B. Penilaian Terhadap Penyakit.

• Riwayat keluarga PPOK atau penyakit pernapasan kronis yang lain • Riwayat eksaserbasi PPOK atau rawat inap sebelumnya terhadap gangguan pernafasan • Adanya komorbiditas • Dampak penyakit pada kehidupan pasien • Keadaan sosial dan tersedianya dukungan keluarga terhadap pasien • Kemungkinan untuk mengurangi faktor risiko, terutama berhenti merokok Meskipun pemeriksaan fisik bagian penting dari perawatan pasien, namun jarang dilakukan untuk diagnosa pasti pada PPOK. Tanda-tanda fisik terhadap keterbatasan aliran napas pada awalnya tidak signifikan sampai adanya penurunan dari fungsi paru sehinga deteksi ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang relatif rendah. 32

2.1.4. B. Penilaian Terhadap Penyakit.

Tujuan dari penilaian PPOK adalah untuk menentukan : 1. Dampak penyakit terhadap status kesehatan pasien. 2. Keparahan dari keterbatasan aliran napas. 3. Risiko terjadinya peristiwa kedepan seperti terjadinya exaserbasi, rawat inap dirumah sakit dan kematian. yang pada akhirnya dapat menentukan pilihan terapi yang tepat. Ada beberapa kuesioner yang divalidasi untuk menilai gejala pada pasien PPOK yang digunakan untuk membedakan pasien dengan gejala yang lebih ringan dan pasien dengan gejala yang lebih berat. GOLD Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease telah merekomendasikan penggunaan modifikasi British Medical Research Council mMRC suatu kuesioner pada sesak napas atau COPD Assessment Test CAT, yang keduanya memiliki cakupan yang lebih luas terhadap dampak PPOK pada kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan pasien. Skala gejala lain dapat juga digunakan, misalnya Clinical Quesioner PPOK. 18 Tabel 2.1.4.1 dan 2.1.4.2 . Universitas Sumatera Utara 2. Spirometri secara kusus digunaka untuk menentukan cut of poin. Spirometri harus dilakukan setelah pemberian yang memadai dosis bronkodilator inhalasi kerja singkat untuk mengurangi eksaserbasi. Semakin memberatnya keterbatasan aliran udara dikaitkan dengan Tabel 2.1.4.3. Penilaian dari keterbatasan aliran udara pada PPOK. 20 Berdasarkan Post Bronkodilator FEV1 Tabel 2.1.4.1. Modifikasi British Medical Research Council mMRC 18 Tabel 2.1.4.2. COPD Assessment Test CAT 18 Score CAT 10 Gejala Ringan dan CAT 10 Gejala Berat Universitas Sumatera Utara peningkatan prevalensi eksaserbasi dan risiko kematian. Tabel di bawah ini menunjukkan klasifikasi keparahan keterbatasan aliran udara pada PPOK. 20 FEV 1 merupakan suatu penilaian yang sangat penting terhadap derajat keparahan PPOK, dimana kegunaannya diperlihatkan oleh berbagai penelitian. Suatu studi penting dari Fletcher dan Peto yang dilakukan sejak 30 tahun yang lalu dengan mengukur FEV 1 setiap 6 bulan selama 8 tahun yang terdiri dari 792 laki-laki pekerja, didapati penurunan FEV 1 yang progresif dari waktu ke waktu pada pasien PPOK seiring dengan bertambahnya usia. Pada penelitian oleh Luigi G. Francios et all. menemukan nilai FEV 33 1 secara statistik berhubungan dengan derajat keparahan pada PPOK. 34 Donaldson et al. melaporkan bahwa pasien dengan PPOK berat GOLD derajat III memiliki frekuensi terjadinya eksaserbasi 3,43 per tahun dibandingkan PPOK sedang GOLD derajat II dengan kejadian 2,68 per tahun dimana p = 0.029. PAGGIARO et al. melaporkan, pada pasien dengan FEV1 60 prediksi, dengan rerata dan SD 1,6 ± 1,5 mengalami eksaserbasi per tahun, dibandingkan FEV1 59 - 40 prediksi dengan rerata dan SD 1,9 ± 1,8 yang mengalami eksaserbasi dan FEV1 40 prediksi dengan rerata dan SD 2,3 ± 1,9 yang mengalami eksaserbasi pada pasien PPOK.

2.1.5. PPOK Eksaserbasi Akut