d. dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat dipakai
untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mgl dalam air.
2.6.4 Proses Klorinasi
Proses klorinasi dapat terjadi sebagai berikut : a.
penambahan klor pada air yang mengandung senyawa nitrogen akan membentuk senyawa kloramine yang disebut klor terikat. Pembentukan klor
terikat ini bergantung pada pH. Pada pH normal klor terikat NCl
3
tidak akan terbentuk kecuali jika break point telah terlampaui.
b. pada air yang bebas senyawa organik akan terbentuk klor bebas yaitu asam
hipoklorus HOCl dan ion hipoklorit OCl
-
, yang berfungsi dalam proses desinfeksi.
Cl
2
+ H
2
O HOCl + H
+
+ Cl
-
HOCl H
+
+ OCl Kondisi optimum untuk proses desinfeksi adalah jika hanya terdapat
HOCl. Adanya OCl
-
akan kurang menguntungkan. Kondisi optimum ini dapat terjadi pada pH 5
2.6.5 Metode Klorinasi
Pemberian klorin pada disinfeksi air dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu dengan pemberian gas klorin, kloramin, atau perklorin. Gas klorin
merupakan pilihan utamakarena harganya murah, kerjanya cepat, efesien, dan mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan secara hati-hati karena gas ini
beracun dan dapat menimbulkan iritasi pada mata. Alat klorinasi berbahan gas
klorin ini disebut sebagai chlorinating aquipments. Alat yang sering dipakai adalah paaterson’s Chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur
pemberian gas klorin pada persediaan air Chandra, 2006.
2.6.6 Pemeriksaan Konsentrasi Klorin
Titik batas break point konsentrasi klorin bebas dalam air kurang lebih 0,2 mgl. Konsentrasi klorin bebas tersebut diukur melalui pemeriksaan
Orthotolidine Arsenite OTA test. Berikut beberapa pemeriksaan yang berkaitan dengan pemastian ada tidaknya klorin dalam air.
a. Orthotolidine Arsenite Test
Orthotolidine Arsenite Test pertama kali dilakukan pada tahun 1918 untuk mengetahui adanya klorin bebas di dalam air. Reagennya berupa bahan Analytical
Grade Ortholidine yang larut dalam 10 asam hipoklorit. Cara pemeriksaannya adalah bahwa sebanyak 0,1 ml larutan OT dimasukkan ke dalam 1 ml dan
diperhatikan reaksi yang terjadi. Jika mengandung klorin, sampel air itu akan berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna itu kemudian dibandingkan
dengan warna standar yang tersedia. Kelemahan uji ini adalah bahwa warna kuning dapat dihasilkan baik oleh sisa klorin bebas maupun oleh klorin yang
terikat combined chlorine sehingga pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan. b.
Ortholidine Arsenite Test OTA Test Pemeriksaan merupakan modifikasih dari OT Test diatas. Uji ini dapat
memisahkan dan bereaksi dengan klorin bebas. Hal yang paling penting adalah bahwa uji ini dapat menentukan konsentrasi atau kadar klorin yang bebas di dalam
air.