Langkah-langkah Pengembangan Produk METODE PENELITIAN

power, preamplifier. Phantom power merupakan power tambahan yang diperlukan untuk menjalankan sebuah mikrofon condenser. Oleh karena itu perlu pemilihan Audio Interface yang tepat. Menurut McGuire 2008:44 ada beberapa jenis audio interface yaitu: jenis interface yang menggunakan kartu ekspansi, USB Universal Serial Bus port, dan firewire IEEE 1394 port. Terdapat juga protokol koneksi lainnya, tetapi ketiganya adalah yang paling umum. Audio interface termasuk jenis yang umum beredar, ekonomis dan kemampuan yang teruji adalah jenis USB Audio Interface. Dengan pertimbangan tersebut audio interface yang dipakai dalam pengembangan produk ini adalah Focusrite Scarlett 2i4 karena memiliki fitur-fitur yang dibutuhkan. Gambar 15. Audio interface Focusrite Scarlett 2i4 Sumber: Focusrite, 2015 5. Memilih dan Mempersiapkan Sumber Suara Sumber suara yang akan digunakan dalam pengembangan ini adalah angklung. Angklung merupakan instrumen musik yang beragam jenisnya. Jenis angklung yang dipilih untuk proses rekaman ini adalah angklung Pa Daeng dengan susunan tangga nada kromatis diatonis. Angklung tersebut terdiri dari tiga tabung untuk angklung melodi dan dua tabung untuk angklung bass. 6. Pemahaman Sumber Suara Pemahaman mengenai sumber suara suatu instrumen musik khususnya angklung, menjadi hal penting untuk dipahami agar memperoleh hasil rekaman yang maksimal. Organologi dan teknik permainan berpengaruh besar terhadap pemilihan dan peletakkan mikrofon dalam proses rekaman. 7. Penempatan Mikrofon Setelah memahami organologi angklung dan teknik permainan, selanjutnya adalah memilih peletakkan posisi mikrofon yang tepat pada saat proses rekaman. Hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan suara yang paling jelas dan realistis. Teknik penempatan mikrofon didapatkan setelah studi observasi di lapangan dan melakukan eksperimen langsung. Studi observasi dilakukan di Bandung yang mana banyak pertunjukan dan pelaku kesenian angklung. Lalu diperkuat dengan eksperimen di Yogyakarta. Posisi mikrofon yang paling baik adalah diletakkan di belakang angklung dengan posisi mikrofon yang miring ke bawah, menghadap langsung ke sumber suara angklung yaitu tabung angklung. Jarak mikrofon terhadap angklung juga penting untuk diperhatikan. Perlu melakukan observasi agar suara angklung tidak pecahpeak atau malah kurang keras. Gambar berikut ini adalah posisi mikrofon yang diterapkan dalam pengembangan ini. Gambar 16. Posisi mikrofon Sumber: AKG, 2014; Ageung Permana, 2012 8. Merekam Sumber Suara Angklung Untuk melakukan proses rekaman, diperlukan persiapan yang telah direncanakan. Menurut McGuire 2008:103-104 persiapan yang harus dilakukan adalah: a. How bagaimana Pada tahap awal perekaman terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar proses perekaman terlaksana dengan lancar dan baik. Sebagai langkah awal, dilakukan dengan mempersiapkan sumber listrik, laptop dengan software DAW yang sudah siap pakai, dan sumber daya manusia. Proses merekam angklung dilakukan oleh lima orang. Satu orang sebagai operator, dan empat orang sebagai pemain angklung. b. Where dimana Proses rekaman dilakukan di Aula PGSD UNY, Mandala Krida, Yogyakarta. Setiap ruangan pada suatu bangunan memiliki kondisi akustik yang berbeda-beda, demikian pula dengan karakter Aula PGSD UNY. Kondisi ruangan tersebut memiliki luas 12x10 meter, tidak memiliki peredam, berdinding semen dan lantai tegel. Kondisi ruang aula tersebut dapat menimbulkan efek reverb alami dalam proses rekaman. c. When kapan Kondisi aula yang tidak memiliki peredam dan dekat dengan jalan raya akan memungkinkan suara dari luar untuk ikut tertangkap dalam data rekaman. Oleh sebab itu, dipilih waktu yang tepat untuk melakukan proses rekaman. Waktu proses rekaman dilakukan pada pukul 21.00 sampai 24.00 waktu setempat. Dengan pemilihan waktu tersebut cukup teratasi guna meminimalisir gangguan suara dari luar yang tidak diinginkan. Setelah semua dipersiapkan, selanjutnya adalah proses rekaman. Proses rekaman membutuhkan software DAW untuk mencatat dan memproses data suara yang akan digunakan. DAW yang digunakan adalah Cubase 5. Setelah angklung dan mikrofon telah siap, tugas operator adalah merekam dengan Cubase 5 dan para pemain angklung memainkan angklung dengan instruksi dari operator rekaman. Sebelum proses rekaman, perlu diadakan observasi tingkat gain yang dibutuhkan agar data suara angklung yang dihasilkan tidak terdengar pecah atau bahkan kurang keras. Gain yang terlalu keras bisa membuat hasil noise, mikrofon menangkap suara yang jauh yang tidak diperlukan dan pecahpeak. Gain yang terlalu kecil akan membuat hasil suara angklung menjadi kurang keras, tidak jelas artikulasi dan tone yang kabur. Kemudian, angklung direkam satu per satu yang keseluruhan ada 44 buah angklung. Itu berarti ada 44 kali rekam yang dipakai untuk hasil satu set data suara angklung. Total data yang direkam kurang lebih ada 150 file yang berbeda dan memiliki besar 1,64 GB. Dalam pengembangan plug-in angklung ini membutuhkan beberapa data suara dasar, yaitu: angklung yang dimainkan dengan teknik staccato, angklung solo, angklung orchestra satu nada dimainkan oleh empat angklung sekaligus, angklung dimainkan dengan cara digoyangkan dari tempo lambat lalu dipercepat dan angklung artfill angklung yang dimainkan dengan tidak biasa eksplorasi. Berikut ini adalah gambar data suara angklung yang sedang di proses di dalam DAW. Gambar 17. Data suara angklung orchestra dalam Cubase 5 Sumber: Baruna, 2015 Gambar 18. Data suara angklung staccato dalam Cubase 5 Sumber: Baruna, 2015 Gambar 19. Data suara angklung crescendo dalam Cubase 5 Sumber: Baruna, 2015 Gambar 20. Data suara angklung artfill dalam Cubase 5 Sumber: Baruna, 2015 Gambar 21. Data suara angklung bass dalam Cubase 5 Sumber: Baruna, 2015 9. Editing Setelah data suara angklung telah direkam dengan menggunakan Cubase 5, maka selanjutnya adalah proses pengeditan. Pengeditan yang dilakukan adalah pengeditan dasar. Menurut McGuire 2008 beberapa pengeditan yang dilakukan yaitu: a. Cut File data suara angklung yang telah direkam perlu dipotong- potong untuk diambil bagian yang diperlukan. Data suara angklung harus langsung berbunyi untuk menghindari jeda ketika suara angklung tersebut diputar. b. Fade out Fade out dimaksudkan agar hasil suara yang diinginkan bersih dari suara-suara yang tidak diinginkan. c. Pitch Corection Mengoreksi pitch perlu dilakukan sebelum proses pengeditan lebih lanjut. Hal ini dilakukan karena angklung merupakan alat yang proses penalaannya rumit dan tidak biasa. Hal lainnya yaitu tujuan akhir dari plug-in angklung ini adalah untuk kebutuhan recording, maka perlu dilakukan standarisasi pitch. Standar yang dipakai adalah 440.0 Hz. d. Mastering Data suara angklung yang akan dipakai harus melalui tahap mastering dahulu untuk hasil suara yang jelas, keras dan tidak ada bagian yang terdengar pecah peak. Setelah proses pengeditan selesai, selanjutnya data angklung dijadikan data wave dengan spesifikasi sound 44.100 kHz dan 32 Bit. 10. Membuat Instrumen Setelah data suara angklung dengan format wave telah siap, selanjutnya adalah proses membuat instrumen. Proses membuat instrumen menurut McGuire 2008 adalah: a. Importing files into zone Setelah merekam suara angklung dan data suara telah diedit, berikutnya adalah tahap untuk mengimpor data suara ke sampler yaitu Kontakt 5. Mapping adalah proses untuk menempatkan data suara per individu untuk ditempatkan di tuts tertentu sesuai dengan nada data suara tersebut. Misalnya, nada c harus ditempatkan di tuts nada c dalam Kontakt 5. Tempat data suara dan seluruh parameter yang terkait disebut zona. Gambar 22. Import files to zone Sumber: Baruna, 2015 b. Fitur sampler tambahan Fitur tambahan yang tersedia di dalam sampler dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan memberikan fitur tambahan untuk plug-in angklung. Fitur-fitur tambahan tersebut antara lain evelopes, filters, LFOs, dan built-in efek. c. Save As” instrument plug-in angklung Setelah semua proses di atas, maka selanjutnya adalah melakukan proses save as. Proses ini bertujuan agar plug-in angklung yang dibuat dapat tersimpan dalam bentuk kontakt file, dan dapat dibuka kembali sesuai keinginan pengguna. Berikut ini adalah tampilan pilihan suara plug-in angklung dalam Kontakt 5 setelah dilakukan proses save as instrument. Gambar 23. Tampilan pilihan plug-in angklung Sumber: Baruna, 2015 11. Pemakaian produk “plug-in angklung” Setelah menjadi sebuah instrumen virtual, selanjutnya adalah penjelasan tentang bagaimana memakai plug-in angklung. a. Instalasi software Kontakt Pemakaian plug-in membutuhkan software induk untuk beroperasi. Seperti penjelasan sebelumnya, plug-in angklung membutuhkan software Kontakt 5 untuk beroperasi. Plug-in angklung ini dapat bekerja pada versi Kontak yang sama dengan versi Kontakt pada saat membuat plug-in angklung, yaitu versi Kontak 5 atau versi Kontakt yang lebih update penyempurnaan dari versi sebelumnya. Untuk software Kontakt untuk pemakaian terdapat versi gratis yang dapat diunduh dalam website resmi nativeinstrument.com. b. Memilih suara yang diinginkan Pemilihan suara yang diinginkan dalam plug-in angklung dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1 Membuka file plug-in angklung dalam folder dimana file plug-in angklung disimpan. File terdapat dalam folder yang bernama Singgih Angklung Instrument. Gambar 24. Folder file plug-in angklung Sumber: Baruna, 2015 2 Membuka file plug-in dengan Kontakt dengan cara membuka Kontakt terlebih dahulu, kemudian mencari file dalam tampilan browser Kontakt. Gambar 25. Tampilan browser dalam Kontakt 5 Sumber: Baruna, 2015 c. Membunyikan plug-in angklung Membunyikan plug-in angklung dapat dilakukan dengan membuka pilihan suara yang diinginkan, kemudian menekan tuts piano virtual yang terdapat pada Kontakt. Dalam rekaman dapat langsung ditulis dalam DAW atau Kontakt juga dapat dihubungkan dengan MIDI keyboard sebagai control suara. Gambar 26. Tuts Piano Virtual dalam Kontakt 5 Sumber: Baruna, 2015 68

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Hasil Pengembangan

Setelah plug-in angklung selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan validasi produk. Sebelum produk divalidasi, data suara angklung hasil rekaman yang belum diproses lebih lanjut di dalam Kontakt 5 divalidasi terlebih dahulu oleh pakar audio, yaitu Surya Eka Priyatna, M.Cs. Data suara perlu divalidasi supaya diketahui apakah hasil rekaman adalah data suara yang benar-benar baik atau masih perlu direvisi sebelum data suara angklung diproses ke dalam Kontakt 5. Selanjutnya, validasi produk dilakukan oleh ahli materi dan ahli digital recording. Para ahli tersebut adalah Dr. Ismet Ruchimat selaku ahli materi dan Putranto Aditomo selaku ahli digital recording. 1. Data Hasil Evaluasi Ahli Audio Validasi data suara angklung yang akan dijadikan data dalam pengembangan plug-in angklung dilakukan oleh Surya Eka Priyatna, M.Cs., dengan cara melakukan analisa langsung terhadap data suara hasil rekaman angklung. Data suara tersebut berbentuk file WAVE .wav yang merupakan format audio paling baik dibandingkan yang lainya, semisal dibandingkan dengan mp3. Berikut ini adalah hasil analisis oleh ahli audio: Teknik analisis hasil rekaman audio digital review data suara angklung.wav meliputi :  Fast Fourier Transform. FFT adalah suatu algoritma yang mengandung discrete fourier transform dan inversenya  Waveform, merupakan suatu sinyal berupa gelombang yang berjalan di sebuah media dengan presentasi abstrak  Wavelet view. Wavelet view adalah representasi dari time - frekuensi - transformasi suatu sinyal  Cepstrum. Cepstrum adalah hasil dari inverse fourier transform dari logaritma suatu sinyal  Autocorrelation. Autocorrelation atau serial frekuensi yang berkolerasi adalah perpotongan dari suatu sinyal dengan dirinya sendiri untuk mencari kesamaan fungsi  Linear Prediction. Linear Prediction adalah hitungan matematis dari prediksi nilai discrete - time sinyal dari sample terdahulu Metode yang digunakan oleh ahli audio adalah mengekstrak struktur harmonik dari mixture menggunakan metode sparseness, yaitu tingkat kelangkaan data dalam satu vektor data, yang merepresentasikan spectral data audio tersebut. Setelah dilakukan analisis, hasil analisis dan kalkulasi dari audio review data suara angklung.wav adalah sebagai berikut: 1 Terdapat timbre yang kuat dari audio digital “review data suara angklung.wav” yang dimainkan. Timbre adalah suatu gelombang yang kompleks, mempunyai lebih dari satu frekuensi, biasanya disebut harmonic modulation series, yang menjadi ciri khas audio tersebut. 2 Identifikasi dari logaritma frekuensi spectogram tersebut sekaligus merupakan identitas orisinal angklung, yang dalam penggunaan untuk media digital audio perlu dipertahankan kemurnian timbrenya. Setelah melihat hasil review audio yang dilakukan oleh Surya Eka Priyatna, M.Cs. dapat disimpulkan bahwa audio yang berjudul review data suara angklung.wav adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa audio yang menyebutkan bahwa audio tersebut memiliki ciri khas yang kuat dan orisinil sebagai audio angklung yang terdengar seperti suara angklung yang sesungguhnya. Atas dasar hasil review tersebut, maka data suara tersebut sudah bisa diproses pada langkah selanjutnya untuk kemudian dijadikan bahan dasar pengembangan plug-in angklung. Berikut ini adalah capture video proses analisis yang dilakukan oleh Surya Eka Priyatna, M.Cs. Gambar 27. Review audio oleh ahli audio Dokumen: Priatna, 2015 2. Data Hasil Evaluasi Ahli Angklung Data validasi oleh Dr. Ismet Ruchimat dan hasil wawancara pada tanggal 19 maret 2015, produk plug-in angklung masih perlu beberapa revisi sebelum diuji coba kepada responden. Dalam wawancara, beliau juga memberikan masukan yang belum ada dalam penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan plug-in angklung yang menitikberatkan pada kemiripan yang identik dengan suara angklung yang sesungguhnya. Pengembangan yang menjadi pembeda dari produk-produk sebelumnya adalah variasi suara angklung yang lebih lengkap, seperti angklung staccato, crescendo, angklung solo, angklung orchestra, serta suara angklung yang dimainkan dengan cara yang tidak biasa misalnya dengan menggoyangkan stand angklung yang berisikan angklung diatonis akan menghasilkan suara seperti air. Hal itu adalah pengembangan untuk menjadikan khasanah plug-in angklung yang ada menjadi lebih lengkap. Namun menurut beliau seharusnya pengembangan produk plug-in angklung dapat dilakukan dengan tidak membatasi pada aspek realitinya saja. Menurut beliau dilihat dari rumusan masalah yang lebih menjurus kepada fungsi recording, seharusnya pengembangan plug- in angklung dapat dilakukan dengan mengeksplorasi hal-hal yang tidak ada didalam angklung manual. Beliau sudah banyak menemui produk angklung virtual yang memiliki kelebihan dan perbedaan tersendiri dibandingkan produk lainnya. Beliau juga berpendapat bahwa angklung masih memiliki kekurangan dalam hal dinamik dan keterbatasan angklung yang cenderung monoton. Penilaian beliau angklung crescendo masih terasa kurang crescendo. Sedangkan menilik tujuan awal penelitian ini, maka beliau menyarankan untuk mengembangkan dalam hal dinamik. Beliau juga menyarankan menambahkan variasi pilihan suara dengan mengolah kembali suara angklung menjadi suara yang benar-benar berbeda atau suara buatan sintetik, bahkan dapat merubah karakteristik suara angklung itu sendiri. Alasan beliau adalah karena fungsi penelitian ini lebih kepada fungsi recording. Oleh sebab itu, upaya pengembangan produk dengan sudut pandang yang lebih luas perlu dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian dengan hasil yang lebih bagus dan lebih bermanfaat. Berikut adalah data angket dari ahli materi: