengan komunikasi interpersonal yang efektif, pihak-pihak yang terlibat di dalam komunikasi tersebut akan memperoleh manfaat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Suranto (2011: 84) ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan komunikasi interpersonal apabila dipandang dari sudut komunikator, komunikan dan pesan yang disampaikan, untuk lebih jelasnya seperti berikut ini:
1) Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikator. a. Kredibilitas
Kredibilitas adalah kewibawaan seorang komunikator ketika melakukan komunikasi di depan komunikan, semakin tinggi kredibilitas yang dimiliki oleh komunikator maka akan semakin besar pengaruh terhadap komunikan. b. Daya tarik fisik maupun non fisik
Daya tarik fisik maupun non fisik yang dimiliki oleh komunikator akan mengundang simpati dari komunikan dalam menerima pesan-pesan yang disampaikan.
c. Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual mencakup tingkat kecakapan, kecerdasan, dan keahlian seorang komunikator sehingga dapat melakukan komunikasi yang sesuai dengan kondisi.
(46)
d. Integritas
Komunikator yang memiliki keterpaduan antara ucapan dan tindakan akan lebih disegani oleh komunikan.
e. Kepercayaan
Kepercayaan yang dimiliki oleh komunikator akan sangat mempengaruhi keterbukaan yang terjadi dalam proses komunikasi.
f. Kepekaan sosial
Kemampuan komunikator dalam memahami situasi dan lingkungan agar proses penyampaian informasi berlangsung pada situasi yang tepat.
g. Kematangan tingkat emosional
Kemampuan komunikator untuk mengendalikan emosi agar suasana komunikasi menyenangkan untuk kedua belah pihak.
h. Kondisi psikologis komunikan
Komunikator perlu memahami kondisi psikologis orang yang diajak berbicara agar dapat memilih saat yang paling tepat untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.
i. Sikap komunikator
Sikap komunikator yang baik harus bersikap supel, ramah dan tegas.
2) Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikan. a. Kecakapan komunikan.
b. Pengetahuan luas yang dimiliki komunikan.
c. Sikap komunikan ramah, supel dan pandai bergaul.
(47)
e. Sikap bersahabat dengan komunikator.
3) Faktor keberhasilan dilihat dari sudut pesan.
a. Pesan komunikasi interpersonal harus dirancang dan disampaikan dengan cara-cara tertentu agar mudah dipahami oleh komunikan.
b. Lambang-lambang yang digunakan harus benar-benar dipahami oleh komunikator maupun komunikan.
c. Pesan yang disampaikan harus jelas dan sesuai dengan kondisi maupun situasi.
d. Pesan yang disampaikan tidak menimbulkan multi interpretasi yang berlainan.
e. Pesan yang disampaikan harus mengandung informasi yang praktis dan berguna untuk komunikan.
f. Pesan yang disampaikan berupa kalimat konkret, detail dan spesifik disertai dengan bukti.
g. Pesan yang disampaikan dapat pula berupa rekomendasi untuk membantu komunikan.
Dilihat dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi interpersonal yaitu faktor dari sudut komunikator sebagai pemberi pesan, faktor dari sudut komunikan sebagai penerima pesan dan faktor dari isi pesan yang disampaikan.
Suranto (2011: 86) juga menjelaskan faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat komunikasi interpersonal yang efektif, berikut penjelasannya:
(48)
1) Kredibilitas komunikator rendah.
Komunikator yang tidak berwibawa di hadapan komunikan, menyebabkan berkurangnya perhatian komunikan terhadap komunikator.
2) Kurang memahami latar belakang sosial budaya
Nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di suatu komunitas atau di masyarakat harus diperhatikan, sehingga komunikator dapat menyampaikan pesan dengan baik, tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku.
3) Kurang memahami karakteristik komunikan
Karakteristik komunikan meliputi tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan sebgaianya harus dipahami oleh komunikator.
4) Prasangka buruk
Prasangka negatif antara pihak-pihak yang terlibat komunikasi harus dihindari, karena dapat mendorong ke arah sikap apatis dan penolakan.
5) Verbalistis
Komunikasi yang hanya berupa penjelasan verbal berupa kata-kata saja akan membosankan dan mengaburkan komunikan dalam memahami makna pesan.
6) Komunikasi satu arah
Komunikasi berjalan satu arah, dari komunikator kepada komunikan terus menerus dari awal sampai akhir, menyebabkan hilangnya
(49)
kesempatan komunikan untuk meminta penjelasan terhadap hal-hal yang belum dimengerti.
7) Tidak digunakan media yang tepat
Pilihan menggunakan media yang tidak tepat menyebabkan pesan yang disampaikan sukar dipahami oleh komunikan.
8) Perbedaan bahasa
Perbedaan bahasa menyebabkan terjadinya perbedaan penafsiran terhadap simbol-simbol tertentu. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi dapat berubah menjadi penghambat bila dua orang mendefinisikan kata, frasa, atau kalimat tertentu secara berbeda. 9) Perbedaan persepsi
Apabila pesan yang dikirimkan oleh komunikator dipersepsi sama oleh komunikan, maka keberhasilan komunikasi menjadi lebih baik. Namun perbedaan latar belakang sosial budaya, seringkali mengakibatkan perbedaan persepsi, karena semakin besar perbedaan latar belakang budaya, semakin besar pula pengalaman bersama.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang menghambat terjadinya komunikasi interpersonal yang efektif, diantaranya adalah karena kredebilitas komunikator yang rendah, latar belakang faktor sosial budaya yang berbeda, kurang adanya saling memahami antara komunikator dan komunikan, pikiran-pikiran negatif yang muncul sehingga menimbulkan perbedaan persepsi, media dan bahasa komunikasi yang membosankan.
(50)
Komunikasi interpersonal adalah proses menyampaikan dan menerima pesan yang dilakukan dua orang atau lebih, baik verbal dengan menggunakan kata-kata maupun non verbal menggunakan isyarat-isyarat non linguistik, yang mana dalam komunikasi interpersonal terjadi proses saling mempengaruhi antara komunikator dan komunikan. Berdasarkan fenomena dan penjelasan sebelumnya, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa bimbingan dan konseling yang ditinjau dari model humanistik dari sisi psikologis. Adapun indikator komunikasi interpersonal disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli yang saling melengkapi. Indikator berkomunikasi interpersonal yang dimaksud di dalamnya mencakup:
1) Keterbukaan
Keterbukaan atau bersikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Keterbukaan adalah adanya kesediaan untuk membuka diri, menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain merespon serta membagi pikiran dan perasaan antara komunikator dan komunikan. Keterbukaan dalam komunikasi interpersonal dapat dilihat yaitu apabila: (1) memulai menunjukan perhatian kepada lawan bicara, (2) merespon lawan bicara, dan (3) membagi perasaan atau pengalaman kepada lawan bicara. Dengan memiliki keterbukaan diri nantinya komunikan dan komunikator akan merasa aman serta saling memahami satu sama lain, sehingga komunikasi akan berjalan dengan baik, lebih bermakna, dan efektif.
(51)
2) Empati
Komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif apabila komunikator menunjukan empati pada komunikan. Apabila empati tumbuh dalam proses komunikasi interpersonal maka suasana hubungan komunikasi dapat berkembang dan tumbuh sikap saling menerima. Empati dapat ditunjukan dengan: (1) melihat realita dari sudut pandang orang lain, (2) memahami perasaan dan pikiran yang dirasakan lawan bicara, (3) mengontrol emosi sehingga suasana komunikasi akan menunjang berkembangnya suasana hubungan yang didasari atas saling pengertian dan penerimaan.
3) Dukungan
Dalam komunikasi interpersonal diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi. Sikap mendukung dalam melakukan komunikasi interpersonal yaitu apabila: (1) menyampaikan perasaan dan persepsi tanpa menilai, (2) membangkitkan minat lawan bicara untuk mengikuti pembicaraan, (3) bersikap jujur tidak menyelimuti motif yang terpendam.
4) Rasa positif
Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak berdasarkan penilaian yang baik. Dalam komunikasi interpersonal antara komunikator dan komunikan saling menunjukan sikap positif sehingga hubungan komunikasi dapat terjadi. Rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak
(52)
pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Perasaan positif dalam berkomunikasi interpersonal yaitu dengan: (1) memberikan penilaian positif terhadap diri sendiri, (2) memberikan penilaian positif terhadap lawan bicara. Keberhasilan komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh kualitas pandangan dan perasaan diri positif atau negatif dari komunikan maupun komunikator.
5) Kesetaraan
Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau status sosial. Dapat dikatakan kesetaraan dalam komunikasi interpersonal adalah ketika (1) menempatkan diri setara dengan lawan bicara, (2) mengkomunikasikan penghargaan pendapat dan keyakinan dengan baik. Apabila antara komunikator dan komunikan tidak ada yang merasa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain maka tidak akan terasa ada jarak dalam komunikasi sehingga komunikasi dapat berjalan lancar.
6) Adanya umpan balik
Dalam komunikasi interpersonal terjadi respon umpan balik secara langsung. Pada hakekatnya komunikasi adalah membagi pesan secara langsung antara komunikan dengan komunikator. Dalam komunikasi interpersonal ditandai dengan adanya ketergantungan interaktif dan terjadinya respon dari komunikan dan komunikator. Komunikasi yang terdapat umpan balik yaitu ketika:
(53)
(1) mendengarkan aktif, (2) merespon atau menanggapi apa yang dikatakan lawan bicara.
7) Adanya akibat baik
Komunikasi interpersonal harus dapat memberikan akibat yang baik bagi komunikan maupun komunikator baik direncanakan ataupun tidak direncanakan. Akibat baik akan muncul apabila informasi yang disampaikan dapat menambah pemahaman baru pada komunikan. Karakteristik komunikasi yang memiliki akibat baik yaitu: (1) memberikan informasi yang dapat meningkatkan pemahaman, (2) menghindari salah paham.
8) Adanya arus pesan dua arah
Dalam komunikasi interpersonal, antara komunikator dan komunikan memiliki hubungan dua arah yakni saling memberi dan menerima informasi. Komunikasi interpersonal menempatkan pemberi dan penerima pesan dalam posisi yang sejajar sehingga penyampaian pesan mengikuti arus dua arah dapat berganti peran antara komunikan dan komunikator secara tepat. Dalam komunikasi terdapat arus pesan dua arah yaitu apabila: (1) saling memberi dan menerima informasi, (2) tidak mendominasi pembicaraan.
2.6
Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009: 64) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dengan jawaban sementara ini membantu peneliti agar proses penelitian lebih terarah. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa ada
(54)
perbedaan yang signifikan tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang angkatan 2011, 2012 dan 2013.
(55)
43
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka pemecahan masalah. Metode penelitian merupakan usaha yang dilakukan dalam penelitian ilmiah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode yang digunakan disesuaikan dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai, sehingga penelitian dapat berjalan secara sistematis. Berdasarkan hal tersebut, maka aspek-aspek yang akan dibahas di dalam metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa bimbingan dan konseling. Berdasarkan tujuan tersebut maka jenis penelitian yang paling sesuai untuk judul penelitian tingkat komunikasi interpersoal mahasiswa bimbingan dan konseling Unnes angkatan 2011, 2012 dan 2013 yaitu jenis penelitian survei dengan metode deskriptif kuantitatif. Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Pendekatan deskriptif kuantitatif merupakan metode penelitian untuk meneliti dan mendeskripsikan hasil data yang berupa angka-angka dan telah dianalisis sebelumnya menggunakan angka-angka.
Menurut Sukardi (2011: 157) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang hanya untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan, berbagai
(56)
kondisi, situasi, dan fenomena yang terjadi. Selanjutnya, Sugiyono (2009: 207-208) menjelskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dengan apa adanya membuat kesimpulan yang digeneralisasikan. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistemasis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey deskriptif hal ini dikarenakan peneliti bermaksud ingin mengetahui gambaran secara sistematis, faktual yang akurat mengenai fakta yang ada serta fenomena yang terjadi mengenai tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Unnes angkatan 2011, 2012, dan 2013.
3.2
Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan dipaparkan tentang (1) identifikasi variabel penelitian dan (2) definisi operasional variabel penelitian.
3.2.1. Identifikasi Variabel
Di dalam suatu penelitian dibutuhkan variabel untuk diteliti. Menurut Sugiyono (2007: 2) variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan lainnya dalam kelompok itu. Sedangkan menurut Arikunto (2006: 118) variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Berdasarkan
(57)
definisi-definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa variabel penelitian adalah gejala atau objek yang menjadi fokus dan titik perhatian suatu penelitian. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal. Dalam penelitian ini variabel tunggalnya yaitu komunikasi interpersonal.
3.2.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah batasan yang jelas, nyata, konkrit, sehingga veriabel dapat diukur. Komunikasi interpersonal adalah proses menyampaikan dan menerima pesan yang dilakukan dua orang atau lebih, baik verbal dengan menggunakan kata-kata maupun non verbal menggunakan isyarat-isyarat non linguistik, yang mana dalam komunikasi interpersonal terjadi proses saling mempengaruhi antara komunikator dan komunikan. Dalam komunikasi interpersonal dibagi menjadi beberapa indikator yaitu: 1) keterbukaan (opennes), (2) empati (empathy), (3) dukungan (supportive), (4) perasaan positif (positiveness), (5) kesetaraan (equality), (6) umpan balik yang tinggi, (7) akibat baik, dan (8) arus pesan dua arah.
3.3
Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.3.1. Populasi
Dalam suatu penelitian dibutuhkan populasi untuk diteliti. Menurut Sugiyono (2007: 55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan akhirnya ditarik kesimpulan. Pendapat yang sama dikatakan oleh Arikunto (2006: 130) bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
(58)
populasi adalah kelompok yang terdiri dari obyek/subyek yang ditetapkan untuk dipelajari, diteliti, dan akhirnya dipilih untuk ditarik kesimpulan.
Populasi yang akan diteliti sesuai dengan judul yang dipilih adalah seluruh mahasiswa bimbingan dan konseling Unnes angkatan 2011, 2012, dan 2013. Dengan rincian jumlah mahasiswanya adalah: angkatan 2011 berjumlah 107 mahasiswa, angkatan 2012 berjumlah 123 mahasiswa dan angkatan 2013 berjumlah 131 mahasiswa. Apabila dijumlahkan maka total populasi adalah 361 mahasiswa.
Tabel 3.1
Daftar Jumlah Mahasiswa
No. Angkatan Jumlah Mahasiswa
1. 2011 107
2. 2012 123
3. 2013 131
Total 361
3.3.2. Sampel dan Teknik Sampling
Sugiyono (2009:118) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Adanya berbagai keterbatasan dalam melakukan penelitian, maka dalam populasi hanya diambil beberapa untuk dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya, Arikunto (2006: 131) menyatakan bahwa sempel adalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang diteliti. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dari sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili untuk dijadikan fokus penelitian dari mahasiswa masing-masing angkatan 2011, 2012 dan 2013.
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Menurut
(59)
Sugiyono (2009:120) teknik ini digunakan apabila anggota/unsur dalam populasi tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Alasan digunakannya teknik ini yaitu:
(1) Responden yang akan diambil adalah mahasiswa dengan angkatan yang berbeda, yaitu mahasiswa angkatan 2011, 2012 dan 2013.
(2) Jumlah mahasiswa setiap angkatan tidak sama, dan jumlah populasi berstrata maka sampelnya juga berstrata.
(3) Untuk menyeimbangkan data yang akan diperoleh maka dalam menentukan responden dilakukan secara acak.
Dalam penelitian ini mengacu dengan pendapat Arikunto (2006:134) yang mengatakan apabila populasi kurang dari 100 orang maka diambil seluruhnya, namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang maka sampel diambil sebesar 10%-15%-20%-25% atau lebih. Dalam hal ini jumlah populasi sebesar 361 maka peneliti mengambil 30% dari tiap angkatan. Angkatan 2011 sebanyak 27 mahasiswa, angkatan 2012 sebanyak 31 mahasiswa, dan angkatan 2013 sebanyak 33 mahasiswa. Untuk rincian lengkapnya dijabarkan seperti berikut ini:
Tabel 3.2
Perhitungan Responden Sesuai Semester
Angkatan Jumlah Mahasiswa Jumlah Responden
Angkatan 2011 107 107x30/100= 32
Angkatan 2012 123 123x30/100= 37
Angkatan 2013 131 131x30/100= 40
(60)
3.4
Metode dan Alat Pengumpulan Data
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai (1) metode pengumpul data, (2) alat pengumpul data dalam penelitian, dan 3) prosedur penyusunan instrumen. Adapun pemaparan tersebut sebagai berikut.
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2006: 149) dijelaskan bahwa metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Kaitannya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan metode skala psikologis. Menurut Azwar (2013:6) karakteristik dari skala psikologis adalah cenderung digunakan untuk mengukur aspek afektif yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang mengungkap indikator dari perilaku secara tidak langsung mengungkap perilaku, respon jawaban yang berbeda diinterpretasikan yang berbeda pula. Selanjutnya menurut Sutoyo (2009:170) mengatakan bahwa skala psikologi digunakan untuk mengungkap aspek kepribadian individu. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa skala psikologis adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengungkap perilaku secara tidak langsung melalui indikator perilaku dari aspek-aspek kepribadian.
3.4.2 Alat Pengumpulan Data
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai skala komunikasi interpersonal. Skala yang digunakan berisi pernyataan-pernyataan tentang komunikasi interpersonal dalam keseharian. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model skala likert. Skala likert yang dimaksudkan dalam penelitian
(61)
ini digunakan untuk mengukur variabel keperilakuan, dalam hal ini yaitu komunikasi interpersonal pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang angkatan 2011, 2012 dan 2013.
3.4.3 Penyusunan Instrumen
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengadaan instrumen penelitian ini melalui beberapa tahap. Menurut Arikunto (2006:166) prosedur yang ditempuh dalam penyusunan instrumen adalah perencanaan, penulisan butir soal, penyuntingan, uji coba, analisis hasil, revisi, dan instrumen jadi. Sedangkan dalam penelitian ini, langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam penyusunan instrumen dapat dilihat pada bagan berikut:
Gambar 3.1 Bagan Penyusunan Instrumen
Gambar 3.1 merupakan langkah-langkah dalam menyusun instrumen, yaitu pertama peneliti menyusun kisi-kisi pengembangan instrumen yang meliputi variabel, indikator, deskriptor dan nomor item. Penyusunan butir-butir skala didasarkan atas kisi-kisi skala yang telah dikontruksi sesuai landasan teori yang telah dikaji dan dikembangkan. Setelah skala disusun, butir-butir skala diujicobakan kepada sejumlah mahasiswa Bimbingan dan Konseling Unnes untuk mengetahui validitas dan reliabilitas intrumen. Sehingga dengan kriteria
Teori Kisi-kisi Instrumen
(62)
tertentu dapat ditentukan butir intrumen yang dapat digunakan dan tidak dapat digunakan.
Pada skala komunikasi interpersonal ini terdapat lima pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), KS (Kurang Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Pemberian skoring pada angket berdasarkan skala likert. Pada jawaban diberlakukan angka skor, sehingga analisis dilakukan berdasarkan skor tersebut. Data yang dihasilkan berupa data interval. Berikut kategori jawaban dan cara pemberian skor angket ini adalah
Tabel 3.3
Kategori Penskoran Skala Kategori
Skor Pernyataan Positif Negatif
SS (Sangat Sesuai) 5 1
S (Sesuai) 4 2
KS (Kurang Sesuai) 3 3
TS (Tidak Sesuai) 2 4
STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 5
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Skala Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Jurusan Bimbingan Dan Konseling Universitas Negeri Semarang Angkatan 2011, 2012 Dan 2013
Variabel Indikator Deskriptor Nomor Item
+ -
Komunikasi Interpersonal
1. Keterbukaan
1.1 Memulai menunjukan perhatian kepada lawan bicara.
2 4
8
1.2 Merespon lawan bicara.
7 9
6 1.3 Membagi perasaan
atau pengalaman kepada lawan bicara.
10 5
3 1 2. Empati 2.1 Melihat realita dari
sudut pandang orang lain.
15 17
11
2.2 Menghayati perasaan dan pikiran yang
15 21
(63)
dirasakan lawan bicara.
2.3 Mampu mengontrol emosi. 14 12 20 18 16 3. Dukungan 3.1 Menyampaikan
perasaan dan persepsi tanpa menilai. 24 25 28 30 3.2 Mampu
membangkitkan minat lawan bicara untuk mengikuti
pembicaraan.
27 31
26
3.3 Bersikap jujur tidak menyelimuti motif yang terpendam.
29 22
23 4. Rasa Positif 4.1 Memberikan penialain
positif terhadap diri sendiri
32 35
39 36 4.2 Memberikan penilaian
positif terhadap lawan bicara. 40 38 37 34 33 5. Kesetaraan 5.1 Menempatkan diri
setara dengan lawan bicara. 42 45 46 48 49 5.2 Mengkomunikasikan penghargaan pendapat dan keyakinan.
47 44
43 41 6. Umpan Balik 6.1 Mendengarkan aktif 51
53 54
55 57 6.2 Merespon atau
menanggapi apa yang dikatakan lawan bicara. 58 56 52 50
7. Akibat baik 7.1 Pesan yang diberikan dapat meningkatkan pemahaman. 60 62 63 64 66 7.2 Menghindari salah
paham.
67 65
61 59 8. Arus pesan
dua arah
8.1 Saling memberi dan menerima informasi.
69 71
72 8.2 Tidak mendominasi
pembicaraan.
74 73
70 68
(64)
3.5
Uji Instrumen Penelitian
Pada bagian ini akan dipapakan mengenai (1) validitas instrumen, (2) reliabilitas instrumen, dan (3) teknik analisis data. Adapun pemaparan bagian tersebut sebagai berikut.
3.5.1.Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto 2006:168). Validitas suatu instrumen sangat penting karena tanpa instrumen yang valid, data atau penelitian akan memiliki kesimpulan bias. Dari pemaparan diatas, uji validitas yang tepat untuk intrumen penelitian ini yaitu validitas internal. Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Pada pengujian ini hanya menganalisis keseluruhan instrumen dengan butir-butir dan faktor-faktor penyusun instrumen tersebut. Hasil uji coba dihitung dengan rumus korelasi product moment. mengkorelasikan skor tiap item instrumen dalam skor total.
√
Keterangan:
rxy = Validitas instrumen (koefisien korelasi) N = Jumlah responden
(65)
Y = Skor total soal
ΣX = Jumlah skor butir soal
ΣY = Jumlah skor total soal
ΣX²= Jumlah kuadrat skor butir soal ΣY²= Jumlah kuadrat skor total soal
Hasil perhitungan selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5%. Apabila hasil perhitungan r hitung lebih besar dari r tabel maka instrumen dikatakan valid, apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrumen dikatakan tidak valid.
Berdasarkan analisis hasil try out diketahui bahwa dari 94 butir soal terdapat 20 butir tidak valid, yaitu nomor 6, 10, 11, 12, 17, 18, 21, 30, 33, 40, 41, 43, 46, 51, 58, 64, 66, 71, 81, 93 karena memiliki rhitung > rtabel α = 5% dengan N
= 30. 20 butir soal tersebut dihilangkan karena sudah ada butir-butir soal lain yang dipandang sudah dapat mewakili dari tiap-tiap indikator yang diungkap. Dengan demikian jumlah item yang digunakan untuk penelitian sebanyak 74 butir soal, kemudian disusun kembali penomorannya untuk mengambil data penelitian. Perhitungan selengkapnya terlampir pada lampiran.
3.5.2.Reliabilitas
Arikunto (2006:178) memaparkan reliabilitas yaitu suatu penilaian instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur (Azwar, 2013:111). Dapat disimpulkan bahwa reliabilitas
(1)
(2)
(3)
134
Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian Lampiran 16
(4)
(5)
136 Lampiran 17
(6)