PEN DAH U LU AN

BAB I PEN DAH U LU AN

1 .1 . La t a r Be la k a ng Penyakit paru obstruktif kronik PPOK merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Negara berpendapatan tinggi, menengah dan rendah. Menurut WHO tahun 2001, PPOK dinyatakan penyebab utama kematian ke lima di Negara berpendapatan tinggi dengan perkiraan 3,8 dari total kematian. Sedangkan pada Negara berpendapatan menengah dan rendah penyebab kematian ke enam dengan perkiraan 4,9 dari total kematian. Dalam laporan yang sama, PPOK juga diperkirakan menjadi penyebab morbiditas ke tujuh pertahun di Negara berpendapatan tinggi, dan ke sepuluh pertahun di Negara berpendapatan menengah dan rendah. 1 PPOK merupakan penyakit dengan karakteristik adanya keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya disebabkan oleh respon inflamasi kronis pada jalan napas dan paru- paru terhadap partikel atau gas berbahaya. Eksaserbasi akut dan komorbid yang sering menyertai PPOK berkontribusi terhadap beratnya penyakit. 2 Sedangkan PPOK eksaserbasi akut adalah peristiwa akut yang ditandai dengan memburuknya gejala pernapasan pasien yang melebihi variasi normal sehari-hari dan menyebabkan perubahan dalam pengobatan. 3 Didasarkan pada peningkatan episodik gejala pada pernapasan yang dilaporkan oleh pasien, berupa peningkatan dyspnea, batuk yang disertai mengi, dan produksi sputum. Beberapa studi menyatakan bahwa eksaserbasi akut terjadi akibat infeksi yang menyebabkan peningkatan peradangan pada saluran napas. PPOK disebut juga penyakit multikomponen yang ditandai dengan obstruksi aliran udara yang di akibatkan reaksi inflamasi terhadap asap rokok, dan aerotoxin. Hal ini dapat juga dikarenakan kerusakan alveolar emfisema dan berhubungan dengan hipersekresi mukus. 4 3 Proses inflamasi pada saluran napas bronkitis terus menerus menyebabkan produksi dahak dan memberikan kontribusi obstruksi pada jalan napas. PPOK eksaserbasi akut dan stabil selain menyebabkan inflamasi pada saluran nafas, juga menyebabkan peningkatan pada inflamasi sistemik termasuk stres oksidatif sistemik, 5 Universitas Sumatera Utara aktivasi sel-sel inflamasi di sirkulasi sistemik dan peningkatan sitokin proinflamasi. 6,7 Proses inflamasi ini merangsang sistem hematopoetik terutama sumsum tulang untuk melepaskan leukosit dan trombosit serta merangsang hepar untuk memproduksi acute phase protein seperti CRP dan fibrinogen. 8 Fibrinogen merupakan protein penting dalam mekanisme pembekuan darah yang disintesa oleh hepatosit dan dilepas dalam jumlah besar ke sirkulasi dalam menanggapi stimulasi dari interleukin 6 IL -6. Dimana IL-6 mempunyai kemampuan memodulasi jumlah dan aktivitas sel inflamasi yang penting terhadap proses peradangan dan protease. Pada PPOK stabil kadar fibrinogen plasma direproduksi dalam derajat rendah, namun pada PPOK eksaserbasi akut terjadi peningkatan derajat tinggi kadar fibrinogen plasma dan menurun secara signifikan selama 4 - 6 minggu setelah stabil. 9 3,4 Peningkatan kadar fibrinogen pada pasien PPOK menunjukkan risiko untuk dilakukannya perawatan di rumah sakit meningkat menjadi 70 dan setiap peningkatan kadar fibrinogen 1 gl meningkatkan risiko kematian pada pasien PPOK menjadi 4 kali lipatnya. Beberapa penelitian menyatakan peningkatan kadar fibrinogen plasma berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru dan meningkatkan resiko terjadinya PPOK. 10 9 Fattouh Mona, dkk, 2014, menyatakan kadar serum fibrinogen menunjukkan peningkatan yang signifikan pada pasien PPOK eksaserbasi akut dibandingkan PPOK stabil. 11 Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Zhang Yonghong, dkk, 2014, menyatakan kadar serum fibrinogen pada PPOK eksaserbasi akut signifikan meningkat dibandingkan PPOK stabil. Polatli Mehmed, dkk, 2007, menyatakan kadar serum fibrinogen secara signifikan meningkat pada kelompok PPOK eksaserbasi akut dibandingkan PPOK stabil dan kelompok kontrol. Begitu juga pada kelompok PPOK stabil dibandingkan kelompok kontrol terjadi peningkatan yang signifikan kadar fibrinogen plasma. 12 13 Sedangkan Thomsen Mette, dkk, 2013, menyatakan terjadi peningkatan secara bersamaan kadar plasma CRP, fibrinogen dan jumlah leukosit pada pasien PPOK yang dihubungkan dengan meningkatnya risiko mendapat eksaserbasi, baik pada pasien PPOK yang lebih ringan dan pada mereka yang tidak pernah mengalami eksaserbasi sebelumnya. 14 Universitas Sumatera Utara Hal ini berbeda terhadap penelitian oleh Valipour Arschang, dkk, 2008, menyatakan kadar serum fibrinogen pasien PPOK eksaserbasi akut dibandingkan pasien PPOK stabil tidak berbeda secara signifikan, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada pasien PPOK eksaserbasi akut dan PPOK stabil dibandingkan kontrol. 15 Pada penelitian oleh Fekri S. Mitra, dkk, 2010, menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan kadar serum fibrinogen pada pasien PPOK dibandingkan dengan pasien kontrol. Duvoix, dkk, menyatakan bahwa fibrinogen plasma dapat digunakan sebagai biomarker dalam mengelompokkan pasien PPOK eksaserbasi risiko tinggi atau rendah dan ke depan dapat mengidentifikasi risiko kematian yang lebih tinggi. 16 3 Sedangkan Dahl, dkk, menyatakan peningkatan fibrinogen plasma dikaitkan dengan penurunan FEV 1 dan peningkatan resiko PPOK. Hal ini bukan semata-mata karena merokok. 9 Begitu juga Valvi, dkk, menyatakan peningkatan kadar fibrinogen merupakan prediktor terhadap mortalitas, PPOK dengan rawat inap. Sampai saat ini belum ada biomarker khusus yang digunakan pada pasien PPOK eksaserbasi akut. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang hubungan kadar plasma fibrinogen pada pasien PPOK eksaserbasi akut dibandingkan pada pasien PPOK stabil. 17 1 .2 . Pe rum usa n M a sa la h Apakah ada perbedaan kadar fibrinogen pada PPOK eksaserbasi akut dengan PPOK stabil. 1 .3 . H ipot e sa Terdapat perbedaan kadar fibrinogen pada PPOK eksaserbasi akut dengan PPOK stabil. 1 . 4 . T ujua n Pe ne lit ia n 1 .4 .1 . T ujua n U m um Universitas Sumatera Utara Untuk menilai apakah ada perbedaan kadar fibrinogen pada PPOK eksaserbasi akut dengan PPOK stabil. 1 .4 .2 . T ujua n K husus Untuk mengetahui apakah kadar fibrinogen dapat digunakan sebagai biomarker pada penderita PPOK, dapat memprediksi eksaserbasi pada masa yang akan datang dan mengidentifikasi seseorang memiliki risiko tinggi kematian. 1 .5 . M a nfa a t Pe ne lit ia n 1. Dengan 2. Untuk bahan penelitian lebih lanjut apakah ada tempatnya pemberian anti koagulan pada penderita PPOK eksaserbasi. mengetahui adanya perbedaan kadar fibrinogen pada PPOK eksaserbasi akut dengan PPOK stabil sehingga dapat memberikan keputusan yang tepat untuk pilihan pengobatan. 1 .6 . K ERAN GK A K ON SEPSI ON AL Universitas Sumatera Utara

BAB I I