UNNES angkatan 2011, 2012 dan 2013. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Hasil Analisis Varian Anava Satu Jalan
Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups Within Groups
Total 709, 959
35354,005 36063,963
2 106
108 354,979
1,064 ,349
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis persentase pada penelitian tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES angkatan
2011, 2012 dan 2013 diperoleh hasil bahwa pada mahasiswa BK UNNES angkatan 2011 memperoleh persentase skor rata-rata sebesar 71,2 yang mana
persentase tersebut masuk ke dalam kategori tinggi dari rentangan skor 69-84, sedangkan pada mahasiswa BK UNNES angkatan 2012 juga masuk dalam
kategori tinggi dengan persentase skor rata-rata sebesar 70,4 dari rentangan skor 69-84, pada angkatan 2013 tidak jauh beda dengan angkatan 2011 dan
angkatan 2012 yaitu memperoleh persentase skor rata-rata sebesar 69,5 dari rentangan skor 69-84 dan masuk dalam kategori tinggi meskipun dalam
rentangan skor terbawah. Hasil data tersebut menunjukan bahwa persentase skor tertinggi dicapai oleh angkatan 2011 kemudian angkatan 2012 dan yang terakhir
adalah angkatan 2013. Namun secara keseluruhan tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa BK UNNES angkatan 2011, 2012, dan 2013 telah dapat
dikatakan masuk ke dalam kategori tinggi.
Angkatan 2011 merupakan angkatan yang memiliki persentase skor rata- rata komunikasi interpersonal yang tertinggi diantara angkatan 2012 dan angkatan
2013. Kategori tinggi pada tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa angkatan 2011 artinya mahasiswa telah bersikap empati kepada lawan bicara, telah
memiliki sikap mendukung agar komunikan mau berpartisipasi saat berkomunikasi, memiliki rasa positif bertindak berdasarkan penilaian yang baik
terhadap diri sendiri dan lawan bicara, mampu memberikan umpan balik dengan tepat saat berkomunikasi dan mampu memperoleh maupun memberikan dampak
baik dari komunikasi yang dilakukan. Sedangkan kemampuan untuk membuka diri kepada orang lain, kemampuan untuk menempatkan diri setara dengan lawan
bicara, dan kemampuan dalam saling memberi dan menerima informasi dengan tidak mendominasi pembicaraan sudah cukup baik namun belum optimal.
Adapun indikator yang memperoleh skor paling tinggi pada angkatan 2011 yaitu indikator empati dengan persentase skor sebesar 76,1 dari rentangan skor
69-84 masuk dalam kategori tinggi. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk menghayati perasaan orang lain. Dengan berempati maka komunikator akan
dapat memahami motivasi dan pengalaman lawan bicara, perasaan dan sikap lawan bicara serta harapan dan keinginan lawan bicara. Mahasiswa BK UNNES
angkatan 2011 dapat dikatakan telah dapat melihat realita dari sudut pandang orang lain dengan mengerti dengan baik apa maksud dari yang disampaikan lawan
bicara, menghayati perasaan dan pikiran yang dirasakan lawan bicara sehingga dapat ikut merasakan apa yang dirasakan lawan bicara, serta dapat mengontrol
emosi agar tidak larut terbawa terlalu dalam dengan perasaan lawan bicara,
sehingga dapat menunjang berkembangnya suasana hubungan yang didasari atas saling pengertian dan penerimaan.
Dalam indikator keterbukaan merupakan indikator yang memiliki skor paling rendah apabila dibandingkan dengan indikator lain namun masih dalam
kategori sedang. Indikator tersebut masuk dalam kategori sedang dengan perolehan persentase skor sebesar 68,4 dari rentangan 53-68. Keterbukaan
berarti adanya kesediaan untuk membuka diri, merespon serta merasakan pikiran dan perasaan antara komunikator dan komunikan, serta dapat menerima masukan
dari orang lain dan berkenaan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Menurut Sugiyo 2005: 5 keterbukaan atau kemampuan bersikap terbuka
sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Menurut hasil analisis dapat diperoleh bahwa indikator keterbukaan masih berada
dalam kategori sedang. Mahasiswa BK UNNES angkatan 2011 dapat dikatakan cukup memiliki niat untuk memulai menunjukan perhatian kepada lawan bicara,
merespon lawan bicara serta membagi perasaan atau pengalaman kepada lawan bicara.
Pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 dapat dilihat bahwa angkatan 2012 merupakan angkatan yang memiliki persentase skor rata-rata kemampuan
komunikasi interpersonal yang lebih tinggi dibanding angkatan 2013 yaitu sebesar 70,4 dari rentangan 69-84 dan masuk dalam kategori tinggi. Tingginya
kemampuan komunikasi interpersonal pada angkatan 2012 memiliki arti bahwa mahasiswa telah dapat berempati kepada lawan bicara, mahasiswa dapat
membangkitkan minat lawan bicara untuk mengikuti pembicaraan, mahasiswa
bersikap postif dan berpikir positif terhadap diri sendiri maupun lawan bicara, mampu memberikan umpan baik yang tepat serta mampu memperoleh
pemahaman baru maupun memberikan pemahaman baru kepada lawan bicara saat berkomunikasi. Sedangkan kemampuan untuk membuka diri kepada orang lain
serta kemampuan untuk menempatkan diri setara dengan lawan bicara termasuk cukup baik namun masih belum optimal sehingga masih perlu ditingkatkan.
Indikator yang memperoleh skor paling tinggi yaitu empati. Indikator tersebut memperoleh skor persentase 73,4 dari rentangan 69-84 pada
kategori tinggi. Dari indikator empati dapat dikatakan bahwa mahasiswa BK UNNES angkatan 2012 dapat melihat realita dari sudut pandang orang lain dan
menghayati perasaan dan pikiran yang dirasakan lawan bicara namun tetap bias mengontrol emosi agar tidak larut terlalu dalam dengan apa yang dirasakan lawan
bicara. Dengan berempati maka komunikator akan mampu untuk memahami motivasi dan pengalaman lawan bicara, perasaan dan sikap lawan bicara serta
harapan dan keinginan lawan bicara. Ketika dalam berkomunikasi komunikator menunjukan empati maka akan menunjang berkembangnya suasana hubungan
yang didasari atas saling pengertian dan penerimaan. Sedangkan indikator yang memperoleh skor paling rendah dibandingkan
dengan indikator yang lain yaitu kesetaraan dengan perolehan persentase skor sebesar 67,1 dari rentangan skor 53-68 yang masuk dalam kategori sedang.
Indikator kesetaraan equality menggambarkan bahwa mahasiswa BK UNNES 2012 tidak membeda-bedakan status dan golongan lawan bicara atau dapat
dikatakan dapat menempatkan diri setara dengan lawan bicara sehingga penghargaan pendapat dan keyakinan dapat dikomunikasikan dengan cukup baik.
Pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 dapat dilihat bahwa angkatan 2013 merupakan angkatan yang memiliki persentase skor rata-rata kemampuan
komunikasi interpersonal yang paling rendah apabila dibandingkan dengan angkatan 2011 dan 2012 yaitu sebanyak 69,5 dari rentangan 69-84 pada
kategori tinggi. Arti dari kategori tinggi yang diperoleh angkatan 2013 yaitu mahasiswa telah bersikap empati terhadap lawan bicara, mahasiswa dapat
mengajak lawan bicara agar tertarik dengan apa yang dibicarakan, memberikan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun lawan bicara, mahasiswa juga telah
mampu untuk memberikan umpan balik dengan tepat serta dapat memperoleh dampak baik dan atau memberikan dampak baik atas apa yang disampaikan saat
berkomunikasi. Indikator yang memperoleh skor paling tinggi yaitu pada indikator rasa
positif. Pada indikator rasa positif dapat dikatakan bahwa mahasiswa BK UNNES 2013 dapat memberikan penilaian positif terhadap diri sendiri dengan menjaga
perilaku agar tetap positif serta mengenali kelemahan dan kelebihan diri sendiri sehingga dapat muncul rasa kepercayaan diri. Selain itu, mahasiswa juga
memberikan penilaian positif terhadap lawan bicara dengan cara mengahargi lawan bicara serta tidak menaruh curiga secara berlebihan kepada lawan bicara.
Sedangkan indikator yang memperoleh skor persentase paling rendah diantara indikator yang lain yaitu sebesar 65 pada indikator keterbukaan.
Keterbukaan adalah adanya kesediaan untuk membuka diri, menerima masukan
dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain merespon serta membagi pikiran dan perasaan antara komunikator dan
komunikan. Mahasiswa BK UNNES angkatan 2013 dapat dikatakan sudah memiliki niat untuk membuka diri dan membagi perasaan atau pengalaman
kepada lawan bicara. Apabila dilihat dari hasi rata-rata kemampuan komunikasi interpersonal,
indikator yang paling rendah dari semua angkatan yaitu pada indikator keterbukaan, sedangkan skor paling tinggi yaitu pada indikator empati.
Keterbukaan dan empati merupakan indikator yang penting dalam komunikasi interpersonal pada mahasiswa BK yang merupakan calon konselor. Empati
merupakan sesuatu yang sudah seharusnya dimiliki oleh mahasiswa BK, begitu pula dengan keterbukaan. Apabila keterbukaan tidak dimiliki oleh seorang
mahasiswa sebagai calon konselor, maka akan mengalami kesulitan dalam membagi pikiran dan perasaan antara komunikator dan komunikan sehingga akan
sulit untuk saling memahami satu sama lain dan komunikasi akan berjalan dengan tidak efektif. Pada setiap angkatan terdapat faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya keterbukaan dan tingginya empati. Menurut Suranto 2011: 84 beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya tingkat komunikasi
interpersonal apabila dipandang dari sudut komunikator yaitu kredibilitas yang dimiliki, daya tarik fisik maupun non fisik, kemampuan intelektual, integritas,
kepercayaan, kepekaan sosial, kematangan tingkat emosional, kondisi psikologis komunikan, dan sikap komunikator. Berikut ini penulis akan jelaskan faktor-
faktor yang menyebabkan rendahnya keterbukaan dan tingginya empati pada tiap angkatan.
Pada angkatan 2011, tingginya persentase rata-rata tingkat komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh faktor banyaknya pengalaman selama kuliah yang
telah diperoleh dari semester satu sampai sekarang ini semester lima. Kemampuan intelektual mencakup tingkat kecakapan, kecerdasan, dan keahlian seorang
komunikator sehingga dapat melakukan komunikasi dengan baik. Kemampuan seseorang akan mengalami peningkatan sesuai proses belajar yang dijalani.
Sebagian besar proses perkuliahan di jurusan BK UNNES adalah menggunakan metode diskusi, selain itu juga banyak mata kuliah di jurusan BK UNNES yang
dapat menunjang komunikasi interpersonal pada mahasiswa, mata kuliah tersebut beberapa diantaranya adalah mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi; Dinamika
Kelompok; Keterampilan Dasar Konseling; Praktik BK Belajar; Praktik BK Karir; dan Bimbingan Klasikal. Beberapa mata kuliah praktik konseling yang telah
diperoleh seperti Praktik Bimbingan dan Konseling Kelompok juga dapat melatih mahasiswa untuk meningkatkan empati dan kepekaan sosialnya terhadap
permasalahan yang dialami orang lain, sehingga banyak bekal secara teori maupun praktik yang telah mahasiswa dapatkan untuk menunjang komunikasi
interpersonal khususnya empati agar mereka lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan dalam profesinya nanti.
Namun disisi lain, mahasiswa semester lima merupakan mahasiswa yang berusia 20-an, pada usia ini mahasiswa sedang berada pada masa peralihan antara
anak-anak dan dewasa. Erikson dalam Desmita 2008: 214 mengatakan bahwa
pada masa peralihan dari masa kanak-kanak dan dewasa merupakan masa yang sulit, kondisi tersebut menyebabkan remaja merasa terisolasi, hampa, cemas, dan
bimbang. Mereka sangat peka terhadap cara-cara orang lain memandang dirinya, namun seringkali mereka lebih tertutup kepada siapa pun karena takut ditolak atau
dikecewakan. Selama masa ini tingkah laku remaja tidak konsisten dan tidak dapat diprediksikan. Oleh sebab itu, tingkat kematangan emosi yang belum
matang pada mahasiswa semester lima seringkali masih memunculkan sikap individualis sehingga cenderung sulit untuk membuka diri, menerima masukan
dari orang lain, serta berkenan merespon serta membagi pikiran dan perasaan kepada orang lain.
Tingginya tingkat komunikasi interpersonal pada mahasiswa BK UNNES angkatan 2012 disebabkan oleh beberapa diantaranya faktor dari mahasiswa yang
telah memperoleh teori tentang komunikasi interpersonal pada perkuliahan. Pada mahasiswa angkatan 2012 atau mahasiswa semester tiga sudah memperoleh bekal
dari matakuliah yang telah dipelajari pada semester-semester sebelumnya seperti misalnya mata kuliah Komunikasi Antarpribadi dan mata kuliah lainnya yang
sebagian besar proses perkuliahannya menggunakan metode diskusi. Hal tersebut sangat berperan penting untuk melatih mahasiswa agar mampu berkomunikasi
interpersonal dengan baik, meskipun belum ada mata kuliah praktik konseling yang diperoleh seperti yang telah diperoleh angkatan 2011. Namun disisi lain,
mahasiswa yang belum terlalu akrab satu sama lain juga mempengaruhi tingkat kepercayaan antar teman sehingga mahasiswa sulit untuk membuka diri,
menerima masukan dari orang lain, serta berkenan merespon serta membagi
pikiran dan perasaan kepada orang lain. Padahal seharusnya jangka waktu satu setengah tahun dari semester satu sampai semester tiga mahasiswa sudah dapat
mengenal satu sama lain yang dapat memunculkan rasa percaya antar teman. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada angkatan 2012 juga termasuk
memiliki tingkat kematangan emosional yang masih belum cukup matang sehingga banyak juga mempengaruhi komunikasi interpersonal pada mahasiswa
angkatan 2012. Mahasiswa BK UNNES angkatan 2013 atau yang merupakan mahasiswa
semester satu apabila dibandingkan dengan angkatan 2011 dan 2012, secara kuantitatif angkatan 2013 adalah angkatan yang memperoleh skor persentase rata-
rata paling rendah, namun telah berada dalam kategori tingkat komunikasi interpersonal yang tinggi. Meskipun sudah termasuk dalam kategori tinggi namun
mahasiswa angakatan 2013 harus lebih mengembangkan indikator komunikasi interpersonal lebih dalam lagi, karena prosenstase skor rata-rata berada dalam
rentangan terendah dalam skor kategori tinggi. Hal tersebut dapat dipahami karena mahasiswa angkatan 2013 merupakan mahasiswa yang baru saja duduk di bangku
perkuliahan, belum banyak pengalaman teori dan praktik yang mereka dapatkan dalam mata kuliah dan masih memerlukan banyak adaptasi dengan lingkungan
barunya. Pada angkatan 2013 setidaknya mereka telah memperoleh dasar teori mengenai komunikasi interpersonal melalui matakuliah Komunikasi Antar Pribadi
yang sedang dipelajari dalam semester satu. Mahasiswa yang belum akrab satu sama lain juga sangat mempengaruhi keterbukaan. Mahasiswa semester satu baru
beberapa bulan mengenal teman-temannya di tempat kuliah, seseorang yang
belum akrab tentunya akan mengalami kesulitan untuk membuka diri kepada orang lain. Namun disisi lain dapat dilihat bahwa angkatan 2013 berada dalam
kategori yang sama dengan angkatan 2011 maupun 2012 yang pada dasarnya memiliki pengalaman lebih banyak juga dinilai cukup baik, berarti kualitas input
mahasiswa BK UNNES angkatan 2013 sejak awal memang baik. Berdasarkan hasil uji one way anava dengan taraf kesalahan 5 diperoleh
F
hitung
sebesar 1,064 F
tabel
sebesar 3,09 dan nilai sig. 0,349 0,05. Hasil penelitian menunjukan tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada tingkat
kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa BK UNNES angkatan 2011, 2012 dan 2013. Dari penjelasan diatas dapat menggambarkan bahwa antara
mahasiswa BK UNNES angkatan 2011, 2012 dan 2013 tidak terdapat perbedaan yang signifikan karena ketiganya berada dalam kategori yang sama yaitu kategori
tinggi. Perbedaan hanya terlihat secara skor kuantitatif yaitu angkatan 2011 merupakan angkatan yang memperoleh skor paling tinggi, kemudian angkatan
2012 dan yang paling rendah adalah angkatan 2013. Menurut Suranto 2011:84 beberapa faktor yang menentukan tinggi
rendahnya tingkat komunikasi interpersonal apabila dipandang dari sudut komunikator yaitu kredibilitas yang dimiliki, daya tarik fisik maupun non fisik,
kemampuan intelektual, integritas, kepercayaan, kepekaan sosial, kematangan tingkat emosional, kondisi psikologis komunikan, dan sikap komunikator.
Kemampuan intelektual mencakup tingkat kecakapan, kecerdasan, dan keahlian seorang komunikator sehingga dapat melakukan komunikasi dengan baik.
Kemampuan komunikasi interpersonal seseorang akan mengalami peningkatan sesuai proses belajar yang dijalani. Dalam penelitian ini dapat
diperoleh hasil bahwa proses belajar selama di perkuliahan tidak mempengaruhi secara signifikan tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa, Hal tersebut dapat
terlihat dari hasil perhitungan antara komunikasi interpersonal mahasiswa angkatan 2011, 2012 dan 2013 tidak banyak mengalami perbedaan. Semestinya,
semakin lama menjalani proses perkuliahan dan semakin banyak pengalaman yang diperoleh komunikasi interpersonal yang dimiliki semakin tinggi dan jauh
berbeda dengan pada masa awal menjalani perkuliahan. Dapat dikatakan juga bahwa kualitas input mahasiswa BK UNNES angkatan 2013 sejak awal memang
baik serta kegiatan maupun proses pembelajaran di Jurusan Bimbingan dan Konseling tidak dapat meningkatkan komunikasi interpersonal pada mahasiswa
secara signifikan.
4.3 Keterbatasan Penelitian