Definisi Etiologi Epidemiologi Kanker Ovarium

folikel juga bertambah banyak. Celah-celah kecil yang mengandung cairan ini akan menyatu dan sel-sel granulosa kemudian akan membentuk antrum rongga yang lebih besar. Melalui proses tersebut, sekarang folikel ini sudah disebut sebagai folikel sekunder. Cairan pada folikel sekunder mengandung komponen plasma dan produk yang disekresi oleh sel folikel. Selama pembentukan antrum, oosit dan sel-sel granulosa mengalami modifikasi membentuk kumulus ooforus dan korona radiata. Selain itu, fibroblas stroma yang berada di daerah sekitar folikel akan berdiferensiasi juga membentuk teka folikuli. Kemudian akan berdiferensiasi kembali menjadi teka interna sel pensintesis hormon steroid yang ditranspor ke lapisan granulosa dan teka eksterna terdiri atas lapisan fibroblas yang mengelilingi teka interna. Pada setiap siklus menstruasi, biasanya hanya ada satu folikel yang tumbuh lebih besar dari folikel lain dan menjadi dominan. Disaat folikel lainnya akan mengalami atresi, folikel dominan akan mencapai tahap perkembangan folikel optimal dan dapat mengalami ovulasi. Folikel ini disebut sebagai folikel de Graaf. Folikel yang mengalami atresia akan mengalami kematian pada sel-sel folikel dan oositnya. Dimana, sel-sel folikel dan oosit yang mati tersebut akan dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Setelah itu, makrofag memasuki folikel untuk memfagositosis debris. Saat ovulasi, dinding folikel matang akan pecah dan oosit akan lepas, kemudian tuba uterina yang melebar akan menangkap oosit tersebut. Proses ini berlangsung pada pertengahan siklus menstruasi hari ke-14 dari siklus-28 hari. Jika dalam 24 jam setelah ovulasi oosit tidak dibuahi, oosit akan berdegenerasi dan difagositosis Junqueira Carneiro, 2007.

2.2. Kanker Ovarium

2.2.1. Definisi

Kanker ovarium merupakan masa abnormal jaringan pada ovarium yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal, walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti dan lesi dapat menyerbu dan merusak struktur di dekat ovarium dan menyebar ke organ lain serta menyebabkan kematian Zhongzhen, 2008.

2.2.2. Etiologi

Terdapat beberapa teori yang membahas mengenai etiologi kanker ovarium, yaitu: a. Hipotesis Incessant Ovulation Pada teori ini dinyatakan bahwa pada saat ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Apabila sebelum luka sembuh, terjadi ovulasi kembali, maka akan mengganggu pertumbuhan sel yang dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. b. Hipotesis Gonadotropin Peningkatan kadar hormon gonadotropin berhubungan dengan bertambah besarnya tumor ovarium. c. Hipotesis Androgen Hipotesis ini dibuktikan dengan ditemukannya reseptor androgen pada epitel ovarium. Ovarium selalu terpapar pada steroid androgenik yang berasal dari ovarium itu sendiri dan kelenjar adrenal. Berdasarkan penelitian, juga ditemukan kadar androgen yang tinggi dalam darah wanita penderita kanker ovarium. d. Hipotesis Progesteron Pada epitel ovarium, normalnya memiliki reseptor progesteron. Progesteron mempunyai peranan protektif terhadap terjadinya kanker ovarium. Hal ini dapat dilihat dengan bukti melalui percobaan pada kera macaque, progesteron menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan estrogen menghambatnya. e. Paritas Berdasarkan penelitian, wanita dengan paritas yang tinggi memiliki risiko yang lebih rendah pada terjadinya kanker ovarium. f. Pil kontrasepsi Pemakaian pil kontrasepsi menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium. g. Ligasi Tuba Pengikatan tuba dapat menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium. Hal ini disebabkan karena terputusnya akses karsinogen dengan ovarium Busmar, 2006.

2.2.3. Epidemiologi

Kanker ovarium menempati urutan ketujuh dari seluruh kanker ginekologi di kalangan perempuan di seluruh dunia. Dilaporkan 224.747 kasus baru kanker ovarium dan 140.163 jumlah kematian akibat kanker ovarium pada tahun 2008. Di Amerika Serikat dijumpai 22.280 kasus baru kanker ovarium dan 15.500 kematian pada tahun 2012 Johari Siregar, 2012. Kanker ovarium memiliki insiden tertinggi di negara Amerika Utara, Skandinavia dan Eropa Utara, dan ditemukan lebih rendah pada sebagian negara Timur China dan di Afrika. Perkiraan mortalitas di negara berkembang adalah 2,8100.000 wanita, sedangkan di negara maju adalah 6,2100.000 Kampono, 2011.

2.2.4. Karakteristik