Proses Klorinasi Metode Klorinasi

klorin ini disebut sebagai chlorinating aquipments. Alat yang sering dipakai adalah paaterson’s Chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur pemberian gas klorin pada persediaan air Chandra, 2006.

2.6.6 Pemeriksaan Konsentrasi Klorin

Titik batas break point konsentrasi klorin bebas dalam air kurang lebih 0,2 mgl. Konsentrasi klorin bebas tersebut diukur melalui pemeriksaan Orthotolidine Arsenite OTA test. Berikut beberapa pemeriksaan yang berkaitan dengan pemastian ada tidaknya klorin dalam air. a. Orthotolidine Arsenite Test Orthotolidine Arsenite Test pertama kali dilakukan pada tahun 1918 untuk mengetahui adanya klorin bebas di dalam air. Reagennya berupa bahan Analytical Grade Ortholidine yang larut dalam 10 asam hipoklorit. Cara pemeriksaannya adalah bahwa sebanyak 0,1 ml larutan OT dimasukkan ke dalam 1 ml dan diperhatikan reaksi yang terjadi. Jika mengandung klorin, sampel air itu akan berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna itu kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tersedia. Kelemahan uji ini adalah bahwa warna kuning dapat dihasilkan baik oleh sisa klorin bebas maupun oleh klorin yang terikat combined chlorine sehingga pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan. b. Ortholidine Arsenite Test OTA Test Pemeriksaan merupakan modifikasih dari OT Test diatas. Uji ini dapat memisahkan dan bereaksi dengan klorin bebas. Hal yang paling penting adalah bahwa uji ini dapat menentukan konsentrasi atau kadar klorin yang bebas di dalam air.

2.6.7 Dampak Klorinasi Air

Proses klorinasi yang dilakukan pada air yang mengandung bahan-bahan organik dengan konsentrasi tinggi akan membentuk senyawa halogen organik yang mudah menguap volatile halogenated organics, biasa disingkat dengan VHO. Senyawa-senyawa VHO tersebut sebagian besar ditemukan dalam bentuk trihalomethane THM. THM dapat ditemukan pada jenis air yang berikut: a. Air minum Pada hasil pemeriksaan terhadap air minum yang menjalani proses klorinasi, baik dengan gas klorin, natrium hipoklorit NaClO, maupun dengan klor dioksida ClO2, ditemukan adanya senyawa THM. Padahal, sebelum menjalani proses klorinasi, kandungan bahan organik air tersebut telah dihilangkan dan hasil analisis sebelumnya menunjukkan ketiadaan THM. Kadar THM maksimum yang terdeteksi adalah 41,8 μgl Chandra, 2006. Universitas Sumatera Utara b. Air kolam renang Pada pemeriksaan terhadap air kolam renang yang telah menjalani disinfeksi, juga didapat senyawa THM dengan kadar yang lebih tinggi daripada kadar THM dalam air minum. Kondisi tersebut akibat lebih besarnya kandungan bahan organik dalam air kolam renang, selain bahan organik juga berasal dari keringat dan urin orang yang berenang. Kadar THM maksimum dalam udara di atas permukaan kolam renang mencapai 787 μgm3 Chandra, 2006. c. Air permukaan dan air tanah